Matriach
24-03-09, 15:43
Kawat gigi... Untuk apa sih....??
Belakangan ini, penggunaan kawat gigi atau dalam istilah kedokteran gigi disebut dengan kawat ortodonsi, semakin banyak dan memasyarakat. Apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini karena masyarakat mulai menyadari bahwa gigi mempunyai peranan penting dalam penampilan. Apa sesungguhnya kawat ortodonsi atau kawat gigi itu?
Kawat ortodonsi adalah suatu alat atau piranti yang digunakan untuk memperbaiki susunan gigi yang crowded, sesak, atau tidak teratur, agar didapatkan susunan gigi yang baik atau normal kembali. Tujuan perawatan ortodonsi adalah untuk mendapatkan oklusi -- hubungan antara gigi-gigi di rahang atas dan rahang bawah -- yang tepat atau baik, yang sehat secara fungsional, estetik memuaskan dan stabil. Gigi dengan crowding yang besar dan ketidakteraturan akan berpengaruh terhadap kesehatan jaringan periodontal (jaringan penyangga gigi), karena penimbunan sisa makanan dan kesulitan pembersihan. Sedangkan secara estetik, seseorang pasti ingin tampil lebih menarik dengan gigi-gigi yang tersusun rapi.
Faktor Penyebab
Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan ketidakteraturan pada susunan gigi? Banyak faktor yang menyebabkan susunan gigi tak beraturan, antara lain sbb :
1. Kebiasaan buruk.
Ini biasanya terjadi pada masa pertumbuhan.
* Menghisap jari, baik itu satu jari saja, biasanya jempol, atau lebih dari satu jari. Hal ini akan menyebabkan gigi maju pada bagian depan atau protrusi.
* Kebiasaan meletakkan lidah di antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah. Hal ini dapat disebabkan ukuran lidah yang lebih besar dari normal. Efeknya pada gigi adalah gigi depan akan maju dan renggang.
* Menggigit pensil atau membuka jepit rambut dengan gigi. Terkadang anak-anak di saat belajar mempunyai kebiasaan menggigit pensil atau pulpen, hal ini dapat menyebabkan gigi yang dipakai menggigit tadi akan keluar dari lengkung gigi yang benar.
* Kebiasaan ngedot yang sulit dihentikan, misalnya sampai usia Sekolah Dasar masih ngedot, hal ini cenderung akan mempengaruhi bentuk rahang si anak.
* Kebiasaan bernafas melalui mulut dan cara menelan yang salah.
* Pencabutan atau kehilangan gigi terlalu dini/prematur atau sebaliknya pencabutan gigi sulung yang terlambat.
2. Faktor genetik.
* Misalnya si bapak mempunyai rahang yang besar dengan gigi-gigi yang besar, sedangkan si ibu mempunyai rahang yang kecil dengan gigi-gigi yang kecil pula, mempunyai anak dengan rahang yang meniru rahang ibu dan gigi yang meniru gigi bapak. Hal ini dapat menyebabkan gigi berdesakan, atau sebaliknya si anak meniru rahang bapak dan gigi yang meniru gigi ibu, maka susunan giginya akan jarang-jarang.
3. Faktor skeletal.
Faktor skeletal yaitu bentuk tulang di rahang atas dan rahang bawah yang mempengaruhi bentuk wajah, seperti bentuk rahang atas yang menonjol ke depan sehingga gigi-gigi tampak maju dan bentuk wajah menjadi cembung. Atau sebaliknya rahang bawah yang lebih pesat pertumbuhannya dibandingkan rahang atas, sehingga bentuk wajah menjadi cekung, dan terjadi gigitan terbalik.
Cara Penanggulangan
Apabila ketidakteraturan pada gigi terjadi karena kebiasaan buruk, tentunya kebiasaan buruk itu harus dihilangkan terlebih dhaulu, lalu dilanjutkan dengan perawatan orthodonsi. Pasien dapat datang ke dokter gigi umum atau spesialis ortodonsi untuk merawat gigi yang tidak beraturan. Dokter gigi nanti akan melihat kelainan susunan gigi pasien lalu merencanakan perawatan yang akan diberikan. Apabila kasus dianggap berat, biasanya pasien akan dirujuk ke dokter spesialis ortodonsi.
Terkadang ada beberapa kasus yang memerlukan tindakan bedah terlebih dahulu seperti pencabutan atau tindakan bedah lain yang dikenal dengan istilah bedah orto. Perawatan dapat dikatakan berhasil bila susunan gigi dan oklusi yang normal sudah tercapai.
Keberhasilan perawatan sangat tergantung pada hal-hal sbb :
* Kemauan penderita yang dirawat, karena perawatan cukup lama, bisa dalam bulan atau tahun, biasanya enam bulan sampai dua tahun atau lebih.
* Kebersihan mulut penderita.
* Kasus atau tingkat keparahan dari susunan gigi.
* Kemampuan dokter gigi yang merawat, karena perawatan yang tidak tepat dapat mengakibatkan pergerakan gigi yang salah sehingga keberhasilan tidak tercapai.
Kapan seseorang mulai dapat dirawat ortodonsi? Perawatan ortodonsi dapat dilakukan pada saat gigi bergantian, bila diperkirakan susunan gigi tersebut akan berpengaruh besar di kemudian hari. Dokter gigi yang memeriksa akan menentukan kapan anak itu mulai dirawat. Perawatan ortodonsi dapat berupa alat cekat dan alat lepasan. Penggunaan kedua alat ini tergantung pada kasusnya. Pada orang dewasa, karena pertumbuhan rahang sudah maksimal, biasanya menggunakan alat cekat.
Batasan umur yang pasti tidak ada, semua itu tergantung pada kasus, keadaan jaringan penyangga gigi, kebersihan mulut, kemauan dan tentunya keuangan penderita, karena biaya untuk perawatan dengan alat cekat dapat dikatakan tidaklah murah.
Bentuk alat atau piranti yang digunakan juga berbeda pada tiap-tiap kasus. Penggunaan alat ortodonsi pada masa pertumbuhan biasanya lebih cepat dari pada orang dewasa. Sehingga, alangkah baiknya sedini mungkin memeriksakan gigi anak Anda ke dokter gigi apabila dirasakan ada yang kurang normal pada susunan giginya.
WASPADA PADA PASTA GIGI
Di Indonesia, pasta gigi mengandung fluoride mulai muncul sekitar tahun 70-an. Fluoride yang banyak digunakan jenis Sodium Monofluoro Fosfat atau Sodium Fluoride, dengan kadar yang 250 hingga 800 ppm. Secara detail, fluor merupakan salah satu bahan pasta gigi berfungsi memberikan efek deterjen sebagai satu dari tiga bahan utamanya disamping bahan abrasi sebagai pembersih mekanik permukaan gigi dan pemberi rasa segar pada mulut, sementara bahan lainnya sodium bikarbonat dan baking soda sebagai alkalin untuk mengurangi keasaman plak dan mencegah pembusukan, sedangkan pemutih, pemberi rasa dan sebagainya merupakan bahan tambahan pada racikan pasta tersebut.
Dengan efek tersebut, fluoride berfungsi melapisi struktur gigi dan ketahanannya terhadap proses pembusukan serta pemicu proses mineralisasi. Unsur kimia dalam zat ini mengeraskan email gigi pada persenyawaannya. Begitupun, sejak dulu efek kerugiannya juga sudah dipublikasikan secara luas yakni bahayanya bila tertelan dan karena itu juga kita tidak diajarkan menelan pasta gigi.
Bahaya Fluoride
Dari sejumlah berita yang beredar beberapa waktu lalu fluoride disinyalir sebagai salah satu bahan yang digunakan pada pembuatan *** atom. Efek racun kimiawi yang dipaparkan lewat penemuan ini mendorong para peneliti semakin kritis melakukan riset tentang bahaya flouride pada pasta gigi, kemudian banyak berita mempublikasikan efek samping dan bahaya fluoride dalam memicu osteoporosis dan kerusakan sistem saraf terutama pada penggunaan yang salah.
Sekitar awal tahun 2000‚ pemerintah Belgia menjadi pihak pertama melarang peredaran tablet dan permen mengandung fluoride yang selama ini dianjurkan pemberiannya pada anak-anak untuk menguatkan gigi mereka. Riset lain dari Swedia menyorot kecenderungan anak untuk menelan pasta gigi secara tak sengaja melalui air ludah bekas sikat gigi yang kerap memicu kasus overdosis fluoride dan menimbulkan gangguan seperti banyaknya pengeluaran ludah, tumpulnya indera perasa di sekitar mulut sampai ke gangguan pernafasan bahkan kanker.
Keadaan terhambatnya penyerapan kalsium sebagai salah satu manifestasi efek sampingnya juga dikenal dengan istilah fluorosis yang bisa berakibat lanjut pada penurunan IQ, gangguan sistem saraf dan kekebalan tubuh serta kerapuhan tulang dan terhambatnya pertumbuhan.
Di beberapa negara, anjuran penggunaannya sudah dibatasi untuk usia diatas 5 tahun. Di Indonesia telah dihimbau penggunaannya dalam tiap tube pasta gigi tidak lebih dari 500 ppm dari sebelumnya sekitar 1000-1500 ppm dan mengikuti antisipasinya untuk mengurangi penambah rasa sebagai pencegah anak-anak agar tak menelan pasta gigi tersebut.
Di luar kemungkinan pemberitaan efek fluoride ini sebagai fakta, mungkin tak perlu buru-buru menjadi terlalu resah dan was-was menggunakan produk pasta gigi yang mengan-dung fluoride sejauh kadarnya masih di bawah ambang batas yang dianjurkan. Kesadaran konsumen untuk memilih produk masih tetap bisa dilaksanakan, paling tidak untuk memilih pasta gigi dengan kadar fluoride rendah, dan mungkin, dengan adanya pro dan kontra ini salah satu antisipasi terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mengawasi penggunaannya.
Hasil penelitian Departemen Kesehatan Belgia menyimpulkan bahwa penggunaan fluoride secara berlebihan dapat menyebabkan osteoporosis dan kerusakan sistem syaraf. Ini mendorong pemerintah Belgia melarang beredarnya segala jenis tablet dan permen yang mengandung fluoride. Pemerintah Belgia juga sedang mempresentasikan hasil penelitiannya di depan anggota Uni Eropa untuk memperoleh kesepakatan bersama pelarangan pasta gigi yang mengandung fluoride.
Seorang pakar lainnya, Profesor Dirk Vanden Berghe, Mikrobiologist Universitas Antwerp, Swedia, menyatakan, sekitar 30-40 persen pasta gigi ditelan anak-anak pada saat mereka menyikat giginya atau melalui air ludah. Inilah yang menyebabkan mereka mengalami overdosis fluoride. Apalagi, produsen umumnya menambahkan aroma seperti rasa buah yang disukai anak-anak. Padahal semakin besar kandungan fluoride dalam pasta gigi anak, maka makin besar pula risiko kesehatan yang akan dideritanya kelak.
Kelebihan fluoride pada anak dapat dilihat dari tanda-tanda fisik anak banyak mengeluarkan ludah, indera perasa jadi tumpul, badan gemetar, pernapasan berat dan anak jadi cepat lelah.
Kesimpulan yang dapat saia tarik dari artikel ini :
1. Jagalah penggunaan pasta gigi. Tidak berlebihan, dan tidak ditelan, lebih2 pada anak2 yang umumnya menggunakan pasta gigi dengan berbagai macam rasa.
2. Hentikan kebiasaan buruk sejak dini (menghisap jari, menggigit pensil/pena, menggunakan gigi dengan tidak sepantasnya)
3. Sikat gigi yang paling baik adalah saat sesudah dan sebelum bangun tidur primer (tidur panjang, yaitu dominan pada malam hari)
4. Kebersihan mulut, terutama pada orang yang sering menggulum makanan (lama menelan karena enaknya dihisap2) biasanya pada permen dan cokelat
Utamakan minum air setelah mengonsumsi hal tsb.
Infi lebih banyak ada di sini, karena yang di atas sudah saia persingkat.
http://lawalangy.wordpress.com/2008/04/10/waspada-pada-pasta-gigi/
http://fkg-unhas.blogspot.com/2008/01/kawat-gigi-untuk-apa-sih.html
Belakangan ini, penggunaan kawat gigi atau dalam istilah kedokteran gigi disebut dengan kawat ortodonsi, semakin banyak dan memasyarakat. Apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini karena masyarakat mulai menyadari bahwa gigi mempunyai peranan penting dalam penampilan. Apa sesungguhnya kawat ortodonsi atau kawat gigi itu?
Kawat ortodonsi adalah suatu alat atau piranti yang digunakan untuk memperbaiki susunan gigi yang crowded, sesak, atau tidak teratur, agar didapatkan susunan gigi yang baik atau normal kembali. Tujuan perawatan ortodonsi adalah untuk mendapatkan oklusi -- hubungan antara gigi-gigi di rahang atas dan rahang bawah -- yang tepat atau baik, yang sehat secara fungsional, estetik memuaskan dan stabil. Gigi dengan crowding yang besar dan ketidakteraturan akan berpengaruh terhadap kesehatan jaringan periodontal (jaringan penyangga gigi), karena penimbunan sisa makanan dan kesulitan pembersihan. Sedangkan secara estetik, seseorang pasti ingin tampil lebih menarik dengan gigi-gigi yang tersusun rapi.
Faktor Penyebab
Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan ketidakteraturan pada susunan gigi? Banyak faktor yang menyebabkan susunan gigi tak beraturan, antara lain sbb :
1. Kebiasaan buruk.
Ini biasanya terjadi pada masa pertumbuhan.
* Menghisap jari, baik itu satu jari saja, biasanya jempol, atau lebih dari satu jari. Hal ini akan menyebabkan gigi maju pada bagian depan atau protrusi.
* Kebiasaan meletakkan lidah di antara gigi rahang atas dan gigi rahang bawah. Hal ini dapat disebabkan ukuran lidah yang lebih besar dari normal. Efeknya pada gigi adalah gigi depan akan maju dan renggang.
* Menggigit pensil atau membuka jepit rambut dengan gigi. Terkadang anak-anak di saat belajar mempunyai kebiasaan menggigit pensil atau pulpen, hal ini dapat menyebabkan gigi yang dipakai menggigit tadi akan keluar dari lengkung gigi yang benar.
* Kebiasaan ngedot yang sulit dihentikan, misalnya sampai usia Sekolah Dasar masih ngedot, hal ini cenderung akan mempengaruhi bentuk rahang si anak.
* Kebiasaan bernafas melalui mulut dan cara menelan yang salah.
* Pencabutan atau kehilangan gigi terlalu dini/prematur atau sebaliknya pencabutan gigi sulung yang terlambat.
2. Faktor genetik.
* Misalnya si bapak mempunyai rahang yang besar dengan gigi-gigi yang besar, sedangkan si ibu mempunyai rahang yang kecil dengan gigi-gigi yang kecil pula, mempunyai anak dengan rahang yang meniru rahang ibu dan gigi yang meniru gigi bapak. Hal ini dapat menyebabkan gigi berdesakan, atau sebaliknya si anak meniru rahang bapak dan gigi yang meniru gigi ibu, maka susunan giginya akan jarang-jarang.
3. Faktor skeletal.
Faktor skeletal yaitu bentuk tulang di rahang atas dan rahang bawah yang mempengaruhi bentuk wajah, seperti bentuk rahang atas yang menonjol ke depan sehingga gigi-gigi tampak maju dan bentuk wajah menjadi cembung. Atau sebaliknya rahang bawah yang lebih pesat pertumbuhannya dibandingkan rahang atas, sehingga bentuk wajah menjadi cekung, dan terjadi gigitan terbalik.
Cara Penanggulangan
Apabila ketidakteraturan pada gigi terjadi karena kebiasaan buruk, tentunya kebiasaan buruk itu harus dihilangkan terlebih dhaulu, lalu dilanjutkan dengan perawatan orthodonsi. Pasien dapat datang ke dokter gigi umum atau spesialis ortodonsi untuk merawat gigi yang tidak beraturan. Dokter gigi nanti akan melihat kelainan susunan gigi pasien lalu merencanakan perawatan yang akan diberikan. Apabila kasus dianggap berat, biasanya pasien akan dirujuk ke dokter spesialis ortodonsi.
Terkadang ada beberapa kasus yang memerlukan tindakan bedah terlebih dahulu seperti pencabutan atau tindakan bedah lain yang dikenal dengan istilah bedah orto. Perawatan dapat dikatakan berhasil bila susunan gigi dan oklusi yang normal sudah tercapai.
Keberhasilan perawatan sangat tergantung pada hal-hal sbb :
* Kemauan penderita yang dirawat, karena perawatan cukup lama, bisa dalam bulan atau tahun, biasanya enam bulan sampai dua tahun atau lebih.
* Kebersihan mulut penderita.
* Kasus atau tingkat keparahan dari susunan gigi.
* Kemampuan dokter gigi yang merawat, karena perawatan yang tidak tepat dapat mengakibatkan pergerakan gigi yang salah sehingga keberhasilan tidak tercapai.
Kapan seseorang mulai dapat dirawat ortodonsi? Perawatan ortodonsi dapat dilakukan pada saat gigi bergantian, bila diperkirakan susunan gigi tersebut akan berpengaruh besar di kemudian hari. Dokter gigi yang memeriksa akan menentukan kapan anak itu mulai dirawat. Perawatan ortodonsi dapat berupa alat cekat dan alat lepasan. Penggunaan kedua alat ini tergantung pada kasusnya. Pada orang dewasa, karena pertumbuhan rahang sudah maksimal, biasanya menggunakan alat cekat.
Batasan umur yang pasti tidak ada, semua itu tergantung pada kasus, keadaan jaringan penyangga gigi, kebersihan mulut, kemauan dan tentunya keuangan penderita, karena biaya untuk perawatan dengan alat cekat dapat dikatakan tidaklah murah.
Bentuk alat atau piranti yang digunakan juga berbeda pada tiap-tiap kasus. Penggunaan alat ortodonsi pada masa pertumbuhan biasanya lebih cepat dari pada orang dewasa. Sehingga, alangkah baiknya sedini mungkin memeriksakan gigi anak Anda ke dokter gigi apabila dirasakan ada yang kurang normal pada susunan giginya.
WASPADA PADA PASTA GIGI
Di Indonesia, pasta gigi mengandung fluoride mulai muncul sekitar tahun 70-an. Fluoride yang banyak digunakan jenis Sodium Monofluoro Fosfat atau Sodium Fluoride, dengan kadar yang 250 hingga 800 ppm. Secara detail, fluor merupakan salah satu bahan pasta gigi berfungsi memberikan efek deterjen sebagai satu dari tiga bahan utamanya disamping bahan abrasi sebagai pembersih mekanik permukaan gigi dan pemberi rasa segar pada mulut, sementara bahan lainnya sodium bikarbonat dan baking soda sebagai alkalin untuk mengurangi keasaman plak dan mencegah pembusukan, sedangkan pemutih, pemberi rasa dan sebagainya merupakan bahan tambahan pada racikan pasta tersebut.
Dengan efek tersebut, fluoride berfungsi melapisi struktur gigi dan ketahanannya terhadap proses pembusukan serta pemicu proses mineralisasi. Unsur kimia dalam zat ini mengeraskan email gigi pada persenyawaannya. Begitupun, sejak dulu efek kerugiannya juga sudah dipublikasikan secara luas yakni bahayanya bila tertelan dan karena itu juga kita tidak diajarkan menelan pasta gigi.
Bahaya Fluoride
Dari sejumlah berita yang beredar beberapa waktu lalu fluoride disinyalir sebagai salah satu bahan yang digunakan pada pembuatan *** atom. Efek racun kimiawi yang dipaparkan lewat penemuan ini mendorong para peneliti semakin kritis melakukan riset tentang bahaya flouride pada pasta gigi, kemudian banyak berita mempublikasikan efek samping dan bahaya fluoride dalam memicu osteoporosis dan kerusakan sistem saraf terutama pada penggunaan yang salah.
Sekitar awal tahun 2000‚ pemerintah Belgia menjadi pihak pertama melarang peredaran tablet dan permen mengandung fluoride yang selama ini dianjurkan pemberiannya pada anak-anak untuk menguatkan gigi mereka. Riset lain dari Swedia menyorot kecenderungan anak untuk menelan pasta gigi secara tak sengaja melalui air ludah bekas sikat gigi yang kerap memicu kasus overdosis fluoride dan menimbulkan gangguan seperti banyaknya pengeluaran ludah, tumpulnya indera perasa di sekitar mulut sampai ke gangguan pernafasan bahkan kanker.
Keadaan terhambatnya penyerapan kalsium sebagai salah satu manifestasi efek sampingnya juga dikenal dengan istilah fluorosis yang bisa berakibat lanjut pada penurunan IQ, gangguan sistem saraf dan kekebalan tubuh serta kerapuhan tulang dan terhambatnya pertumbuhan.
Di beberapa negara, anjuran penggunaannya sudah dibatasi untuk usia diatas 5 tahun. Di Indonesia telah dihimbau penggunaannya dalam tiap tube pasta gigi tidak lebih dari 500 ppm dari sebelumnya sekitar 1000-1500 ppm dan mengikuti antisipasinya untuk mengurangi penambah rasa sebagai pencegah anak-anak agar tak menelan pasta gigi tersebut.
Di luar kemungkinan pemberitaan efek fluoride ini sebagai fakta, mungkin tak perlu buru-buru menjadi terlalu resah dan was-was menggunakan produk pasta gigi yang mengan-dung fluoride sejauh kadarnya masih di bawah ambang batas yang dianjurkan. Kesadaran konsumen untuk memilih produk masih tetap bisa dilaksanakan, paling tidak untuk memilih pasta gigi dengan kadar fluoride rendah, dan mungkin, dengan adanya pro dan kontra ini salah satu antisipasi terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mengawasi penggunaannya.
Hasil penelitian Departemen Kesehatan Belgia menyimpulkan bahwa penggunaan fluoride secara berlebihan dapat menyebabkan osteoporosis dan kerusakan sistem syaraf. Ini mendorong pemerintah Belgia melarang beredarnya segala jenis tablet dan permen yang mengandung fluoride. Pemerintah Belgia juga sedang mempresentasikan hasil penelitiannya di depan anggota Uni Eropa untuk memperoleh kesepakatan bersama pelarangan pasta gigi yang mengandung fluoride.
Seorang pakar lainnya, Profesor Dirk Vanden Berghe, Mikrobiologist Universitas Antwerp, Swedia, menyatakan, sekitar 30-40 persen pasta gigi ditelan anak-anak pada saat mereka menyikat giginya atau melalui air ludah. Inilah yang menyebabkan mereka mengalami overdosis fluoride. Apalagi, produsen umumnya menambahkan aroma seperti rasa buah yang disukai anak-anak. Padahal semakin besar kandungan fluoride dalam pasta gigi anak, maka makin besar pula risiko kesehatan yang akan dideritanya kelak.
Kelebihan fluoride pada anak dapat dilihat dari tanda-tanda fisik anak banyak mengeluarkan ludah, indera perasa jadi tumpul, badan gemetar, pernapasan berat dan anak jadi cepat lelah.
Kesimpulan yang dapat saia tarik dari artikel ini :
1. Jagalah penggunaan pasta gigi. Tidak berlebihan, dan tidak ditelan, lebih2 pada anak2 yang umumnya menggunakan pasta gigi dengan berbagai macam rasa.
2. Hentikan kebiasaan buruk sejak dini (menghisap jari, menggigit pensil/pena, menggunakan gigi dengan tidak sepantasnya)
3. Sikat gigi yang paling baik adalah saat sesudah dan sebelum bangun tidur primer (tidur panjang, yaitu dominan pada malam hari)
4. Kebersihan mulut, terutama pada orang yang sering menggulum makanan (lama menelan karena enaknya dihisap2) biasanya pada permen dan cokelat
Utamakan minum air setelah mengonsumsi hal tsb.
Infi lebih banyak ada di sini, karena yang di atas sudah saia persingkat.
http://lawalangy.wordpress.com/2008/04/10/waspada-pada-pasta-gigi/
http://fkg-unhas.blogspot.com/2008/01/kawat-gigi-untuk-apa-sih.html