Page 3 of 8 FirstFirst 1234567 ... LastLast
Results 31 to 45 of 118
http://idgs.in/44138
  1. #31
    sate_kucing's Avatar
    Join Date
    Nov 2006
    Posts
    30
    Points
    40.40
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default [Rahasia & Sejarah] FAKTA DAN KEBENARAN KORBAN TRAGEDI 1965

    Ada dua bagian, yaitu:

    Bagian Pertama soal Peristiwa Madiun yang sudah pernah disidangkan di pengadilan Jakarta Pusat tahun 1956. D.N. Aidit sebagai Sekjen CC PKI dituntut karena dianggap mencemarkan nama baik Wakil Presiden Drs. Moh Hatta dengan tulisannya “ Tangan Hatta Berlumuran Darah” Namun karena D.N. Aidit minta agar Moh. Hatta diajukan sebagai saksi ternyata Pengadilan tidak bisa mengajukannya maka sidang diberhentikan dengan ketentuan tuntutan Hatta batal.

    D.N. Aidit dalam pembelaanya telah diuraikan dengan jelas, tak terbantah , bahwa peristiwa Madiun September 1948 adalah bualan Hatta dalam melaksanakan usulan AS ( Marle Cockran ) di Konferensi Sarangan – Madiun agar diadakan pembasmian terhadap kaum merah ( Red Drive Proposal ) dalam rangka kapitulasi pada Belanda di Konferensi Meja Bundar (KMB) di tahun 1949 yang sangat merugikan Indonesia .

    Baca brosur D.N. Aidit Menggugat.

    Bagian kedua memuat deretan fakta yang tidak terbantah bahwa peristiwa September 1965 Soeharto dengan dukungan AS (CIA) adalah dalang sebenarnya, dalam kup terhadap Presiden Soekarno, pembunuhan Jendral A yani cs, membunuh 3 juta rakyat Indonesia , memenjarakan 2 juta orang yang tidak bersalah, menangkapi , menyiksa , memperkosa, perampasan terhadap kekayaan pribadi korban Orba 1965.



    Semoga kutipan tulisan dapat menambah wawasan kita semua. Surya – Surabaya dan Waspada-Medan yang memuat tulisan peristiwa Madiun sudi memuat di harian-nya , kutipan tulisan tersebut diatas bila masih memegang teguh etika jurnalistik yaitu hak korban menjelaskan soalnya.


    Terima kasih atas perhatian Bapak , Ibu dan saudara semua.
    ***
    Ringkasan
    FAKTA KEBENARAN KORBAN TRAGEDI 1965
    1.INDONESIA JAMRUD KHATULISTIWA
    Indonesia yang demikian luas dengan kekayaan alam yang melimpah merupakan sasaran yang sangat menarik bagi negara-negara maju untuk bisa memanfaatkan kekayaan Indonesia , disamping juga memiliki jumlah penduduk yang demikian banyak sehingga sangat potensial sebagai tenaga kerja yang murah baik dalam proses produksi maupun sebagai tenaga cadangan di waktu perang, disamping sebagai pasar yang potensial bagi hasil industri negara – negara maju. Karena kelemahan sendirilah akhirnya bangsa Indonesia menjadi jajahan bangsa lain ( Belanda, Jepang dan lainnya ).
    2. INDONESIA DI TENGAH PERANG DINGIN
    Setelah Perang Dunia II berakhir dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, terjadilah era perang dingin antara Blok Barat ( kapitalis) dan blok Timur (sosialis) yang sebenarnya berlanjut sampai saat ini (tahun 2005) dengan kadar yang berbeda – beda sesuai dengan perkembangan situasinya. Era perang dingin ini sampai mempengaruhi rakyat Indonesia , sehingga secara garis besar rakyat Indonesia juga terbelah menjadi dua, yaitu yang setuju dengan paham kapitalis (golongan kanan) dan yang setuju dengan paham sosiallis (golongan kiri).
    Kondisi ini diketahui benar oleh negara-negara maju sehingga mereka berlomba-lomba menanamkan pengaruhnya di Indonesia , terutama negar-negara kapitalis sesuai dengan kepentingan negaranya masing-masing.
    3. PERISTIWA MADIUN 1948 ( KONSPIRASI POLITIK KAUM KOLONIALIS/IMPERIAL IS MELIKUIDASI RI )
    Pada tanggal 29 Januari 1948 Kabinet Hatta dibentuk dengan Programnya :
    a. Melaksanakan hasil persetujuan Renville.
    b. Mempercepat terbentuknya Negara Indonesia Serikat (berserikat dengan Belanda).
    c. Reorganisasi dan Rasionalisasi Angkatan Perang RI ( RERA APRI ).
    d. Pembangunan.
    Pemerintahan Hatta inilah yang dinilai oleh kaum kiri sebagai pemerintahan yang paling tunduk dan akan menyerahkan kedaulatan RI kepada Belanda, sehingga timbul ketidak puasan yang luas terutama karena ada rencana dari Hatta untuk merasionalisasi TNI kemudian membentuk tentara Federal bekerjasama dengan Belanda.

    * Mulai bulan Februari 1948 Kolonel A.H. Nasution bersama Divisi Siliwangi hijrah dari Jawa Barat menuju Yogyakarta sebagai pelaksanaan dari perjanjian Renville kemudian ditempatkan tersebar di wilayah Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur, khususnya di daerah yang kekuatan kaum kirinya cukup kuat, seperti di Solo dan Madiun yang dimaksudkan untuk persiapan membersihkan kaum kiri tersebut. Pasukan siliwangi tersebut segera menjadi pasukan elite pemerintahan Hatta dengan kelengkapan tempur yang lebih baik sehingga timbul iri hati pada pasukan diluar Divisi Siliwangi.
    * Pada bulan April 1948 terjadi demonstrasi terutama dari pelajar di Jawa Timur menentang RERA.
    * Pada Bulan Mei 1948 di Solo tentara Divisi Panembahan Senopati melakukan demonstrasi menentang RERA.
    * Pada tanggal 2 Juli 1948 komandan Divisi Panembahan Senopati , Kolonel Sutarto dibunuh oleh tembakan senjata api orang tak dikenal, kemudian diikuti dengan penculikan dan pembunuhan terhadap beberapa orang kiri, antara lain Slamet Widjaya dan Pardjo, serta beberapa perwira dari Divisi Panembahan Senopati , antara lain Mayor Esmara Sugeng, Kapten Sutarto, Kapten Suradi, Kapten Supardi dan Kapten Mudjono, yang kesemuanya diduga kuat dilakukan oleh Divisi Siliwangi sebagai kepanjangan tangan pemerintahan Hatta. Walaupun kemudian pembunuh Kolonel Sutarto tertangkap, tetapi pemerintah tidak mengadilinya bahkan oleh Jaksa Agung ketika itu malahan dibebaskan dengan alasan tidak dapat dituntut secara hukum (yuridisch staatsrechtelijk) .
    * Penculikan dan pembunuhan ini terus berlanjut terhadap orang-orang kiri maupun anggota Divisi Panembahan Senopati sehingga menimbulkan keresahan dan suasana saling curiga – mencurigai dan ketegangan yang tinggi.
    * Pada tanggal 21 Juli 1948 diadakan pertemuan rahasia di Sarangan Jawa Timur antara Amirika Serikat yang diwakili oleh Gerard Hopkins (penasehat urusan politik luar negeri) dan Merle Cochran (Wakil AS di Komisi Jasa-jasa baik PBB) dengan lima orang Indonesia yaitu: Wakil Presiden Moh . Hatta , Natsir, Sukiman, R.S Sukamto (Kapolri) dan Mohammad Rum yang menghasilkan rencana kompromi berupa likuidasi bidang ekonomi, politik luar negeri, UUD 1945 dan juga Reorganisasi dan Rasionalisasi (RERA) dibidang Angkatan Perang dengan menyingkirkan orang-orang (pasukan) yang di cap sebagai golongan kiri/merah dan terkenal dengan Red Drive Proposal atau usulan pembasmian kaum kiri.
    * Pada tanggal 13 September 1948 terjadilah pertempuran antara Divisi Panembahan Senopati dibantu ALRI melawan Divisi Divisi Siliwangi yang diperkuat pasukan-pasukan lain yang didatangkan ke Solo oleh pemerintahan Hatta.
    * Pada tanggal 15 September 1948 dilakukan gencatan senjata yang disaksikan oleh Panglima Besar Jendral Soedirman, petinggi-petinggi militer RI dan juga Residen Sudiro. Devisi Panembahan Senopati mentaati gencatan senjata namun lawan terus melakukan aksi-aksi yang agresif dan destruktif.
    * Sementara itu sebagian anggota Politbiro CC PKI yang tinggal di Yogyakarta memutuskan untuk berusaha keras agar pertempuran Solo dilokalisasikan dan mengutus Suripno untuk menyampaikan hal tersebut kepada Muso, Amir Syarifudin dan lainnya yang sedang berkeliling Jawa. Rombongan Muso mensetujui putusan tersebut. Jadi dalam hal ini kebijakan PKI sesuai atau sejalan dan menunjang kebijaksanaan Panglima Jendral Soedirman.
    * Sementara itu penculikan-penculik an dan pembunuhan terhadap orang-orang dan personil militer golongan kiri semakin mengganas dengan puncaknya pada tanggal 16 September 1948 markas Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) di Jalan, Singosaren Solo diserbu dan diduduki oleh kaki tangan Hatta (Siliwangi) sehingga pertempuran Solo semakin menghebat.
    * Aksi pembersihan orang-orang kiri ini tidak hanya terjadi di Solo, tetapi meluas ke Madiun dan derah lainnya, dan hasil RERA ini TNI yang tadinya berkekuatan 400.000 hanya tinggal 57.000. Sementara itu ancaman Belanda masih didepan mata terbukti kemudian dengan aksi agresi Militer Belanda II.

    Madiun

    * Oleh pemerintah Hatta didatangkanlah ke Madiun pasukan-pasukan Siliwangi yang langsung menduduki beberapa pabrik gula, mengadakan latihan-latihan militer serta menindas para buruh pabrik gula dengan membunuh seorang aggota Serikat Buruh Gula bernama Wiro Sudarmo serta melakukan pemukulan-pemukulan dan intimidasi terhadap para buruh. Penempatan pasukan ini tidak dilaporkan kepada komandan Terotorial Militer setempat sehingga menimbulkan ketegangan dan kemudian kesatuan militer setempat, yaitu Brigade 29 atas persetujuan KomandanTeritorial Militer setempat bergerak melucuti pasukan Siliwangi .
    * Dalam keadaan panas, kacau dan tak terkendali itu karena Residen Madiun tidak ada ditempat dan Walikota sakit, maka pada tanggal 19 September 1948 Front Demokrasi Rakyat (FDR) mengambil prakarsa untuk mengangkat Walikota Madiun Supardi sebagai pejabat residen sementara dan pengangkatan ini telah disetujui oleh pembesar-pembesar sipil maupun militer dan dilaporkan kepemerintah pusat di Yogyakarta serta dimintakan petunjuk lebih lanjut. Peristiwa inilah yang mengawali apa yang disebut sebagai “ Peristiwa Madiun”.
    * Pada tanggal 19 September 1948 malam hari, pemerintahan Hatta menuduh telah terjadi “ Pemberontakan PKI “ sehingga dikerahkanlah kekuatan bersenjata oleh Hatta untuk menumpas dan menimbulkan konflik horisontal dengan korban ribuan orang terbunuh, baik golongan kiri, tentara maupun rakyat golongan lain.
    * Pada tanggal 14 Desember 1948, sebelas orang pemimpin dan anggota PKI dibunuh di Dukuh Ngalihan Kelurahan Halung Kabupaten Karanganyar Karisidenan Surakarta pada jam 23.30, yaitu: 1. Amir Syarifudin, 2. Suripto, 3. Maruto Darusman, 4, Sarjono, 5. Dokosuyono, 6 Oei Gee Hwaat, 7. Haryono, 8.Katamhadi, 9. Sukarni, 10. Ronomarsono, 11. D. Mangku. Sementara itu lebih kurang 36.000 aktifis revolusioner lainnya ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara dan sebagian dibunuh tanpa proses hukum, antara lain di penjara Magelang 31 anggota dan simpatisan PKI, di Kediri berpuluh-puluh orang termasuk Dr. Rustam, anggota Fraksi PKI dan BP KNPI , di Pati antara lain Dr. Wiroreno dan banyak lagi yang lainnya.
    * Berdasarkan fakta pada saat ini Syarifudin menjadi Perdana Menteri dan memimpin pemerintahan, karena dikhianati dalam perjanjian Renville maka secara ksatria dan demokratis menyerahkan kembali mandat pemerintah kepada Presiden Soekarno, sehingga sangat naif menuduhnya bersama golongan kiri melakukan pemberontakan dan membentuk pemerintahan Soviet-Madiun.
    * Amir Syarifudin bekas Perdana Menteri Republik Indonesia yang juga berada di kota itu (Madiun) telah membantah segala sesuatu yang disiarkan dari Yogyakarta pada masa itu. Penjelasannya melalui radio, “Undang – Undang Dasar kami adalah Undang –Undang Dasar Republik Indonesia , bendera kami adalah Merah Putih dan lagu kebangsaan tidak lain dari Indonesia Raya,” seperti disiarkan pada tanggal 20 September 1948 oleh Aneta, Kantor Berita Belanda di Indonesia .
    * Bahwa kollaborasi antar pemerintahan Hatta dengan pihak kolonialis Belanda maupun imperialis Amirika Serikat dengan sekutu-sekutunya telah berhasil memecah belah persatuan dan kesatuan serta pembelokan jalanya revolusi Indonesia .
    * Pada tanggal 19 Desember 1948 itu pula Belanda menyerbu dan menduduki Yogyakarta dengan perlengkapan perang bantuan Amirika, hal itu terjadi setelah politik Red Drive Proposal sukses dilaksanakan oleh pemerintah Hatta demi tercapainya persetujuan Roem-Royen yang merugikan RI yang dilanjutkan dengan terselenggaranya Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dimulai pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949. dan kemudian lahirlah Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan konstitusi RIS-nya, dan hal yang sangat merugikan Indonesia antara lain Irian Barat masih ditangan Belanda dan hutang Hindia Belanda sebesar US Dollar 1,13 miliar menjadi tanggungan RI (hutang itu antara lain adalah biaya untuk memerangi RI), juga terjadi penurunan pangkat dalam APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia) bila menjadi APRIS ( Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ).
    * Pada tahun 1954, meskipun sudah kedaluwarsa, Aidit dihadapkan pada pengadilan di Jakarta mengenai Peristiwa Madiun. Dalam hal ini PKI dituduh mengadakan Kudeta . Dasarnya adalah pidato Hatta yang menyatakan entah benar entah tidak bahwa PKI mendirikan negara soviet di Madiun dengan mengangkat Wakil Walikota Supardi jadi Residen sementara untuk mengisi kekosongan. Ini dianggap melanggar KUHP pada pasal 310 dan pasal 311. Dalam persidangan Aidit mintah agar Moh. Hatta tampil sebagai saksi. Jaksa menyatakan keberatan atas pembuktian yang akan diajukan oleh Aidit, maka jaksa harus mencabut tuduhan pasal-pasal tersebut di atas.Pada akhirnya keberatan jaksa dan tuduhan terhadap Aidit melanggar pasal 310 dan pasal 311 KUHP cicabut. Karenanya Aidit tak dapat dituntut dan bebas tanpa syarat.

    Kesimpulan dari Peristiwa Madiun

    1. Pihak imperialis kolonialis pimpinan Amirika Serikat dalam menerapkan politik pembersihan kaum kiri (Red Drive Proposal) di Indonesia sebagai bagian makro politiknya untuk membendung komunisme, telah membersihkan orang-orang kiri ( komunis ) dari salah satu syarat mutlak pengakuan negara Republik Indonesia oleh dunia internasional (pihak Barat).
    2. Pemerintah Hatta menerima dan melaksanakan tawaran tersebut antara lain dengan membuat program Reorganisasi dan Rasionalisasi (RERA) di lingkungan Angkatan Perang yang kemudian menimbulkan gelombang penolakan yang luas.
    3. Untuk meredam penolakan tersebut dilakukan upaya-upaya yang sistematis, antara lain dengan melakukan teror berupa pembunuhan, penculikan, penahanan dan intimidasi lainnya, terutama kepada kaum kiri, yang kemudian dikenal dengan Peristiwa Solo.
    4. Peristiwa Madiun sama sekali bukanlah pemberontakan PKI , apalagi fitnah bahwa PKI telah mendirikan Negara Negara Soviet Madiun, tetapi merupakan rekayasa jahat pemerintahan Hatta guna mendapatkan momentum (kondisi dan Situasi) yang tepat untuk digunakan sebagai dalih (dasar) untuk menyingkirkan (membasmi) golongan kiri dari pemerintahan maupun Angkutan Perang yang kemudian mendapat perlawanan dari rakyat yang konsekuen anti kolonialis / imperialis.

    4. GEJOLAK DALAM PENOLAKAN RERA dan KMB
    Gejolak sebagai akibat penolak RERA dan KMB ini terjadi dimana-mana antara lain.

    1. Peristiwa Batalyon 426 di Kudus tahun 1950 karena menolak dilucuti dan diberlakukan RERA, batalyon ini serbu dan melarikan diri ke barat,sebagian bergabung dengan DI/TII di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

    2. Peristiwa Merbabu Merapi Complex (MMC), terjadi di daerah Semarang , Solo, Magelang dan Yogyakarta, yaitu pejuang – pejuang revolusi yang menolak RERA dan KMB.
    3. Peristiwa Barisan Sakit Hati di Cirebon (BSH), yaitu para pejuang revolusi yang menolak RERA dan KMB.
    4. Peristiwa APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil ) dipimpin Westerling, yaitu para bekas KNIL yang tidak puas kepada pemerintah RIS.
    5. Pergolakan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan.

    Gejolak –gejolak yang terjadi ini membuktikan keberhasilan politik pecah belah (devide et empera) kaum kolonialis Belanda dengan sekutunya kaum imperialis Amirika dan antek – anteknya.

    5. MEMPERTAHANKAN NKRI , PANCASILA DAN UUD 1945

    1. Republik Indonesia Serikat ( RIS )

    RIS hanya bertahan beberapa bulan dan akhirnya bubar kembali menjadi NKRI, ini karena pemimpin dan rakyat Indonesia telah sadar akan politik pecah belah dari pihak nekolim dan antek-anteknya yang akan tetap mempertahankan pengaruhnya di Indonesia , terbukti antara lain dengan adanya pemberontakan Republik Maluku Selatan ( RMS ) dan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pimpinan Westerling.

    2. Pemberontakan – pemberontakan

    Disamping itu pihak kolombia dan antek- anteknya tidak henti – hentinya menggoyang Indonesia dengan adanya pemberontakan PRRI dan PERMESTA yang secara aktif dibantu oleh Amirika Serikat juga membantu DI/TII di Aceh serta mendalangi percobaan pembunuhan Presiden Soekarno ( Antara lain peristiwa Cikini , peristiwa Cimanggis , peristiwa Makasar, penembakan Idul Adha, peristiwa Raja Mandala, dan lain-lainnya) .

    3. Dekrit Presiden 5 Juli 1959

    Pada sidang sidang di konstitusi telah terbukti bahwa kaum nasionalis sejati , yaitu telah terbukti bahwa kaum Nasionalis sejati, yaitu PKI dan PNI adalah mati-matian mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara dan NKRI sebagai satu-satunya pilihan, sehingga Konstituante menemui jalan buntu sampai keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dimana didektif kembali ke UUD 1945 dengan PKI dan PNI menjadi pendukung setianya. Karena golongan lain menghendaki dasar negara yang bukan Pancasila.

    4. Pendukung Setia Bung Karno

    PKI dan PNI merupakan pendukung setia politik Bung Karno, Dukungan ini terwujud antara lain di dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Manipol – USDEK, perebutan Irian Barat, penganyangan Malaysia . Kecuali itu keluarnya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UUPBH) tahun 1960 didukung sepenuhnya oleh PKI dan PNI, namun di lain pihak banyak yang tidak senang Bung Karno intim dengan PKI terutama golongan Kanan dan neokolonialis termasuk Amirika Serikat yang ingin meluaskan pengaruhnya di Indonesia dengan menjanjikan bantuan namun ditolak oleh Bung Karno. Dengan kata – katanya yang terkenal GO TO HELL WITH YOUR AID.

    5. Bung Karno Dijadikan Presiden Seumur Hidup

    Melihat besarnya kekuatan PKI yang tumbuh pesat menjadi partai terkuat maka pihak nekolim khawatir bila pemilu digelar PKI akan menang mutlak dan otomatis presidennya juga dari orang PKI. Oleh karena itu pihak Angkatan Darat melalui Jendral A.H. Nasution dengan mengajak Suwiryo ( Ketua PNI waktu itu) mengusulkan agar Bung Karno di jadikan presiden seumur hidup, agar tidak perlu dilakukan pemilu, sehingga dengan demikian tertutuplah kesempatan bagi orang PKI menjadi Presiden, dan ini adalah sebuah akal licik dari Angkatan Darat (hal ini juga diakui sendiri oleh Brigjen Suhardiman).

    6. Pembubaran Partai Masyumi dan PSI

    Presiden Soekarno membubarkan partai Masyumi dan PSI karena antara lain banyak pimpinannya terlibat dalam pemberontakan DI/TII maupun PRRI ,PERMESTA. Banyak kalangan partai tersebut menuduh bahwa ini adalah karena politik PKI, sehingga menambah ketegangan dan rasa permusuhan secara horizontal antara lain dengan timbulnya peristiwa Kanigora di Kediri , di Jawa Tengah dan ditempat –tempat lainnya.

    6. KUB & KEJAHATAN BESAR KEMANUSIAAN JENDRAL SUHARTO

    1. Prolog
    1. Skenario Pihak Nekolim

    Dari awal memang pihak Amirika Serikat dan sekutu – sekutunya telah menyiapkan dan melaksanakan beberapa sekenario untuk menguasai Indonesia antara lain dengan :

    1. Mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia tetapi Indonesia harus membasmi komunis lebih dulu dan akan menyadarkan aliasi dengan Barat (Peristiwa Madiun – KMB dan RIS).
    2. Menghasut beberapa daerah untuk berontak agar RI lemah (PRRI, PEMERSTA, RMS DAN DI/TII) dan menjadi boneka AS.
    3. Mendukung perjuangan memasukkan Irian Barat ke Indonesia dengan imbalan agar AS bisa menguasai bahan baku di Indonesia, tetapi gagal karena ditolak Bung Karno.

    1. Usaha menggulingkan Pemerintahan Soekarno

    Pemerintahan Soekarno yang semakin ke “kiri” dinilai banyak merugikan kepentingan blok Barat (nekolim) sehingga diambil langkah untuk menggulingkannya dengan berbagai cara, antara lain :

    * Tetap memberikan Bantuan bagi Angkatan Darat Indonesia untuk mendukung peranan anti komunis dan membentuk jaringan kerja intelejen guna usaha untuk menggulingkan Soekarno.
    * Penyiaran desas – desus dan penyesatan informasi, antara lain dari koran Malaysia seolah-olah PKI akan menggulingkan Jendral A.H. Nasution ( KSAD) dengan cara menyusupkan orang ke Angkatan Darat dan lain – lain yang menambah panas dan ganasnya perpolitikan di Indonesia .

    2. Isu Dewan Jendral

    Pada awalnya isu Dewan Jendral yang akan mengambil olih kekuasaan itu diangap isu fitnah dari PKI, tetapi dalam kenyataan yang terjadi Jendral Soeharto telah merekayasa dan mengambil alih kekuasan dari Presiden Soekarno, mengganti semua pejabat dari tingkat Menteri, Gubernur, Bupati sampai Lurah dengan orang-orang Angkatan Darat yang setia kepadanya, sedangkan pejabat-pejabat yang tidak loyal kepada Soeharto dicopot bahkan ditangkap, dimasukkan kedalam penjara, disiksa dan dibunuh untuk menegakkan dan melanggengkan kekuasaannya.
    Sebenarnya ada hasil rekaman rapat Dewan Jendral oleh bekas Mayor Rudhito dan pengakuan Brigjen Sukendro, namun isu kesaksian tersebut tidak pernah dipersoalkan lagi.

    3. Isu Dokumen Gilchrist

    Bersamaan dengan adanya isu Dewan Jendral maka muncul dokumen Gilchrist yang menyebutkan adanya” Our Local Army Friends” yang seolah-olah memperkuat isu Dewan Jendral. Tetapi ternyata kemudian bahwa isu Dewan Jendral dan dokumen Gilchrist merupakan jebakan bagi kekuatan revolusioner agar memuluskan Jendral Soeharto ke jenjang Kepala Negara ( Presiden).

    2. Kondisi Politik Dalam Negeri

    Situasi panas di bibang politik menjalar ke seluruh roda kehidupan bangsa Indonesia , termasuk suasana curiga-mencurigai, rivalitas yang berlebihan, saling tuduh dan lain – lain, namun yang paling menonjol adanya.:

    1. Isu Angkatan ke –5 dan Senjata dari RRC

    Pada kunjungan Menlu Subandrio ke RRC , PM Chou En Lei menjajikan untuk mempersenjatai 40 batalion tentara secara lengkap , penawaran ini gratis tanpa syarat dan kemudian dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga menetapkan waktunya sampai meletusnya G 30 S . Pada awal tahun 1965 Bung Karno mempunyai ide tentang angkatan ke –5 yang berdiri sendiri terlepas dari ABRI. Tetapi kalangan Militer (AD) tidak setuju dan hal ini lebih menimbulkan nuansa curiga-mencurigai karena pihak militer menuduh itu ulahnya PKI. Hal ini memang direkayasa oleh CIA melalui pemberitaan di Koran Bangkok yang mengutip berita dari koran Hongkong.

    2. Isu Sakitnya Bung Karno

    Sejak tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G 30 S telah beredar isu sakit parahnya Bung Karno. Hal ini meningkatkan kasak kusuk dan isu perebutan kekuasaan apabila Bung Karno meningggal dunia.
    Menurut Subandrio , Aidit tahu persis bahwa Bung Karno hanya Sakit ringan saja, jadi tidak ada alasan sakitnya bung Karno digunakan PKI untuk mengambil alih kekuasaan.

    3. Isu masalah Tanah dan Bagi Hasil (Aksi Sepihak)

    Pada tahun 1960 keluarlah Undang – Undang Pokok Agraria (UUPA) dan Undang – Undang Pokok Bagi Hasil (UUPBH) yang sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitiya Agraria yang dibentuk pada tahun 1948. Panitiya Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil pemerintah dan wakil berbagai ormas tani yang menceriminkan 10 kekuatan partai politik pada masa itu. Walaupun UU – nya sudah ada namun pelaksanaan di daerah tidak jalan sehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap dengan pihak pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagian massa pengikutnya dengan melibatkan sebagian massa pengikutnya dengan melibatkan backing aparat keamanan.
    Peristiwa yang menonjol dalam rangka ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara, peristiwa du Klaten dan peristiwa di Ketaon, Banyudono, Boyolali, yang memakan korban seorang pemuda tani bernama Jumeri yang disebut sebagai’ aksi sepihak ‘ dan kemudian digunakan dalih oleh militer untuk membersihkannya.

    3. Persiapan Pihak Jendral Soeharto

    1. Dengan latar belakang yang kurang terpuji karena telah melakukan berbagai pelanggaran, antara

    Lain :

    1. Terlibat sebagai pelaku dalam Peristiwa Kudeta tahun 1946, tetapi begitu pelaku kudeta ditindak dengan cepat dan lihainya segera turut serta menangkapi para pelaku lainnya, sehingga tampaknya seolah-olah dia sebagai pahlawan penyelamat.
    2. Terlibat sebagai dalang berbagai penjualan inventaris AD dan penyelundupan ekspor gula sewaktu menjabat Panglima Diponegoro berpangkat kolonel, dibantu oleh Letkol Munadi, Mayor Yog Sugama dan Mayor Sudjono Humardani. Untuk menindaknya Mabes AD membentuk tim dipimpin Mayjen Suprapto, dengan anggota S. Parman, MT Haryono dan Sutoyo. Sebenarnya Nasution menghendaki agar Soeharto cs diseret ke pengadilan militer, tetapi karena dibela Gatot Subroto maka presiden Soekarno memeti-eskan perkara ini, tetapi Nasution tetap mencopot Soeharto sebagai Panglima Diponegoro dan mengirimnya belajar ke Seskoad, di sanalah Soeharto bertemu dan bergaul dengan Brigadir Jendral Suwarno yang merupakan agen CIA dan telah berhasil menciptakan Seskoad menjadi pemikir dan produsen perwira-perwira calon pucuk pimpinan AD maupun pemimpin – pemimpin pemerintahan di kemudian hari.
    3. Dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia pada bulan Mei 1964 dibentuk Komando Mandala Siaga (Kolaga) yang dipimpin oleh Men. Pangau Laksdya Omar Dani sebagai wakilnya Brigjen Achmad Wiranata Kusuma. Achmad kemudian digantikan oleh Mayjen Soeharto yang juga merangkap sebagai Pang Kostrad. Terjadi friksi antara Omar Dani dengan Soeharto, bahkan Soeharto menyatakan kepada Presiden Soekarno bahwa Omar Dani tidak cocok sebagai Panglima Kolaga. Soeharto sebagai Wakil Pang Kolaga juga melakukan sabotase berupa penyelundupan dan menghambat pingiriman pasukan ke Malaysia terutama dilakukan melalui Kemal Idris. Disamping itu juga melakukan penghianatan dengan cara mengirim pasukan yang tidak siap (Diponegoro) dan memberitahukan kepada Inggris pasukan – pasukan diselundupkan ke Malaysia sehingga pasukan-pasukan itu dengan mudah ditangkap atau dihancurkan. Hal ini semua tentu sepengetahuan pimpinan AD, tetapi pimpinan AD tidak berbuat apa-apa karena ,memang mengikuti skenario dekolim. Dari 546 terasa ditahan Malaysia hanya 21 dari AD.

    2. Menggalang Letkol Untung, Kolonel Latief dan Brigjen Suparjo untuk membahas rencana Dewan Jendral yang akan menggulingkan Bung Karno. Dan Soeharto menjajikan tambahan pasukan, yang kemudian ternyata adalah Yon 454 dan Yon 530.

    3. Soeharto memberi perintah dengan telegram No. T.220/9 pada tanggal 15 September

    1965 dan mengulangi lagi dengan radiogram No. T.239/9 pada tanggal 21 September
    1965 kepada Yon 5.30 Brawijaya. Jawa Timur dan Yogya dan Yon 454 Banteng Raider Diponegora Jawa Tengah untuk datang ke Jakarta dengan kelengkapan tempur penuh. Ketika datang ke Kostrad diterima oleh Soeharto dan juga dilakukan inspeksi pasukan pada tangal 29 September 1965. Sedangkan Yon 328 Siliwangi datang dengan tanpa peluru. Tanggal 30 September 1965, jam 17.00 WIB , Yon 454 diperintahkan ke Lubang Buaya untuk bergabung dengan pasukan – pasukan yang lainnya guna melakukan gerakan pada malam harinya.

    4. Merekrut Yoga Sugama tanpa produser yang benar untuk ditarik ke Kostrad dari posnya di luar negeri ( Yugoslavia ). Begitu pengumuman RRI tentang adanya G 30 S, maka segera Yoga Sugama menyatakan bahwa PKI telah berontak dan memerintahkan agar gudang-gudang senjata di buka untuk melawan PKI. Dari mana ia tahu bahwa memang bukan mereka sendiri yang merencanakan dan merekayasa, karena Yoga Sugama adalah anak buah setia Soeharto sejak di Diponegoro (Jawa Tengah)
    5. Melakukan kontak rahasia dengan Malaysia dan CIA. Disamping melakukan penyelundupan dan melakukan sabotase berupa menghambat gerakan militer ke Malaysia, Soeharto juga melakukan kontak-kontak dengan Malaysia , Inggris maupun AS (CIA), tugas ini sebagian besar pelaku lapangannya adalah Ali Murtopo dengan tujuan untuk mematangkan pelaksanaanya rencana gerakannya. Ini juga terbukti dengan cepatnya pihak Soeharto melakukan perdamaian dengan Malaysia setelah mendapat surat Pemerintah 11 Maret 1966.
    6. Pengendalian dan Pemanfaatan Syam Kamaruzaman. Soeharto telah lama mengenal Syam di yogyakarta awal revolusi 1945. Pada tanggal 31 Desember 1947 Syam Kamaruzaman bersama lima orang dari kelompok Pathuk masuk ke Jakarta. Aktifitas mereka di Jakarta termasuk Syam mendirikan Serikat Buruh terutama Serikat Buruh Transport. Syam Kamaruzaman ikut serta mendirikan Serikat Buruh Pelayaran dan Pelabuhan serta menjadi salah seorang pengurus. Pada tahun 1951 ikut serta membantu DN. Aidit keluar dari kapal dan pelabuhan sewaktu Aidit datang kembali dari luar Jakarta . Sejak itu dia mempunyai hubungan dengan DN.Aidit. Pada tahun 1964 Syam diangkat sebagai ketua Biro Khusus yaitu jaringan PKI tetapi diluar struktur resmi PKI dengan tugas menyampaikan informasi ke Aidit selaku ketua CC PKI, membina anggota ABRI dan melaksanakan tugas-tugas lain yang tidak diketahui oleh pimpinan formal PKI. Ini adalah merupakan penyimpangan dari kebiasaan Partai Komunis Indonesia . Kedekatan Syam ini dimanfaatkan dan dikendalikan sepenuhnya oleh CIA dan Soeharto. Informasi menyesatkan telah dimasukkan ke PKI. Kondisi ini yang mungkin oleh Bung Karno dikatakan sebagai “ keblingernya Pimpinan PKI”.

    4. Kondisi pertentangan Internal Angkatan Darat

    Sebenarnya telah lama terjadi pertentangan antara faksi-faksi di kalangan internal AD yaitu sejak reorganisasi dan rasionalisasi Angkatan Perang Indonesia dalam pemerintahan Hatta. Pertentangan itu terutama antara profesionalisme model Barat yang dibumbui oleh pembelajaran politik sebagai bagian dari keikusertaanya dalam kekuasaan negara, dengan semangat revolusioner warisan revolusi 1945 yang masih kental dikalangan perwira menengah AD.
    Pada tahun 1965 telah terpecah dalam dua kubu, yaitu kubunya Jendral achmad Yani yang loyal kepada Presiden Soekarno dan kubunya Jendral A.H. Nasution – Soeharto yang tidak mendukung kebijaksanaan Presiden Soekarno tentang persatuan nasional terutama tentang Nasakom dan Penggayangan Malaysia.
    Dengan lihainya Soeharto bertindak seolah-olah loyal terhadap kepemimpinan Nasution maupun Yani dan sekaligus pendukung Soekarno, namun dilain pihak Soeharto merangkul kelompok perwira yang ingin menyelamatkan Bung Karno, dan kemudian kelompok tersebut diorganisasi dan dimanfaatkan untuk menghancurkan kelompok Yani maupun Nasution , menghancurkan PKI yang kemudian merebut kekuasaan.

    5. Kondisi Pihak PKI

    Sebenarnyalah pihak PKI tidak melakukan persiapan apa-apa, persiapan PKI hanyalah memenuhi himbauan Presiden Soekarno guna mengirim tenaga dengan komposisi yang mencerminkan Nasakom untuk dididik sebagai sukarelawan menganyang Malaysia, tetapi pada saat G 30 S meletus latihan sedang dicutikan oleh Komodor Udara Dewanto sebagai penanggung jawab akhir latihan sukarelawan, jadi memang tidak untuk melakukan gerakan.
    Aidit hanya menyuruh beberapa orang ke daerah untuk memonitor situasi dan menunggu perintah lebih lanjut yang ternyata tidak pernah diberikannya. Dalam surat Aidit kepada Bung Karno, Aidit menyatakan bahwa PKI tidak terlibat dalam G 30 S adalah murni gerakan militer (AD) karena adanya salah urus diantara militer sendiri.
    Adapun keterlibatan Syam dalam G 30 S tidak bisa dipandang mewakili PKI, karena disamping dia seorang intel AD agen CIA, juga tidak mendapat mandat dari CC PKI, justru keterlibatan Syam dalam G 30 S bertujuan untuk memberi kesempatan legalitas bagi Jendral Soeharto guna menghancurkan gerakan, juga menghancurkan PKI serta Bung Karno.

    2. Pelaksanaan G 30 S

    1. Fakta-rakta sebelum terjadinya G 30 S

    1. Pada bulan April 1962 ketika Presiden Kenedy bertemu dengan PM Inggris Harold McMillan keduanya sepakat tentang kehendak untuk melekuidasi Soekarno pada saatnya yang tepat, untuk itu dinas intelejen (CIA dan M16) bekerjasama saling isi – mengisi untuk merealisasikannya.

    2. Dalam bulan Desember 1964 seorang Duta Besar Pakistan di Eropa melaporkan kepada Menlu Zulfikar Ali Bhuto tentang hasil percakapannya dengan seorang perwira intelejen Belanda yang bertugas di NATO yang menginformasikan sejumlah dinas intelejen Barat sedang menyusun suatu skenario akan terjadi kudeta militer yang terlalu dini yang dirancang untuk gagal, dengan begitu terbukalah secara legal bagi AD Indonesia untuk menghancurkan kaum komunis dan menjadikan Bung Karno sebagai tawanan Angkatan Darat. Indonesia akan jatuh kepangkuan Barat laksana sebuah apel busuk.
    3. Hal senadapun telah dilaporkan oleh wartawan Der Spiegel bernama Godian Troeller bahwa akan terjadi perebutan kekuasaan oleh militer dalam waktu dekat.
    4. Dalam bulan April 1965 Elsworth Bunker utusan khusus Presiden AS Jhonson menghabiskan waktu 15 hari di Indonesia guna melakukan evaluasi. AS paling tidak menghadapi enam pilihan untuk membuat perhitungan terhadap Indonesia dan Presiden Soekarno seperti ditulis oleh David Johnson :

    1. Tidak campur tangan dengan kemungkinan Indonesia jatuh ketangan Komunis.

    2. Mencoba berbuat sesuatu agar Soekarno mengubah politiknya yang kian ke kiri tetapi tidak ada hasilnya .
    3. Singkirkan Soekarno dengan akibat yang tidak dapat diduga.
    4. Dukung AD untuk mengambil alih kekuasaan yang telah bertahun-tahun dilaksanakan tetapi belum berhasil.
    5. Usahakan provokasi PKI untuk melakukan aksi yang akan membuahkan legitimasi untuk pembasmian selanjutnya bergerak untuk menghadapi Soekarno.
    6. Sebagai varian no 5, jika PKI tidak melakukan sendiri maka alternatifnya ini perlu dilengkapi dengan segala macam rekayasa untuk mendiskriditkan PKI hingga terjadi situasi untuk membasmi PKI dan Soekarno sekaligus. Pilihan terakhir inilah yang kemudian diambil.
    5. Kira –kira seminggu sebelum meletus G 30 S seluruh tenaga ahli perusahaan Westinghouse (AS) ditarik dari proyek PLTU Tanjung Perak Surabaya tanpa alasan yang jelas dan digantikan dengan tenaga dari Jepang, karena pemerintah AS telah mengetahui akan terjadinya G 30 S.
    6. Pada tanggal 23 April 1965 Dubes AS di Jakarta , Jones membuat laporan rahasia kepada Wakil Menlu AS Urusan Timur Jauh William Burdy yang juga tokoh CIA tentang rancangan kudeta di Indonesia yang disampaikan secara pribadi dan langsung kepadanya. Kemudian dalam telegram No 1879 tangal 24 Mei 1965 dari Bangkok Jones melaporkan bahwa rencana tersebut tertunda karena para penggerak tidak dapat bekerja lebih cepat lagi. Jadi rencana kudeta terhadap Bung Karno itu memang ada dan dikendalikan oleh pihak nekolim.
    7. Pada tanggal 30 September 1965 malam Aidit diculik oleh militer yang berseragam Cakrabirawa dan tidak dikenalnya dengan dalih dipanggil ke Istana, namun ternyata dibawa ke Halim dan diisolasi di rumah Serda Suwardi, hanya bisa berhubungan dengan Central Komando I di Penas melalui kurir yaitu Syam Kamaruzaman sendiri, sehingga praktis dia tidak bisa apa-apa semuanya tergantung Syam intel AD dan CIA yang berhasil menyusup ke tubuh PKI untuk menghancurkan PKI.
    8. Tidak ada anggota PKI yang berada dalam pasukan G 30 S, melainkan hanya Syam Kamaruzaman sendiri.
    9. Tanggal 30 September 1965 malam kira-kira jam 22.00 Kolonel Latief telah melaporkan tentang rencana G 30 S kepada Jendral Soeharto di Rumah Sakit Gatot Subroto.

    2. Fakta –fakta Dalam Pelaksanaan Gerakan

    1. Pasukan yang digunakan dalam G 30 S didatangkan ke Jakarta dan bergerak ke Lubang Buaya atas perintah Kostrad.

    2. Naskah pengumuman pertama tentang G 30 S disiapkan oleh Syam dan ditandatangani oleh Untung dan Brigjen Suparjo yang menyatakan penyelamatan Presiden Soekarno dari kudeta Dewan Jendral.
    3. Naskah pengumuman kedua dan naskah –naskah lain dibuat oleh Syam namun tidak diteken oleh Untung meski namanya disebutkan, jadi tidak sah dan nama Letkol Untung telah dicatut oleh Syam. Justru pengumuman kedua ini yang isinya bertentangan 180 derajat dengan pengumuman pertama, yaitu mendemisionerkan kabinet Dwikora, kekuasaan berpindah kepada Dewan Revolusi, kenaikan pangkat bagi pelaksanaan gerakan. Isi pengumuman ini sungguh telah memojokkan G 30 S dan kemudian digunakan alasan untuk menghancurkannya.
    4. Pembunuhan para Jendral tahanan G 30 S baik di Jakarta maupun Yogyakarta dilakukan sendiri oleh pasukan yang terlibat G 30 S.
    5. Tidak ada penyiksaan , pencukilan mata, maupun penyiletan kemaluan Jendral oleh Gerwani maupun angggota Pemuda Rakyat, ini sesuai dengan Visum et Repertum dari tim dokter yang mengautopsi (bedah mayat) para Jendral yaitu tim dokter yang diketahui oleh Brigjen TNI Dr. Rubiono Kertapati dengan visum et repertum nomor 103, 104, 105, 106, 107, 108 109 ( untuk tujuh korban) yang menyatakan tidak ada bekas penyiksaan dalam tubuh korban seperti penyiksaan, pencukilan mata dan sebagainya. Hal itu dinyatkan oleh Presiden Soekarno dalam pidato pada HUT LKBN Antara tanggal 12 Desember 1965 dan pembukaan Konferensi Gubernur Seluruh Indonesia tanggal 13 Desember 1965.
    6. Pada saat gerakan yaitu tanggal 30 September 1965 maupun 1 Oktober 1965, Lubang Buaya menjadi tempat latihan sukarelawan pengganyangan Malaysia ini sedang kosong karena Sukwan dicutikan oleh Komandan Udara Dewanto.
    7. D.N. Aidit diambil dari tempat isolasinya di rumah Sersan Suwandi di Halim selanjutnya dipaksa oleh Syam untuk terbang ke Yogyakarta untuk akhirnya jatuh dalam kekuasaan agen intel AD tamatan sekolah intel AD di Bogor bernama Sriharto Harjominangun yang telah menyusup dalam Biro Khusus PKI . Awal November 1965 Aidit ditangkap dan dieksekusi oleh Kolonel Yasir Hadibroto atas perintah Soeharto.
    8. Baik pada saat gerakan tanggal 1 Oktober 1965 maupun sesudahnya tidak ada satupun dari pemerintahan, baik pemerintahan Pusat, pemerintahan Daerah Tingkat II maupun sampai Tingkat Kelurahan yang dipaksa turun oleh orang PKI untuk diganti dengan orang-orangnya.
    9. Tidak ada gerakan massa PKI dimanapun yang dikerahkan guna mendukung atau membantu G 30 S.
    10. Pada tanggal 1 Oktober 1965 malam hari, RRI diambil alih oleh Pasukan RPKAD (Kostrad) tanpa terjadi tembak-menembak ( damai ) dan pasukan yang tadinya kembali kepada induk kesatuan yang memerintahkannya.
    11. Jadi memang G 30 S ini dirancang oleh Arsiteknya yang Mayjen TNI Soeharto untuk membunuh saingan – saingannya, untuk kemudian gagal, sehingga momentum tersebut dapat dipakai dalih untuk menghancurkan PKI dan menggusur Bung Karno.
    12. Pada tanggal 2 Oktober 1965 Soeharto didampingi oleh Yoga Sugama dan anggota kelompok bayangannya mendatangi Bung Karno memberikan kuasa kepada Soeharto untuk memulihkan keamanan. Surat kuasa tersebut merupakan surat kuasa pertama yang mengawali kemenangan Soeharto dan cikal bakal terbentuknya Kopkamtib (kemudian berubah menjadi Bakorstanas) , yang merupakan alat palu godam rezim Soeharto untuk melibas siapa saja yang menentang kekuasaan rezim Orde Baru Soeharto.

    3. Epilog

    Fakta – fakta setelah Terjadinya Gerakan

    1. Fakta – fakta Kejahatan yang dilakukan oleh Jendral Soeharto

    1. Jendral Soeharto mengangkat dirinya sendiri sebagai pimpinan tertinggi Angkatan Darat.

    2. Jendral Soeharto membangkang perintah dengan cara pada waktu Jendral Amir Mahmud dan Jendral Pranoto Reksosamodro telah dihalangi ketika dipanggil menghadap Presiden Soekarno ke Bogor dalam situasi genting dan sangat menentukan.
    3. Melakukan pembredelan mass media sehingga yang bisa terbit hanyalah harian Berita Yudha dan Angkatan Bersenjata yang merupakan corong mereka guna menciptakan opini luas dan memonopoli kebenaran versi Soeharto.
    4. Melakukan penangkapan, penahanan, penyiksaan, perampasan hak asasi manusia, melakukan pembunuhan terhadap Aidit, Lukman dan Nyoto yang berstatus Menteri sehingga perbuatan tersebut sudah dapat dikategorikan sebagai makar terhadap pemerintahan yang sah guna melaksanakan ambisinya menggusur Bung Karno sebagai Presiden RI. Dengan cara tersebut sebagai KUDETA MERANGKAK.
    5. Menyalah-gunakan Surat Perintah 11 Maret 1966 justru untuk menggulingkan Bung Karno dengan menangkapi para menteri pembantu Bung Karno, memenjarakan dan bahkan ada yang dibunuhnya.
    6. Membubarkan PKI, yang mana Bung Karno sendiri walaupun ditahan sampai mati tidak pernah mau membubarkan PKI.
    7. Mengganti secara paksa para anggota DPR dan MPR yang tidak sejalan dengan politiknya untuk diganti dengan orang-orangnya guna melicinkan jalan menuju penggantian Presiden dari Bung Karno kepadanya dan membuat produk-produk hukum guna mendukung kekuasaannya, diantaranya TAP MPRS No.25 Tahun 1966 tentang PKI sebagai organisasi terlarang diseluruh wilayah Negara RI dan larangan menyebarkan atau mengembangkan paham atau ajaran Komunisme/Marxisme- Leninisme dan TAP MPRS No. 33 tahun 1976 tentang pencabutan kekuasaan pemerintahan Soekarno.
    8. Melakukan pembantaian massal terhadap para tahanan yang telah ditahan dengan dalih pembersihan G 30 S dan anggota PKI, dimana lebih dari 3.000.000 (tiga juta)orang dibunuh tanpa proses pengadilan dan ini merupakan pembantaian manusia terbesar di dunia di luar perang dan sepanjang sejarah manusia berada di muka bumi.
    9. Menerbitkan aturan tidak bersih lingkungan untuk merampas hak asasi manusia keturunan anggota PKI untuk menduduki posisi tertentu dalam pemerintahan, misalnya menjadi TNI, POLRI dan Pegawai Negeri Sipil maupun pegawai BUMN.
    10. Menghasut dan merekrut massa untuk dijadikaan atau dipengaruhi sebagai pelaku pembantaian massal terhadap orang-orang PKI.
    11. Memalsukan sejarah seolah – olah dalam G 30 S adalah PKI jadi kedua –duanya adalah satu dalam melakukan gerakan, padahal keduanya adalah berbeda sama sekali.
    12. Melakukan penangkapan dan penahanan secara semena-mena tanpa proses hukum serta membuangnya di Pulau Buru, Nusakambangan, Plantungan dan lain-lain tanpa fasilitas kemanusiaan yang cukup sehingga banyak yang meninggal dunia.

    2. Fakta – fakta Kejadian Lainnya

    PKI dalam hal lain

    1. Tidak ada gerakan massa PKI untuk mendukung G 30 S.
    2. Tidak ada penggantian satupun dari kepala pemerintahan mulai Kepala Desa (Lurah), Camat,Bupati/ Walikota, Gubernur maupun Presiden oleh orang PKI.
    3. PKI tidak menguasai gedung-gedung pemerintahan maupun proyek-proyek vital.
    4. PKI tidak mengangkat senjata untuk melawan atau pun melakukan perlawanan bawah tanah sebagai persiapan untuk memberontak.

    Jadi tidak ada suatu indikasi maupun bukti bahwa PKI melakukan pemberontakan dan makar terhadap pemerintah yang sah baik ditingkat pusat maupun daerah.
    7. KESIMPULAN

    1. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

    1. Peristiwa 1965 adalah merupakan kudeta (Makar) yang dilakukan oleh Jendral Soeharto dengan disponsori secara aktif oleh Amirika Serikat, Inggris, Australia, pengikut-pengikutny a dengan diikuti peristiwa pelanggaran HAM berat berupa penangkapan, penahanan, penyiksaan, pembunuhan ( penghilangan paksa ) dan mendiskriminasikan mereka termasuk keturunannya.

    2. Bahwa Jendral A. Yani cs dibunuh atas rekayasa dan skenario Jendral Soeharto, guna melancarkan jalan upaya kudetanya.
    3. Bahwa untuk menguasai dan membentuk pendapat umum, Jendral Soeharto mulai pada tanggal 2 Oktober sampai tanggal 10 Oktober 1965 melakukan pembredelan ( larangan terbit) tanpa hak kepada semua surat kabar kecuali harian Berita Yudha dan Angkatan Bersenjata yang digunakan sebagai corong propaganda mereka dan telah melansir dan membesar-besarkan berita bohong serta fitnah yang keji seolah-olah telah terjadi penyiksaan, penyiletan kemaluan jendral – jendral yang diculik ke lubang buaya, dicungkil matanya sambil melakukan pesta seks yang disebut “Pesta Harum Bunga” oleh Pemuda Rakyat dan Gerwani.
    4. Akibat fitnah dan bohong ini telah menyulut rasa antipati dan histeria massa untuk menghukum orang – orang yang dicurigai sebagai PKI, dan dipakai landasan memfitnah bahwa orang PKI itu a-moral, atheis, kafir, dan lain-lainnya yang jelek, sehingga perlakuan apa saja diaanggap halal dan boleh diterapkan semuanya.
    5. Bahwa Bung Karno telah ditahan dan mengalami penyiksaan fisik dan psikisnya sampai beliau meninggal dunia.
    6. Bahwa PKI sebagai kekuatan politik besar yang menang secara demokratis telah secara sistematis dihancurkan oleh kekuatan militer Angkatan Darat atas perintah Soeharto.
    7. Bahwa untuk melanggengkan kekuasaannya Jendral Soeharto dan kroni-kroninya telah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang cacat hukum antara lain: Tap MPRS No 25 tahun 1966, Tap MPRS No. 33 tahun 1967, tentang Aturan Bersih Diri , Bersih Lingkungan serta aturan-aturan lain yang diskriminatif dan nyata-nyata tidak sejalan dengan norma – norma agama, norma UUD 1945 maupun norma-norma dalam Pancasila serta bertentangan dengan norma-norma yang berlaku universal di seluruh dunia.
    8. Secara singkat dan tegas dapat dikatakan bahwa Jendral Soeharto telah melakukan kejahatan sebagai berikut :
    * Melakukan Makar (kudeta) terhadap pemerintahan yang sah.
    * Melakukan pelanggaran HAM berat.
    * Melakukan kebohongan publik.
    * Melakukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
    * Melakukan penyimpangan atas makna Surat Perintah 11 Maret 1966.

    Semua kejahatan diatas harus diadili dan dihukum setimpal dan korbannya harus direhabilitasi, diberika kompensasi maupun restitusi, baik baik menyangkut harkat dan martabatnya maupun


    Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind. net/
    http://geocities. com/lembaga_ sastrapembebasan /

  2. Hot Ad
  3. #32
    acing_2's Avatar
    Join Date
    May 2007
    Location
    fιlм мακєя αяτ ϑιяєc&#9
    Posts
    1,363
    Points
    1,895.43
    Thanks: 1 / 3 / 3

    Default

    TQ Info Ya Jadi Mengingat Masa Dolo And Sejarah Dolo Biar Anak" Sekolah Yg Skr Bisa Tau Sejarah Indonesia Dulu
    Chicane - Poppiholla
    (The Thrillseekers Remix)

  4. #33
    AnakTetanggaSebelah's Avatar
    Join Date
    Jan 2007
    Location
    Love Jogja & You
    Posts
    508
    Points
    567.30
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    tambah ilmu lagi gw !!! thx buat threader nya !!!

  5. #34
    DarkSoul's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    Flower Garden
    Posts
    212
    Points
    308.60
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    ini yang dipaparkan menurut salah satu kader pki ya?, sedangkan menurut pendapat soeharto lain lg..entah yg mana 1 yg benar, kita tidak bisa memastikan, karena melihat pergolakan yang terjadi waktu itu, setiap pihak berusaha untuk saling menjatuhkan, kecuali golongan yg netral waktu itu, yg masih memegang prinsip pancasila dan keutuhan NKRI., yaitu korban dari tragedi tsb, rombongan A.Yani Cs.

    jadi untuk thread ini, no comment, sampai aad bukti sejarah otentik yang mendukung pernyataan tersebut diatas.
    My Body is so hot, But For Some Reason.....
    My heart is so cool.

  6. #35
    akabane's Avatar
    Join Date
    Aug 2007
    Location
    jember
    Posts
    154
    Points
    182.60
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    FIuhh Gila Mantap dah jadi Bingung gw mana yang bener sejarahnya T_T

  7. #36
    AnakTetanggaSebelah's Avatar
    Join Date
    Jan 2007
    Location
    Love Jogja & You
    Posts
    508
    Points
    567.30
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    orang hebat mana tu isa nemuin cerita ini ???
    pasti kutu buku ni orang ^^

  8. #37
    NoMe's Avatar
    Join Date
    Apr 2007
    Location
    Jakarta
    Posts
    7,275
    Points
    8,492.60
    Thanks: 3 / 7 / 7

    Default

    wew
    nice thread
    banyak sejarah yg blom gwa tau


    Quote Originally Posted by Alexander Suvorov
    "Win with ability, not with numbers"

  9. #38
    CrL-bLaCk-'s Avatar
    Join Date
    Sep 2007
    Location
    -
    Posts
    10,051
    Points
    15,892.40
    Thanks: 13 / 232 / 105

    Default

    Asli ini berbeda banget dengan buku sejarah yang pernah aku pelajari. Kalau begini akan sulid untuk menentukan versi cerita mana yang sebenarnya terjadi di Indonesia waktu itu.
    • True love doesn't have a happy ending, because true love never ends •

  10. #39
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    memang pada zaman Suharto, banyak sejarah yang dimanipulasi dan disembunyikan, jika dibandingin sumber wikipedia dan buku pelajaran tentang konflik papua barat ato 6 30 s, isinya beda

  11. #40
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    G 30 S/ PKI – Menggugat Sejarah
    Akhir2 ini ada sebuah gejala yang cukup mengkhawatirkan yang terjadi di Indonesia. Setelah menikmati masa2 reformasi yang penuh dengan keterbukaan dan demokrasi, kini kekuatan2 lama ( baca Suharto dan antek2 nya ) sedikit demi sedikit mulai membangun kekuatan dan kembali berkuasa.

    Pada era keemasan Reformasi yaitu pada era kepemimpinan Gus Dur yang singkat ( circa 2 tahun ), kaum2 minoritas mendapatkan perhatian yang selama ini mereka damba-dambakan. Kaum pemeluk Kong Hu Cu misalnya, kini bisa menikmati kemudahan memiliki KTP, dokumen2 bahkan menikah secara resmi. Papua juga diberi keleluasaan terhadap identitas diri mereka. Dan yang paling penting ialah diadakannya proses rekonsiliasi nasional terhadap peristiwa sejarah Tragedi 30 September 1965.

    Gus Dur sebagai tokoh NU yang pada waktu itu menjadi garda depan dalam pembantaian masal alias genocide massa PKI pada tahun 1965, meminta maaf atas dosa-dosa NU dan umat Islam terhadap peristiwa itu. Sembari juga menyerukan proses rehabilitasi hak-hak terhadap para tapol / napol PKI dan keturunannya, yang selama ini bagai hidup enggan mati pun segan, hidup bak dalam neraka.

    Para KG-ers terutama dari etnis **** mungkin selama ini merasakan betapa berat hidup sebagai kaum minoritas yang ditepikan dalam kehidupan sosial, politik dan budaya, tapi itu tidak seberapa dengan derita para massa PKI dan keturunannya. Stigma keturunan PKI lebih hebat dari stigma apapun yang ada di dunia ini.

    Dengan stigma ini KTP anda akan ditandai, sehingga kegiatan anda akan bisa dimonitor kapan saja. Anda tidak boleh sekolah disekolah negeri, universitas negeri, jadi pegawai negeri, guru, wartawan atau apapun yang berhubungan dengan publik. Bahkan jadi dalang dan penulis buku pun gak boleh.

    Jika etnis **** mendapat kemudahan dalam hal ekonomi, maka tidak demikian dengan keturunan PKI ini. Mereka dibatasi garakannya bahkan dalam kegiatan ekonomi. Mereka tidak boleh mendirikan perusahaan berskala besar ataupun pabrik yang beromset besar. Tindakan ini adalah sebagai sebuah bentuk penghilangan generasi secara sistematis dan perlahan-lahan alias genocida terukur.

    Tragedi 30 September 1965 adalah sebuah peristiwa paling kelam dalam sejarah Indonesia dan bahkan di dunia. Korban yang jatuh mencapai 3 juta jiwa, menjadikan genocida kedua yang terbesar setelah genocida kaum Yahudi oleh NAZI. Dosa2 yang kita tanggung sebegitu besarnya sehingga pantaslah kita menjadi negara yang penuh masalah.

    Pada era orde baru, tragedi ini ditutup rapat2 agar kebenarannya tidak terendus dunia. Para peneliti asing yang meneliti satu persatu di persona non grata, sementara nyaris tidak ada satu pun peneliti lokal yang berani melakukan kajian historis yang valid. Namun demikian keruntuhan orde baru menjadi kesempatan bagi kita semua untuk menguak apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu.

    Terinspirasi oleh tulisan Dr. Asvi Warman Adam seorang peneliti LIPI bidang sejarah pada sebuah surat kabar nasional, maka wa buka tret ini dengan maksud dan harapan semoga kita semua bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi pada waktu itu. Semoga dengan ini kita bisa membasuh dosa kita yang selama ini telah menjadi kutukan terhadap nasib bangsa kita.

  12. #41
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Letkol Untung bin Syamsuri, tokoh kunci Gerakan September 1965 adalah salah satu lulusan terbaik Akmil. Pada masa pendidikan ia bersaing dengan Benny Moerdani, perwira muda yang sangat menonjol dalam lingkup RPKAD (kelak Benny Moerdani menjadi tokoh legendaris dalam Misteri Tragedi Tanjung Priok). Mereka berdua sama-sama bertugas dalam operasi perebutan Irian Barat dan Untung merupakan salah satu anak buah Soeharto yang dipercaya menjadi Panglima Mandala.

    Sebelum ditarik ke Resimen Cakrabirawa, Untung pernah menjadi Komandan Batalyon 545/Banteng Raiders yang berbasis di Srondol, Semarang. Batalyon ini memiliki kualitas dan tingkat legenda yang setara dengan Yonif Linud 330/Kujang dan Yonif Linud 328/Kujang II. Kelak dalam peristiwa G 30 S ini, Banteng Raiders akan berhadapan dengan pasukan elite RPKAD dibawah komando Sarwo Edhie Wibowo.

    Setelah G 30 S meletus dan gagal dalam operasinya, Untung melarikan diri dan menghilang beberapa bulan lamanya sebelum kemudian ia tertangkap secara tidak sengaja oleh dua orang anggota Armed di Brebes, Jawa Tengah. Ketika tertangkap, ia tidak mengaku bernama Untung. Anggota Armed yang menangkapnya pun tidak menyangka bahwa tangkapannya adalah mantan Komando Operasional G 30 S. Setelah mengalami pemeriksaan di markas CPM Tegal, barulah diketahui bahwa yang bersangkutan bernama Untung.

    Setelah melalui sidang Mahmilub yang kilat, Untung pun dieksekusi di Cimahi, Jawa Barat pada tahun 1969, 4 thn setelah G 30 S mengobarkan pemberontakannya.

    Bagi Soeharto, Untung bukanlah orang lain. Hubungan keduanya cukup erat apalagi dulunya Soeharto pernah menjadi atasan Untung di Kodam Diponegoro. Indikasi kedekatan tersebut terlihat pada resepsi pernikahan Untung yang dihadiri oleh Soeharto beserta Ny. Tien Soeharto. Pernikahan tersebut berlangsung di Kebumen beberapa bulan sebelum G 30 S meletus. Kedatangan Komandan pada resepsi pernikahan anak buahnya adalah hal yang jamak, yang tidak jamak adalah tampak ada hal khusus yang mendorong Soeharto dan istrinya hadir pada pernikahan tersebut mengingat jarak Jakarta - Kebumen bukanlah jarak yang dekat belum lagi ditambah pada masa tahun 1965 sarana transportasi sangatlah sulit.

    Kembali, suatu misteri yang tak terpecahkan sampai sekarang, apakah hubungan Soeharto dengan Untung dan kaitannya dengan peristiwa September 1965 ?

  13. #42
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Menyusul terjadinya tragedi September 1965, Latief sempat menjadi buronan beberapa saat. Bersama Untung dan Kapt. Inf. Suradi, mereka melarikan diri ke arah selatan sampai di desa Cipayung, Pasar Rebo, Jakarta. Setelah kelar menamam semua senjatanya di desa Kebon Nanas, Bogor. Latief pada keesokan harinya berusaha menemui Presiden Soekarno melalui Brigjen Soepardjo namun usaha tersebut menemui kegagalan. Karena usaha untuk bertemu gagal, maka Latief bersembunyi di daerah Pejompongan dan setelah dua malam bersembunyi, akhirnya ia tertangkap oleh sepasukan tentara yang menggeledah daerah tersebut. Dengan luka pada kaki kirinya dia masuk penjara sebagai tapol dan mengalami persidangan berkali - kali.

    Semula Latief mendapat hukuman mati kemudian Mahkamah Militer Agung pada tahun 1982 mengganti vonisnya menjadi vonis seumur hidup. Setahun kemudian pada tahun 1983, Latief resmi menjadi narapidana politik di LP Cipinang. Latief lalu mengajukan permohonan hukuman seumur hidup diubah menjadi hukuman terbatas. Soeharto melalui salah satu keppresnya akhirnya menambah hukuman Latief selama lima tahun sampai dengan 18 Januari 1988 tapi setelah masa itu lewat, Latief tak kunjung dibebaskan.

    Pada 17 Agustus 1994, Omar Dhani mantan Menpangau, Dr. Soebandrio mantan Menlu dan Ketua BPI serta Brigjen Pol. Sutarto serta Kol. Latief mengajukan grasi pada Presiden Soeharto. Semua mendapat grasi kecuali Kol. Latief. Akhirnya pada era pemerintahan Habibie lah baru Latief mendapatkan grasinya.

  14. #43
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Eks Sersan Mayor Boengkoes adalah salah satu pelaku langsung dari Tragedi September 1965. Dia dibebaskan dari LP Cipinang pada tanggal 25 Maret 1999.

    Sebagai Komandan Peleton Kompi C Batalyon Kawal Kehormatan Cakrabirawa yang berada di bawah Kol. Untung, dia mengaku bahwa dia hanya menjalankan perintah atasannya yaitu Lettu Dul Arief.

    Ia diperintahkan untuk 'mengambil' Mayjen MT. Haryono, hidup atau mati. Sebelum dilakukan pengambilan tersebut, dia diberi penjelasan oleh atasannya tersebut bahwa ada sekelompok jenderal yang menamakan dirinya "Dewan Jenderal" yang bertujuan meng-coup Presiden Soekarno.

    Ketika ditanya apakah Boengkoes mengerti dengan yang dimaksud "Dewan Jenderal", dia menjawab dalam masa G 30 S tersebut ada dua kubu yang tampaknya lagi berkonflik dalam kemiliteran terutama di Angkatan Darat. Yaitu apa yang disebut sebagai "Dewan Jenderal" dan "Dewan Revolusi".

    "Dewan Jenderal" adalah yang berniat melakukan coup pada Presiden Soekarno sedangkan "Dewan Revolusi" adalah yang berniat menyelamatkan Presiden Soekarno. Menurut Boengkoes ada ketidaserasian dalam Angkatan Darat tidak hanya menyangkut Soekarno.

    Sekitar pukul setengah tiga dini hari semua unsur pasukan yang bertugas untuk melakukan penangkapan dikumpulkan dan diberi briefing akhir. Pasukan dibagi dalam tujuh sasaran dengan dalam tiap titik sasaran terdiri atas satu peleton pasukan. Waktu 'pengambilan' sangat singkat, antara 15 - 20 menit dan tidak dihitung dengan waktu berangkat. Dan sebelum pukul 06.00 harus sudah dibawa ke semua tujuh orang Jenderal tersebut.

    Waktu itu Serma Boengkoes mendapat sasaran Mayjen MT. Haryono. Sebelum penangkapan, Serma Boengkoes melakukan observasi dulu. Yang dia ingat adalah waktu itu pintu menghadap ke selatan. Setelah Boengkoes mengetuk pintu dan meminta ijin untuk kedua kalinya, pintu ditutup dan dikunci dari dalam. Waktu itu keadaan gelap sekali karena oleh pemilik rumah semua lampu dimatikan.

    Dalam hati Boengkoes timbul pertentangan antara melanjutkan atau tidak tetapi sebagai seorang tentara dia teringat akan perintah komandannya yang harus dituruti. Akhirnya didobraknyalah pintu tersebut dan ketika itu Boengkoes terkejut karena melihat kelebatan bayangan putih dan secara reflek dia menarik pelatuk dan terjadilah penembakan itu. Gugurlah satu bunga bangsa .. Mayjen MT. Haryono. Menurut pengakuan Boengkoes pada saat dia melakukan penembakan, dia tidak mengetahui bahwa yang ditembaknya adalah Mayjen MT. Haryono.

    Pukul 05.30 pagi tanggal 01 Oktober, Boengkoes dan pasukannya sudah tiba di tempat semula. Baru ketima matahari sudah panas dilakukanlah eksekusi terhadap para jenderal yang masih hidup. dan itupun dilakukan dnegan sopan dengan dipapahnya para jenderal sampai bibir sumur dan baru kemudian ditembak.

  15. #44
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Menurut pengakuan Boengkoes tidaklah benar kalau ada pesta dan nyanyi-nyanyi seperti yang ditampakkan pada film G 30 S tersebut. Suasana saat itu benar-benar sepi. Boengkoes mengatakan bahwa pada saat itu hanya terdengar tiga suara (yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang di telinganya jika mengingat kejadian tersebut), yaitu suara desiran angin di pepohonan, suara tangis bayi dan suara ayam berkokok **iiih .. gue kok merinding yaa .. ** . Semua orang yang ada disitu terdiam dan tentara pun seperti robot bahkan air putih pun terasa pahit.

    Boengkoes mengatakan bahwa dia benar-benar merasakan penyesalan yang terdalam dan hatinya hancur begitu mengetahui semuanya .. . Bahkan ketika keluar dari penjara pun terbersit banyak pertanyaan apakah nanti ia mampu hidup layak dan wajar di tengah-tengah masyarakat.

    Sebagaimana disebut tadi, menurut pengakuan Boengkoes, waktu penembakan atau eksekusi para jenderal adalah jam setengah sembilan pagi.

    Malam hari pada tanggal 01 Oktober pasukan Boengkoes dipindah ke suatu tempat, entah ke mana. Yang jelas mereka melintasi lapangan udara. Tanggal 02 Oktober, Boengkoes pulang ke Asrama. Setelah diterima oleh Kepala Asrama, kemudian Boengkoes dibawa ke suatu tempat yang ternyata adalah LP. Cipinang.

  16. #45
    MimiHitam's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    9,242
    Points
    16,524.95
    Thanks: 14 / 58 / 42

    Default

    Sekarang kita bicarakan tentang Sjam Kamaruzzaman, tokoh Peristiwa September 1965 yang paling misterius.

    Nama aslinya adalah Sjamsul Qamar Mubaidah. Dia adalah tokoh kunci G 30 S dan orang nomor satu di Biro Khusus PKI yang bertugas membina simpatisan PKI dari kalangan ABRI dan pegawai negeri sipil. Sjam kelahiran Tuban, Jawa Timur, 30 April 1924. Pendidikannya hanya sampai kelas tiga Land & Tunbow School dan Suikerschool, Surabaya. Karena Jepang keburu masuk ke Indonesia, maka Sjam tidak menamatkan sekolahnya. Pada tahun 1943 dia masuk sekolah dagang di Yogyakarta tapi itu pun hanya sampai kelas 2.

    Setelah proklamasi kemerdekaan, Sjam ikut berjuang memanggul senjata dalam pertempuran di Magelang tahun 1945 - 1946, Ambarawa dan Front Mranggen, Semarang. Dia sempat memimpin kompi laskar di Front Semarang Barat. Sekembalinya dari Front tersebut, ia menjadi anggota Pemuda Tani dan menjadi pemimpin Laskar Tani di Yogyakarta.

    Tahun 1947, menjelang Agresi Militer Belanda I (Clash I), ia membentuk Serikat Buruh Mobil, sebuah organisasi buruh yang beraliran kiri. Pada akhir 1947, ketika SBKP (Serikat Buruh Kapa dan Pelabuhan) didirikan, Sjam juga menjadi pimpinan, bahkan kemudia menjadi ketua. Ia banyak mempelajari teori Marxis pada periode tersebut.

    Tahun 1950, dia menajdi Wakil Ketua SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) Jakarta Raya. Tahun 1951 sampai 1957. dia menjadi staf anggota Dewan Nasional SOBSI. Dan barulah semenjak tahun 1957, dia menjadi pembantu pribadi DN. Aidit. Mulai tahun 1960, Sjam ditetapkan menjadi anggota Departemen Organisasi PKI. Empat tahun setelah itu, dia memperkenalkan bentuk pengorganisasian anggota-anggota PKI yang berasal dari ABRI. Lahirlah apa yang disebut Biro Khusus Sentral pada tahun 1964.

    Sjam mengaku bahwa dia ditugaskan oleh Aidit untuk memimpin biro khusus tersebut. Suatu biro yang menangani pekerjaan khusus yaitu pekerjaan yang tidak dapa dilakukan melalui aparat-aparat terbuka yang lain, terutama di bidang militer dan bidang lainnya yang harus dikerjakan secara klandestin atau bawah tanah.

Page 3 of 8 FirstFirst 1234567 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •