Results 1 to 8 of 8
http://idgs.in/73492
  1. #1
    -trifena-'s Avatar
    Join Date
    Nov 2007
    Location
    Pontianak
    Posts
    390
    Points
    1,361.90
    Thanks: 0 / 5 / 4

    Default Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi

    Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi

    Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesiadapat
    memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman
    "KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman
    obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan
    berbagai penyakit berat lain.

    Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya
    tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanaman
    ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau,
    orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia ..

    Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris
    K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti
    Sains Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga

    perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan
    pasien dari Malaysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru,
    Singapura, dan berbagai negara di dunia.

    Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di
    Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker
    payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah
    kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus
    menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk
    menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.
    "Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami
    menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan
    kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan,"
    jelas Patoppoi.

    Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus
    berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan
    informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati
    kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysiauntuk membeli
    teh tersebut,"
    ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah
    toko
    obat di Malaysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku
    mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan
    Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.
    "Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut.
    Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi,
    tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum.
    Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.

    Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat
    Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman
    tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,
    familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,
    mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman
    tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di
    Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.

    Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa

    tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar
    tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,"
    lanjut Patoppoi.
    Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai
    memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku
    tersebut
    untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya,
    Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman
    tersebut.
    "Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di
    pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut
    tumbuh liar di
    pinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu.

    Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami
    penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti
    rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makan
    ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.

    Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani
    pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh
    mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Para
    dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada
    isterinya. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan
    dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi.

    Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter
    pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar
    mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak
    mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan
    pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali
    diundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena sesuatu hal, para
    dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan
    tanaman sebagai
    pengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.

    Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan
    keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi
    Dr.Teo

    melalui fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut banyak terdapat
    di Jawa dan
    mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia.
    Kemudian Dr .. Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu
    apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi.
    Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam
    bahasa Indonesiadan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan

    agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha
    nyata membantu penderita kanker di Indonesia.
    Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai
    meninggalnya Wing Wir yanto , salah satu wartawan handal Jawa
    Pos,Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala,
    penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan
    salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan
    di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan
    tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut.
    "Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos,"
    ujar Boni.
    Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari,
    bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada sekitar
    300 orang
    yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani,
    Buduran Sidoarjo.


    Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim
    stadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi.
    Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku
    dijual
    untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos.
    Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien
    tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi,
    karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.

    Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi
    berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direktur
    Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno,
    Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang , Malaysia . Di kantor Pusat
    Cancer Care Penang, Malaysia , Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut

    mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia ..
    Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisi
    revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut,
    serta pengalaman
    isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker. Dari pembicaraan
    mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikan

    perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya . Maka secara resmi,
    Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial Cancer
    Care Indonesia , yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care,
    yaitu di

    Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta , telp. 021-4894745,
    dan di Buduran, Sidoarjo.

    Cancer Care Malaysiatelah mengembangkan bentuk
    pengobatan tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi
    ekstrak Keladi Tikus
    dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai
    tananaman lainnya dengan dosis tertentu. "Dosis yang diperlukan
    tergantung penyakit yang diderita," kata Boni.

    Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang
    menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui fax

    ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami fax-kan.
    Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligus

    obatnya, dengan harga langsung dari Malaysia , sekitar 40-60 Ringgit
    Malaysia ," lanjut Boni.
    "Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarik
    keuntungan,
    malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan
    waktu pembayaran. " tambahnya.


    Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salah
    satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker
    ginjal. Adadua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat
    sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabayaini. Pasien
    pertama yang
    mengidap kanker rahim tidak sempat diberi pengobatan dengan keladi tikus,
    karena telah
    ditangani oleh rekan-rekan dokter yang telah memiliki reputasi. Setelah
    menjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalami kerontokan
    rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah.
    Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini
    menanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi tikus untuk membantu
    proses penyembuhan kemoterapi.

    Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami
    penderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi
    dokter ini menolak untuk diekspos karena
    menurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di Indonesia ...
    Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai pengobatan
    alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun" atau
    dokter-dukun.
    "Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan modern,"
    kata dokter tersebut.

    Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan
    bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan
    sabu-sabu di Surabaya , yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat
    kanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III,
    pasien tersebut mengkonsumsi pil
    dan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata
    obat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba dari peredaran darah
    penderita dan
    mengatasi ketergantungan pada narkoba tersebut.
    "Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi tikus,
    dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan timbul
    resistensi. Jadi jangan
    seperti kebo, habis mandi berkubang lagi," sambung Boni sambil tertawa.

    Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan
    kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak
    mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat
    kemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan.

    Menurut data Cancer Care Malaysia, berbagai penyakit yang telah
    disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker
    payudara, paru-paru, usus besar-rectum,

    liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa,
    leukemia, empedu, pankreas,
    dan hepatitis.

    Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran
    Ringgit
    Malaysiaselama 5 tahun
    dapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan.

    Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan
    dengan artikel "Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga sosial

    "Cancer Care Indonesia " beralamat di Jl. Kayu Putih 4 no.5 Jakarta ,
    telp : 021-4894745,

    neh gambarnya, kitaupload.com - Upload Filemu
    linknya aja ya, saya ndak tau cara nampilkan gambarnya

    @bang irwan ama mimihitam, klo salah tempat moved aja, oh iya dapat salam dari bpk saya ( -trifena- yang asli )
    Last edited by CrL-bLaCk-; 25-04-08 at 16:17. Reason: Bantu Munculin Gambar

  2. Hot Ad
  3. #2
    MumunLuvMamamia
    Guest

    Default

    zzzz...cape nih negara Indonesia ga mau matenin budaya2 Indonesia...

    obat kanker ini kudu paten biar orang semuanya wisata pengobatan ke Indonesia ^^ ngapain ke amerika dan singapura ^^

    btw kalo bener2 berhasil sukses besar utk pengobatan Indonesia ^^

  4. #3
    -trifena-'s Avatar
    Join Date
    Nov 2007
    Location
    Pontianak
    Posts
    390
    Points
    1,361.90
    Thanks: 0 / 5 / 4

    Default

    mungkin niat yang nemukannya bkn untuk suatu kebanggaan kali tapi buat untuk seluruh umat manusia oh iya ada satu pernyataan yang blm saya sampaikan, begini isi pernyataannya

    JIKA ANDA MAU BERBAIK HATI TERHADAP SESAMA....TOLONG SEBARKAN
    INFORMASI INI...

  5. #4
    ID.KingHades's Avatar
    Join Date
    Apr 2008
    Location
    DKI Jakarta , Jakarta Utara
    Posts
    153
    Points
    254.60
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    info ini sudah tersebar cukup luas, pernah masuk koran kompas dll. pernah muncul juga di Kompas.Com

  6. #5
    -trifena-'s Avatar
    Join Date
    Nov 2007
    Location
    Pontianak
    Posts
    390
    Points
    1,361.90
    Thanks: 0 / 5 / 4

    Default

    Quote Originally Posted by ID.KingHades View Post
    info ini sudah tersebar cukup luas, pernah masuk koran kompas dll. pernah muncul juga di Kompas.Com
    berarti saya telat dong bang, ya ndak apa2 lah daripada tdk sama sekali

  7. #6
    ID.KingHades's Avatar
    Join Date
    Apr 2008
    Location
    DKI Jakarta , Jakarta Utara
    Posts
    153
    Points
    254.60
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Saya rasa juga tidak semua forumer disini mengetahui info tersebut, bahkan menurut saya memang masih sedikit diantara kita yang tau ( saya termasuk yang sudah tau saja ) .

  8. #7
    LoLz's Avatar
    Join Date
    Jan 2008
    Location
    Depan PoHoN manGGa yG d KenCinGin ma kucinG WaRna PinK
    Posts
    482
    Points
    574.20
    Thanks: 1 / 0 / 0

    Default

    wah keren indonesia obat" banyak... tapi itu tales yg dimakan ubinya kan bkn daunnya? tp gw ragu itu tales beneran? CMIIW

    No matter how many times the colors of the seasons change,these feelings will never wither, swaying like a flower.
    If this is just a dream, then let it be a dream. I don't care.
    My heart, filled with loving radiance...Forever thinking of you


  9. #8

    Join Date
    Aug 2007
    Location
    Indonesia,Jakbar,Meruya,Rumah,Diruangan,dpan Status:Junkers Sejati
    Posts
    2,935
    Points
    4,338.70
    Thanks: 0 / 1 / 1

    Default

    wah2 keren gw baru tau sekarang ^^ sebenearnya obat paling mujarab ada di indo tpi indo ga mau prosses dan udah di selundupin ke amrik trus dipatenin kesana! btw CMIIW itu apa si?

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •