Results 1 to 5 of 5

Thread: Gua Panorama

http://idgs.in/85658
  1. #1
    Dhani21's Avatar
    Join Date
    Oct 2007
    Location
    jl.raya sedati gede
    Posts
    866
    Points
    1,031.50
    Thanks: 1 / 1 / 1

    Default Gua Panorama

    Gua, Panorama Penuh Mistik

    Oleh: Heryus Saputro & Ron Agusta
    Foto: Ron Agusta *)

    Gua adalah bayangan kegelapan abadi yang menakutkan sebagian orang, tapi juga ujud museum bawah tanah yang menyimpan panorama alam yang menakjubkan. Warisan misteri purba yang kian terungkap. Jengkal demi jengkal.

    Berapa banyak jumlah gua alam di Indonesia? Belum ada peneliti mencatatnya. Ia tersebar di bentangan bukit kapur, tebing pantai curam, atau di antara belukar hutan dan ladang-ladang penduduk. Hubungan manusia dan gua pun nyaris setua umur peradaban.

    Seperti di negeri lain, gua-gua di Indonesia sejak lama telah dimanfaatkan masyarakat. Berbagai temuan arkeolog, seperti kerangka, serpihan tembikar, atau pun mata-panah, membuktikan manfaat gua bagi kelompok manusia masa lampau. Baik sebagai benteng perlindungan dari serangan hewan, hawa dingin, maupun sebagai tempat penimbunan makanan dan rumah tinggal. Ekosistem sebuah gua menawarkan potensi nyata, yaitu sumber air yang jernih banyak mengalir dari sana.

    Di beberapa negara Barat, kelembabab udara gua sejak lama dimanfaatkan untuk bertani jamur dan mempercepat proses penuaan keju. Pada tingkat lebih sederhana, masyarakat di Kalimantan, Sumatera, dan Jawa Barat, memanfaatkan gua-gua alam untuk memeram buah-buahan: pisang, nangka, atau mangga.

    Gua-gua yang gelap juga dihuni kekelawar. Bat Cave di Arizona, Amerika Serikat, dikenal sebagai penghasil guano atau kotoran kelelawar yang masih ditambang secara besar-besaran hingga tahun 1960. Guano yang merupakan pupuk terbaik penyubur tanaman itu, dikemas ke dalam kantung plastik dan di jual di supermarket.

    Puluhan bahkan ratusan gua hunian kelelawar juga terdapat di Indonesia. Gua Lawa atau Gua Kampret nyaris ada di tiap gua alam. Dan secara tradisional, kotoran mamalia terbang yang menumpuk di lorong-lorong gua dikeruk oleh masyarakat sekitar sebagai pupuk ladang.

    Selain itu, tak kurang banyak pula gua penghasil sarang burung walet. Di pantai-pantai selatan Pulau Jawa misalnya, sejak abad ke-14, gua-gua walet dikonsesi oleh pihak penguasa setempat. Sarang burung yang merupakan komoditi mahal yang menjadi devisa daerah yang menguntungkan hingga saat ini, dipanen secara berkala.

    Belakangan, gua juga dimanfaatkan sebagai area wisata, seperti di kawasan Kebumen – Jawa Tengah. Atau juga sebagai benteng pertahanan dan gudang penyimpanan mesiu, seperti yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro di Gua Selarong tahun 1825. Bahkan di negara-negara maju, gua alam dipakai untuk mengubur limbah nuklir atau sebagai silo ruda-rudal antar benua. Kini gua juga menjadi laborat penelitian serta ajang petualangan yang unik.

    Selain manfaat fisik, gua di Indonesia punya keunikan tersendiri dibanding negeri lain. Sebagai ujud makrokosmos, gua cenderung dipandang dengan kacamata spriritual, sakral, dan penuh mistis. Banyak kalangan percaya bahwa gua adalah bagian dari alam metafisis, simpul pengikat berbagai kekuatan magis dan gaib. Tempat nyepi, tempat ngelmu, penuh legenda dan mitos-mitos, konsep pemahaman supranatural yang sulit dijabarkan oleh logika. Karenanya menjadi sangat wajar jika banyak orang terkesiap, terheran-heran menyaksikan sekelompok peneliti atau penelusur, masuk gua dengan perangkat alat ‘menghiasi’ tubuh.

    “Mau cari keris, ya …?” tanya lugu anak-nak di mulut Gua Rahong, Kampung Batulawang, Kecamatan Sodong Hilir, lebih kurang 49 Km sebelah Selatan Tasikmalaya. Rahong yang juga dikenal sebagai Gua Daha dimitoskan sebagai “ruang diskusi” para penyiar Agama Islam di Jawa Barat, masa lampau. Konon di gua itu juga terdapat ular-ular besar dan harimau, penunggu pusaka-pusaka yang ada.

    “Hati-hati saja,” nasihat Pak Muhamad, sang juru-kunci.

    Pandangan mistis dan mitos-mitos pun diungkapkan banyak warga Desa Purwa Rahayu, Kecamatan Taraju – Tasikmalaya Selatan, ketika awal Januari lalu (1987) –tim penelusur Palawa Unpad & Majalah X-tra– meraba-raba beberapa gua yang ada di kawasan perbukitan itu. Gua Lorong Angin misalnya, konon merupakan pusat angin di desa itu. Banyak pusaka kuno di dalamnya, peninggalan orang-orang jaman dahulu,” tutur seorang petani tua. Seperti warga lainnya, ia belum pernah masuk ke gua-gua yang ada disitu.

    “Buat apa? Cari penyakit,” tambahnya.

    Konon pernah seseorang takabur, masuk ke dalam, cari sesuatu, dan tak pernah kembali.

    “Dia kualat!”

    Dalam pandangan warga setempat, gua adalah hunian mahluk halus, roh-roh orang mati.

    “Sarang kampret, ular, dan macan belang,” tutur warga lainnya.

    Pernah –entah kapan– seorang wanita hamil hilang dari desa. Beberapa hari kemudian para lelaki yang cukup punya nyali, masuk Gua Lingga Manik dengan obor dan lampu patromak. Perempuan itu ditemukan tengah tertidur pulas di salah satu ceruknya.

    ”Siapa lagi yang menuntunnya ke situ, jika bukan ’penunggu’ gua,” celoteh seorang perempuan tua yang tengah mencuci beras di mulut Gua Lingga Manik. Beberapa perempuan lain mengangguk tanda mengiyakan.

    Benarkah demikian? Mungkin sekedar mitos yang lahir dari rasa takut memandang gua. Namun, kisah-kisah itu, mitos-mitos dan legenda itu, terasa sangat berharga bagi penelusur. Karena bisa menjadi bekal, atau semacam warning akan halang rintang di rongga gua, selain juga sebagai pengetahuan tentang antropologi budaya.

    Bagaimanapun gua adalah sebuah panorama, walau di dalamnya terdapat misteri yang gelap. Tak ada yang tahu, apa yang akan menghadang di ujung lorong, meraba dan terus meraba. Apakah jeram dalam berlumpur? Langit-langit runtuh? Atau hanyut terbawa arus?***
    Attached Images Attached Images

  2. Hot Ad
  3. #2
    the_Quirk's Avatar
    Join Date
    Nov 2008
    Location
    Jogja - Surabaya - Jogja
    Posts
    193
    Points
    228.90
    Thanks: 1 / 1 / 1

    Default

    yea, gua emang misterius. setidaknya, itu menjadi salah satu alasan saya menjadi anak rumahan dan ga suka jelajah dan kemping (camping)

  4. #3
    Czzback's Avatar
    Join Date
    Sep 2008
    Location
    Gg. Keluarga !!
    Posts
    176
    Points
    203.50
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by the_Quirk View Post
    yea, gua emang misterius. setidaknya, itu menjadi salah satu alasan saya menjadi anak rumahan dan ga suka jelajah dan kemping (camping)
    Wah brarti lue salah tpt ni bos..
    ini kan sub forum World Mysteries..

    isinya yg misterius2..

    hmmm.. kalo gw si.. malah suka yg gini2an..

  5. #4
    the_Quirk's Avatar
    Join Date
    Nov 2008
    Location
    Jogja - Surabaya - Jogja
    Posts
    193
    Points
    228.90
    Thanks: 1 / 1 / 1

    Default

    occlumency,, yah itu gw suka.

    jadi semua yg berbau occult gw suka.
    jd bukan berarti harus keluar rumah, kan?

  6. #5
    sevenfold's Avatar
    Join Date
    Dec 2008
    Location
    dimanapun ada internet disitu gw ada
    Posts
    1,603
    Points
    800.41
    Thanks: 4 / 3 / 3

    Default

    itu yg di foto kk??

    wah brn bener y

    hbt dah

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •