A Tribute to Ferenc Puskas
"Kami memperlihatkan (kepada Inggris) peraturan utama di sepak bola: pemain yang bagus harus terus bergerak meski tanpa bola." Ferenc Puskas.
Apa yang ditulis Ferenc Puskas di otobiografinya itu mungkin bukan sesuatu yang baru untuk saat ini. Sepak bola modern memang menuntut semua pemain untuk aktif bergerak meski sedang tidak menguasai bola.
Tapi, 53 tahun lalu, apa yang ditulis Puskas berdasarkan pengalamannya saat memimpin Hungaria melawan Inggris di Wembley itu adalah sebuah revolusi. Kapten Inggris Billy Wright hanya bisa menekuk muka ketika teklingnya ke arah Puskas hanya mengenai angin. Puskas menarik bola ke belakang dan kemudian melepaskan tembakan kaki kiri keras yang menembus jala gawang Gil Merrick.
Itulah gol ketiga Hungaria yang akhirnya memenangi pertandingan itu 6-3. Hungaria pun menjadi tim non-Britania pertama yang bisa menundukkan Inggris di Wembley. Inggris kalah oleh tim yang semua pemainnya tak pernah diam di satu area sepanjang 90 menit. Sebuah gaya permainan yang oleh mendiang Ron Greenwood, mantan pelatih Timnas Inggris di era awal 1980an, digambarkan seperti "sepak bola dari planet lain."
Dan otak sepak bola dari planet lain itu adalah pemain yang pendek, gemuk, tak bisa menyundul, dan hanya mengandalkan kaki kiri. Dialah Puskas. "Kemanapun rekannya mengirim bola, Puskas selalu ada disitu. Dia memperlihatkan bagaimana mengatur tempo dan kecepatan. Itulah salah satu pelajaran terpenting yang didapat Inggris dari pertandingan tersebut. Sejak itu, persepakbolaan Inggris langsung berubah," kenang Tom Finney, salah satu pemain legendaris Inggris, seperti dikutip harian The Guardian.
Barangkali, itulah yang membedakan Puskas dengan Franz Beckenbauer, Michel Platini atau Zinedine Zidane: dia tak hanya punya skill menawan, tapi skill-nya itu juga menjadi inspirasi sebuah perubahan dimanapun dia bermain. Mungkin mirip seperti Johan Cruyff dengan total football-nya.
Dan semua itu diraih Puskas lewat sebuah kerja keras yang dimulai sejak dia berusia 12 tahun. Di bawah bimbingan sang ayah di klub Kispest Budapest, kelemahan fisik ditutupinya dengan dribbling, kecepatan, dan kecerdasan dalam membaca permainan lawan. Diasahnya pula senjata satu-satunya yang dimilikinya: kaki kiri.
Hasilnya, 83 gol dipersembahkannya kepada Hungaria dari 84 penampilan. Saat membelot ke Spanyol dan membela Real Madrid, total 512 gol dia ciptakan dari 528 pertandingan. Dan hampir kesemua golnya itu dicetak dengan kaki kiri. Dari sinilah julukan El Canoncito Pum alias si Kanon Kecil.
Tapi, apalah gunanya kedahsyatan skill jika tak diimbangi dengan kepribadian yang baik? Puskas adalah satu dari sedikit saja sosok jenius di sepak bola yang tak suka bertingkah. Dia memang doyan menenggak alkohol, tapi tak sampai pada level yang merusak karir seperti George Best. Dia justru dikenal sebagai sosok yang sangat menyayangi keluarga dan anak-anak, serta selalu menghormati kawan dan lawan.
Di laga terakhir musim pertamanya di Real Madrid, dalam sebuah kesempatan melakukan serangan, Puskas memiliki peluang mencetak gol. Tapi, dia memilih mengoperkannya ke Alfredo di Stefano agar pemain kelahiran Argentina itu bisa menjadi top scorer. Itulah bentuk rasa hormat kepada Di Stefano yang lebih senior dan lebih dulu jadi bintang di Real Madrid. Padahal, Puskas juga punya peluang menjadi top scorer karena koleksi golnya sama dengan Di Stefano.
Tak heran, ketika si Galloping Major itu menutup pada dua hari lalu dalam usia 79 tahun, bukan hanya Hungaria yang menangis. Semua yang mencintai keindahan sepak bola turut menundukkan kepala dan berdoa untuk sang legenda.
"Saya tidak yakin akan ada lagi pemain seperti dia," ujar Jeno Buzanszky, satu dari dua saja anggota Timnas Hungaria di Piala Dunia 1954 yang masih hidup.
FERENC PUSKAS
Tempat Tanggal Lahir : Kispest/2 April 1927
Meninggal : Budapest/17 November 2006
Tinggi/Berat Badan : 174cm/73kg
Karir Klub : Kijpest, Honved Budapest (1943-1956), Real Madrid (1958-1966)
Karir Timnas : Hungaria (84 caps/83 gol); Debut 20 Agustus 1945 v Austria;
Laga Terakhir: 14 Oktober 1956 v Austria
Spanyol (4 caps/0 gol); Debut 12 November 1961 v Maroko
Laga Terakhir: 6 Juni 1962 v Brazil
Karir Yang Tak Pernah Surut
1950 : Juara Liga Hungaria
1952 : Juara Liga Hungaria; Medali Emas Olimpiade
1954 : Juara Liga Hungaria, Runner up Piala Dunia
1955 : Juara Liga Hungaria
1956-1958 : Diskorsing FIFA karena membelot ke Spanyol
1959 : Juara Piala Champions
1960 : Juara Piala Champions, Juara Piala Interkontinental
1961 : Juara Liga Spanyol
1962 : Juara Liga Spanyol, Juara Piala Spanyol
1963 : Juara Liga Spanyol
1964 : Juara Liga Spanyol
1965 : Juara Liga Spanyol
1966 : Juara Piala Champions
1967 : Juara Liga Spanyol
Gol-Gol Penting Puskas :
2 Agustus 1952 (Final Olimpiade 1952) : Hungaria v Yugoslavia 2-0 (Final Puskas mencetak satu gol, dan Hungaria memenangkan medali emas Olimpiade)
25 November 1953 (Uji coba di Wembley): Inggris v Hungaria 3-6 (Puskas mencetak dua gol dan punya andil mematahkan rekor tak terkalahkan Inggris di Wembley).
4 Juli 1954 (Final Piala Dunia 1954): Hungaria v Jerman Barat 2-3 (Puskas mencetak satu gol. Tapi,Hungaria gagal memenangkan trofi Piala Dunia)
18 Mi 1960 (Final Piala Champions): Real Madrid v Eintracht Frankfurt 7-3 (Puskas mencetak empat gol dan berhasil membawa Real Madrid memenangkan Piala Champions)
Tentang Puskas
1. Puskas terlahir dengan nama Ferenc Purczeld. Namanya berubah menjadi Puskas saat mulai tampil membela Kispest Budapest. Puskas sendiri berarti penembak ulung.
2. Meski terkenal lumayan doyan kehidupan malam, Puskas tetap setia dengan istrinya, Erszebet. Pasangan ini dikaruniai satu putri.
3. Sebagai bentuk penghormatan kepadanya, nama stadion nasional di Budapest diubah menjadi Ferenc Puskas Stadium.
4. Puskas dirawat selama lebih enam tahun di rumah sakit karena Alzheimer. Keluarganya sempat mengaku kesulitan keuangan untuk membayar perawatannya. Akhirnya, beberapa memorabilia Puskas pun dilelang.
Share This Thread