Gurihnya daging ayam yang kerap disajikan di rumah atau rumah makan
ternyata banyak mengandung bakteri dan tidak sehat untuk disantap.
Pasalnya para penjual ayam potong kerap menyuntiknya dengan air agar
terlihat segar.
Liputan6.com, Jakarta:
Boleh dibilang daging ayam potong memang menjadi andalan kebutuhan
gizi mayoritas masyarakat Indonesia. Di Jakarta saja, kebutuhan ayam
potong mencapai 1,5 juta ekor per hari. Sementara di Tanah Air
kebutuhan ayam potong ini diperkirakan mencapai tiga juta sampai lima
juta ekor per hari. Tak mengherankan, bila keberadaan pedagang ayam
potong di sejumlah pasar di Nusantara kerap diserbu pembeli setiap
harinya. Bahkan sejak pagi buta konsumen ayam potong sudah bisa
membelinya untuk berbagai kebutuhan seperti untuk masakan di rumah dan
menu hidangan di rumah makan.
Selain gurih dan nikmat, sajian ayam potong juga mudah ditemui di
berbagai rumah makan termasuk di meja makan di rumah. Kota yang paling
banyak mengonsumsi ayam potong dapat dipastikan adalah Jakarta.
Soalnya konsumsi ayam potong sebanyak 1,5 juta ekor per hari itu bisa
dilihat dari banyaknya penjual ayam di pasar-pasar Ibu Kota. Begitu
juga dengan warga yang membeli ayam potong untuk berbagai kebutuhan.
Namun tahukah Anda? di Jakarta ternyata hanya baru ada satu rumah
pemotongan ayam yang resmi dan memegang izin dari pemerintah serta
memenuhi persyaratan. Selebihnya tempat pemotongan ayam yang berjumlah
sekitar 1.000 lebih di Jakarta ternyata tidak ada yang resmi dan tak
memenuhi syarat dari Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan DKI.
Dari penelusuran tim Sigi ke sejumlah tempat pemotongan ayam di
Jakarta banyak ditemukan fakta yang mengerikan bagi kesehatan terhadap
ayam potong itu. Yakni, mereka mengolahnya dengan cara yang melanggar
aturan atau ilegal.
Betapa tidak, setelah dipotong atau disembelih, keberadaan ayam
broiler atau ayam negeri yang kerap dijual pedagang di pasar itu
terlebih dahulu diberi suntikan yang berisi air atau udara. Ini agar
terlihat segar dan montok atau berisi ketika dipasarkan. Namun sebelum
ayam potong itu disuntik mereka merebus dan mencabuti bulunya hingga
memisahkan jeroannya. Itulah yang ditemukan tim Sigi dari tempat
pemotongan ayam di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan yang setiap hari
memotong ratusan ekor ayam dan menyuntiknya sebelum dipasarkan.
Menurut Kosim, pemotong ayam suntikan di Jaktim, praktik ilegal ayam
potong di tempatnya sudah sudah berlangsung lebih dari 15 tahun silam.
Tujuannya, agar ayam-ayam yang dipotongnya kelihatan montok dan
menarik pembeli. "Biasanya dijual Rp 15 ribu. Nah, kalau disuntik
harganya bisa naik dikit," ungkap dia.
Meski mereka sudah tidak menggunakan formalin sebagai pengawet,
suntikan ke tubuh ayam itu tentunya membuat kesehatan ayam potong
tersebut tidak bisa dijamin lagi. Sejumlah bakteri atau kuman-kuman
yang hidup di dalam tubuh ayam potong tersebut sangat berbahaya karena
dagingnya membusuk. Menurut Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan
Kelautan DKI Edi Setiarso, penyuntikan ayam tersebut itu tidak sehat
dan termasuk penipuan. "Itu sudah tidak dibenarkan dan tidak mengikuti
aspek ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Ayam yang sehat dan halal
adalah hal yang penting," tegas Edi.
Selain ayam suntikan, kini juga harus diwaspadai kecurangan para
pedagang ayam bangkai atau ayam tiren (mati kemarin). Para penjual
ayam seperti ini sengaja menyulap ayam bangkai yang telah mati sehari
sebelumnya untuk bisa dijual seperti layaknya ayam potong yang layak
komsumsi.
Ada dua jenis ayam bangkai yang biasa dijual di pasaran. Pertama
diperoleh dari ayam yang sudah mati sebelum disembelih. Kedua, ayam
sisa kemarin alias ayam yang tak laku dijual pedagang kemudian
dipermak kembali untuk kembali dijual lagi.
Ayam-ayam tiren ini biasanya kerap dijumpai menjelang perayaan hari
raya keagamaan seperti Idulfitri, Natal dan pesta Tahun Baru. Pedagang
ayam tiren ini pernah ditemui petugas Dinas Peternakan Yogyakarta di
Pasar Bringharjo.
Di Jakarta, pejualan ayam tiren sangat marak dan tak hanya dijual saat
permintaan pasar melonjak. Mereka memperjualbelikan ayam tiren ini
setiap hari. Hanya saja, ayam-ayam bangkai itu tidak dijual dalam
bentuk daging mentah melainkan sudah diolah alias dimasak terlebih
dulu dan dipotong dalam menjadi delapan potong.
Berdasarkan penelusuran tim Sigi penjualan ayam tiren ternyata memakai
trik khusus. Misalnya, untuk mengelabui pembeli, ayam bangkai itu
tetap disembelih agar seperti ayam potong normal. Menurut Husni,
penjual ayam tiren, kebanyakan konsumen tak mengetahui kondisi ayam
dan membeli dengan harga murah. "Kebanyakan pembeli itu jarang paham
dan maunya harga murah," kata penjual ayam tiren.
Husni mengaku untuk menyulap warna daging ayam tiren yang cenderung
kebiru-biruan dirinya merendamnya dengan air kunyit. Ayam-ayam bangkai
itu biasanya ia dapatkan dari beberapa penampungan ayam broiler di
Jakarta. Harga satu ekor ayam itu dibeli Rp 5.000 dan dijual kembali
per potong Rp 2.000. "Satu ekor jadi delapan potong, satu potong Rp
2.000 dan sehingga satu ekor menjadi Rp 16 ribu," kata dia. Husni juga
mengaku dalam seharinya bisa menjual sedikitnya 10 ekor ayam tiren.
Penghasilannya ia dalam sebulan bisa mencapai Rp 3 juta.
Dalam sehari setidaknya ada sekitar 1.500 ekor ayam potong yang mati
di Jakarta baik selama dalam perjalanan atau selama berada di
penampungan. Sebagian kecil jumlahnya berhasil dirazia petugas Dinas
Peternakan untuk dimusnahkan. Namun ayam bangkai yang tidak terkena
razia kerap dijual kembali oleh sejumlah pedagang.
Razia dan pengawasan pasar-pasar daging ayam seperti itu sebenarnya
rutin dilakukan oleh petugas. Tujuannya merazia dan menyita ayam
suntik dan ayam tiren masuk ke pasar daging. Sepanjang tahun 2006 saja
di Jakarta telah digelar operasi lebih dari 600 kali. Akan tetapi, tak
selamanya razia itu mendapatkan hasil. Hingga November 2006 ini, lebih
dari 700 pedagang ayam terkena razia dan lebih dari 75 ribu ekor ayam
tak layak konsumsi disita petugas.
Para pedagang ayam bangkai yang dirazia itu kerap bersembunyi ketika
menjajakan dagangannya. Walau begitu keberadaan mereka kerap diketahui
petugas. "Mereka menjual ayamnya sembunyi-sembunyi dan kerap
menumpuknya dengan ayam-ayam potong lainnya," ungkap Agung Priambodo,
Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Dinas Peternakan DKI.
Maraknya penjualan ayam suntik dan ayam bangkai tentu saja sangat
merugikan konsumen. Lantaran itulah, bagi Anda yang hobi mengonsumsi
ayam sebaiknya lebih jeli dan teliti sebelum membeli. Waspadai harga
ayam potong yang murah. Dan jangan membeli ayam potong yang dijajakan
di pinggir jalan atau bukan di pasar daging resmi.
Share This Thread