Masyarakat Tionghoa dikenal handal dalam meramal, selain meramalan melalui Feng Shui ,meraman secara tradisional kuno pun hingga kini masih membudaya.Sebut saja ramalan Ciam Si.
Ramalan Ciam Si merupakan sejenis permainan meramal nasib yang didasarkan dari 100 kertas syair yang tersedia, yang setiap saat dilaksanakan jika berada di Klenten. Ramalan Ciam Si ini juga sebagai media untuk mengetahui peruntungan nasib dari seseorang, dimana biasanya orang yang bersangkutan harus terlebih dahulu mengikuti aturan tradisi yang ada dengan cara mengocok batang bambu kecil, menyerupai sumpit berukuran sekitar 10 cm yang diletakkan di dalam sebuah wadah gelas, dimana setiap batang bambu tersebut memiliki nomor yang sudah disesuaikan dengan jumlah kertas syair
.
Tapi sebelum mengocok, seseorang harus melakukan permohonan melalui persembayangan terlebih dululu. Dengan cara menyebutkan nama dan usia dalam hati kemudian mengajukan permohonan di hadapan dewa yang berada di atas podium, baru melempar dua keping kayu berbentuk setengah lingkaran dengan masing-masing sisinya harus berlainan. Jika hasil lemparan dua keping kayu tadi sama-sama menunjukkan sisa yang sama, maka orang yang akan diramal belum memperoleh izin dari sang dewa. Namun bila sebaliknya, dua keping kayu tadi menunjukkan sisi yang berbeda, maka boleh melakukan ramalan Ciam Si, dengan mengocok batang bambu yang ada dalam wadah gelas.
Dan bila sebatang bambu yang telah dikocok, jatuh ke tanah maka angka yang tertera di batang kayu, disesuaikan dengan secarik kertas yang ada di kotak ramalan atau bisa juga dengan cara mencabut urutan kertas yang tertempel didinding, menurut urutan angka yang keluar setelah dilakukan pengocokan. Setiap kertas dalam ramalan Ciam Si ini, memiliki syair dan ramalan yang berbeda-beda, berupa peruntungan karir, jodoh, rezeki dan kehidupan rumah tangga.
Ramalan ini biasanya oleh sebagian masyarakat Tionghoa, dipercaya dapat menuntun mereka ke arah kebahagiaan dan keberuntungan yang lebih baik, serta menghapus nasib jelek atau minimal menguranginya, juga terkadang dimanfaatkan untuk memulai atau mengembangkan bisnis dan meningkatkan karir serta menapak masa depan yang lebih baik pada saat peruntungan sedang baik, dan bersikap hati-hati saat peruntungan sedang menurun.
Ramalan Cian Si ini bersifat tradisi, tidak di pungut biaya dan ramai dilaksanakan menjelang imlek, utamanya pada tanggal satu, delapan dan lima belas Februari.
Sejumlah wisatawan baik dalam maupun luar negeri, juga terkadang menyempatkan waktu berkunjung ke Klenteng hanya sekedar meramal ala Ciam Si.
Ramalan Cian Si. Meramal nasib ala Tionghoa melalui kocokan batang bambu.
Share This Thread