*negaraindonesia sering kali terkena kerusuhan,penjajahan pada saat itu indonesia pun harus mempersiapkan perdamaian dengan negara-negara lainnya.. indonesia semakin krisis karena warga indonesia makin banyak yang membuat kericuhan.. seperti : rusuh , ricuh , dan lain-lain..
Presiden pun bertindak akan hal ini.. presiden pun mengadakan perdamaian dengan negara-negara lain agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
perdamaian itu mungkin saja di terima, tapi suatu saat pasti mereka mengulangi nya.. seperti orang di penjara 1 tahun.. lalu dia mengulangi lagi perbuatan nya itu..
warga indonesia harusnya sadar atas kelakuannya..warga harus mengatakan : DAMAI !! , DAMAI !! , maka dengan ini perdamaian pun timbul..
Wujudkan lah pendidikan perdamaian !
Unsur Unsur Perdamaian :
Unsur-unsur Perdamaian
Mengingat pentingnya dukungan pemerintah dalam mewujudkan perdamaian. Ini di sampaikan perwakilan UNESCO Bidang Hubungan Antaragama dan Budaya Wila yah Asia Pasifik, Gary Bouma.
Dukungan nyata dari semua pihak dibutuhkan untuk mewujudkan perdamaian. Tak hanya tokoh aga ma yang dituntut men dorong perdamaian, tetapi juga institusi negara.
“Keterlibatan tokoh dunia dan setiap negara diharapkan akan membantu tercapainya perdamaian,” katanya
Apalagi, WPF menjadi sarana bertukar pengalaman setiap negara dalam mencapai perdamaian. Untuk mencapai perdamaian, tak diperlukan nilai universal yang menyamakan cara setiap negara dalam mengurangi peperangan. Sebab, dalam praktiknya, setiap negara memiliki perbedaan pengalaman, etnis, dan agama.
“Penerapan nilai-nilai yang berkelanjutan seperti kejujuran, toleransi, dan penghargaan terhadap orang lain menjadi modal utama perdamaian,” jelasnya
Senada dengan Gary Bouma. Syafi’i Anwar, Direktur Eksekutif International Center for Islam and Pluralism (ICIP) berpendapat WPF bukan untuk menyatukan persepsi teologi walaupun diikuti berbagai negara dengan perbedaan latar belakang agama. Langkah yang mestinya didorong bukanlah penyamaan persepsi teologi, melainkan komitmen semua pihak pada keadilan dan kemanusiaan.
WPF merupakan pang gilan moral kepada setiap ne gara un -tuk terlibat dan berkomit men dalam mencapai per da maian, ujarnya (Republika, 2/7)
Perdamaian tidak akan tercipta tanpa adanya dialog secara langsung. Perdamaian butuh kompromi sesama manusia. “Tidak akan ada perdamaian jika tidak ada dialog langsung antar pemangku kepentingan, karena perdamaian butuh kompromi. Jika masing-masing dari kita egois, mementingkan diri sendiri, maka perdamaian tak akan tercipta, ” ungkap Jusuf Kalla, saat menutup pertemuan WPF III, Jumat (2/7).
Pertemuan seperti WPF penting dilakukan untuk menciptakan sinergi antar negara. Pertemuan semacam ini, ia bilang, diharapkannya, mapu melahirkan resolusi bagi perdamaian dari berbagai negara dan agama. “Forum ini sangat penting karena dihadiri banyak negara dengan berbagai latarbelakang. Ini akan membuat sinergi antar negara dan agama, ” katanya
“Dialog antar agama akan sangat mendukung penyelesaian konflik terbesar, yakni lahir dari kombinasi kepentingan agama dan politik. Karena itu, dialog harus merupakan diskusi intelektual,” tambahnya.
Terkait dengan konflik itu, Hasyim Muzadi menuturkan akar utama konflik adalah kesalahpahaman dalam memahami dan menggunakan unsur agama untuk kepentingan non-agama. “Kalau unsur agama seperti penambahan dalil-dalil dalam unsur non-agama, akan terjadi konflik kepentingan, ” tegasnya.
Salah satu cara mengatasinya adalah pencerahan dan perbaikan sistem. Ini, akan mencegah penggunaan agama sebagai pemicu konflik. “Sistem harus membuat bagaimana bebas beragama tapi agama hanya digunakan dalam konteks sosial, ” terangnya
Pendidikan Perdamaian
Penyebaran nilai perdamaian dinilai paling efektif disebarkan melalui pendidikan. Untuk itu,sejumlah tokoh perdamaian yang terlibat dalam WPF menggagas implementasi kurikulum perdamaian di dalam institusi pendidikan. Ini dikemukakan Hamid Aminooddin Barra, Profesor Hukum Islam dari Universitas Negeri Mindanao, Filipina, pelatihan nilai perdamaian memang penting, tapi, integrasi nilai perdamaian dalam kurikulum akan lebih baik. “Kurikulum perdamaian bagus bagi anak-anak terutama generasi muda di daerah yang tidak ada perdamaian.”
Muatan dalam kurikulum tersebut menyangkut nilai-nilai perdamaian seperti kepercayaan, toleransi, dan keadilan, serta bagaimana mengajarkan pengetahuan tersebut ke siswa. Untuk menjalankan kurikulum tersebut, ujarnya, dibutuhkan kesadaran akan perdamaian.
“Kesadaran itu perlu ditumbuhkan dari sumber perdamaian sejati yakni agama, agar manusia hidup dalam keharmonisan. Kepercayaan kepada Tuhan menjadi nilai universal yang dapat mendukung hidup harmonis tersebut, ” ungkapnya.
Pandangan serupa dilontarkan Vasudevan, Direktur Indian Council of Gandhian Studies, Kurikulum tentang nilai-nilai perdamaian perlu diadopsi di lembaga pendidikan formal dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Nilai tersebut dapat diajarkan melalui studi dan dialog antar agama. “Praktik dialog antar agama perlu ditingkatkan di perguruan tinggi untuk mendukung perdamaian,” tuturnya
Ingat gagasan kurikulum perdamaian sudah mulai diadopsi di Aceh demikian kata Rizal Panggabean, program S2 Resolusi Konflik dan Perdamaian, Universitas Gadjah Mada mengungkapkan program pendidikan perdamaian di Aceh sudah dimulai sejak 2002. Kurikulum perdamaian yang diadopsi tersebut memuat nilai nir kekerasan, pikiran positif, negosiasi, dan keterampilan pemecahan masalah.
“Negosiasi bagus diajarkan dari TK hingga perguruan tinggi. Nilai-nilai perdamaian juga bisa diajarkan seperti dengan membudayakan antre, ” ujarnya.
Upaya menumbuhkan nilai-nilai perdamaian harus dimulai dari keluarga. Ini yang digalakan Mari Alkatiri, tokoh perdamaian Timor Leste, Ia menegaskan perlunya nilai-nilai perdamaian ditumbuhkan mulai dari lingkungan keluarga. Hal ini dilakukan agar nilai perdamaian dapat mengubah cara berpikir orang.
“Yang paling penting dalam menciptakan perdamaian adalah mengubah cara berpikir orang ke pikiran-pikiran yang damai. Mulailah dari keluarga, kemudian ke komunitas sampai ke level negara, ”
Pendidikan Perdamaian :
Pendidikan Perdamaian
Penyebaran nilai perdamaian dinilai paling efektif disebarkan melalui pendidikan. Untuk itu,sejumlah tokoh perdamaian yang terlibat dalam WPF menggagas implementasi kurikulum perdamaian di dalam institusi pendidikan. Ini dikemukakan Hamid Aminooddin Barra, Profesor Hukum Islam dari Universitas Negeri Mindanao, Filipina, pelatihan nilai perdamaian memang penting, tapi, integrasi nilai perdamaian dalam kurikulum akan lebih baik. “Kurikulum perdamaian bagus bagi anak-anak terutama generasi muda di daerah yang tidak ada perdamaian.”
Muatan dalam kurikulum tersebut menyangkut nilai-nilai perdamaian seperti kepercayaan, toleransi, dan keadilan, serta bagaimana mengajarkan pengetahuan tersebut ke siswa. Untuk menjalankan kurikulum tersebut, ujarnya, dibutuhkan kesadaran akan perdamaian.
“Kesadaran itu perlu ditumbuhkan dari sumber perdamaian sejati yakni agama, agar manusia hidup dalam keharmonisan. Kepercayaan kepada Tuhan menjadi nilai universal yang dapat mendukung hidup harmonis tersebut, ” ungkapnya.
Pandangan serupa dilontarkan Vasudevan, Direktur Indian Council of Gandhian Studies, Kurikulum tentang nilai-nilai perdamaian perlu diadopsi di lembaga pendidikan formal dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Nilai tersebut dapat diajarkan melalui studi dan dialog antar agama. “Praktik dialog antar agama perlu ditingkatkan di perguruan tinggi untuk mendukung perdamaian,” tuturnya
Ingat gagasan kurikulum perdamaian sudah mulai diadopsi di Aceh demikian kata Rizal Panggabean, program S2 Resolusi Konflik dan Perdamaian, Universitas Gadjah Mada mengungkapkan program pendidikan perdamaian di Aceh sudah dimulai sejak 2002. Kurikulum perdamaian yang diadopsi tersebut memuat nilai nir kekerasan, pikiran positif, negosiasi, dan keterampilan pemecahan masalah.
“Negosiasi bagus diajarkan dari TK hingga perguruan tinggi. Nilai-nilai perdamaian juga bisa diajarkan seperti dengan membudayakan antre, ” ujarnya.
Upaya menumbuhkan nilai-nilai perdamaian harus dimulai dari keluarga. Ini yang digalakan Mari Alkatiri, tokoh perdamaian Timor Leste, Ia menegaskan perlunya nilai-nilai perdamaian ditumbuhkan mulai dari lingkungan keluarga. Hal ini dilakukan agar nilai perdamaian dapat mengubah cara berpikir orang.
“Yang paling penting dalam menciptakan perdamaian adalah mengubah cara berpikir orang ke pikiran-pikiran yang damai. Mulailah dari keluarga, kemudian ke komunitas sampai ke level negara, ”
Share This Thread