Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast
Results 16 to 30 of 42
http://idgs.in/565384
  1. #16
    [R]aruku's Avatar
    Join Date
    Jan 2011
    Location
    forum.ampm.co.id
    Posts
    8,288
    Points
    29,006.15
    Thanks: 626 / 324 / 261

    Default

    book kk "angklung"

    -edited-

    Karya akan di edit di post ini pada tanggal 16 jamnya random

    -edited-

    Spoiler untuk My Presentation :


    » Angklung «





    Sayangi Kebudayaan Indonesia, Gali Informasi tentang Angklung, Banggalah Indonesia mempunyai Angklung !


    Halo teman - teman dari IDGS ! khususnya para penghuni SF KGD (Komunitas Gamer Daerah). Sesuai dengan motto diatas kita akan mengupas habis informasi tentang Angklung dari Jawa Barat ini. Saya harap semua informasi yang saya kumpulkan menjadi satu ini akan bermanfaat bagi para pembaca dan pastinya akan bangga bahwa indonesia mempunyai alat musik yang GO Internasional yaitu Angklung !!



    Definisi

    Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.



    Sejarah

    Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.

    Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
    Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.

    Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.

    Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
    Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.

    Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.


    Jenis - Jenis Angklung


    Spoiler untuk Angklung :

    1. Angklung Kanekes



    Angklung di daerah Kanekes (kita sering menyebut mereka orang Baduy) digunakan terutama karena hubungannya dengan ritus padi, bukan semata-mata untuk hiburan orang-orang. Angklung digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam padi di huma (ladang). Menabuh angklung ketika menanam padi ada yang hanya dibunyikan bebas (dikurulungkeun), terutama di Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero), dan ada yang dengan ritmis tertentu, yaitu di Kaluaran (Baduy Luar). Meski demikian, masih bisa ditampilkan di luar ritus padi tetapi tetap mempunyai aturan, misalnya hanya boleh ditabuh hingga masa ngubaran pare (mengobati padi), sekitar tiga bulan dari sejak ditanamnya padi. Setelah itu, selama enam bulan berikutnya semua kesenian tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi pada musim menanam padi berikutnya. Menutup angklung dilaksanakan dengan acara yang disebut musungkeun angklung, yaitu nitipkeun (menitipkan, menyimpan) angklung setelah dipakai.

    Dalam sajian hiburan, Angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak hujan. Mereka memainkan angklung di buruan (halaman luas di pedesaan) sambil menyanyikan bermacam-macam lagu, antara lain: Lutung Kasarung, Yandu Bibi, Yandu Sala, Ceuk Arileu, Oray-orayan, Dengdang, Yari Gandang, Oyong-oyong Bangkong, Badan Kula, Kokoloyoran, Ayun-ayunan, Pileuleuyan, Gandrung Manggu, Rujak Gadung, Mulung Muncang, Giler, Ngaranggeong, Aceukna, Marengo, Salak Sadapur, Rangda Ngendong, Celementre, Keupat Reundang, Papacangan, dan Culadi Dengdang. Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga penabuh bedug ukuran kecil membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi lingkaran. Sementara itu yang lainnya ada yang ngalage (menari) dengan gerakan tertentu yang telah baku tetapi sederhana. Semuanya dilakukan hanya oleh laki-laki. Hal ini berbeda dengan masyarakat Daduy Dalam, mereka dibatasi oleh adat dengan berbagai aturan pamali (pantangan; tabu), tidak boleh melakukan hal-hal kesenangan duniawi yang berlebihan. Kesenian semata-mata dilakukan untuk keperluan ritual.

    Nama-nama angklung di Kanekes dari yang terbesar adalah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri dari 2 buah angklung dipegang oleh seorang. Nama-nama bedug dari yang terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk. Penggunaan instrumen bedug terdapat perbedaan, yaitu di kampung-kampung Kaluaran mereka memakai bedug sebanyak 3 buah. Di Kajeroan; kampung Cikeusik, hanya menggunakan bedug dan talingtit, tanpa ketuk. Di Kajeroan, kampung Cibeo, hanya menggunakan bedug, tanpa talingtit dan ketuk.

    Di Kanekes yang berhak membuat angklung adalah orang Kajeroan (Tangtu; Baduy Jero). Kajeroan terdiri dari 3 kampung, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak semua orang bisa membuatnya, hanya yang punya keturunan dan berhak saja yang mengerjakannya di samping adanya syarat-syarat ritual. Pembuat angklung di Cikeusik yang terkenal adalah Ayah Amir (59), dan di Cikartawana Ayah Tarnah. Orang Kaluaran membeli dari orang Kajeroan di tiga kampung tersebut.




    2. Angklung Dogdog Lojor


    Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung Halimun (berbatasan dengan jakarta, Bogor, dan Lebak). Meski kesenian ini dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara ritual padi. Setahun sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.

    Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan karena mereka termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama. Secara tradisi mereka mengaku sebagai keturunan para pejabat dan prajurit keraton Pajajaran dalam baresan Pangawinan (prajurit bertombak). Masyarakat Kasepuhan ini telah menganut agama Islam dan agak terbuka akan pengaruh modernisasi, serta hal-hal hiburan kesenangan duniawi bisa dinikmatinya. Sikap ini berpengaruh pula dalam dalam hal fungsi kesenian yang sejak sekitar tahun 1970-an, dogdog lojor telah mengalami perkembangan, yaitu digunakan untuk memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya. Instrumen yang digunakan dalam kesenian dogdog lojor adalah 2 buah dogdog lojor dan 4 buah angklung besar. Keempat buah angklung ini mempunyai nama, yang terbesar dinamakan gonggong, kemudian panembal, kingking, dan inclok. Tiap instrumen dimainkan oleh seorang, sehingga semuanya berjumlah enam orang.

    Lagu-lagu dogdog lojor di antaranya Bale Agung, Samping Hideung, Oleng-oleng Papanganten, Si Tunggul Kawung, Adulilang, dan Adu-aduan. Lagu-lagu ini berupa vokal dengan ritmis dogdog dan angklung cenderung tetap.




    3. Angklung Gubrak


    Angklung gubrag terdapat di kampung Cipining, kecamatan Cigudeg, Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk menghormati dewi padi dalam kegiatan melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukeun (menempatkan) ke leuit (lumbung).

    Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu masa kampung Cipining mengalami musim paceklik.

    Awalnya, angklung adalah alat musik yang tidak memiliki nada suara. Angklung kuno tidak memiliki irama dan hanya berbunyi "gubrak". Lantaran itulah, dahulu kala, angklung yang tak memiliki nada disebut dengan angklung gubrak.

    Angklung Gubrak merupakan perpaduan alat musik angklung yang terbuat dari bambu berukuran panjang mencapai sekitar 50 hingga 100 centimeter. Menurut sejarahnya, angklung gubrak yang konon telah ada di daerah Bogor sejak 400 tahun lalu ini selalu menjadi musik pengiring ketika menggelar acara panen padi. Mereka percaya, alunan nada yang berasal dari angklung tersebut, nantinya dapat membuat padi yang akan mereka tanam kembali dapat tumbuh dengan subur.



    4. Angklung Badeng


    Kesenian Badeng berada di desa Tanjung mekar kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. Menurut ceritera seni Badeng ini berasal dari desa Sukamerah kecamatan Pagerageung. Seni Badeng ini di pergelarkan pada waktu pesta khitanan, namun pada saat ini kadang-kadang di pergelarkan pada acara*-acara kenegaraan.

    Bentuk pertunjukan seni badeng ini didukung oleh 14 orang pemain antara lain: 7 orang juru Angklung, 4 orang juru Dog-dog, 2 orang juru Dog-dog Badeng, seorang juru Angklung Badeng. Sedangkan Angklung yang di pergunakan sejenis dengan Angklung Buncis atau Badud sebanyak 7 buah di mainkan sebagai Angklung melodi namun lagunya tidak sama dengan lagu pada Angklung Buncis.

    Salah seorang tokoh penggarap Angklung Badeng ini adalah bapak Ahri Sobari. Kesenian Badeng juga terdapat di kampung Sukabatu desa Sanding Kec. Malangbong Kab. Garut. Menurut keterangan dari salah seorang tokoh di daerah tersebut di perkirakan sudah ada sejak abad ke 17.Istilah Badeng sendiri berasal dari kata Pahadreng yang berarti musyawarah, akan tetapi ada juga yang mengatakan berasal dari bahasa Arab yaitu badiun yang berarti aneh. Pencipta dan pembuat waditra Badeng ini adalah Embah Santing, Embah Acok, Embah Arpaen dan Embah Nursaen.

    Setiap kali akan mengadakan perge*laran seni badeng, maka penduduk setem*pat terlebih dahulu berjiarah ke makam Embah Acok (kepala desa Sanding) sebagai tanda penghtormatan atas jasanya dalam menciptakan seni Badeng tersebut.

    Pada abad 18 seni Badeng di lanjut*kan oleh Madnuki, Djaja, Suminta dan Madja. Pada abad 19 di lanjutkan oleh Sarkowi dan Naedji. Sedangkan dari tahun 1950 -1970 di lanjutkan oleh Kohri, Saman dan Suherman.

    Bentuk pertunjukan dari seni badeng ini di dukung oleh 7 orang pemain yang mempunyai fungsi sebagai berikut : 2 orang penabuh Dog-dog lojor, 1 orang pemegang Angklung Roel, 1 orang pemegang Angklung Kecer, 1 orang pemegang Angklung Indung, 1 orang pemegang Angklung Kencrung, 1 orang juru Kawih. Pemain Dog-dog sambil menabuh kadang-kadang di barengi dengan menari.



    4. Angklung Buncis


    Buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan, di antaranya terdapat di Baros (Arjasari, Bandung). Pada mulanya buncis digunakan pada acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada masa sekarang buncis digunakan sebagai seni hiburan. Hal ini berhubungan dengan semakin berubahnya pandangan masyarakat yang mulai kurang mengindahkan hal* - hal berbau kepercayaan lama. Tahun 1940-an dapat dianggap sebagai berakhirnya fungsi ritual buncis dalam penghormatan padi, karena sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Sejalan dengan itu tempat*tempat penyimpanan padi pun (leuit; lumbung) mulai menghilang dari rumah-rumah penduduk, diganti dengan tempat-tempat karung yang lebih praktis, dan mudah dibawa ke mana-mana. Padi pun sekarang banyak yang langsung dijual, tidak disimpan di lumbung. Dengan demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan untuk acara-acara ngunjal (membawa padi) tidak diperlukan lagi.

    Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di kalangan rakyat, yaitu "cis kacang buncis nyengcle ... ", dst. Teks tersebut terdapat dalam kesenian buncis, sehingga kesenian ini dinamakan buncis.

    Instrumen yang digunakan dalam kesenian buncis adalah 2 angklung indung, 2 angklung ambrug, angklung panempas, 2 angklung pancer, 1 angklung enclok. Kemudian 3 buah dogdog, terdiri dari 1 talingtit, panembal, dan badublag. Dalam perkembangannya kemudian ditambah dengan tarompet, kecrek, dan goong. Angklung buncis berlaras salendro dengan lagu vokal bisa berlaras madenda atau degung.

    Lagu-lagu buncis di antaranya: Badud, Buncis, Renggong, Senggot, Jalantir, Jangjalik, Ela-ela, Mega Beureum. Sekarang lagu-lagu buncis telah menggunakan pula lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi yang tadinya laki-laki pemain angklung, kini oleh wanita khusus untuk menyanyi.

    Dari beberapa jenis musik mambu di Jawa Barat (Angklung) di atas, adalah beberapa contoh saja tentang seni pertunjukan Angklung, yang terdiri atas: Angklung Buncis (Priangan/Bandung), Angklung Badud (Priangan Timur/Ciamis), Angklung Bungko (Indramayu), Angklung Gubrag (Bogor), Angklung Ciusul (Banten), Angklung Dog dog Lojor (Sukabumi), Angklung Badeng (Malangbong, Garut) dan Angklung Daeng yang identik dengan Angklung Nasional dengan tangga nada diatonis, yang dikembangkan sejak tahun 1938. Angklung khas Indonesia ini berasal dari pengembangan angklung Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima (salendro atau pelog) oleh Daeng Sutigna alias Si Etjle (1908-1984) diubah nadanya menjadi tangga nada Barat (solmisasi) sehingga dapat memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil pengembangannya kemudian diajarkan ke siswa-siswa sekolah dan dimainkan secara orkestra besar.




    5. Angklung Padaeng


    Angklung padaeng adalah angklung yang dikenalkan oleh Daeng Soetigna sejak sekitar tahun 1938. Terobosan pada angklung padaeng adalah digunakannya laras nada Diatonik yang sesuai dengan sistem musik barat. Dengan demikian, angklung kini dapat memainkan lagu-lagu internasional, dan juga dapat bermain dalam Ensembel dengan alat musik internasional lainnya.
    Sesuai dengan Teori musik, angklung padaeng secara khusus dibuat menjadi dua jenis besar yakni:

    • Angklung Melodi, adalah angklung yang secara fisik terdiri atas dua tabung suara dengan beda nada 1 oktaf. Pada satu unit angklung, umumnya ada:
      • Angklung melodi kecil, terdiri atas 31 angklung.
      • Angklung melodi besar, atau disebut juga bass-party, terdiri atas 11 angklung.


    • Angklung akompanimen, adalah angklung yang digunakan sebagai pengiring untuk memainkan nada-nada Harmoni. Tabung suaranya ada 3 atau 4, sesuai dengan Akord diatonis. Suatu unit angklung standar biasanya memiliki:
      • Angklung akompanimen mayor sekaligus akord dominan septim, terdiri atas 12 buah angklung
      • Angklung akompanimen minor, terdiri atas 12 buah angklung

    Pak Daeng menggunakan angklung ciptaannya untuk melatih anak-anak pandu (pramuka jaman dulu). Tidak heran kalau lagu-lagu yang dimainkan mereka saat itu umumnya lagu wajib. Beberapa peninggalan aransemen asli Daeng Soetigna misalnya "Satu Nusa Satu Bangsa", "Ibu Kita Kartini", atau "Wajib Belajar". Sekitar tahun 1980-an, KPA SMA 3 Bandung berdiri dengan perintis muda seperti Djoko, Budi Supardiman, dan Asep Suhada. Mereka mulai mengaranseman angklung padaeng untuk musik-musik modern Indonesia seperti "September Ceria" (Vina Panduwinata), "Astaga" (Ruth Sahanaya) dan "Gemilang" (Krakatau (grup musik)), bahkan merambah ke musik manca negara mulai dari "Yesterday" (Beatles), "Another Day in Paradise" (Phil Collins), hingga "Bohemian Rhapsody" (Queen).




    6. Angklung Sarinade



    Angklung sarinande adalah istilah untuk angklung padaeng yang hanya memakai nada bulat saja (tanpa nada kromatis) dengan nada dasar C. Unit kecil angklung sarinade berisi 8 angklung (nada Do sampai Do Tinggi), sementara sarinade plus berisi 13 angklung (nada sol rendah hingga mi tinggi).



    7. Aruba

    Aruba adalah nama grup musik (band) yang pertama kali memperkenalkan angklung solo, dimana satu unit angklung digantung pada suatu palang sehingga bisa dimainkan satu orang saja. Sesuai dengan konvensi nada diatonis, maka ada dua jajaran gantungan angklung, yang bawah berisi nada penuh, sedangkan yang atas berisi nada kromatis. Grup Aruba ini berdiri dirintis oleh Yoes Roesadi tahun 1964, dan kemudian berubah nama menjadi Arumba sekitar tahun 1969.



    8. Arumba



    Arumba merupakan salah satu jenis musik rakyat yang terdapat hampir di setiap daerah di Jawa Barat. Perangkat ini terbuat dari bambu pilihan seperti awi temen, tali dan wulung (bambu hitam). Di antara waditranya terdapat seperangkat angklung yang bertangga nada diatonis, karena memang musik arumba ini merupakan perkembangan dari musik angklung yang sudah sejak lama terdapat di Jawa Barat ini.

    Terdapat pula gambang dengan berbagai macam fungsinya. Selain menyajikan instrumentalia, musik ini pun dapat mengiringi nyanyian. Lagu-lagu yang di sajikannya bukan saja lagu-lagu yang ada di Jawa Barat saja, yaitu lagu-lagu daerah Jawa Barat, bahkan lagu-lagu pop dan dangdutan pun dapat di sajikan. Juga lagu yang di ambil dari luar daerah Jawa Barat bahklan lagu*lagu asing (barat).

    Di pertunjukkan di atas pentas atau di arena terbuka dalam sebuah ruangan. Para eemainnya berdiri, kadang-kadang mereka memperagakan gerakan-gerakan kecil seolah-olah menari atau joged.

    Arumba adalah istilah bagi seperangkat alat musik (ensemble) yang minimal terdiri atas:

    • Satu unit angklung melodi, digantung sehingga bisa dimainkan oleh satu orang
    • Satu unit bass lodong, juga dijejer agar bisa dimainkan satu orang
    • Gambang bambu melodi
    • Gambang bambu akompanimen
    • Gendang


    Konfigurasi awal ensemble tersebut diperkenalkan oleh Mochamad Burhan sekitar tahun 1966, yang menggunakannya bersama grup "Arumba Cirebon"



    9. Angklung Toel



    Angklung toel diciptakan oleh Kang Yayan Ujo sekitar tahun 2008. Pada alat ini, ada rangka setinggi pinggang dengan beberapa angklung dijejer dengan posisi terbalik dan diberi karet. Untuk memainkannya, seorang pemain cukup men-toel angklung tersebut, dan angklung akan bergetar beberapa saat karena adanya karet.



    10. Angklung Sri Murni

    Angklung ini merupakan gagasan Eko Mursito Budi yang khusus diciptakan untuk keperluan robot angklung. Sesuai namanya, satu angklung ini memakai dua atau lebih tabung suara yang nadanya sama, sehingga akan menghasilkan nada murni (mono-tonal). Ini berbeda dengan angklung padaeng yang multi-tonal. Dengan ide sederhana ini, robot dengan mudah memainkan kombinasi beberapa angklung secara simultan untuk menirukan efek angklung melodi maupun angklung akompanimen.



    11. Calung



    Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).

    Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.



    12. Angklung Bungko



    Angklung Bungko adalah kesenian daerah Cirebon khas dari desa Bungko di Kecamatan Kapetakan. Waditra yang digunakan adalah gendang, tutukan, klenong dan gong.

    Sebenarnya musik ini merupakan musik dan tarian perang antarwarga desa pada masa awal Islam. Bungko merupakan sebuah desa yang terletak di pinggir pantai. Sebagian besar masyarakatnya bermata pencarian sebagai nelayan. Dari desa itulah "angklung bungko" lahir. Alat musik yang digunakan dalam kesenian ini adalah angklung.Bentuknya hampir sama dengan angklung Sunda masa kini.

    Pada awalnya merupakan musik ritmis dengan menggunakan media kentongan (kohkol) yang terbuat dari potongan ruas bambu. Angklung Bungko terdiri dari tiga buah yang dipercaya sudah berumur 600 tahun, sudah tidak bernada lagi jadi tidak dipakai, hanya dalam setiap pergelaran harus ada, sedang waditra lainnya terdiri dari tiga buah ketuk, sebuah gong besar, dan sebuah kendang besar.

    Angklung bungko diperkirakan lahir menjelang abad ke-17 setelah wafatnya Sunan Gunung Jati. Diduga, kesenian ini lahir secara kolektif. Tercipta atas dasar luapan emosi kegembiraan setelah mereka memenangkan perang (tawuran) melawan pasukan Pangeran Pekik (Ki Ageng Petakan). "Tawuran" sebagai akibat perbedaan pendapat mengenai prinsip-prinsip ajaran Islam yang diajarkan Sunan Gunung Jati. Karena itu gerakan-gerakan tari angklung bungko lebih merupakan dari penggambaran peperangan saat mereka mematahkan serangan Pangeran Pekik. Semua penarinya lelaki menggunakan ikat kepala batik, baju putih, keris, kain batik, serta sodér. Tariannya sangat halus dan statis memberikan kesan tenang tapi raut muka menunjukan ketegangan, sedang tabuhannya kadang bergemuruh. Semuanya memberi kesan orang yang bersiap berangkat ke medan perang.

    Ada empat tarian dalam angklung bungko, antara lain 1. Panji,menggambarkan sikap berzikir. 2. Benteleye, menggambarkan sikap bertindak dalam menghadapi rintangan di perjalanan. 3. Bebek ngoyor,menggambarkan jerih payah dalam upaya untuk mencapai tujuan. 4. Ayam alas, menggambarkan kelincahan dalam mencari sasaran pemilih.

    Atas gagasan Syeh Bentong atau Ki Gede Bungko, angklung bungko tetap dipertahankan dan dimanfaatkan untuk menyebarkan agama Islam. Ki Ageng Bungko (Ki Puyunan) sebagai anutan yang berjiwa egaliter dan banyak jasa semasa hidupnya, kini seolah-olah menjadi simbol kehebatan masyarakat bungko. Karena itu untuk mengenang jasa-jasa leluhurnya, mereka mengimplementasikannya dalam upacara ritual adat yang dikenal dengan ngunjung.



    13. Angklung Badud



    Seni Angklung Badud termasuk ke dalam rumpun Seni Pertunjukkan jenis helaran/arak-arakan, pawai, atau karnaval. Fungsi utama dari Seni Angklung Badud ini, di masyarakat asalnya, dipergunakan untuk mengarak dan menghibur pengantin Sunat. Jaman dahulu ketika obat bius lokal penghilang rasa sakit (pangbaal) belum biasa digunakan, anak yang akan disunat pagi-pagi sekali diarak menuju ke kolam (balong) kemudian anak disuruh untuk berendam di kolam selama beberapa menit, nah pada saat diarak menuju kolam dan pulang dari kolam inilah Angklung Badud dimainkan, masyarakat pun ikut berbondong-bondong membentuk barisan berjejer, layaknya pawai atau karnaval sekarang, sehingga terjadilah kegembiraan dan diantara kegembiraan itu pula, biasanya muncul kreativitas dari pemain dan masyarakat membuat kelucuan dan kemeriahan lainnya. Acara ini pun digelar sekaligus mengundang dan memberitahu masyarakat agar pada saatnya anak disunat bisa hadir memberikan do\'a dan uang "panyecep" kepada pengantin sunat.

    Seni Angklung Badud lahir dan dibesarkan di Kampung Parakanhonje Kelurahan Sukamaju Kaler Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Di bawah asuhan Keluarga Besar Kanca Indihiang, Angklung Badud pada jamannya sekitar tahun 70-an bisa dikenal di mana-mana.

    BADUD bisa diartikan Energik, atau Dinamis. Ini terlihat dari sifat dan karakter Seni ini, di mana nada-nada yang dihasilkan oleh hentakan Angklung, pukulan Dogdog, rancaknya penari, dan bergeloranya semangat penari Kuda Lumping yang bergoyang mengikuti irama musik, sungguh sangat nikmat, seolah mengajak kepada penonton dan pendengarnya untuk ikut bergerak dan ngengklak mengikuti irama yang ritmis. Perlu diketahui, para penari Kuda Lumping di Angklung Badud, tidak kesurupan atau intrance. Sehingga di alam sadarnya justru penari Kuda Lumping, bergerak indah, mata penari kuda lumping pun dipejam sedikit (peureum hayam), merem melek menikmati alunan musik, sementara kaki dan tubuhnya tak hentinya meliuk indah, melompat lincah dan berguling cekatan, sebentar berlari, sebentar melompat, lari kecil, dan rincik, sungguh nikmat kelihatannya.



    14. Angklung Rengkong



    Angguk Rengkong yaitu alat pemikul padi yang di pergunakan pada pertunjukan Rengkong. Angguk Rengkong terbuat dari Awi Guluntungan (Bambu Gelondongan), terdapat hampir di setiap daerah di Tatar Sunda.

    Ketika Angguk Rengkong di pergunakan untuk memikul padi sambil berjalan atau bergerak akan mengeluarkan bunyi yang di sebabkan oleh gesekan antara pemikul (Angguk Rengkong) dengan tali pengikat padinya (Salang). Tali pengikat padi ini pun terbuat dari bambu yaitu Awi Tali.

    Dua gantungan pada satu pikulan akan menyebabkan perpaduan bunyi. Apa bila pikulannya Iebih dari satu maka gesekan Angguk Rengkong dengan Salang (tali pengikat padi) pun akan menimbulkan berbagai bunyi serta iramanya akan menyebabkan paduan bunyi berirama yang cukup enak untuk di dengar walau pun tidak ada nada atau pun lagu yang tersajikan. Apa lagi bila ada lebih dari satu pikulan, mereka berjalan secara bersama*sama.

    Perkembangan seni Helaran Rengkong tidak akan terlepas dari Angguk Rengkongnya sendiri. Karena itu di daerah yang warganya bertani, sebagian warganya ada yang menyisihkan lahan tanahnya untuk menanam bambu sebagai bahan pembuat Angguk Rengkong, seperti di daerah pesawahan, terutama di Kampung Adat Ciptarasa (dahulu Sirnaresmi) di kabupaten Sukabumi Selatan. Juga di daerah Priangan seperti di Banjaran dan Ciwidey kabupaten Bandung. Rengkong selalu di sertakan pada Upacara Seren Taun atau Pesta Rakyat Iainnya yang ada kaitannya dengan Talari.

    Angguk Rengkong pada Seni Helaran, papa pemikulnya akan berada paling depan. Di ikuti oleh rombongan Angklung dan Dogdog serta pemikul peralatan mengolah sawah., seperti Cangkul, Garu, Waluku dan barisan petani yang kadang*kadang berjingrak mengikuti alunan Angklung yang di sertai irama dan bunyi Angguk Rengkong.

    Angguk Rengkong itu di beri hiasan dengan potongan bambu sebesar jari tangan yang panjangnya sekitar 50 cm, di pasang di kedua ujungnya menunjuk ke atas serta pada setiap ujung atasnya di beri hiasan Bunga asli atau Bunga dari kertas berwarna atau dari kain berwarna. Bila para pemain Rengkong berjalan atau menggerakkan pikulannya maka batang-batang bambu itu akan bergoyang serta bunga-bunganya pun ikut bergoyang menambah menariknya pemandangan. Namun kini Ranggeuyan (tangkai) pada Angguk Rengkong sudah jarang di dapat sehingga Rengkongnya di jadikan sebagai barang Iangka.





    Proses Pembuatan Alat Musik Angklung

    Spoiler untuk Proses :

    1. Proses Pemilihan Bahan Bambu yang baik



    Bambu adalah bahan baku dari Angklung. Dipilih berdasarkan usia yaitu minimal 4 tahun dan tidak lebih dari 6 tahun dan dipotong pada musim kemarau dari pukul 9 pagi sampai pukul 3 sore hari. Setelah memotong dasar dari pohon bambu, dengan ukuran kurang lebih 2-3 jengkaldari permukaan tanah, bambu harus disimpan selama sekitar 1 minggu, sehingga bambu benar2 tidak berisi air.

    Setelah seminggu, bambu harus dipisahkan dari cabang-cabangnya. Dan dipotong menjadi berbagai ukuran tertentu. Kemudian, bambu harus disimpan selama sekitar satu tahun untuk mencegah dari gangguan hama. Beberapa prosedur adalah: dengan cara merendam bambu di genangan lumpur, kolam atau sungai, juga bisa dengan cara diasapi di perapian (diunun), dan prosedur modern: dengan menggunakan formula cairan kimia tertentu.


    2. Bagian Bahan Bambu yang digunakan untuk membuat Angklung



    Angklung terdiri dari 3 bagian:

    • Tabung
      Suara Bagian terpenting dari suatu Angklung, adalah tabung suara yang menghasilkan intonasi. Proses setem dapat menghasilkan intonasi.

    • Kerangka
      Kerangka tabung untuk tempat berdiri di.

    • Dasar
      Berfungsi sebagai kerangka tabung suara.



    3. Proses Penyeteman

    • Pembentukan tabung suara
      Ini adalah proses membentuk bambu menjadi sebilah tabung suara.

    • Proses Penyeteman
      Ini adalah proses meniup bagian bawah tabung angklung dan menyamakan suaranya ke alat tuner.

    • Proses utama dari penyeteman
      Ini adalah proses penyeteman suara dengan meninggikan dan menurunkan nada dengan membunyikan nadanya. Dan ini juga merupakan proses meninggikan nada dengan memotong bagian atasnya sedikit, dan menurunkan nada dengan menyerut kedua sisi bilah tabung dengan pisau.


    Cara menggunakan alat Tuner :

    Untuk menggunakan tuner, kita harus memperhatikan baik dari lampu di sebelah kiri dan kanan dari panel, dan juga jarum penunjuk.

    Sebagai contoh, jika Anda akan membuat sebuah nada F, anda harus menggoyangkan angklung sembari memperhatikan baik dari lampu yang akan menyala bersamaan, dan untuk jarum penunjuk yang akan menunjukkan angka F.


    4. Tahap Akhir

    Setelah masing-masing tabung suara memiliki nada, tabung harus diletakkan ke dalam rangka dan diikat dengan tali rotan.






    Teknik Permainan Alat Musik Angklung

    Memainkan sebuah angklung sangat mudah. Seseorang tinggal memegang rangkanya pada salah satu tangan (biasanya tangan kiri) sehingga angklung tergantung bebas, sementara tangan lainnya (biasanya tangan kanan) menggoyangnya hingga berbunyi. Dalam hal ini, ada tiga teknik dasar menggoyang angklung :

    • Kurulung (getar), merupakan teknik paling umum dipakai, dimana tangan kanan memegang tabung dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali selama nada ingin dimainkan.

    • Centok (sentak), adalah teknik dimana tabung dasar ditarik dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (stacato).

    • Tengkep, mirip seperti kurulung namun salah satu tabug ditahan tidak ikut bergetar. Pada angklung melodi, teknik ini menyebabkan angklung mengeluarka nada murni (satu nada melodi saja, tidak dua seperti biasanya). Sementara itu pada angklung akompanimen mayor, teknik ini digunakan untuk memainkan akord mayor (3 nada), sebab bila tidak ditengkep yang termainkan adalah akord dominan septim (4 nada).


    Sementara itu untuk memainkan satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik yang dipimpin oleh seorang konduktor. Pada setiap pemusik akan dibagikan satu hingga empat angklung dengan nada berbeda-beda. Kemudian sang konduktor akan menyiapkan partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang harus dimainkan. Konduktor akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik harus memainkan angklungnya dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan yang diminta konduktor. Dalam memainkan lagu ini para pemain juga harus memperhatikan teknik sinambung, yaitu nada yang sedang berbunyi hanya boleh dihentikan segera setelah nada berikutnya mulai berbunyi.





    SERBA - SERBI INFORMASI TENTANG ANGKLUNG YANG MEMBUAT ANDA BANGGA !

    Spoiler untuk Informasi :


    Spoiler untuk UNESCO :


    Angklung Disahkan UNESCO Sebagai Warisan Budaya Dunia !

    BANDUNG, (PRLM).- Gubernur Jawa Barat menyambut gembira ketika mengetahui alat musik angklung sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Alat musik angklung diakui sebagai "The Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity" pada sidang ke-5 Inter-Governmental Committee UNESCO di Nairobi, Kenya, Selasa (16/11) waktu setempat.

    “Alhamdulillah, senang sekaligus bangga. Angklung yang merupakan kebudayaan asli kita bisa dilestarikan oleh dunia. Tentunya ini akan menjadi perhatian agar angklung terus berkembang,” kata Gubernur, di Kota Bandung, Kamis (18/11). Dia mengatakan, kewajiban kita setelah ditetapkannya angklung sebagai budaya dunia adalah memelihara dan melestarikannya. “Misalnya kita lestarikan dengan regenerasi tranformasi budaya, dan menghidupkan angklung di mana-mana seperti di sekolah, pertemuan, pokoknya di mana pun harus ada angklung,” tuturnya.


    Untuk lebih mengembangkan lagi alat musik angklung, menurut Gubernur, pihaknya akan menampilkan angklung di Washington DC, Amerika Serikat, pada Mei Tahun 2011. “Kita diundang Duta Besar Amerika Serikat untuk melakukan perhelatan angklung terbesar di sana. Rencananya dalam performa tersebut selain menampilkan angklung, seluruh peserta yang hadir juga akan diajarkan bermain angklung,” tuturnya.
    Heryawan menambahkan, pihaknya juga akan turut memperjuangkan agar segera dibentuk persatuan angklung baik di tingkat nasional maupun internasional. ”Kita akan segera bentuk persatuan angklung tingkat internasional agar angklung bisa tersosialisasikan kepada dunia, dengan tema 'how to play angklung'. Langkah ini merupakan bentuk transformasi budaya dari Jawa Barat untuk dunia,” katanya.

    Ketika ditanya mengenai dukungan dana pemerintah untuk mengembangkan angklung, menurut dia, secara otomatis masalah ini merupakan bagian dari pengembangan Dinas Pariwisata Jabar. “Mengenai angklung dijadikan pelajaran di sekolah, bisa saja dilakukan. Masalah ini sudah masuk tataran teknis, ada mekanisme yang harus dilalui," tuturnya.

    Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar Herdiwan Iing Suranta mengatakan, alat musik bambu yang menjadi ikon Jawa Barat itu diputuskan menjadi warisan budaya dunia setelah lolos pada sesi evaluasi nominasi untuk Inskripsi 2010 tentang Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity yang sidangnya dilangsungkan di Nairobi, Kenya, Selasa (16/11).Keputusan itu lahir tepatnya pada sidang kelima Inter-Governmental Committee.


    ?Saya mendapat kabar dari Kedutaan besar RI untuk UNESCO pada hari Selasa (16/11) lalu pukul 16.20 waktu Kenya (pukul 20.20 WIB), bahwa dalam sidang itu angklung resmi diputuskan sebagai warisan budaya dunia. Tentu saya yang paling bangga mendengar hal tersebut,” katanya. Herdiwan mengajak kepada seluruh warga masyarakat Jabar untuk mensyukuri momen itu. ”Kita ucapkan syukur bahwa kebudayaan kita memang kelas dunia. Sehingga jangan sia-siakan hal itu dan kita tarik makna tersebut yang mengindikasikan bahwa bukan hanya angklung yang hebat, tetapi seni budaya Jabar semua hebat,” katanya.

    Spoiler untuk Tra-Digi :


    Angklung Plus Apple = Tra-Digi





    Angklung yang telah menjadi warisan budaya dunia digabungkan dengan iPod pada Festival Bambu Nusantara 5 yang bertempat di Sasana Budaya Ganesha, Bandung. Angklung yang disebut dengan Tra-Digi ini menggunakan perangkat lunak dari Apple agar bisa menimbulkan bunyi.

    "Pengembangan teknologi ini bermula pada tahun 2009 di mana musik digital sedang meledak. Hasim Ghozali lah yang menciptakan teknologi ini," kata Herman Susanto dari Made in Indonesia yang menaungi Tra-Digi. "Saat itu, pak Hasim berpikir bukan hanya alat modern saja yang bisa didigitalisasi, tapi tradisional pun bisa," ungkap Herman saat ditemui di Festival Bambu Nusantara 5, Sabtu (1/10) kemarin.

    Hasim sudah menciptakan sepuluh Tra-Digi hingga sekarang dan tersebar di beberapa negara, seperti di Amerika Serikat, Tra-Digi sudah masuk Musical Instrumen Museum (MIM). Selain itu, Tra-Digi juga sudah memasuki negara tirai bambu, ****. Sisanya, tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

    "Tra-Digi menggunakan perangkat lunak dari apple. Anklung-anklung tersebut diwadahi oleh sebuah peti yang menggunakan ukiran dari Jepara. Di dalam peti tersimpan perangkat lunak yang diprogram untuk menggetarkan angklung," jelas Herman. Tra-Digi bisa memainkan lagu-lagu yang berformat midi atau DVD, lagu yang berformat MP3 atau MP4 tidak bisa dimainkan.

    Sekarang, Made In Indonesia sedang mengembangkan Tra-Digi versi kecil. "Sekarang masih hanya untuk pameran, karena alat ini masih cukup besar. Dan kami sekarang sedang fokus untuk menghasilkan versi kecilnya," tambahnya.


    Spoiler untuk Angklung Electric :


    Mahasiswa Stikom Surabaya Ciptakan Angklung Otomatis



    Seorang programer komputer mengoperasikan alat musik angklung yang telah diprogram dengan microcontroller, di Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Surabaya, Jumat (9/10). (ANTARA/Bhakti Pundhowo)@


    Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Jurusan Sistem Komputer (SK) di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STIKOM) Surabaya, Kadek Kertayasa, menciptakan Angklung Otomatis.

    "Angklung merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, sedang angklung otomatis merupakan karya tugas akhir Kadek yang mendapatkan nilai A," kata dosen pembimbing Kadek, yakni Ihyauddin S.Kom, di Surabaya, Jumat.

    Di sela-sela Halal bihalal STIKOM Surabaya bersama pers, ia menjelaskan cara kerja Angklung Otomatis terkait ihtiar pemerintah mendaftarkan angklung sebagai alat musik tradisional warisan budaya Indonesia ke UNESCO pasca pengakuan dunia terhadap wayang, keris, dan batik.

    Menurut Ihyauddin, Angklung Otomatis merupakan alat musik yang diberi memori pada bagian mikro kontroler untuk menyimpan lagu-lagu.

    "Tapi, penyimpanan lagu-lagu itu tidak dapat langsung dipindahkan dari komputer ke memori itu, melainkan lagu yang hendak disimpan perlu diubah dari bentuk notasi ke program ehxa agar memori yang ada dapat membaca notasi lagu itu," katanya.


    Untuk proses pembuatan karya tugas akhir "Angklung Otomatis" itu, katanya, mahasiswa yang dibimbingnya itu hanya mampu menyimpan 3-5 lagu.

    "Kapasitas memori yang ada memang sebesar 32 KB (kilobyte), tapi hanya mampu menyimpan 3-5 lagu, karena perlu perubahan notasi ke dalam bentuk program Ehxa itu," katanya.

    Namun, katanya, kapasitas penyimpanan lagu dapat ditingkatkan dengan menambahkan memori eksternal sebesar 64 KB, sehingga dapat menyimpan lebih dari lima lagu.

    "Lagu yang disimpan dalam memori Angklung Otomatis atau bisa juga disebut Robot Angklung itu hanya ada tiga lagu yakni Gambang Suling, RA Kartini, dan Jula Juli," katanya.

    Dosen mikrokontroler STIKOM Surabaya itu mengatakan Angklung Otomatis itu akan menyuarakan lagu-lagu yang tersimpan dalam memori dengan adanya "Motor DC" yang terhubung antara memori dengan setiap rangkaian bambu dalam alat musik itu.

    "Motor DC itulah yang mengatur panjang-pendeknya suara. Selain itu, Angklung Otomatis itu juga dilengkapi dengan display untuk pemilihan lagu melalui keypad dan alat tombol," katanya.


    Ditanya biaya yang diperlukan untuk pembuatan Angklung Otomatis atau Robot Angklung itu, ia mengatakan biayanya berkisar Rp1,5 juta hingga Rp2 juta.

    "Biaya itu untuk membeli angklung asli Bandung yang harganya berkisar Rp800 ribu, komponen memori dan motor, dan sejumlah alat mekanik lainnya," katanya.

    Dalam abstrak yang ditulisnya, Kadek yang saat ini masih pulang ke kampung halaman di Bali pasca wisuda itu menjelaskan bahwa Motor DC adalah salah satu alat untuk mengubah tenaga listrik menjadi energi mekanik.

    "Dengan menggunakan motor DC dapat meringankan beban manusia dalam bekerja.

    Idenya dengan menggabungkan alat musik angklung, motor DC, keypad, LCD, dan micro controller, sehingga menghasilkan irama musik angklung yang enak didengar layaknya music player yang ada di pasaran," katanya.

    Ia menambahkan Angklung Otomatis itu dirancang karena alat musik modern saat ini sudah mengarah ke alat musik yang elektrik, sehingga mudah dimainkan seperti drum electric, gitar listrik, dan keyboard.

    "Karena itu, alat musik tradisional seperti gamelan, kulintang, seruling, angklung juga perlu dilestarikan dengan membuatnya sebagai alat musik elektrik," katanya.(*)


    Spoiler untuk Angklung di Roma :

    maaf, video tidak dapat ditamplikan karena di upload di kemenlu silahkan lihat link :

    http://www.deplu.go.id/rome/Pages/Au...Colosseum&l=lc

    thanks



    Spoiler untuk Angklung di Amerika :








    KaryaKU tentang Angklung :

    Spoiler untuk Karya :


    Spoiler untuk Puisi :


    Angklung Sang Penyemangat Hati


    Oleh : [R]aruku

    Dibumi Asri ini ku hidup dengan rasa damai
    Sejauh mata memandang ku lihat sumber alam yang berlimpah
    Tiba - tiba datanglah sekumpulan penjajah
    Menjajah negeriku, merusak negeriku yang damai ini

    Mengapa ini semua terjadi ?
    Apa yang harus dilakukan oleh warga pribumi ?
    Mereka hanya pasrah, sedih, dan bergelimang air mata
    Merenungkan nasib tanah air tercinta

    Disaat hati gelisah
    Kudengar suara alunan musik angklung nan indah
    Suara yang indah, mengingatkan hati kepada tanah tercinta
    Timbulah semangat untuk berjuang melawan penjajah

    Kusatukan semangat untuk melawan mereka
    Demi melindungi budaya negeri Indonesia tercinta
    Dengan semangat alunan lagu angklung yang indah
    Kulawan penjajah sampai titik darah penghabisan


    Spoiler untuk Comic :

    Spoiler untuk Orkestra :



    Spoiler untuk 17+ :



    Spoiler untuk Konser :










    Referensi









    Last edited by [R]aruku; 16-09-12 at 23:42.
    Loe kira Y4KUZ4 MAT Paling Galak ? Baca dulu COK !!

    Quote Originally Posted by [R]aruku View Post
    Eh ada MAT baru, sini loe gw OSPEK dulu
    Quote Originally Posted by Y4KUZ4 View Post
    Amfunnn kk


    Iya kk, ane anak baru, mohon bimbingannya kk
    :sembah2:
    Sumber : http://forum.indogamers.com/converse...3670&u2=248874



  2. Hot Ad
  3. #17
    Dying~'s Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Posts
    9,217
    Points
    11.14
    Thanks: 89 / 311 / 279

    Default

    update dari kota surabaya tuh
    semangat pagi kawan"
    Hidup itu seperti Making Love, Kadang Di bawah Kadang di atas , nikmatin ajalah .
    Life Is Never FLAT
    Hidup Itu Tak Semudah COCOD'e Mario Teguh !




  4. #18
    -200-'s Avatar
    Join Date
    Jun 2011
    Location
    Beside You
    Posts
    129
    Points
    1.15
    Thanks: 2 / 0 / 0

    Default

    kk itu angklung 1 slot dah ad yg punya??
    aku mau ikut donk "angklung"

  5. #19
    jiker's Avatar
    Join Date
    Sep 2010
    Location
    Chesapeake Arena
    Posts
    5,442
    Points
    71,280.42
    Thanks: 42 / 137 / 105

    Default


    Perang Baratayudha



    Spoiler untuk Apa sih Penyebab Perang Baratayudha? :
    Bibit perselisihan antara Pandawa dan Korawa dimulai sejak orang tua mereka masih sama-sama muda. Pandu, ayah para Pandawa suatu hari membawa pulang tiga orang putri dari tiga negara, bernama Kunti, Gendari, dan Madrim. Salah satu dari mereka dipersembahkan kepada Dretarastra, kakaknya yang buta. Dretarastra memutuskan untuk memilih Gendari, kenapa yang dipilih Gendari? Karena sekali lagi Dretarastra buta, ia tidak dapat melihat apapun, jadi ketika ia memilih ketiga putri itu yang dengan cara mengangkat satu per satu, terpilih lah Gendari yang mempunyai bobot paling berat, sehingga Dretarastra berpikir bahwa kelak Gendari akan mempunyai banyak anak, sama seperti impian Dretarastra. Hal ini membuat putri dari Kerajaan Plasajenar itu tersinggung dan sakit hati. Gendari merasa ia tak lebih dari piala bergilir. Ia pun bersumpah keturunannya kelak akan menjadi musuh bebuyutan anak-anak Pandu.
    Gendari dan adiknya, bernama Sengkuni, mendidik anak-anaknya yang berjumlah seratus orang untuk selalu memusuhi anak-anak Pandu. Ketika Pandu meninggal, anak-anaknya semakin menderita. nyawa mereka selalu diincar oleh sepupu mereka, yaitu para Korawa. Kisah-kisah selanjutnya tidak jauh berbeda dengan versi Mahabharata, antara lain usaha pembunuhan Pandawa dalam istana yang terbakar, sampai perebutan Kerajaan Amarta melalui permainan dadu.
    Akibat kekalahan dalam perjudian tersebut, para Pandawa harus menjalani hukuman pengasingan di Hutan Kamiyaka selama 12 tahun, ditambah dengan setahun menyamar sebagai orang rakyat jelata di Kerajaan Wirata. Namun setelah masa hukuman berakhir, para Korawa menolak mengembalikan hak-hak para Pandawa. Sebenarnya Yudhistira (Saudara sulung dari Pandhawa), hanya menginginkan 5 desa saja untuk dikembalikan ke pandhawa. Tidak utuh satu Amarta yang dituntut. tetapi Korawa pun tidak sudi memberikan satu jengkal tanah pun ke pandhawa. Akhirnya keputusan diambil lewat perang Baratayuda yang tidak dapat dihindari lagi.


    Spoiler untuk Percobaan Damai oleh Sri Kesna :
    Sebelum keputusan untuk berperang diumumkan, para Pandawa berusaha mencari sekutu dengan mengirimkan surat permohonan kepada para raja di daratan India Kuno agar mau mengirimkan pasukannya untuk membantu para Pandawa jika perang tidak batal dilakukan. Begitu juga yang dilakukan oleh para Korawa, mencari sekutu. Hal itu membuat para raja di daratan India Kuno terbagi menjadi dua pihak, pihak Pandawa dan pihak Korawa.
    Sementara itu, Kresna mencoba untuk melakukan perundingan damai. Kresna pergi ke Hastinapura untuk mengusulkan perdamaian antara pihak Pandawa dan Korawa. Namun Duryodana menolak usul Kresna dan merasa dilecehkan, maka ia menyuruh para prajuritnya untuk menangkap Kresna sebelum meninggalkan istana. Tetapi Kresna bukanlah manusia biasa. Ia mengeluarkan sinar menyilaukan yang membutakan mata para prajurit Duryodana yang hendak menangkapnya. Pada saat itu pula ia menunjukkan bentuk rohaninya yang hanya disaksikan oleh tiga orang berhati suci: Bisma, Drona, dan Widura.
    Setelah Kresna meninggalkan istana Hastinapura, ia pergi ke Uplaplawya untuk memberitahu para Pandawa bahwa perang tak akan bisa dicegah lagi. Ia meminta agar para Pandawa menyiapkan tentara dan memberitahu para sekutu bahwa perang besar akan terjadi.


    Spoiler untuk Persiapan Peperangan :
    Kresna tidak bersedia bertempur secara pribadi. Ia mengajukan pilihan kepada para Pandawa dan Korawa, bahwa salah satu boleh meminta pasukan Kresna yang jumlahnya besar sementara yang lain boleh memanfaatkan tenaganya sebagai seorang ksatria. Mendapat kesempatan itu, Arjuna dan Duryodana pergi ke Dwaraka untuk memilih salah satu dari dua pilihan tersebut.
    Duryodana jenius di bidang politik, maka ia memilih tentara Kresna. Sedangkan para Pandawa yang diwakili Arjuna, bersemangat untuk meminta tenaga Sri Kresna sebagai seorang penasihat dan memintanya agar bertempur tanpa senjata di medan laga. Sri Kresna bersedia mengabulkan permohonan tersebut, dan kedua belah pihak merasa puas.
    Pandawa telah mendapatkan tenaga Kresna, sementara Korawa telah mendapatkan tentara Kresna. Persiapan perang dimatangkan. Sekutu kedua belah pihak yang terdiri dari para Raja dan ksatria gagah perkasa dengan diringi pasukan yang jumlahnya sangat besar berdatangan dari berbagai penjuru India dan berkumpul di markasnya masing-masing. Pandawa memiliki tujuh divisi sementara Korawa memiliki sebelas divisi. Beberapa kerajaan pada zaman India kuno seperti Kerajaan Dwaraka, Kerajaan Kasi, Kerajaan Kekeya, Magada, Matsya, Chedi, Pandya dan wangsa Yadu dari Mandura bersekutu dengan para Pandawa; sementara sekutu para Korawa terdiri dari Raja Pragjyotisha, Raja Angga, Raja Kekaya, Raja Sindhu, kerajaan Kosala, Kerajaan Awanti, Kerajaan Madra, Kerajaan Gandhara, Kerajaan Bahlika, Kamboja, dan masih banyak lagi.


    Spoiler untuk Pihak Pandawa :
    Pasukan Pandawa dibagi menjadi tujuh aksohini (divisi). Setiap aksohini dipimpin oleh Raja Drupada dan kedua putranya — Pangeran Drestadyumna dan Pangeran Srikandi — dari Panchala, Raja Wirata dari Matsya, Satyaki, Cekitana dan Bima. Setelah berunding dengan para pemimpin mereka, para Pandawa menunjuk Drestadyumna sebagai panglima perang pasukan Pandawa. Kitab Mahabharata menyebutkan bahwa seluruh kerajaan di daratan India utara bersekutu dengan Pandawa dan memberikannya pasukan yang jumlahnya besar. Beberapa di antara mereka yakni: Kerajaan Kekeya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola, Kerajaan Kerala, Kerajaan Magadha, dan masih banyak lagi.


    Spoiler untuk Pihak Korawa :
    Duryodana meminta Bisma untuk memimpin pasukan Korawa. Bisma menerimanya dengan perasaan bahwa ketika ia bertarung dengan tulus ikhlas, ia tidak akan tega menyakiti para Pandawa. Bisma juga tidak ingin bertarung di sisi Karna dan tidak akan membiarkannya menyerang Pandawa tanpa aba-aba darinya. Bisma juga tidak ingin dia dan Karna menyerang Pandawa bersamaan dengan ksatria Korawa lainnya. Ia tidak ingin penyerangan secara serentak dilakukan oleh Karna dengan alasan bahwa kasta Karna lebih rendah daripada kastanya. Bagaimanapun juga, Duryodana memaklumi keadaan Bisma dan mengangkatnya sebagai panglima tertinggi pasukan Korawa. Pasukan dibagi menjadi sebelas divisi. Seratus Korawa dipimpin oleh Duryodana sendiri bersama dengan adiknya — Dursasana, putera kedua Dretarastra, dan dalam pertempuran tersebut Korawa dibantu oleh Drona dan putranya Aswatama, kakak ipar para Korawa — Jayadrata, serta guru mereka — Krepa. Selain itu, turut pula Kertawarma dari Wangsa Yadawa, Salya dari Madra, Sudaksina dari Kamboja, Burisrawa putra Somadatta, Raja Bahlika, Sangkuni dari Gandhara, Wrehadbala Raja Kosala, Winda dan Anuwinda dari Awanti, dan masih banyak lagi para ksatria dan raja yang memihak Korawa demi Hastinapura maupun Dretarastra.


    Spoiler untuk Pihak Netral :
    Kerajaan Widarbha dan rajanya, Raja Rukmi, selayaknya kakak Kresna, Baladewa, adalah pihak yang netral dalam peperangan tersebut.


    Spoiler untuk Divisi Pasukan dan Persenjataan :
    Setiap pihak memiliki jumlah pasukan yang besar. Pasukan tersebut dibagi ke dalam aksohini (divisi). Setiap aksohini berjumlah 218.700 prajurit yang terdiri dari:
    21.870 pasukan berkereta kuda
    21.870 pasukan penunggang gajah
    65.610 pasukan penunggang kuda
    109.350 tentara darat (infantri)
    Perbandingan jumlah mereka adalah 1:1:3:5. Pasukan Pandawa memiliki 7 divisi, dengan total pasukan 1.530.900 prajurit. Pasukan Korawa memiliki 11 divisi, dengan total pasukan 2.405.700 prajurit. Total seluruh pasukan yang terlibat dalam perang adalah 3.936.600 orang. Jumlah pasukan yang terlibat dalam perang sangat banyak, sebab divisi pasukan kedua belah pihak merupakan gabungan dari divisi pasukan kerajaan lain diseluruh daratan India.
    Senjata yang digunakan dalam perang di Kurukshetra merupakan senjata kuno dan primitif, contohya: panah, tombak, pedang, golok, kapak-perang, gada, dan sebagainya. Para ksatria terkemuka seperti Arjuna, Bisma, Karna, Aswatama, Drona, dan Abimanyu, memilih senjata panah karena sesuai dengan keahlian mereka. Bima dan Duryodana memilih senjata gada untuk bertarung. Meskipun demikian, tidak selamanya ksatria tersebut hanya menggunakan satu jenis senjata saja. Kadangkala, Bima menggunakan panah, sedangkan Abimanyu menggunakan pedang.


    Spoiler untuk Formasi Militer :
    Formasi militer adalah hal yang penting untuk mencapai kemenangan dalam peperangan. Dengan formasi yang baik dan sempurna, maka musuh juga lebih mudah ditaklukkan. Ada beberapa formasi militer yang disebutkan dalam Mahabharata, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Beberapa macam formasi militer tersebut sebagai berikut:
    Krauncabyuha (formasi bangau)
    Cakrabyuha (formasi cakram/melingkar)
    Kurmabyuha (formasi kura-kura)
    Makarabyuha (formasi buaya)
    Trisulabyuha (formasi trisula)
    Sarpabyuha (formasi ular)
    Kamalabyuha atau Padmabyuha (formasi teratai)
    Sulit mengindikasi dengan tepat makna dari nama-nama formasi tersebut. Nama formasi mungkin saja mengindikasi bahwa sebuah pasukan memilih suatu bentuk tertentu (seperti elang, bangau, dll.) sebagai formasi, atau mungkin saja nama suatu formasi berarti strategi mereka mirip dengan suatu hewan/hal tertentu.


    Spoiler untuk Aturan Peperangan :
    Dua pemimpin tertinggi dari kedua belah pihak bertemu dan membuat "peraturan tentang perlakuan yang etis" (Dharmayuddha) sebagai aturan perang. Peraturan tersebut sebagai berikut:
    • Pertempuran harus dimulai setelah matahari terbit dan harus segera dihentikan saat matahari terbenam.
    • Pertempuran satu lawan satu; tidak boleh mengeroyok prajurit yang sedang sendirian.
    • Dua kesatria boleh bertempur secara pribadi jika mereka memiliki senjata yang sama atau menaiki kendaraan yang sama (kuda, gajah, atau kereta).
    • Tidak boleh membunuh prajurit yang menyerahkan diri.
    • Seseorang yang menyerahkan diri harus menjadi tawanan perang atau budak.
    • Tidak boleh membunuh atau melukai prajurit yang tidak bersenjata.
    • Tidak boleh membunuh atau melukai prajurit yang dalam keadaan tidak sadar.
    • Tidak boleh membunuh atau melukai seseorang atau binatang yang tidak ikut berperang.
    • Tidak boleh membunuh atau melukai prajurit dari belakang.
    • Tidak boleh menyerang wanita.
    • Tidak boleh menyerang hewan yang tidak dianggap sebagai ancaman langsung.
    • Peraturan khusus yang dibuat untuk setiap senjata mesti diikuti. Sebagai contoh, dilarang memukul bagian pinggang ke bawah pada saat bertarung menggunakan gada.
    • Bagaimanapun juga, para kesatria tidak boleh berjanji untuk berperang dengan curang.

    Meskipun aturan perang telah disepakati, banyak prajurit dan kesatria dari kedua belah pihak yang melanggarnya, dan tidak jarang mereka melakukannya.


    Spoiler untuk Jalannya Peperangan :
    Spoiler untuk Beberapa Saat sebelum Perang :
    Pada hari pertempuran pertama, begitu juga pada hari-hari berikutnya, pasukan para Korawa berbaris menghadap barat sedangkan pasukan para Pandawa berbaris menghadap timur. Pasukan Korawa membentuk formasi seperti burung elang: pasukan penunggang gajah sebagai tubuhnya; pasukan para Raja dan ksatria di barisan depan sebagai kepalanya; dan pasukan penunggang kuda sebagai sayapnya. Dalam urusan perang, Bisma berkonsultasi dengan panglima Drona, Bahlika dan Krepa.
    Pasukan Pandawa diatur oleh Yudistira dan Arjuna agar membentuk "formasi Bajra". Karena pasukan Pandawa lebih kecil daripada pasukan Korawa, maka strategi berperang dibuat agar memungkinkan pasukan yang kecil untuk menyerang pasukan yang besar. Sesuai strategi Pandawa, pasukan pemanah akan menghujani musuh dengan panah dari belakang pasukan garis depan. Pasukan garis depan menggunakan senjata langsung jarak pendek seperti: gada, pedang, kapak, tombak, dll. Pasukan Korawa terdiri dari sebelas divisi di bawah perintah Bisma. Sepuluh divisi pasukan Korawa membentuk barisan yang sangat hebat, sedangkan divisi kesebelas masih berada di bawah aba-aba langsung dari Bisma, dan sebagian divisi melindunginya dari serangan langsung karena Bisma sangat berguna dan merupakan harapan untuk menang.
    Setelah sepakat dengan formasi dan strategi masing-masing, pasukan kedua belah pihak berbaris rapi. Duryodana optimis melihat pasukan Korawa memiliki para kesatria tangguh yang setara dengan Bima dan Arjuna. Namun ada tokoh-tokoh lain yang setara dengan mereka seperti Yuyudana (Satyaki), Wirata, dan Drupada yang ia anggap sebagai batu rintangan dalam mencapai kajayaan dalam pertempuran. Ia juga optimis karena ksatria-ksatria yang sangat ahli di bidang militer, yaitu Bisma, Karna, Kertawarma, Wikarna, Burisrawa, dan Krepa, ada di pihaknya. Selain itu Raja agung seperti Yudhamanyu dan Uttamauja yang sangat perkasa juga turut berpartisipasi dalam pertempuran sebagai penghancur bagi musuh-musuhnya. Bisma, dengan diikuti oleh Para Raja dan ksatria dari kedua belah pihak meniup "sangkala" (terompet kerang) mereka tanda pertempuran akan segera dimulai.


    Patung Kresna yang sedang memberikan wejangan kepada Arjuna menjelang pertempuran. Patung tersebut terdapat di Tirumala, India.
    Ketika terompet sudah ditiup dan kedua pasukan sudah berhadap-hadapan, bersiap-siap untuk bertempur, Arjuna menyuruh Kresna, guru spiritual sekaligus kusir keretanya, agar mengemudikan keretanya menuju ke tengah medan pertempuran supaya ia bisa melihat, siapa yang siap bertempur dan siapa yang harus ia hadapi. Tiba-tiba Arjuna dilanda perasaan takut akan kemusnahan wangsa Bharata, keturunan Kuru, nenek moyangnya. Arjuna juga dilanda kebimbangan akan melanjutkan pertarungan atau tidak. Ia melihat kakek tercintanya, bersama-sama dengan gurunya, paman, saudara sepupu, ipar, mertua, dan teman bermain semasa kecil, semuanya kini berada di Kurukshetra, harus bertarung dengannya dan saling bunuh. Arjuna merasa lemah dan tidak tega untuk melakukannya.
    Dilanda oleh pergolakan batin, antara mana yang merupakan ajaran agama, mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertanya kepada Kresna yang mengetahui dengan baik segala ajaran agama. Kresna, yang memilih menjadi kusir kereta Arjuna, menjelaskan dengan panjang lebar ajaran-ajaran ketuhanan dan kewajiban seorang kesatria, agar dapat membedakan antara yang baik dengan yang salah. Ajaran tersebut kemudian dirangkum menjadi sebuah kitab filsafat yang sangat terkenal yang bernama Bhagawadgita. Dalam Bhagawadgita, Kresna menyuruh Arjuna untuk tidak ragu dalam melakukan kewajibannya sebagai seorang ksatria yang berada di jalur yang benar. Ia juga mengingatkan bahwa kewajiban Arjuna adalah membunuh siapa saja yang ingin mengalahkan kebajikan dengan kejahatan. Kemudian Sri Kresna menunjukkan bentuk semestanya kepada Arjuna, agar Arjuna tahu siapa ia sesungguhnya sehingga segala keraguan dalam hatinya sirna. Dalam wujud semesta tersebut, ia meyakinkan Arjuna bahwa sebagian besar para ksatria perkasa dikedua belah pihak telah dihancurkan, dan yang bertahan hidup hanya beberapa orang saja, maka tanpa ragu Arjuna harus mau bertempur.


    Sebuah patung di Singapura, yang menggambarkan adegan Kresna menampakkan wujud rohaninya (Wiswarupa) kepada Arjuna.
    Sebelum pertempuran dimulai, Yudistira melakukan sesuatu yang mengejutkan. Tiba-tiba ia meletakkan senjata, melepaskan baju zirah, turun dari kereta dan berjalan ke arah pasukan Korawa dengan mencakupkan tangan seperti berdoa. Para Pandawa dan para Korawa tidak percaya dengan apa yang dilakukannya, dan mereka berpikir bahwa Yudistira sudah menyerah bahkan sebelum panah sempat melesat. Ternyata Yudistira tidak menyerah. Dengan hati yang suci Yudistira menyembah Bisma dan memohon berkah akan keberhasilan. Bisma, kakek dari para Pandawa dan Korawa, memberkati Yudistira. Setelah itu, Yudistira kembali menaiki keretanya dan pertempuran siap untuk dimulai.


    Spoiler untuk Hari-1 :
    Setelah isyarat penyerangan diumumkan, kedua belah pihak maju dengan senjata lengkap. Divisi pasukan Korawa dan divisi pasukan Pandawa saling bantai. Bisma maju menyerang tentara Pandawa dan membinasakan apapun yang menghalangi jalannya. Abimanyu putra Arjuna melihat hal tersebut dan menyuruh para pamannya agar berhati-hati. Ia sendiri mencoba menyerang Bisma dan para pengawalnya, namun usaha para kesatria Pandawa tidak berhasil. Mereka menerima kekalahan.
    Putra Raja Wirata – Utara – maju menghadapi Salya Raja Madra. Utara yang menaiki gajah perang, mencoba melumpuhkan kereta perang Salya. Setelah keretanya lumpuh, Salya meluncurkan senjata lembingnya ke arah Utara. Senjata tersebut menembus baju zirah Utara. Kemudian, Salya menyerang gajah tunggangan Utara dengan panah-panahnya. Utara dan gajahnya pun gugur seketika. Setelah Utara gugur, Sweta mengamuk. Dengan nafsu membunuh, ia mengejar Salya. Para kesatria Korawa yang menyadari hal itu segera melindungi Salya, namun tidak ada yang mampu mengatasi kemarahan Sweta. Akhirnya Bisma turun tangan. Dengan senjata khusus, ia memanah Sweta sehingga kesatria tersebut gugur seketika.
    Ketidakmampuan Pandawa melawan Bisma, serta kematian Utara dan Sweta di hari pertama, membuat Yudistira menjadi pesimis. Namun Sri Kresna berkata bahwa kemenangan sesungguhnya akan berada di pihak Pandawa.


    Spoiler untuk Hari-2 :
    Pada hari kedua, Arjuna bertekad untuk membalikkan keadaan yang didapat pada hari pertama. Arjuna mencoba untuk menyerang Bisma dan membunuhnya, namun para pasukan Korawa berbaris di sekeliling Bisma dan melindunginya dengan segenap tenaga sehingga meyulitkan Arjuna. Pasukan Korawa menyerang Arjuna yang hendak membunuh Bisma. Kedua belah pihak saling bantai, dan sebagian besar pasukan Korawa gugur di tangan Arjuna. Setelah menyapu seluruh pasukan Korawa, Arjuna dan Bisma terlibat dalam duel sengit. Sementara itu Drona menyerang Drestadyumna bertubi-tubi dan mematahkan panahnya berkali-kali. Bima yang melihat keadaan tersebut menyongsong Drestadyumna dan menyelamatkan nyawanya. Duryodana mengirim pasukan bantuan dari kerajaan Kalinga untuk menyerang Bima, namun serangan dari Duryodana tidak berhasil dan pasukannya gugur semua. Satyaki yang bersekutu dengan Pandawa memanah kusir kereta Bisma sampai meninggal. Tanpa kusir, kuda melarikan kereta Bisma menjauhi medan laga. Di akhir hari kedua, pihak Korawa mendapat kekalahan


    Spoiler untuk Hari-3 :
    Pada hari ketiga, Bisma memberi instruksi agar pasukan Korawa membentuk formasi burung elang dengan dirinya sendiri sebagai panglima berada di garis depan sementara tentara Duryodana melindungi barisan belakang. Bisma ingin agar tidak terjadi kegagalan lagi. Sementara itu para Pandawa mengantisipasinya dengan membentuk formasi bulan sabit dengan Bima dan Arjuna sebagai pemimpin sayap kanan dan kiri. Pasukan Korawa menitikberatkan penyerangannya kepada Arjuna. Kemudian kereta Arjuna diserbu oleh berbagai panah dan tombak. Dengan kemahirannya yang hebat, Arjuna membentengi keretanya dengan arus panah yang tak terhitung jumlahnya.
    Abimanyu dan Satyaki menggabungkan kekuatan untuk menghancurkan tentara Gandara milik Sangkuni. Bima dan putranya, Gatotkaca, menyerang Duryodana yang berada di barisan belakang. Panah Bima melesat menuju Duryodana yang menukik di atas keretanya. Kusir keretanya segera membawanya menjauhi pertempuran. Tentara Duryodana melihat pemimpinnya menjauhi pertarungan. Bisma melihat hal tersebut lalu menyuruh agar pasukan bersiap siaga dan membentuk kembali formasi, kemudian Duryodana datang kembali dan memimpin tentaranya. Duryodana marah kepada Bisma karena masih segan untuk menyerang para Pandawa. Bisma kemudian sadar dan mengubah perasaannnya kepada para Pandawa.
    Arjuna dan Kresna mencoba menyerang Bisma. Arjuna dan Bisma sekali lagi terlibat dalam pertarungan yang bengis, meskipun Arjuna masih merasa tega dan segan untuk melawan kakeknya. Kresna menjadi sangat marah dengan keadaan itu dan berkata, "Aku sudah tak bisa bersabar lagi, Aku akan membunuh Bisma dengan tanganku sendiri," lalu ia mengambil sejata cakranya dan berlari ke arah Bisma. Arjuna berlari mengejarnya dan mencegah Kresna untuk melakukannya. Kemudian mereka berdua melanjutkan pertarungan dan membinasakan banyak pasukan Korawa.


    Spoiler untuk Hari-4 :
    Hari keempat merupakan hari dimana Bima menunjukkan keberaniannya. Bisma memerintahkan pasukan Korawa untuk bergerak. Abimanyu dikepung oleh para ksatria Korawa lalu diserang. Arjuna melihat hal tersebut lalu menolong Abimanyu. Bima muncul pada saat yang genting tersebut lalu menyerang para kstria Korawa dengan gada. Kemudian Duryodana mengirimkan pasukan gajah untuk menyerang Bima. Ketika Bima melihat pasukan gajah menuju ke arahnya, ia turun dari kereta dan menyerang mereka satu persatu dengan gada baja miliknya. Mereka dilempar dan dibanting ke arah pasukan Korawa. Kemudian Bima menyerang para kesatria Korawa dan membunuh delapan adik Duryodana. Akhirnya ia dipanah dan tersungkur di keretanya. Gatotkaca melihat hal tersebut, lalu merasa sangat marah kepada pasukan Korawa. Bisma menasehati bahwa tidak ada yang mampu melawan Gatotkaca yang sedang marah, lalu menyuruh pasukan agar mundur. Pada hari itu, Duryodana merasa sedih telah kehilangan saudara-saudaranya.
    Saat pertempuran di hari itu berakhir, Duryodana yang diliputi duka dan kekecewaan datang menemui Bisma untuk menanyakan penyebab Pandawa mampu bertahan dan mengalahkan kekuatan pasukan Korawa yang konon amat dahsyat. Bisma menjawab bahwa Pandawa bertindak di bawah panji kebenaran, sehingga lebih baik mengadakan perjanjian damai dengan mereka. Namun Duryodana yang keras kepala tidak mau menuruti nasihat tersebut.


    Spoiler untuk Hari-5 :
    Pada hari kelima, pertempuran terus berlanjut. Pasukan Pandawa dengan segenap tenaga membalas serangan Bisma. Bima berada di garis depan bersama Srikandi dan Drestadyumna di sampingnya. Satyaki berhadapan dengan Drona dan kesulitan untuk membalas serangannya. Bima pergi meninggalkan Srikandi yang menyerang Bisma. Karena Srikandi berperan sebagai seorang wanita, Bisma menolak untuk bertarung dan pergi. Sementara itu, Satyaki membinasakan pasukan besar yang dikirim untuk menyerangnya. Pertempuran dilanjutkan dengan pertarungan antara Setyaki melawan Burisrawa dan kemudian Satyaki kesusahan sehingga berada dalam situasi genting. Melihat hal itu, Bima datang melindungi Satyaki dan menyelamatkan nyawanya. Di tempat lain, Arjuna bertempur dan membunuh ribuan tentara yang dikirim Duryodana untuk menyerangnya.


    Spoiler untuk Hari-6 :
    Yudistira menyuruh Drestadyumna agar membentuk formasi Makara, dengan Drupada dan Arjuna sebagai pemimpin garis depan. Untuk menandingi kekuatan Yudistira, Bisma menginstruksikan agar pasukan Korawa membentuk formasi burung bangau, dengan Balhika dan angkatan perangnya sebagai pemimpin garis depan.
    Bima bertarung melawan Drona dengan sengit. Bima memanah kusir kereta Drona sehingga tewas seketika. Drona mengambil alih kedudukan kusirnya, lalu menghancurkan sebagian besar pasukan Pandawa. Serangan Drona dihadapi oleh Drestadyumna. Sementara itu, Bima melancarkan serangan ke garis pertahanan yang terdiri dari putra-putra Dretarastra, yaitu: Dursasana, Durwisaha, Dursaha, Durmada, Jaya, Jayasena, Wikarna, Citrasena, Sudarsana, Carucitra, Duskarna, Karna (Karna adik Duryodana, bukan Karna sahabat Duryodana). Mereka semua mengepung Bima dari segala penjuru. Bima meloncat turun dari keretanya sambil membawa gada. Di tengah pasukan musuh, Bima mengamuk sehingga pasukan Korawa kacau-balau. Melihat Bima dalam bahaya, Drestadyumna segera meninggalkan Drona dengan maksud membantu Bima. Dengan bantuan Drestadyumna, Bima menghancurkan pasukan Korawa dengan lebih mudah.
    Setelah menyaksikan Bima dalam bahaya, Yudistira mengirim Abimanyu untuk membantu pamannya tersebut. Abimanyu melawan para putra Dretarastra, sementara Duryodana dihadapi oleh lima putra Dropadi, yaitu Pratiwindya, Sutasoma, Srutakarma, Satanika, dan Srutakirti. Menjelang sore hari, Bisma masih mengamuk menghancurkan pasukan Pandawa. Akhirnya, matahari terbenam dan seluruh pasukan ditarik mundur pada malam hari itu.


    Spoiler untuk Hari-7 :
    Pada hari ketujuh, pasukan Korawa di bawah instruksi Bisma membentuk formasi Mandala. Untuk mengantisipasinya, Yudistira menginstruksikan agar pasukan Pandawa membentuk formasi Bajra. Arjuna berhasil merusak formasi Mandala, sehingga Bisma maju untuk menghadapinya. Sementara itu, Drona bertarung menghadapi Wirata Raja Matsya. Dengan serangan panahnya, Drona membuat kereta perang Wirata lumpuh. Kemudian Wirata meloncat dari keretanya untuk berpindah ke kereta Sangka, putranya. Meskipun Wirata dan Sangka sudah menggabungkan kekuatan, namun Drona masih tak terkalahkan. Sebaliknya, Drona berhasil menembakkan empat batang panah penembus baju zirah ke arah Sangka. Panah tersebut bersarang di dada Sangka, kemudian merenggut nyawanya.
    Sementara itu, Satyaki bertarung menghadapi raksasa Alambusa, sedangkan Drestadyumna menghadapi Duryodana. Satyaki berhasil mengalahkan raksasa Alambusa, sementara Drestadyumna berhasil melukai tubuh Duryodana dengan tujuh anak panah. Kemudian panah-panah menembus tubuh kuda dan kusir kereta Duryodana sehingga kendaraan tersebut lumpuh. Duryodana meloncat dari keretanya lalu diselamatkan oleh pamannya, Sangkuni dari Gandhara. Di tempat lain, Srikandi maju menghadapi Bisma. Bisma tidak menghiraukan Srikandi karena kesatria tersebut bersifat kewanitaan, sehingga ia lebih memilih menghancurkan pasukan Srinjaya, sekutu Pandawa.
    Pada hari tersebut, para kesatria Korawa lebih banyak menderita kekalahan dibandingkan pihak Pandawa. Hal tersebut membuat Dretarastra, ayah para Korawa merasa sedih. Sanjaya, penasihat Dretarastra mengatakan bahwa ia tidak perlu bersedih sebab kehancuran putra-putranya disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri. Sanjaya menambahkan, bahwa kematian para kesatria yang gugur di medan perang akan membuka jalan surga bagi mereka.


    Spoiler untuk Hari-8 :
    Pada hari kedelapan, Bima membunuh delapan putera Dretarastra, yaitu: Sunaba, Adityaketu, Wahwasin, Kundadara, Mahodara, Aparajita, Panditaka dan Wisalaksa. Sunaba, Adityaketu, Aparajita dan Wisalaksa gugur dengan kepala terpenggal, sedangkan yang lainnya gugur karena senjata panah yang diluncurkan Bima. Setelah menyaksikan kematian mereka, Duryodana memerintahkan para saudaranya yang masih hidup untuk membunuh Bima. Namun tak satu pun putra Dretarastra yang berani maju menghadapi Bima setelah mereka menyaksikan kematian delapan saudaranya.
    Sementara itu, Sangkuni putra Subala, dengan didampingi oleh putra Hredika dari kerajaan Satwata, menyerbu pasukan Pandawa. Pasukan penyerbu tersebut merupakan kavaleri gabungan dari berbagai kerajaan di India, seperti Kamboja, Sindhu, Mahi, Aratta, dll. Untuk menandinginya, Irawan putra Arjuna maju ke medan laga sambil membawa pasukan berkuda dalam jumlah besar. Dengan pedang dan panah, Irawan berhasil membunuh para saudara Sangkuni, kecuali Wresaba.
    Setelah pasukan putra Subala kacau balau, Duryodana mengirim raksasa Alambusa untuk membunuh Irawan. Kemudian, terjadilah pertempuran sengit antara Irawan melawan Alambusa. Keduanya sama-sama menggunakan kekuatan sihir, sama-sama sakti dan saling menghancurkan. Saat Irawan memunculkan seekor naga raksasa, Alambusa menanggapinya dengan menjelma menjadi seekor burung garuda raksasa. Burung siluman tersebut berhasil membunuh naga siluman yang dipanggil Irawan. Hal itu membuat Irawan terpaku menyaksikan kekalahannya. Pada saat itu juga, Alambusa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memenggal leher Irawan.


    Spoiler untuk Hari-9 :
    Pada hari kesembilan, Abimanyu putra Arjuna menghancurkan laskar Korawa sambil mengamuk. Para kesatria terkemuka di pihak Korawa tidak mampu menghadapinya, karena seolah-olah Abimanyu merupakan Arjuna yang kedua. Melihat prajuritnya tercerai-berai, Duryodana memutuskan untuk mengirim raksasa Alambusa, putra Resyasringga. Raksasa tersebut menuruti perintah Duryodana. Ribuan prajurit Pandawa mati di tangannya, sehingga lima putra Dropadi bertindak. Mereka mencoba menahan serangan raksasa tersebut, namun tidak berhasil. Sebaliknya, justru nyawa mereka yang terancam. Setelah melihat para saudara tirinya sedang terancam, Abimanyu segera datang membantu mereka sekaligus menghadapi raksasa Alambusa. Tak lama kemudian, terjadilah pertempuran sengit antara Abimanyu melawan raksasa Alambusa. Dengan kemahirannya menggunakan senjata panah, Abimanyu berhasil mengalahkan Alambusa sehingga raksasa tersebut turun dari keretanya sambil melarikan diri karena kesakitan.
    Setelah Alambusa mengalami kekalahan, Bisma segera menghadapi Abimanyu. Dengan dikawal oleh para kesatria tangguh dari pihak Korawa, Bisma maju menerjang Abimanyu. Pada saat itu juga, Arjuna datang membantu Abimanyu. Kemudian Krepa menyerang Arjuna sehingga terjadilah pertarungan sengit di antara mereka. melihat keadaan tersebut, Satyaki datang membantu Arjuna. Aswatama putra Drona, datang membantu Krepa dengan meluncurkan panah-panahnya. Namun ternyata Satyaki mampu bertahan, bahkan membalas serangan Aswatama secara bertubi-tubi. Setelah Aswatama lelah menghadapinya, Drona muncul untuk membantu putranya tersebut. Sedangkan dari pihak Pandawa, Arjuna maju membantu Satyaki. Tak lama kemudian, terjadilah pertempuran sengit antara Arjuna melawan Drona. Meskipun demikian, baik Arjuna maupun Drona mampu bertahan hidup sebab mereka sama-sama sakti.
    Kemudian, Kresna mengingatkan Arjuna untuk segera membunuh Bisma. Maka dari itu, Arjuna segera memerintahkan Kresna untuk menjalankan keretanya menuju Bisma. Saat menghadapi Bisma, Arjuna masih segan untuk mengerahkan seluruh kemampuannya, sehingga pertarungan terlihat tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh. Melihat keadaan itu, Kresna menjadi marah. Ia turun dari keretanya sambil membawa cemeti dengan tujuan membunuh Bisma. Bisma tidak mengelak saat melihat tindakan Kresna. Sebaliknya, ia ikhlas apabila nyawanya melayang di tangan Kresna. Menanggapi hal tersebut, Arjuna segera meloncat dari keretanya, lalu memeluk kaki Kresna untuk menghentikan gerakan Kresna. Sekali lagi, Arjuna memohon agar Kresna meredam amarahnya. Kresna hanya diam setelah mendengar permohonan Arjuna. Kemudian mereka kembali menaiki kereta untuk melanjutkan peperangan.


    Spoiler untuk Hari-10 :
    Pada hari kesepuluh, Pandawa yang merasa tidak mungkin untuk mengalahkan Bisma menyusun suatu strategi. Mereka berencana untuk menempatkan Srikandi di depan kereta Arjuna, sementara Arjuna sendiri akan menyerang Bisma dari belakang Srikandi. Srikandi dipilih sebagai tameng Arjuna sebab ia merupakan seorang wanita yang berganti kelamin menjadi pria, dan hal itu membuat Bisma enggan menyerang Srikandi. Disamping itu, Srikandi merupakan reinkarnasi Amba, wanita yang mati karena perasaannya disakiti oleh Bisma, dan bersumpah akan terlahir kembali sebagai pembunuh Bisma yang menjadi penyebab atas penderitaannya.
    Srikandi menyerang Bisma, namun Bisma tidak menghiraukan serangannya. Sebaliknya, ia malah tertawa, sebab ia tahu bahwa kehadiran Srikandi merupakan pertanda buruk yang mampu mengantarnya menuju takdir kekalahan. Bisma juga tahu bahwa ia ditakdirkan gugur karena Srikandi, maka dari itu ia merasa sia-sia untuk melawan takdirnya. Bisma yang tidak tega untuk menyerang Srikandi, tidak bisa menyerang Arjuna karena tubuh Srikandi menghalanginya. Hal itu dimanfaatkan Arjuna untuk mehujani Bisma dengan ribuan panah yang mampu menembus baju zirahnya. Ratusan panah yang ditembakkan Arjuna menembus tubuh Bisma dan menancap di dagingnya.
    Bisma terjatuh dari keretanya, namun badannya tidak menyentuh tanah karena ditopang oleh panah-panah yang menancap di tubuhnya. Setelah Bisma jatuh, pasukan Pandawa dan Korawa menghentikan pertarungannya sejenak lalu mengelilingi Bisma. Bisma menyuruh Arjuna untuk meletakkan tiga anak panah di bawah kepalanya sebagai bantal. Kemudian, Bisma meminta dibawakan air. Tanpa ragu, Arjuna menembakkan panahnya ke tanah, lalu menyemburlah air dari tanah ke mulut Bisma. Meskipun tubuhnya ditancapi ratusan panah, Bisma masih mampu bertahan hidup sebab ia diberi anugrah untuk bisa menentukan waktu kematiannya sendiri. Dalam keadaan seperti itu, ia memberi wejangan kepada para cucunya yang melakukan peperangan. Meskipun sudah tak berdaya, Bisma mampu hidup selama beberapa hari sambil menyaksikan kehancuran pasukan Korawa.


    Spoiler untuk Hari-11 :
    Setelah kekalahan Bisma pada hari kesepuluh, Karna memasuki medan laga dan melegakan hati Duryodana. Ia mengangkat Drona sebagai panglima tertinggi pasukan Korawa. Karna dan Duryodana berencana untuk menangkap Yudistira hidup-hidup. Membunuh Yudistira di medan laga hanya membuat para Pandawa semakin marah, sedangkan dengan adanya Yudistira para Pandawa mendapatkan strategi perang. Drona membantu Karna dan Duryodana untuk menaklukkan Yudistira. Ia memanah busur Yudistira hingga patah. Para Pandawa cemas karena Yudistira akan menjadi tawanan perang. Melihat hal itu, Arjuna turun tangan dan menghujani Drona dengan panah dan menggagalkan rencana Duryodana.


    Spoiler untuk Hari-12 :
    Setelah menerima kegagalan, Drona yakin bahwa rencana untuk menaklukkan Yudistira sulit diwujudkan selama Arjuna masih ada. Raja Trigarta — Susarma — bersama dengan 3 saudaranya dan 35 putera mereka berada di pihak Korawa dan mencoba untuk membunuh Arjuna atau sebaliknya, gugur di tangan Arjuna. Mereka turun ke medan laga pada hari kedua belas dan langsung menyerbu Arjuna. Namun mereka tidak berhasil sehingga gugur satu persatu. Semakin hari kekuatan para Pandawa semakin bertambah dan memberikan pukulan yang besar kepada pasukan Korawa.


    Spoiler untuk Hari-13 :
    Duryodana memanggil Bhagadatta, Raja Pragjyotisha (di zaman sekarang disebut Assam, sebuah wilayah di India). Bhagadatta merupakan putera dari Narakasura, raja yang dibunuh oleh Kresna beberapa tahun sebelumnya. Bhagadatta memiliki ribuan gajah yang berukuran sangat besar sebagai kekuatan pasukannya, dan ia dianggap sebagai kesatria terkuat di antara seluruh kesatria penunggang gajah pada zamannya. Bhagadatta menyerang Arjuna dengan mengendarai gajah raksasanya yang bernama Supratika. Pertempuran antara Arjuna melawan Bhagadatta terjadi dengan sangat sengit.
    Saat Arjuna sibuk dalam pertarungan yang sengit, di tempat lain, empat Pandawa sulit mematahkan formasi Cakrabyuha yang disusun Drona. Yudistira melihat hal tersebut dan menyuruh Abimanyu, putera Arjuna, untuk merusak formasi Cakrabyuha, sebab Yudistira tahu bahwa hanya Arjuna dan Abimanyu yang bisa mematahkan formasi tersebut. Saat Abimanyu memasuki formasi tersebut, empat Pandawa melindunginya di belakang. Namun, keempat Pandawa dihadang Jayadrata sehingga Abimanyu memasuki formasuki Cakrabyuha tanpa perlindungan. Akhirnya, Abimanyu dikepung oleh para kesatria Korawa, lalu terbunuh oleh serangan serentak.
    Menjelang akhir hari kedua belas, setelah melalui pertarungan yang sengit, akhirnya Bhagadatta dan Susarma gugur di tangan Arjuna. Sementara itu, Abimanyu gugur karena terjebak dalam formasi Cakrabyuha. Setelah mengetahui kematian putranya, Arjuna marah pada Jayadrata yang menghalangi usaha para Pandawa untuk melindungi Abimanyu. Ia bersumpah akan membunuh Jayadrata pada hari keempat belas. Ia juga bersumpah bahwa jika ia tidak berhasil melakukannya sampai matahari terbenam, ia akan membakar dirinya sendiri.


    Spoiler untuk Hari-14 :
    Saat berusaha mencari Jayadrata di medan pertempuran, Arjuna menghancurkan satu aksauhini (109.350 tentara) prajurit Korawa. Pasukan Korawa melindungi Jayadrata dengan baik, untuk mencegah Arjuna menyerangnya. Akhirnya, menjelang sore, Arjuna mendapati bahwa Jayadrata dikawal oleh Karna dan lima kesatria perkasa lainnya. Setelah melihat keadaan temannya, Kresna mengangkat Sudarsana Cakra-nya untuk menutupi matahari, menipu seolah-olah matahari terbenam. Seluruh prajurit menghantikan pertempuran karena merasa bahwa siang hari telah berakhir. Dengan demikian, Jayadrata tanpa perlindungan. Saat matahari menampakkan sinar terakhirnya di hari tersebut, Arjuna menembakkan panah dahsyatnya yang kemudian memenggal kepala Jayadrata.
    Pertempuran berlanjut setelah matahari terbenam. Saat bulan tampak bersinar, Gatotkaca, putra Bima membunuh banyak kesatria, dan menyerang lewat udara. Karna menghadapinya lalu mereka bertarung dengan sengit, sampai akhirnya Karna mengeluarkan Indrastra, sebuah senjata surgawi yang diberikan kepadanya oleh Dewa Indra. Gatotkaca yang menerima serangan tersebut lalu memperbesar ukuran tubuhnya. Ia gugur seketika kemudian jatuh menimpa ribuan prajurit Korawa.


    Spoiler untuk Hari-15 :
    Setelah Raja Drupada dan Raja Wirata dibunuh oleh Drona, Bima dan Drestadyumna bertarung dengannya di hari kelima belas. Karena Drona amat kuat dan memiliki brahamastra (senjata ilahi) yang tak terkalahkan, Kresna memberi isyarat pada Yudistira bahwa Drona akan menyerah apabila Aswatama – putranya – gugur dalam perang tersebut. Kemudian Bima membunuh seekor gajah bernama Aswatama, dan berteriak dengan keras bahwa Aswatama gugur.
    Drona mendekati Yudistira untuk mencari kepastian tentang kematian putranya. Yudistira berkata "Ashwathama Hatha Kunjara", namun dua kata terakhir "Hatha Kunjara" yang menerangkan bahwa seekor gajah telah mati, tidak terdengar karena kegaduhan bunyi genderang dan terompet atas perintah Kresna (versi yang berbeda menyebutkan bahwa Yudistira melafalkan kata-kata terakhir tersebut dengan sangat pelan sehingga Drona tidak mendengar kata "gajah"). Sebelum peristiwa tersebut, kereta perang Yudistira, yang disebut Dharmaraja (Raja Kebenaran), melayang beberapa inci dari tanah. Setelah peristiwa tersebut, keretanya menyentuh tanah. Setelah menduga bahwa putranya telah tiada, Drona merasa berdukacita, dan menjatuhkan senjatanya. Kemudian ia dibunuh oleh Drestadyumna untuk membalaskan dendam ayahnya sekaligus melaksanakan sumpahnya.
    Setelah perang di hari itu berakhir, Kunti (ibu para Pandawa) secara rahasia pergi menemui Karna, putra yang dibuangnya, dan memintanya untuk mengampuni nyawa para Pandawa, karena mereka adalah adiknya. Karna berjanji pada Kunti bahwa ia akan mengampuni nyawa para Pandawa, kecuali Arjuna.


    Spoiler untuk Hari-16 :
    Pada hari keenam belas, Karna menjadi panglima tertinggi pasukan Korawa. Ia membunuh banyak prajurit pada hari itu. Sebuah pertempuran sengit terjadi antara Arjuna melawan Karna. Bahkan Kresna memuji Karna atas keberaniannya. Akhirnya Karna berhasil memutuskan tali busur Arjuna. Tepat saat Karna akan membunuh Arjuna, matahari terbenam. Karena memperhatikan peraturan peperangan, Karna mengampuni nyawa Arjuna.
    Ada versi berbeda mengenai akhir hari kedelapan belas. Diceritakan bahwa Karna bertempur dengan gagah berani meski dikelilingi para jendral pasukan Pandawa. Mereka semua tidak mampu melawannya. Karna memberi serangan mematikan pada pasukan Pandawa sehingga mereka melarikan diri. Kemudian Arjuna berhasil mematahkan senjata Karna dengan senjatanya sendiri, dan juga memberikan serangan mematikan pada pasukan Korawa. Tak lama kemudian matahari terbenam, dan karena kegelapan dan debu membuat pertempuran berlangsung dengan sulit, maka pasukan Korawa ditarik mundur, dengan tujuan menghindari pertempuran di malam hari.[
    /spoiler]

    Spoiler untuk Hari-17 :
    Pada hari ketujuh belas, Karna mengalahkan Bima dan Yudistira dalam pertempuran, namun nyawa mereka diampuni. Kemudian, Karna melanjutkan pertarungannya melawan Arjuna. Saat bertarung, roda kereta Karna terperosok ke dalam lumpur sehingga Karna meminta izin untuk menghentikan pertarungan sejenak. Melihat kesempatan tersebut, Kresna mengingatkan Arjuna tentang sikap Karna yang tidak berbelas kasihan pada Abimanyu saat Abimanyu terbunuh setelah kehilangan senjata dan keretanya. Terungkitnya kenangan pahit tersebut membuat hati Arjuna perih kembali. Kemudian, Arjuna menembakkan panahnya untuk memenggal Karna, pada saat Karna berusaha mengangkat roda keretanya yang terprosok ke dalam lumpur. Pada hari yang sama, Bima menghancurkan kereta Dursasana dengan gadanya. Bima menangkap Dursasana lalu membunuhnya, sehingga terpenuhilah sumpah yang dibuatnya saat Dropadi dipermalukan.


    Spoiler untuk Hari-18 :
    Pada hari kedelapan belas, Salya Raja Madra diangkat sebagai panglima tertinggi pasukan Korawa, menggantikan posisi Karna. Pada hari itu juga, Yudistira membunuh Raja Salya, Sadewa membunuh Sangkuni, dan Bima membunuh para adik Duryodana yang masih bertahan. Setelah sadar bahwa ia telah dikalahkan, Duryodana lari dari medan pertempuran lalu beristirahat di sebuah danau. Ahirnya para Pandawa berhasil menangkapnya. Di bawah pengawasan Baladewa, pertandingan gada berlangsung antara Bima melawan Duryodana, dimana akhirnya Duryodana mengalami kekalahan.
    Aswatama, Krepa, dan Kertawarma bertemu Duryodana pada saat kesatria tersebut sedang sekarat. Mereka berjanji akan membalaskan dendamnya. Kemudian pada malam hari, mereka menyerang perkemahan para Pandawa, lalu membunuh lima putra Pandawa (Pancawala), Drestadyumna dan Srikandi.


    Spoiler untuk Akhir Peperangan :
    Hanya sepuluh kesatria yang bertahan hidup dari pertempuran, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa dan Kertawarma. Aswatama ditangkap oleh para Pandawa setelah ia melakukan pembunuhan di malam hari kedelapan belas, saat sekutu Pandawa sedang tidur. Krepa kembali ke Hastinapura, sedangkan Kertawarma ke kediaman Wangsa Yadu. Akhirnya, Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura. Setelah memerintah selama beberapa lama, Yudistira menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, Parikesit. Kemudian, ia bersama Pandawa dan Dropadi mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Dropadi dan empat Pandawa, kecuali Yudistira, meninggal dalam perjalanan. Akhirnya Yudistira berhasil mencapai puncak Himalaya, dan dengan ketulusan hatinya, oleh anugerah Dewa Dharma ia diizinkan masuk surga sebagai seorang manusia.



    Spoiler untuk Video Rangkaian Perang Baratayudha :
    Spoiler untuk Part 1 :
    http://www.youtube.com/watch?v=mf2QC7Plgyc

    Spoiler untuk Part 2 :





    Last edited by jiker; 15-09-12 at 21:01.

  6. #20
    jkt-pemburu's Avatar
    Join Date
    Oct 2006
    Posts
    16,518
    Points
    7,623.92
    Thanks: 658 / 573 / 404

    Default

    Quote Originally Posted by jiker View Post
    Book perang baratayudha

    Skalian mau tanya blm dijawab kykny

    Saya bole buat komik+puisi misalnya untuk topik ini?? (1topik dipresentasikan melalui 2 media bebas)
    Quote Originally Posted by vLin777 View Post
    NB: media bebas : komik, karikatur, narasi, puisi, sajak, prosa, syair lagu, suara anda yang direkam, dkk. Buatlah semenarik mungkin, buatlah apa yang tidak pernah kami pikirkan!

  7. #21

    Join Date
    Apr 2008
    Posts
    2,801
    Points
    1,662.85
    Thanks: 104 / 156 / 116

    Default

    Quote Originally Posted by -200- View Post
    kk itu angklung 1 slot dah ad yg punya??
    aku mau ikut donk "angklung"
    masih ada sisa 1 slot. oke book diterima

    Quote Originally Posted by jiker View Post
    Book perang baratayudha

    Skalian mau tanya blm dijawab kykny

    Saya bole buat komik+puisi misalnya untuk topik ini?? (1topik dipresentasikan melalui 2 media bebas)
    oke
    wew, uda di post #11 udah dijawab.
    apapun boleh. mau 5 media bebas sekaligus juga gapapa, yang penting 1 post
    "The only way to do great work is to love what you do" ♥

    Hobby and Entertainment Forums
    My Personal Corner



  8. #22
    Andredisini's Avatar
    Join Date
    Nov 2011
    Location
    ♥InU'rDream
    Posts
    1,124
    Points
    73.30
    Thanks: 121 / 54 / 44

    Default

    Jembatan Ampera

    Jembatan Ampera ialah salah satu monumen kebanggaan rakyat palembang
    Spoiler untuk Jadul :


    Jembatan ampera ini sebenernya si udah ada sejak jaman Gemeente Palembang pada tahun 1906 * Mungkin Nenek gw jg blm lahir * . Saat kota palembang dijabat oleh wali kota bernama Le Cocq de Ville pada tahun 1924 .
    sudah banyak sekali usaha yg sdh di lakukan rakyat palembang pada saat itu untuk merealisasikannya namun sampai masa menjabatnya Le Cocq de Ville berahir, bahkan saat Belanda hengkang dari indonesia proyek untuk pembangunan itu pun ga pernah terealisasikan .


    Dilanjutkan lagi pada masa kemerdekaan , gagasan pembangunan itu kembali muncul kala DPRD peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan saat itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuknyaa nama Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong sngat nekat sebab anggaran yg ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00


    Usaha yg dilakukan pemerintah provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yg didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karna jembatan ini rencananya dibangun dgn masing masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yg berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. yaitu penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu yaitu bundaran dan Air Mancur yang berada tepat di depan masjid agung dan di seberangnya yaitu didepan UKB(Universitas Kader Bangsa) *Bisa datang lansung ke Palembang untuk melihatnya * Kemudian dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksanaan pembangunan dgn penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961 dgn biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00)


    Spoiler untuk Pembangunan Jembatan Ampera Tahun 1962 :


    Pada awalnya, jembatan ini dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu


    Keistimewaan Jembatan Ampera ini
    pada awalnya sih bagian tengah dari badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya ga nyangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dgn peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.


    Spoiler untuk Jembatan Ampera Pada Saat Itu :


    Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini udh ga dilakukan lagi.dengan alasan, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.


    Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan utk menghindari jatuhnya ke 2 beban pemberat ini .


    Spoiler untuk Pic Jembatan Ampera Saat Mengangkat Bagian Tengah :


    Spoiler untuk Detail :
    Panjang keseluruhan Jembatan : 1.117 m (bagian tengah 71,90 m)

    Lebar Jembatan : 22 m

    Tinggi Keseluruhan : 11.5 m dari permukaan air

    Tinggi Menara : 63 m dari permukaan tanah

    Jarak antara menara dan menara lainnya : 75 m

    Berat jembatan: 944 ton




    Spoiler untuk Pic Jembatan Ampera Saat ini :





    Spoiler untuk Pengambilan Pic Monumen secara langsung di malam hari :
    Last edited by Andredisini; 09-09-12 at 23:37.

  9. #23
    MaDNeSs's Avatar
    Join Date
    Feb 2009
    Location
    Who wants to know ?
    Posts
    3,576
    Points
    6,614.26
    Thanks: 172 / 107 / 76

    Default

    Quote Originally Posted by boringgirl View Post
    book malang -gunungkawi..
    btw mao tanya itu hasil karya nya d kirim via apa??
    malkum masi newbie....br pertama ikut an event...
    post # 1 :

    Deadline pengepost-an karya : 16 September 2012 pukul 23:59
    so im guessing, di post .

  10. #24
    Done~'s Avatar
    Join Date
    Apr 2012
    Posts
    1,728
    Points
    -3.10
    Thanks: 2 / 25 / 24

    Default

    gak ada tangerang

    booked kota tua ..
    REST IN PEACE CABE-SEKILO-5RB AND THE NEW GENERATION Done~

  11. #25
    Andredisini's Avatar
    Join Date
    Nov 2011
    Location
    ♥InU'rDream
    Posts
    1,124
    Points
    73.30
    Thanks: 121 / 54 / 44

    Default

    Quote Originally Posted by Done~ View Post
    gak ada tangerang

    booked kota tua ..

    #post 1
    itu prasaan slot kota tua 1 deh kk
    coba tnya lg ke TS nya mngkn blh ato ga lagi

  12. #26

    Join Date
    Apr 2008
    Posts
    2,801
    Points
    1,662.85
    Thanks: 104 / 156 / 116

    Default

    Quote Originally Posted by Andredisini View Post

    #post 1
    itu prasaan slot kota tua 1 deh kk
    coba tnya lg ke TS nya mngkn blh ato ga lagi
    masih boleh.
    yang ga boleh itu kalau slot sudah habis
    "The only way to do great work is to love what you do" ♥

    Hobby and Entertainment Forums
    My Personal Corner



  13. #27
    Done~'s Avatar
    Join Date
    Apr 2012
    Posts
    1,728
    Points
    -3.10
    Thanks: 2 / 25 / 24

    Default

    TSnya pacar gw ..

    jadi boleh ..

    @vlin , berupa foto gpp kan ? sma cerita"
    REST IN PEACE CABE-SEKILO-5RB AND THE NEW GENERATION Done~

  14. #28

    Join Date
    Apr 2008
    Posts
    2,801
    Points
    1,662.85
    Thanks: 104 / 156 / 116

    Default

    Quote Originally Posted by Done~ View Post
    TSnya pacar gw ..

    jadi boleh ..

    @vlin , berupa foto gpp kan ? sma cerita"
    gelo ngaku2

    gpp. kalo mau lebih menarik, bsa diedit2 jg fotonya
    "The only way to do great work is to love what you do" ♥

    Hobby and Entertainment Forums
    My Personal Corner



  15. #29
    boringgirl's Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    Malang - Surabaya Jauh - dekat
    Posts
    1,690
    Points
    36.48
    Thanks: 162 / 42 / 38

    Default

    INDAHNYA GUNUNG KAWI KU
    Udaramu sejuk
    Nikmati situasi dirimu
    Awan putih di langit langit
    Lembut seperti sutera
    Mengelilingimu
    Bukit-bukit nan indah
    Jurang menyeramkan
    Pohon-pohon
    Nan berwarna hijau
    Sebagai tanda tanda
    Kuasa ilahi
    Oh…gunung kawi
    Begitu indah
    Namun nasi sudah jadi bubur
    Keelokanmu ternodai
    Manusia manusia berlumuran lumpur dosa
    Tubuhmu bagai tempat menabur cinta

    Oh…gunung kawi
    Ratusan orang bergantung padamu
    Oh…gunung
    Sungguh agung penciptamu



    By: chuN



    Last edited by vLin777; 29-08-12 at 20:02. Reason: merge post booking sama karya

  16. #30
    MNA26's Avatar
    Join Date
    Apr 2011
    Location
    SURABAYA
    Posts
    4,456
    Points
    16,210.32
    Thanks: 71 / 76 / 50

    Default

    Keindahan Raja Ampat
    Pulau paling Timur Indonesia ini memang memikat, beruntung kawasan ini masih jauh dari industri dengan segala polusinya.

    Jika dulu daerah Papua diidentikkan dengan wisata pedalaman di daerah Wamena, atau pegunungan Jaya Wijaya yang menjadi incaran para penakhluk alam, kini Papua kembali berjaya dengan destinasi barunya, kepulauan Raja Ampat.

    Tempat ini disebut-sebut sebagai laut dengan biota terkaya dan paling menakjubkan bagi para penyelam. Berada di bagian barat kepala burung, kepulauan ini memiliki empat pulau besar, Waigeo, Misool, Salawati, dan Batanta.

    Menapakkan kaki di kawasan ini, Anda pasti akan betah memandangi kilau air laut yang eksotik dengan tempaan matahari. Ini, masih di atas perahu yang membawa Anda menyusuri lautan. Belum, menceburkan diri di bawahnya.
    Spoiler untuk Picture :

    Keindahan hutan lautnya memaksa Anda untuk terus berenang ke bawah. Jika Anda berada di sini, Anda tidak sedang bermimpi, Anda akan menemukan ribuan spesies unik yang menakjubkan. Kuda laut katai wobbegong, ikan pari manta, dan juga ikan edemik eviota.

    Tim ahli dari Conservation International, The Nature Conservancy, dan Lembaga Oseanografi Nasional yang pernah melalukan penelitian, mereka mencatatkan 540 karang berada di perairan ini, juga 1000 jenis ikan karang dengan berbagai warna memukau, dan 700 jenis moluska ada di sini.

    Senang jika ikan-ikan seperti, tuna, giant trevallies, dan snappers mengerumuni Anda. Tapi Anda juga akan menemukan ketegangan saat dikelilingi ikan barakuda, Anda harus bisa melesat lebih cepat. dari mereka. Tentu ini akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan, menjelajah dinding laut dan mengikuti hempasan air laut yang sedikit mengombang-ambingkan tubuh.
    Spoiler untuk picture :

    Untuk dapat sampai di sini, Anda perlu perjuangan dan sedikit merogoh kantung. Akses dari Jakarta dapat ditempuh dengan menggunakan pesawat yang singgah di kota Manado. Kemudian, Anda akan melanjutkan penerbangan ke Sorong selama enam jam. Waktu yang cukup menjemukan untuk bertahan di dalam pesawat. Tapi ini akan terbayar dengan kekaguman Anda pada alam Papua yang luar biasa.

    Sebenarnya, kepulauan Raja Ampat jidak hanya direkomendasikan bagi para penyelam. Anda yang tidak suka menyelam pun dapat menikmati hamparan pantai berpasir putih dengan sapuan ombak-ombak kecil. Anda juga akan disambut dengan bunga-bunga anggrek yang menggoda. Atau kicauan cenderawasih, kakatua, dan nuri dengan kepak sayap warna-warni yang tidak kalah cantik.
    Spoiler untuk VIDEO :


    Di pucuk bagian timur negara lautan ini
    Ada sebuah taman yang sangat indah bagaikan surga bagi kita
    Suara suara percikan percikan yang membuat kita ingin memasuki suara tersebut
    Gerumbulan gerumbulan penghuni suara tersebut bersembunyi di dalamnya seperti kita bersembunyi di dalam rumah yang nyaman dan indah
    Tanaman tanaman yang berkelok kelok terkena angin di dalam suara percikan tersebut
    Sungguh segarnya melihat keindahan di dalam suara percikan tersebut
    Sungguh indahnya engkau penghuni timur negara lautan ini
    Dengan keindahan itu, engkau mengharumkan nama negara lautan hingga ke pucuk dunia
    Terima Kasih Raja Ampat.
    Keindahan mu tidak akan kami lupakan.

    Create By [E-]Schooler] A.K.A Fadhli

    My Life,My Very Serious Game


Page 2 of 3 FirstFirst 123 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •