Results 1 to 11 of 11
http://idgs.in/602008
  1. #1

    Join Date
    Jan 2013
    Posts
    14
    Points
    14.74
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default Assaulter Zero: Indonesian Tokusatsu

    Assaulter Zero: Indonesian Superhero/Tokusatsu

    Genre: Action | Drama | Sci-Fi

    WARNING!!
    Code:
    This Original Fiction has been categorized as 'mature', therefore may contain intense violence, blood/gore and/or strong language that may not be appropriate for underage viewers.
    ATTENTION!!
    Cerita ini hanyalah FIKTIF belaka. Tidak ada niat untuk menyakiti atau melecehkan tokoh-tokoh dalam cerita ini.
    Spoiler untuk Characters :
    In process

    Prime Cameo: JKT48 and CherryBelle

    Spoiler untuk Assaulters :
    In process

    Spoiler untuk Gadget :
    In process

    Thx to temen2 gw dari berbagai Forum yg gak bisa gw sebutin satu2, khususnya buat yg udah buatin Artwork, terus temen gw dari Twiboy Garis Keras a.k.a Preman Twiboy, and temen gw dari Fans JKT48, thx banget udah membantu lancarnya pembuatan Fic ini..
    Sebagai gantinya, request kalian yaitu menampilkan CherryBelle and JKT48 disini gw penuhi..
    Last edited by Assaulter_Zero; 19-02-13 at 17:49.

  2. Hot Ad
  3. #2

    Join Date
    Jan 2013
    Posts
    14
    Points
    14.74
    Thanks: 0 / 0 / 0
    Last edited by Assaulter_Zero; 12-01-13 at 09:03.

  4. #3
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    Ini bakal jadi FanFic? gua move ke Creative Corner ya

    & dari Warningnya, kalo berlebihan nanti gua sensor.
    Last edited by -Pierrot-; 11-01-13 at 19:26.

  5. #4

    Join Date
    Jan 2013
    Posts
    14
    Points
    14.74
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Sbenernya ini Tokusatsu ori.. tapi tetep ke FanFic ya masuknya?
    thx ya um bantuannya..

  6. #5

    Join Date
    Jan 2013
    Posts
    14
    Points
    14.74
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default Eepisode 1: Siapa dia sebenarnya?

    Spoiler untuk episode 1 :
    Spoiler untuk Prologue :
    Ribuan tahun yang lalu, di sistem tata surya kita, terdapat planet dengan peradaban yang sangat maju, lebih maju daripada Planet Bumi. Planet ini bernama “Droider”. Planet tersebut dihuni oleh penduduk robot berwujud hewan yang sama dengan hewan di Bumi. Dan nama penduduknya ialah “Android”. Android merupakan mahluk dengan berbagai kemampuan mekanis yang melebihi manusia di Bumi. Mereka semua hidup dengan damai. Hingga suatu ketika...... Pada tahun 2006, perang besar-besaran terjadi. Perang itu mengakibatkan musnahnya sebagian besar penduduk Droider dan juga planet mereka. Hal itu memaksa Android yang tersisa untuk mencari planet baru dengan kadar kehidupan tinggi sebagai tempat tinggal baru mereka. Akhirnya, terpilihlah Planet Bumi. Android pun melakukan serangan besar-besaran terhadap Planet Bumi. Banyak sekali korban berjatuhan akibat penyerangan tersebut.
    PBB yang mengetahui hal itu, mengajak para Ilmuwan dari berbagai negara untuk menanggulangi masalah tersebut, mengingat kekuatan Android yang 'tidak biasa'. Dan terciptalah lima buah alat yang dapat mengubah bentuk manusia menjadi kesatria berkekuatan super dengan tekhnologi canggih untuk membasmi para Android. Namun sayangnya, satu buah alat tidak bisa dipakai oleh siapapun, dan satu lagi berhasil dicuri oleh Android. Sisanya, hanya ada tiga. Dengan tiga alat itulah manusia berjuang mati-matian melawan Android. Syukurlah Tuhan masih berpihak pada mereka. Pihak manusia menang. Pihak Android berhasil dipukul mundur dan dikunci oleh NASA di Area X luar angkasa.

    Waktu pun berlalu. Tahun demi tahun terlewati. Suatu hari, karena kecerobohan manusia, terlepaslah segel Android, mereka kembali ke bumi untuk melakukan teror. Menyebarkan ketakutan bagi manusia, dan kegelapan bagi dunia. Dan ketika kejahatan mulai merajalela, terbentuklah sebuah organisasi rahasia di Indonesia untuk menanggulangi masalah tersebut, “sampai saat ini”.....

    ~~~~~~


    Sebuah jalan raya kota Jakarta, Januari 2013.

    Seorang polisi berseragam lengkap terlihat mengendarai sebuah motor besar untuk mengejar seseorang yang sepertinya sudah melanggar hukum. Sirene motor polisi berbunyi diseluruh penjuru jalanan, membuat setiap orang minggir untuk memberi jalan. Akhirnya pengejaran polisi itu berhenti di sebuah terowongan sepi, karena motor orang buruannya berhenti disana.
    Anehnya, orang yang dikejar polisi itu malah turun dari motor dengan tampang santai dan selengehan. Di hidung serta telinganya ada beberapa tindikan yang membuat orang tersebut seperti layaknya preman. Ditambah lagi rambut punk runcing yang menghiasi kepalanya.

    Si polisi pun turun dari motor, kemudian berjalan menghampiri orang itu. “Cepat kembalikan motor yang kamu curi! Cepat! Sebelum saya melakukan tindakan yang tidak diinginkan!!” perintahnya.

    Orang yang tadi hanya tersenyum lebar dan aneh, seolah tidak ada takut-takutnya dengan polisi tersebut.
    Lalu, tidak lebih dari lima detik, polisi yang menangkapnya itu mendadak terkejut, kaget bukan kepalang seperti sedang melihat hantu di tengah hari bolong.

    Dan.....

    Craaats!!

    “Aaaaakhh!!!”

    Darah bermuncratan, diikuti dengan sebuah teriakan yang memilukan. Sesuatu yang buruk telah terjadi dengan polisi itu. Entah apa yang sudah dilakukan oleh orang misterius tadi.

    #SMU Swasta Estate, Jakarta Indonesia.

    -JKT48
    I Love you baby baby baby! Alihkanlah padaku, pandangan kepada seseorang itu.. Sadarilah ketukan dari diriku, ku ingin jawaban dari rasa sayang..
    I Love you baby baby baby! Tersenyumlah padaku, bibir yang membuatku menjadi terpikat.. Biarkanlah ku miliki dirimu walau hanya di dalam mimpi...

    Sebelum ku kecup, aku terbangun, kelanjutannya masih tertahan.. Selalu di saat-saat yang seru, hanya diriku ditinggalkan seorang diri.. Padahal sebentar lagi cintaku kan tersampaikan.. Pasti kan segera lepas, ku jadi ingin mengejarnya...

    I Love you baby baby baby! kau idola diriku.. Kehadiranmu bersinar dengan terangnya.. Keajaiban bertemu denganmu, ku jadi tahu arti dari hidup..
    I Love you baby baby baby! ku ingin memelukmu.. Dengan benar berikan cahaya musim panas.. Kita bagaikan sepasang kekasih, suatu saat di dalam mimpi...

    -Cherrybelle.

    Baby i love you! Love you! Love you so much!
    Since i found out love is you......


    Cinta! Satu kata penuh makna..
    Cinta! Bawa hati bahagia
    Dari sekian juta keindahan dunia.. Di mata hatiku kaulah keindahan hidupku......


    Baby i love you! Love you! Love you so much!
    And i miss you! Miss you when you’re gone..
    Baby i need you! Need you, need you so much!
    Since i found out love is you......


    Cinta temani suka dan duka..
    Cinta bawaku bahagia bahagia..
    Dari sekian juta keindahan dunia.. Di mata hatiku mata hatiku, hanya kaulah yang aku cinta......


    Baby i love you! Love you! Love you so much!
    And i miss you! Miss you when you’re gone..
    Baby i need you, need you, need you so much!
    Since i found out love is you......

    Itu lagu dengan lirik yang hampir serupa dari JKT48 dan CherryBelle. Mereka adalah sebuah Idol Grup dan Girlband yang saling bersaing dalam berbagai hal, terutama di SMU Estate yang merupakan sekolah mereka. Saat ini, SMU mereka sedang mengadakan Pentas Seni yang diselenggarakan oleh pihak OSIS. JKT48 dan CherryBelle tampil secara bergiliran di panggung, menunjukkan perform terbaik mereka seolah tidak ada mau kalah dengan saingan masing-masing.
    JKT48 serta CherryBelle sendiri adalah artis yang sedang naik daun dan populer. Namanya sudah dikenal oleh masyarakat luas melalui TV dan berbagai macam Media Massa seperti Koran, Majalah, hingga Internet. Lagu-lagu mereka laku keras, albumnya pun melonjak di pasaran dan sedang booming di dunia permusikan. Fans mereka hampir tidak terhitung jumlahnya.
    Setiap kali mereka perform, semua orang pasti berdecak kagum, terutama kaum pria. Namun, beberapa wanita ada juga yang tidak suka pada mereka, sebab ketika JKT48 atau CherryBelle sedang tampil, rata-rata pandangan kekasih mereka tertuju pada Idol Grup dan Girlband itu sendiri. Itu semua karena, selain memiliki kualitas suara, dance, serta talenta yang bagus, paras mereka sudah tidak diragukan lagi kecantikannya, membuat hidung kaum pria mimisan jika memandangnya. Terlebih beberapa dari mereka memiliki tubuh yang indah nan proporsional. Benar-benar menjadi nilai tambah bagi Idol Grup dan Girlband ini.

    Usai perform dan mendapat applause dari para penonton, JKT48 (yang terdiri dari Melody, Sonya, Nabilah, Ve, Ghaida, Cindy, Cleo, Shania, dan Stella) serta CherryBelle (yang terdiri dari Cherly, Ryn, Angel, Anisa, Gigi, Felly, Christy, Steffy, dan Kezia) ini bersantai di Food Court sekolah.Sayang sekali, personil JKT48 yang berjumlah 48 tidak bisa semuanya ikut karena beda sekolah dan memiliki kesibukan masing-masing. Jadi yang ikut hanya 9 orang saja. Sedangkan CherryBelle, personilnya yang berjumlah 9 orang itu semuanya satu sekolah, serta sedang tidak ada yang terbentur dengan kesibukan lain di luar aktivitas sekolah dan perform.Di Food Court, selain memesan makanan atau minuman, mereka juga bersetru satu sama lain. Masing-masing mengeluarkan argumen tentang siapa yang terbaik antara JKT48 dan CherryBelle. Bahkan sesekali saling melempar ejekan seolah tidak ada yang mau kalah dengan saingannya.

    Tidak lama kemudian, datanglah seorang remaja laki-laki memakai baju seragam putih abu-abu yang juga murid dari sekolah tersebut.Wajahnya terlihat sangat khas dan lucu dengan mata yang agak bundar serta rambut spike berdiri seperti nanas membuatnya memiliki aura humoris tingkat tinggi. Apalagi jika ia melawak, pastilah orang-orang tertawa terbahak-bahak. “Hoii!!” teriaknya sambil berlari dan melambaikan tangan ke arah JKT48 dan CherryBelle. Kedua kelompok yang sedang berselisih itupun langsung berhenti bersetru, lalu menoleh ke arah laki-laki itu.

    “Agus?” kata Sonya, menyebutkan nama laki-laki tersebut.

    Laki-laki dengan nama lengkap Agus Sairi Gosim ini adalah fans berat JKT48 dan Cherrybelle, sekaligus teman sekolah mereka. Tidak ada yang menarik tentangnya, kecuali cita-citanya yang mulia, dia ingin menjadi seorang Pahlawan Indonesia yang melindungi semua orang, walau nyawa jadi taruhannya. Mungkin karena ia terinfluence dengan tokoh-tokoh Superhero dalam komik seperti Siparman, BuayaMan, CicakBoy atau bahkan Playboy Hero.

    “Ngomong-ngomong kalian lagi pada ngapain disini? Koq tadi aku liat dari jauh kayaknya lagi pada berantem? Kenapa?” tanya Agus.

    “Biasalah. JKT ngerasa lebih baik dari kita! Padahal mah ngedance aja masih nggak kompak!” ujar Ryn.

    Sonya mengangkat alisnya, matanya tiba-tiba melotot tidak terima. “Apa?? Enak aja! Jangan asal ngomong ya! Ada juga kalian tuh yang dancenya acak adul. Udah gayanya sok imut, lagi! Hih!”

    “Bener banget!” timpal Nabilah, “Mana sok hebat pula. Seharusnya kalian malu karena-

    “Karena apa?” potong Angel. “Seharusnya kalian para JKT tuh yang malu! Ngedance kayak anak kecil. Nggak bisa ngedance bilang aja! Kalau Chibi mah emang udah imut dari sananya.” ucapnya dengan nada meremehkan.

    “Terus gw harus koprol sambil bilang WOW gitu?! Seenggaknya lagu JKT48 selalu lebih lumayan malah lebih keren daripada CherryBelle!” bantah Nabilah.

    Sonya menepuk pundak Nabilah. “Yup. Semua orang juga tau kalau JKT48 is the best!”

    “Apaan!? Chibi yang is the best!” Ryn tidak terima.

    “JKT!” bantah Sonya.

    “Chibi!”

    “JKT!”

    “Chibi!”

    “JKT!”

    “Chibi!!!!”

    “JKT!!!!”

    “Stoooopppp!!!!” teriak Agus melerai. “Udah udah! Kalian itu, JKT48 sama CherryBelle sama-sama cantik, imut, enerjik, dan bertalenta. Nggak capek apa dari dulu berantem terus?? Nyadar dong kalau kalian lagi di depan fans! Haduh haduh....”

    “Abisnya Chibi sih....” gerutu Sonya.

    “Iya, aku tahu. Tapi apa salahnya sesama musisi tuh damai? Kan kasian fans kalian kalau sampe ngeliat ini. Kalian nggak malu apa? Damai itu indah lho...”

    Yaa begitulah JKT48 dan CherryBelle memang selalu saja bertengkar dan bersaing di SMU Estate. Sudah bukan hal aneh lagi disana. Entah sampai kapan mereka akan terus seperti itu.

    Sepulangnya dari Pentas Seni di SMU Estate, Agus pergi ke sebuah kantor organisasi yang bernama “AERO”. Disana, ia bekerja sambilan membantu pamannya di usianya yang masih muda. AERO adalah organisasi rahasia yang dibentuk ketika Android kembali menyerang Bumi, khususnya Indonesia lima tahun silam. Dengan didukung persenjataan canggih seadanya, AERO berjuang melawan Android dari tahun ke tahun, hingga sekarang ini.
    Hanya saja, sekarang mereka lebih sering bergerak secara misterius dibanding terang-terangan. Maka dari itu, tak banyak orang jaman sekarang yang mengetahui keberadaan mereka.

    Agus masuk ke sebuah ruangan khusus di kantor AERO, tempat dimana pamannya sering melakukan riset dan penyelidikan mengenai Android. “Siang om Wahyu... Maaf terlambat.” ucapnya, seraya menghampiri laki-laki berusia tiga puluhan yang sedang duduk di kursi empuk sambil memperhatikan layar monitor sebuah komputer besar yang memiliki banyak tombol.

    “Nggak apa-apa, gus. Yang penting kamu masih ada niat dateng kesini.” jawab Om Wahyu. Penampilannya terlihat sangat rapih dengan jas serta celana panjang hitamnya. Begitu juga rambutnya yang disisir ke belakang. Aura kharismatik dan wibawa seorang pria berumur terpancar dari wajahnya. Belum lagi ia berperan sebagai Chief di organisasi AERO. Hal itu tentu saja menambah kewibawaannya.

    “Makasih om,” ucap Agus. “Oh iya, gimana perkembangan penyelidikannya hari ini?” tanyanya, yang kemudian duduk di kursi samping pamannya.

    “Coba kamu lihat itu!” perintah Wahyu sambil menunjuk ke arah komputer.

    Di komputer itu nampak gambar holograpichal sesosok mahluk bertubuh hewan humanoid yang berdiri layaknya manusia. Sebagian besar tubuhnya terdiri dari beberapa lempeng baja yang sangat keras. Ya, mahluk tersebut adalah Android yang selama ini diburu oleh AERO. Android ini baru saja menewaskan seorang polisi tadi pagi.

    “Android itu tadi pagi nyamar jadi orang, terus berhasil ngebunuh polisi!” tegas Wahyu yang kemudian menyeruput kopi yang daritadi terhidang di meja kerjanya.

    Agus menghela nafas. “Mau sampai kapan ya kayak gini terus? Kapan Bumi kita bisa damai? Apa itu cuma angan-angan aja?”

    “Sampai semua Android musnah pastinya. Dan tentu aja kita punya peranan penting ngelakuin itu.”

    “Tapi kadang pasukan kita juga kalah sama Android, padahal Android itu cuma satu atau dua. Terus nggak sedikit juga pasukan kita yang mati. Apa nggak ada cara laen buat ngelawan mereka? Atau senjata laen gitu?”

    Wahyu berfikir sejenak. Sebetulnya AERO punya senjata rahasia yang belum pernah digunakan lagi sejak lima tahun yang lalu, sebelum Wahyu menjadi Chief di organisasi AERO pastinya.
    Senjata tersebut berupa Alat/Device yang digunakan oleh AERO untuk membasmi para Android di muka Bumi. Namun sayangnya, sekarang ini, alat itu sedang dalam proses pengembangan oleh Ilmuwan-ilmuwan ternama dari berbagai negara. Sedangkan yang ada di AERO saat ini, hanya satu alat, itupun alat yang dari dulu tidak bisa digunakan. Sudah berkali-kali AERO melakukan percobaan terhadap banyak orang, namun tetap saja alat tersebut tidak berfungsi. Padahal menurut hasil riset, tidak ada kecacatan sama sekali pada alat itu, malah tergolong yang paling kuat jika berfungsi. Para Ilmuwan berteori, mungkin, hanya orang yang 'tidak biasa' lah yang dapat memakai alat tersebut. “Sebetulnya ada,” ucap Wahyu. “Tapi-

    Kata-kata Wahyu tiba-tiba terpotong begitu seorang wanita cantik dengan jas hitam membuka pintu ruang kerjanya secara mendadak.

    “Pak, Android muncul lagi!” ucap wanita itu.

    Dengan cepat, Wahyu merespon, “Oke, tentukan koordinatnya! Saya akan kirim Tentara AERO untuk mengatasi ini!”

    “Siap, pak!” balas si wanita.

    Singkat cerita, Tentara AERO sudah meluncur ke koordinat pusat, tempat dimana Android melancarkan aksinya, yaitu sebuah gudang Tekstil tua yang sudah lama tidak terpakai. Disana, Android menangkap orang-orang untuk kemudian dibunuh.

    Sepuluh orang Tentara AERO masuk ke gedung itu untuk melakukan penelusuran serta pelacakan. Mereka semua mengenakan kaos biru yang dibalut dengan rompi anti peluru berwarna hitam dengan lambang AERO dibelakangnya, lengkap dengan helm besi berwarna hitam dan senapan AKA-48 berwarna hitam pula yang merupakan senapan buatan AERO, hasil evolusi terkuat dari AKA-47.

    Ruang demi ruang mereka telusuri, hingga akhirnya, setelah lima belas menit penelusuran, mereka menemukan juga apa yang mereka cari. Tiga sosok Android berbentuk Kijang, Kambing, dan Domba yang sebagian besar tubuhnya terbuat dari logam terlihat sedang menyerang orang-orang yang mereka tangkap. Meski sebagian orang ada yang melawan, tapi tetap saja percuma. Tenaga Android jauh berkali-kali lipat lebih kuat dari mereka.

    Tanpa basa-basi lagi, para Tentara AERO langsung menghujani Android-android itu dengan serentetan peluru AKA-48 bertubi-tubi hingga monster-monster robot tersebut hampir tak bisa berkutik akibat serangan yang dilancarkan oleh Tentara AERO. Dua diantaranya meledak dan hancur. Namun, tanpa diduga, yang satu lagi berhasil lolos. Android yang berhasil lolos tersebut langsung melompat tinggi, dan mendarat di kerumunan para Tentara AERO. Kemudian ia segera mengobrak-abrik Tentara AERO, menyerang mereka secara ganas dan membabi buta, sampai roboh serta mengalami cidera. Untungnya, Agus yang merupakan salah satu Tentara AERO berhasil selamat dan berlari menyelamatkan diri dari tempat itu. Akan tetapi, si Android tidak tinggal diam, dengan sekali lompatan, ia sampai dihadapan Agus yang berlari menyelamatkan diri. Agus pun terkejut, lalu cepat-cepat membidik Android itu dengan senapannya. Namun si Android Kambing lebih dulu menghantam Agus hingga terjatuh, lalu mencekik lehernya hingga Agus hampir kehabisan nafas. Meskipun begitu, Agus tidak menyerah. Dengan tangan bergetar, ia berusaha meraih senapannya yang tergeletak beberapa inchi darinya. Begitu senapan sudah berhasil ia dapatkan kembali, Agus menembaki Android itu bertubi-tubi tepat di dadanya. Akhirnya, Agus berhasil lepas dari cengkraman tersebut, kemudian ia kembali berdiri dan menembaki Android itu lagi berulang kali sampai dibuat tak bisa berkutik.

    Namun, tiga menit kemudian, peluru senapan AKA-48 milik Agus habis. Tentu saja anpa fikir panjang ia segera berlari menyelamatkan diri. Saat ini, nyawanya jauh lebih penting dari apapun. Beruntung android tersebut tidak mengejarnya lagi.

    =*=*=*=

    *Kriiiiinngg!!!!*

    Sebuah Jam Weker berbunyi.
    Seorang gadis bangun dari kasur empuk di kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Untuk beberapa saat, gadis itu mencoba mengatur nafasnya. Dan dengan mata yang masih sedikit berat, ia pun bangkit, lalu membuka kaca jendela. Semilir angin di pagi hari membuat rasa kantuknya hilang sejenak. Setelah beberapa saat menikmati udara pagi, ia berbalik, menghadap ke depan cermin di kamarnya. Disana terlihat bayangan gadis remaja berusia belasan yang sangat cantik. Itulah dirinya. Wajahnya begitu mulus, segar, dan simetris. Tulang pipinya tinggi, hidungnya mancung, sorot matanya seperti anak kecil, bibirnya lembut dan penuh dengan lekukan di tengah, serta senyumannya yang sungguh indah, dengan lesung pipit di sebelah kanannya. Membuat setiap laki-laki yang melihatnya ingin segera menerjangnya penuh nafsu. Ditambah lagi, dagunya yang mungil dan sepasang telinga yang kecil. Rambut halus nan hitamnya yang panjang lebih dari sebahu terjuntai ke bawah, membuat para gadis iri melihatnya. Benar-benar sempurna! Membuat setiap laki-laki ingin segera memilikinya.
    Gadis dengan nama lengkap Sonya Pandarmawan ini sangat bersyukur dilahirkan dengan fisik sesempurna itu. Meskipun baru bangun tidur, tapi kecantikannya tidaklah memudar.
    Kemudian setelah itu, ia pergi ke kamar mandi.Seusai mandi dan mengenakan seragam putih abu-abu, ia turun ke lantai bawah untuk sarapan pagi di meja makan.
    Tidak lebih dari lima menit, Sonya sudah selesai sarapan, dan langsung bergegas untuk pergi ke sekolah. Lagipula hari ini dia ada tugas piket, jadi harus datang lebih awal.
    Hari ini Sonya tidak naik Mobil pribadi, karena Mobilnya sedang ada di Bengkel. Terpaksa ia harus naik Busway.

    Sudah lebih dari dua puluh menit Sonya berjalan menuju Terminal Busway, tapi belum sampai juga. Jarak rumahnya memang lumayan jauh dari Terminal itu. Ditambah lagi, tidak ada kendaraan yang bisa mengantarnya sampai kesana. Jalan sendirian membuat Sonya mati kebosanan karena tidak ada teman mengobrol.

    Tidak lama kemudian, setelah sekian lama berjalan, ia berpapasan dengan Agus. Suatu kebetulan yang tidak ia duga sebelumnya.

    “Eh, Sonya?” sapa Agus sambil tersenyum lebar.

    “Oh, hai, Agus.” balas Sonya.

    “Tumben jalan? Mobil loe kemana?” tanya Agus.

    “Lagi di Bengkel. Sekarang gw terpaksa naek Busway.”

    “Ooh... Naek Busway? Bareng yuk! Gw juga mau naek Busway nih.”

    Sonya mengangguk, kebetulan sekali ia malas jalan sendirian. Untung saja ada Agus yang menemaninya. Jadi dia tidak kesepian lagi sekarang. Akhirnya, mereka berdua pun jalan berdampingan dengan perasaan senang. Biarpun beda kelas, tapi mereka berdua berteman cukup akrab. Tidak seperti member lain yang cuma kenal nama, bahkan ada yang menganggap Agus fans semata. Yaa walau kadang mereka berdua kadang suka tidak sependapat juga sih.

    Di perjalanan, Sonya dan Agus asyik sekali mengobrol. Sampai rasa lelah yang dirasakan Sonya saat berjalan tadi hilang seketika, dan ia tidak bosan lagi seperti sebelumnya. Apalagi Agus selalu melucu serta menceritakan lelucon-lelucon konyol yang mampu membuat Sonya tertawa berkali-kali. Dalam hal seperti ini Agus memang nomor satu.

    “Koq gw ngerasa aneh ya ngeliat muka loe?” kata Agus seraya memandangi wajah Sonya dengan ekspresi keheranan.

    Sementara Sonya mengernyitkan dahi penuh kebingungan. “Aneh gimana, gus??”

    “Baru kali ini aku ngeliat Bidadari tanpa sayap.” jawab Agus dengan santai dan keren.

    Pipi Sonya langsung memerah seketika. Gombalan yang diucapkan Agus benar-benar pas di hati.“Hahaha.. Bisa aja loe, gus. Gombal ah!” tawanya, walau sebenarnya dalam hati ia senang dengan gombalan Agus.Dasar wanita, pintar sekali menyembunyikan perasaan mereka.

    “Yeh, yang gombal siapa,” elak Agus dengan nada bercanda. Ekspresinya yang tadi santai dan keren berubah seketika. “Itu mah-

    Tiba-tiba ucapan Agus terhenti begitu melihat tiga orang 'Preman' berbadan besar menghadang jalan mereka. Wajahnya sangar-sangar, dipenuhi tatto, serta tindikan dimana-mana. Masing-masing dari mereka mengenakan rompi berwarna merah dengan lambang Tengkorak di belakangnya. Selain mereka, ada dua orang preman lagi yang sedang bersandar di tembok sambil minum minuman keras, dengan rompi berlambang sama dengan tiga preman lainnya. Jadi, jumlah mereka ada lima orang. Salah satu dari mereka berjalan menuju ke hadapan Sonya dan Agus.

    “O..oww. Gus, kayaknya kita dapet masalah deh. Lari aja yuk!” kata Sonya panik.

    “Lari? Ngapain? Disini kan ada gw. Nggak usah takut! Biar gw yang ngadepin!”

    “Heh bocah! Tau nggak, kalo lewat sini itu, harus bayar pajak?!” gertak si Preman.

    “Kalau kita nggak mau, terus kenapa?” tantang Agus penuh percaya diri.

    “Kalau nggak mau, kalian bakal tanggung akibatnya!” ancam Preman itu.

    “Terus, masalah buat lo?”

    “Kurang ajar!” si Preman yang kesal langsung menarik kerah baju Agus, “Mau mampus loe ya??” tanyanya dengan nada membentak. Akan tetapi, tiba-tiba matanya tertuju pada Sonya yang berdiri disamping Agus. “Wow! Cantik banget... Sungguh menggairahkan!” ia langsung melepaskan cengkramannya dari kerah baju Agus begitu saja, kemudian berbalik mencolek-colek dagu Sonya dengan nakal.

    Sonya yang merasa tidak nyaman segera menepis tangan Preman itu. “Ck, jangan macem-macem ya!”

    “Wah, galaknya... Tapi justru itu saya suka. Pasti kalau maen di ranjang sangar nih! Hahahahaha....”

    Sonya tersentak dan marah. Sementara dua orang kawanan si Preman tertawa terbahak-bahak mendengar hal tersebut. “Hahahahahaha!!”

    Agus yang tidak terima dengan kelakuan Preman itu, langsung berteriak, “Woy! Jangan macem-macem loe! Berani-beraninya loe berbuat nggak sopan sama pacar gw!” disini, ia mau menunjukkan sikap kepahlawanannya, berdasarkan cita-cita yang ia miliki, yaitu ingin menjadi Pahlawan yang melindungi semua orang. Melawan Android saja dia bisa, kenapa melawan Preman tidak?

    Tapi mata Sonya malah melotot, kemudian melirik Agus. “Sejak kapan gw jadi pacar dia? Aneh-aneh aja ini anak!” gumamnya. Meski Agus sudah menunjukkan sikap kepahlawanan di hadapannya, tapi Sonya tidak pernah menyukainya. Karena bagi Sonya, agus bukanlah tipenya.

    “Ooo... Itu pacar loe?!” kata si Preman. “Oke, kalau loe mau lewat sini dengan selamet tanpa bayar pajak, loe serahin pacar loe!”

    “Apa?? Langkahin dulu mayat gw!” bantah Agus tidak terima.

    “Bangsat! Hrraaah!!” preman itu pun langsung maju ke arah Agus sambil mengepal tangan kanannya.

    “Jurus Kodok Mati Menahan Nafsu!!” teriak Agus penuh semangat, seraya menyambut serangan preman itu.

    Akhirnya terjadilah perkelahian sengit dan saling hantam.

    Buk bak buk bak buk bak buk!!

    Lima menit kemudian......

    “Haduh haduh haduh...” Agus jatuh terduduk dengan luka memar dimana-mana, terutama di bagian pipi dan mata. Agus yang penuh percaya diri ternyata kalah dari preman tersebut. Melawan Android dengan senjata dia memang bisa, tapi kalau berkelahi satu lawan satu melawan preman? Lihat saja hasilnya. Itu semua karena selain tidak punya dasar beladiri, dia cuma modal nekat saja. Jadi hasilnya ya seperti itu.

    Preman yang menghajarnya jelas tertawa terbahak-bahak melihatnya, “Hahahahaha!!! Heh! Makanya, jadi orang jangan sok jagoan! Mau laga-laga kayak Superman apa, hah?! Sekarang, karena loe nggak mau bayar jatah, jadi nyawa loe yang jadi gantinya!” ujarnya yang kemudian mengambil Pisau Belati di kantung celananya.

    Melihat hal itu, Sonya langsung mengambil kayu yang kebetulan ada di dekatnya, Kemudian memukulkan kayu tersebut pada pundak Preman itu.

    Akan tetapi..... Sayang sekali, si Preman berhasil menangkap kayu tersebut dengan mudah. Sonya pun kaget dibuatnya.
    Malah sekarang, setelah kayunya direbut, tangan Sonya dipegang erat, sampai-sampai ia terus berontak ingin dilepaskan, walaupun nyatanya itu percuma saja. Tenaga si Preman lebih kuat, badannya saja besar.Hingga akhirnya Preman itu mendorong tubuh Sonya sampai jatuh terjerembab di samping Agus.

    “Aduh, loe gimana sih, gus? Katanya bisa berantem??” keluh Sonya pada Agus.

    “Gw nggak bilang kalau gw bisa berantem,” jawab Agus. “Gw cuma bilang biar gw yang ngadepin mereka.”

    “Ah, banyak alesan amat sih! Kalo nggak bisa berantem bilang aja terus terang! Uh!”

    “Udah ributnya? Hahaha..” tanya si Preman sambil tertawa geli. “Daripada tuh cewek sok jual mahal, mendingan kalian mati bareng-bareng sekarang!” lanjutnya sembari memain-mainkan Belati yang ia pegang. Membuat mata Sonya dan Agus membelalak karenanya. Saat ini, mereka cuma bisa berdoa, karena sebentar lagi, Pisau Belati yang sangat tajam itu akan menancap di tubuh mereka. Bisa dibayangkan seperti apa rasa sakit dan perihnya sebelum nyawa mereka melayang.

    Setelah tersenyum sangat licik, Preman tersebut langsung mengayunkan Pisau itu.

    “GYAAAAAAHHH!!!” teriak Sonya saking takutnya. Sementara Agus hanya bisa memejamkan mata sekarang.

    Akan tetapi, tiba-tiba.........

    DUAAKK!!

    “Ugh!”

    Terdengar suara hantaman keras dari belakang Preman tersebut yang membuatnya mendadak jatuh tersimpuh, dan akhirnya tersungkur di tanah.

    Ketika dilihat, rupanya itu perbuatan seorang anak muda berjaket hitam dengan kaos dalaman warna putih yang umurnya kira-kira sebaya dengan Agus dan Sonya. Masih belum jelas siapa dia sebenarnya.

    Tentu saja Preman yang satunya kesal karena temannya dibuat roboh seperti itu. Dia pun langsung mengarahkan tinjuan keras ke wajah si pemuda yang merobohkan temannya tadi. Namun, pemuda tersebut berhasil menangkap tinju si Preman dengan tangan kirinya, kemudian dilanjutkan dengan menarik lengan Preman itu ke depan. Sementara kaki kanan si pemuda sudah bersiap menendang dengan lututnya.

    DUAAKH!!

    Akhirnya terjadilah benturan keras antara perut Preman itu dan kaki si pemuda yang menyebabkan si Preman memuntahkan sesuatu berupa air dari mulutnya, hingga akhirnya ia roboh, dan pingsan tak sadarkan diri.
    Beberapa Preman lagi selain yang tadi, dibuat kaget sekaligus kesal dengan aksi pemuda itu. Salah satu dari mereka (yang bersandar di tembok) langsung melempar botol minuman keras ke arah pemuda tersebut.

    Namun si pemuda hanya menatap datar, dan.......

    PRANKK!!

    Botol itu berhasil ditinjunya sampai hancur. Pecahan kacanya pun berhamburan dan tanpa diduga, sedikit lagi akan mengenai Sonya.Tapi dengan cepat, pemuda itu melepas jaket yang ia kenakan, lalu ia lebarkan seperti permadani untuk memayungi Sonya.

    Crep! Crep! Crep! Crep! Crep! Crep!

    Semua pecahan kaca jatuh beruntun dan menancap di jaket anak muda tersebut, tepat ketika Sonya menutup matanya karena ketakutan.

    Begitu Sonya membuka mata, ia berhasil selamat dari pecahan-pecahan kaca tersebut.Sementara si pemuda memutar-mutar jaketnya hingga terpelintir. Kemudian ia kibaskan ke depan, ke arah Preman yang melempar botol padanya.

    Crep! Crep! Crep! Crep! Crep!

    “Aaaaakkhh!!!”

    Semua pecahan kaca yang tadi menancap pada jaket si anak muda, sekarang menancap di wajah, dada, dan tangan Preman tersebut. Dan yang lebih parah, pecahan kaca yang cukup panjang serta tebal menancap di dadanya, hingga ia roboh dan tewas dengan darah dimana-mana.

    “Siapa selanjutnya?” ujar si pemuda tanpa ekspresi.

    Tanpa basa-basi, seorang Preman lagi segera berlari sambil mengepal tangan kanannya untuk meninju pemuda itu.Namun, si pemuda mengelak tipis ke samping kanan, sambil menangkis tinjuan itu dengan tangan kirinya. Kemudian ia membalas memukul perut, dada, lalu wajah Preman tersebut secara berurutan dengan tinju kanannya hingga si Preman mundur beberapa langkah dari tempatnya berpijak. Dan tentu saja tinjuan si peuda meninggalkan hadiah berupa rasa nyeri pada perut dan dada. Dan juga darah di hidung Preman itu.

    Tanpa mau membuang waktu lagi, anak muda tersebut memantulkan tubuhnya pada sebuah tembok. Dengan memanfaatkan tolakan dari kaki kirinya, pemuda itu meluncur cepat ke arah Preman tadi dengan posisi menendang dengan punggung kaki kanannya.

    JDUAAKKHH!!

    Tendangan itu menghantam keras wajah si Preman dan membuat tubuhnya terputar beberapa detik di udara (5 jengkal dari tanah), sampai akhirnya jatuh dan pingsan seketika.

    Sekarang, Preman itu tinggal satu orang dan ia nampak ketakutan melihat aksi pemuda tersebut. Tanpa fikir panjang, ia langsung berlari untuk menyelamatkan diri.
    Akann tetapi, si pemuda tidak membiarkannya begitu saja. Dia pun meloncat setinggi dua meter, lalu bersalto satu kali di udara. Setelah itu meluncur ke bawah. “HIIIYAAAAA!!!!” teriaknya selagi meluncur dengan posisi menendang lurus dengan kaki kanan, dan....

    DUUAAKKK!!!

    Kakinya menghantam keras tubuh si preman, membuat preman itu jatuh tersungkur di tanah dan muntah darah. Sementara si anak muda mendarat dengan posisi berlutut diatas punggung preman tersebut seolah menginjaknya.

    Pertarungan lima lawan satu itu selesai sudah, dan dimenangkan oleh si pemuda.

    “He-hebat!!” seru Sonya yang terpesona dengan aksi pemuda tersebut, sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi selain itu.

    “Huh, sok keren!” gerutu Agus. Ia iri karena telah gagal menjadi pahlawan, khususnya untuk Sonya.

    Setelah selesai menumbangkan lawannya, anak muda itu berjalan melewati Sonya dan Agus yang sekarang sudah berdiri.

    “Mmm.. Makasih banyak ya...” ucap Sonya berterima kasih. Namun, jawaban pemuda itu hanya tatapan tanpa ekspresi ke arahnya. Kemudian berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

    Hal tersebut mengundang rasa penasaran Sonya Pandarmawan, yang akhirnya menghentikan langkah pemuda yang belum jauh meninggalkannya itu. “Tunggu! Siapa kamu..... Sebenarnya?”

    Tapi, percuma, pemuda tersebut sudah keburu menunggangi motornya, dan berjalan cukup jauh dari Sonya. Tapi gadis itu masih tetap menatapnya dari kejauhan, nyaris tak berkedip. “Ganteng juga! Hebat, lagi! Siapa ya dia? Jadi penasaran.” gumamnya pelan.

    *Puk!*

    “Woy!” tiba-tiba Agus mengagetkan Sonya dengan menepuk pundaknya. “Kenapa sih? Orang songong kayak gitu aja pake diliatin sampe segitunya?!”

    “Eh, dia itu keren tau. Baru kali ini gw ketemu cowok yang ekspresinya datar, terus bikin gw penasaran.” ucap Sonya, matanya masih saja menatap ke depan. Agus pun jadi sebal dan merengut, sementara Sonya kembali melanjutkan kata-katanya, “Kayaknya..... Gw jatuh cinta pada pandangan pertama.”

    *Backsong: JKT48 - Baby baby baby!
    I Love you baby baby baby! Alihkanlah padaku, pandangan kepada seseorang itu.. Sadarilah ketukan dari diriku, ku ingin jawaban dari rasa sayang..
    I Love you baby baby baby! Tersenyumlah padaku, bibir yang membuatku menjadi terpikat.. Biarkanlah ku miliki dirimu walau hanya di dalam mimpi...*


    “Apa????” Agus langsung kaget bukan main. Bisa-bisanya Sonya jatuh cinta pada patung berjalan seperti itu? Agus benar-benar tidak terima.

    “Kenapa emangnya??” tanya Sonya sambil menoleh ke arah Agus dengan ekspresi bingung.

    Agus pun jadi salah tingkah. “Oh, ng-nggak koq nggak apa-apa. Yaudah yuk jalan lagi! Nanti telat lho!” ia mencoba menyembunyikan perasaannya yang sudah sejak lama menyukai Sonya. Tapi apa daya, Sonya tidak memiliki rasa yang sama dengannya. dan ia harus menerima kenyataan pahit bahwa dia bukanlah tipe pria idaman Sonya.

    Setelah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju ke sekolah dengan rasa penasaran di hati Sonya dan rasa sakit di hati Agus pada pemuda tadi.

    Sesampainya di sekolah, rupanya hari ini sekolah diliburkan karena para guru serta kepala sekolah sedang ada rapat penting di Kantor Dinas Pendidikan.Sonya menghela nafas kelegaan, karena hari ini dia tidak jadi piket. Begitu juga dengan Agus, karena kebetulan dia belum mengerjakan tugas Bahasa Inggris yang seharusnya dikumpulkan hari ini. Setelah pulang ke rumah sebentar, ia pun pergi ke kantor AERO untuk membantu pekerjaan pamannya. Sedangkan Sonya dan teman-teman satu genknya langsung berangkat ke tempat latihan dance lebih awal. Supaya perform tambah bagus dan maksimal, mereka harus berlatih keras. Namun, tanpa diduga sama sekali, Ryn bersama personil Cherrybelle yang lainnya juga latihan di tempat yang sama. Benar, yang namanya rival atau saingan itu selalu saja berjodoh, tidak mengenal waktu dan tempat. Tapi, baru kali ini mereka latihan di tempat yang sama. Tentu saja mereka saling melempar ejekan satu sama lain. Dan banyak hal yang mereka lakukan di tempat latihan itu. Mulai dari Sonya yang kesal karena Cherrybelle memutar lagu mereka lebih keras dari JKT48, lalu ia pun membalas dengan memutar lagu JKT48 lebih keras dari Cherrybelle untuk latihan. Ryn yang mengetahui hal itu tidak mau kalah, dikeraskannya lagi lagu Cherrybelle untuk menyaingi JKT48. Mereka terus begitu hingga beberapa saat. Sampai akhirnya, dance mereka kacau, karena masing-masing saling melempar ejekan, bahkan lempar-lemparan kulit kacang sampai kulit pisang. Di waktu yang bersamaan, si pemilik tempat latihan merasa terganggu dengan kegaduhan-kegaduhan yang dibuat JKT48 dan Cherrybelle. Kemudian ia pun beranjak ke tempat latihan mereka.

    “Makan nih Pisang Ambon!” teriak Sonya sambil melempar kulit pisang ke arah Ryn.

    Dengan cekatan, Ryn merunduk menghindarinya, membuat kulit pisang tersebut melayang ke sasaran lain yang berada beberapa meter di belakangnya.

    Semua yang ada di tempat latihan terkejut, begitu tahu kulit pisang tersebut melayang ke arah siapa. Kulit Pisang itu menempel di jidat si pemilik tempat latihan. Wajah si pemilik tempat tersebut langsung berubah mengerikan dan akhirnya marah besar. Alhasil JKT48 dan Cherrybelle diusir dari sana.

    “Loe sih bikin rusuh. Diusir deh tuh!” protes Sonya pada Ryn.

    Ryn mengernyitkan dahinya, dan membalas Sonya dengan nada tidak terima, “Eh, enak aja! Yang mulai duluan siapa?? Bukannya kamu yang sengaja gede-gedein volume radio tape kamu ya??”

    “Wis, ada juga Cherrybelle yang salah!” sambar Nabilah. “Kalau situ nggak ngencengin volume recordernya, nggak bakalan deh pihak kita bales ngencengin!”

    “Dih, koq aku?? Yang ngerasin suaranya tuh Gigi!” protes Ryn, seraya menunjuk gadis tomboy berambut bob yang ada disebelah kanannya.

    “Hah, gw??” Gigi sendiri seolah tidak mau disalahkan. Padahal memang dia yang mengeraskan volume recordernya.

    “Eh udah udah!” Cherly mencoba menengahi. “Kalo begini terus nggak bakalan selesai. Kita kan udah dewasa, coba deh kita sekali-kali nggak usah berantem kayak gini. Kalau terus-terusan begini, malah tambah runyem masalah. Mendingan cuek aja.” lanjut ketua CherryBelle berambut pirang lurus, bermata sipit, dan bergigi agak besar itu.

    Anggota Cherrybelle yang lainnya terdiam. Benar juga apa yang dikatakan Cherly. Kalau begini terus kapan selesainya? Mereka pun menerimanya, meskipun masih ada beberapa dari mereka yang kesal.

    “Bener juga apa yang dibilang Cherly,” ucap Melody, ketua JKT48 yang memiliki lirikan mata yang menggoda, serta rambut panjang yang hitam terurai. “Guys, mendingan untuk sementara ini ki-

    KWABOOOM!!!

    Suara ledakan yang menggelegar membuat kata-kata Melody tiba-tiba terhenti karena kaget. Lalu ia menoleh ke arah dimana suara itu berasal. Selain dia, tentu saja semua yang ada disana juga kaget bukan main. Pasti sedang terjadi sesuatu yang tidak beres disekitar sini. Dan ternyata memang benar, dari arah datangnya suara tersebut terlihat orang-orang berlarian panik sambil berteriak minta tolong. Ada apa sebenarnya ini?? Apakah ada perang disini?? Atau ada *** seperti tragedi *** Bali?? Segudang pertanyaan muncul di benak para member JKT48 dan Cherrybelle yang beberapa diantaranya sekarang juga ikut panik.

    Sementara itu, di tempat lain, yaitu kantor Organisasi AERO, seorang gadis dengan seragam layaknya Sekretaris dengan jas dan rok hitam masuk ke ruangan Chief Aero, Wahyu. Rambutnya sengaja dikuncir agar tidak mengganggu saat bekerja. Di tangan kanannya, ia menjinjing sebuah koper berwarna hitam dengan lambang khas Organisasi AERO disampingnya. Koper tersebut ia letakkan di laci setinggi setengah meter yang ada disamping meja kerja Wahyu.

    “Ini pak alatnya! Tim kita sudah mencoba alat itu berkali-kali ke orang yang terlatih, tapi tetap aja hasilnya nihil.” ucap gadis tersebut.

    Tanpa menoleh, Wahyu menghela nafas panjang. Mungkin memang sulit mencari orang yang dapat menggunakan kekuatan dari alat itu. Namun, dia sendiri juga tidak mau terus menerus menunggu, sekaligus penasaran dengan kekuatan yang terdapat pada alat tersebut. Selain itu, jika terus dibiarkan, cepat atau lambat Android akan mengambil alih dunia.

    “Emang apaan yang ada di dalem koper itu?” tanya Agus yang duduk di samping kiri Wahyu.

    “Itu senjata rahasia AERO. Alat mutakhir pemusnah Android.” jawab Wahyu.

    Agus tersentak. Dengan penuh rasa penasaran, ia pun berdiri, lalu menghampiri dan membuka koper tersebut. Isinya adalah sebuah sabuk metalik dengan corak merah di kanan dan kirinya, lengkap dengan sebuah flashdisk berlogo 'AERO' yang terletak di pojok sebelah kanan dekat sabuk. Sepertinya flashdisk itu sebagai penunjang sabuk. Karena di sebelah kanan sabuk tersebut terdapat port untuk menyelipkan flashdisk. Tidak ketinggalan juga sebuah 'Manual Book' kecil yang berisi tentang tata cara penggunaan alat itu, serta sebuah remote kontrol dengan beberapa tombol. Di bagian atas dalam koper, tertempel sebuah tulisan yang menunjukkan nama dari alat itu.

    “Assault Device,” ucap Agus. “Om Wahyu, izinin saya pakai alat ini buat menumpas kejahatan!” lanjutnya.

    Gadis yang membawakan koper tadi langsung menutup koper tersebut dan menariknya. “Jangan bercanda! Umur kamu masih terlalu muda buat pakai alat ini.”

    “Itu benar,” timpal Wahyu. “Agus, umur kamu masih terlalu muda. Kalau pakai senjata biasa nggak masalah. Tapi alat itu beda. Lagian apa alat itu bisa berfungsi kalau digunain sama kamu?”

    “Usia bukanlah alasan untuk membela kebenaran! Siapapun bisa jadi pahlawan untuk semua orang!” ucap Agus dengan tegas. “Jadi, tolong izinin saya pakai alat itu.”

    Wahyu terdiam. Dia menatap mata Agus. Tatapan mata anak muda itu menyiratkan semangat patriot bak ksatria yang ingin melindungi semua orang. Walaupun Agus tidak punya kemampuan beladiri, tapi tekadnya melebihi seorang pendekar. Lama-lama Wahyu jadi yakin kalau Agus bisa menggunakan alat itu. Siapa tahu dengan tekad dan semangat membara yang dimiliki Agus, serta jiwa kepahlawanannya mampu membuat Assault Device yang sudah sekian lama tidak berfungsi, kini jadi berfungsi. Kalau dicoba tidak ada salahnya.

    “Oke. Kamu saya izinin pakai alat itu.” ucap Wahyu.

    Agus pun tersentak, ekspresinya langsung terlihat sangat bersemangat. “Bener om? Makasih banyak kalau begitu!”

    Wahyu mengangguk, sedangkan gadis yang membawakan koper tadi kaget. Bagaimana bisa Wahyu percaya secepat itu pada Agus? Tapi apa boleh buat, Wahyu adalah atasan. Apapun yang diperintahkannya harus dituruti.

    “Betul, gus,” jawab Wahyu. “Tapi, resiko kamu tanggung sendiri. Karena alat itu bukan alat biasa. Apapun efek samping yang terjadi sama kamu nantinya, itu di luar tanggung jawab om dan Organisasi AERO. Karena, pernah ada anggota militer terlatih yang mati gara-gara gagal gunain alat itu.”

    Untuk sesaat, nyali Agus langsung ciut mendengarnya. Namun, semangat dan tekad bulat yang dimilikinya saat itu, sanggup melunturkan ketakutan dalam hatinya. “Baik om! Apapun resiko dan konsekuensinya, saya bakal tanggung semuanya!” ujarnya mantap.

    Tapi di saat seperti itu, tiba-tiba sinyal di layar komputer AERO menunjukkan tanda bahaya. Wahyu pun segera melihatnya.

    “Android.” ucap Wahyu.

    Inilah waktu yang sangat tepat bagi Agus untuk menggunakan Assault Device. Semoga saja dia berhasil menggunakannya.

    “Agus. Sekaranglah saatnya!” ucap Wahyu.

    Agus pun mengangguk. Kemudian diambilnya sabuk yang ada di dalam koper tadi beserta flashdisk, remot kontrol, dan buku panduan kecil yang ada di dalamnya. Tak lupa juga ia membawa senjata AKA-48 untuk jaga-jaga.Setelah itu, ia langsung bergegas ke lokasi kejadi yang ditunjukkan oleh komputer AERO.

    Di lokasi kejadian, Android berbentuk Kambing robot telihat sedang mengejar orang-orang di sekitar cafe besar di Kota Jakarta.Orang-orang terlihat sangat panik dan ketakutan sambil berlari menyelamatkan diri.Selain Android Kambing itu, ada banyak Android lagi berbentuk semut, yang sebagian besar tubuhnya terdiri dari logam. Mereka semua berdiri layaknya Manusia.

    Tentara AERO yang sudah sampai disana, segera turun dari mobilnya, dan langsung menembaki Android dengan bentuk semut yang jumlahnya sangat banyak itu. Tidak disangka, keberadaan Android yang selama ini masih belum banyak yang tahu akhirnya diketahui juga oleh masyarakat karena kekacauan yang mereka buat.

    Tidak jauh dari tempat itu, Ryn melihat anak kecil berumur kurang lebih lima tahunan sebentar lagi akan diserang oleh Android Kambing. Dengan cepat, Ryn berlari kesana, lalu menyelamatkan anak itu.
    Begitu Ryn sudah menggendongnya, ia pun langsung membawa anak kecil tersebut berlari ke rombongan teman-temannya. Setelah itu Ryn menyuruhnya pergi dari tempat itu.Si anak memang selamat, namun tidak dengan Cherrybelle dan JKT48. Karena ternyata, apa yang dilakukan Ryn telah memancing perhatian Android Kambing yang mengejar anak kecil tadi. Sudah jelas, Android tersebut langsung berlari ke arah mereka. Tentu saja mereka segera berlari dari tempat mereka berpijak. Hingga kejar-kejaran pun terjadi. Sampai akhirnya, gadis-gadis cantik itu terpojok di sebuah bangunan dan tak bisa melarikan diri lagi. Mereka pun menjerit-jerit histeris sekaligus panik. Karena baru kali ini mereka melihat mahluk seseram dan semengerikan itu. Selama ini mereka melihat yang seperti itu cuma di TV. Belum lagi, mahluk tersebut membunuh orang-orang di kota dengan cara yang sadis, dari mulai ditikam di bagian dada, dicekik sampai kehabisan nafas, dicabik-cabik, bahkan dibom. Kesemua itu benar-benar membuat anggota JKT48 serta Cherrybelle sangat ketakutan. Terlebih ketika mereka melihatnya secara langsung. Bagaimana jika hal tersebut terjadi pada mereka? Seperti itulah yang ada di benak mereka saat ini. Sementara si Android semakin lama semakin mendekat, dan akhirnya ia menggeram keras.

    “GROAAAAARRR!!!”

    “Gyaaaaah!!!” teriak semua anggota JKT48 dan Cherrybelle ketakutan ketika Android Kambing tersebut mengayunkan pedang di tangan kanannya.

    Akan tetapi, mendadak Android itu mengerang kesakitan, membuat pedang yang diayunkannya jatuh seketika. Di belakangnya, serentetan peluru senapan sedang menghujaninya tanpa ampun. Begitu selesai, terlihat sosok anak muda sedang berdiri dengan posisi membidik menggunakan senapan AKA-48, senapan milik organisasi AERO.

    “Agus?” ucap Sonya, begitu melihat siapa yang datang menolong.

    Bersamaan dengan itu, si Android memutar tubuhnya ke belakang, kemudian langsung memanjangkan tanduknya seperti karet untuk menyerang Agus. Akibatnya, AKA-48 milik Agus terlepas dari tangannya dan terlempar jauh karena terkena tanduk milik si Android Kambing.Kini, sasaran Android itu adalah Agus.

    Namun Agus tidak menyerah begitu saja, karena saat ini di pinggangnya tersemat sebuah sabuk besi yang konon dapat memberikan kekuatan super bagi pemakainya.

    “Aku akan membunuhmu! Siap-siaplah untuk mati!” teriak Agus, tepat ketika si Android berjalan menghampirinya. Kemudian ia mengambil sebuah flashdisk dari saku celananya, dan menyelipkan benda tersebut di port yang terletak di samping kanan sabuknya, lalu berteriak, “Evolusi!!”

    Akan tetapi..... Suasana hening. Yang terdengar hanyalah suara angin yang menerbangkan daun.

    Tidak terjadi apa-apa pada diri Agus, membuat Android di depannya kebingungan dengan apa yang dilakukannya.

    “Evolusi!!!” teriak Agus sekali lagi. Tapi, tetap tidak terjadi apa-apa. Si Android semakin kebingungan melihatnya.

    Merasa kesal, Agus pun memasang pose dengan kedua tangan mengepal, dan ia kibaskan ke bawah. “EVOOLUSIII!!!” teriaknya geram.

    Tapi sekali lagi, tetap tidak terjadi apa-apa pada diri Agus. Sepertinya ia gagal menggunakan Assault Device yang diamanatkan Wahyu. Agus benar-benar tidak menyangka sama sekali kalau ini akan terjadi padanya. Tapi untung saja ia tidak mati seperti seorang militer yang diceritakan oleh Wahyu karena gagal menggunakan Assault Device itu.

    “Sebenarnya apa yang kau lakukan, bodoh?” tanya si Android dengan bahasa Indonesia yang fasih. “Aku Taogoid akan membunuhmu sekarang!” lanjutnya seraya memperkenalkan diri.Perlu diketahui, Android memiliki kemampuan menguasai berbagai bahasa, terutama bahasa di planet yang ia diami sekarang, Planet Bumi.

    Agus tersentak. Ini pertama kalinya ia mendengar Android berbicara. Tapi sekarang bukanlah saat yang tepat untuk memikirkan hal tersebut. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana caranya ia membunuh Android itu. Jika tidak, dirinya bersama personil JKT48 dan CherryBelle akan mati hari itu juga. Akhirnya, dengan modal nekat, ia berlari dengan tinju kanan yang mengepal, seraya ingin meninju Android dengan nama Taogoid tersebut. “Hiyaaaaa!!!” teriaknya.

    “Hraaaaa!!!” teriak Taogoid, menerjang Agus yang berlari ke arahnya.

    BUAKK!!

    Tinju mereka pun mengenai sasaran masing-masing. Namun, tinju yang dilancarkan Agus tidak artinya sama sekali. Sedangkan tinju Taogoid di dada Agus, membuatnya terlempar jauh dan pingsan tak sadarkan diri. Di waktu yang bersamaan, sabuk yang ia pakai terpental entah kemana.

    Sonya yang melihat hal itu langsung mengambil senapan AKA-48 milik Agus yang tergeletak di jalanan akibat terlempar tadi. Kemudian ia memberanikan diri untuk menembakkan AKA-48 tersebut ke arah Taogoid.
    Ratusan peluru langsung dimuntahkan oleh senapan AKA-48 secara beruntun, dan menyerang Taogoid tepat di pundak kirinya. Untuk beberapa saat, Taogoid tidak bisa melakukan penyerangan serta mengerang kesakitan.
    Tapi itu tidak berlangsung lama. Tiga menit kemudian, peluru AKA-48 yang dipakai Sonya mendadak habis. Sekarang Taogoid kembali bebas. Ditatapnya Sonya dengan tatapan penuh amarah, serta nafsu membunuh. Karena pelurunya sudah habis, Sonya langsung membuang senapan tersebut ke tanah. Pada saat yang sama, Taogoid pun berlari mengejarnya. Tentu saja Sonya cepat-cepat kabur dari situ.

    “Sonya!!!” teriak Melody, Nabilah, dan Ghaida secara bersamaan begitu Sonya dikejar-kejar oleh Android.

    Mencoba mengalihkan perhatian, Ryn berlari ke arah Taogoid, kemudian menghantamkan tas gembloknya ke punggung Android tersebut dengan keras.
    Akan tetapi, percuma saja. Dengan sekali tamparan, Taogoid berhasil membuat Ryn jatuh terjerembab. Lalu ia kembali mengejar Sonya.

    Sonya masuk ke sebuah Mall yang tidak jauh dari situ, yang mana orang-orang di dalamnya sudah berhamburan ke luar akibat penyerangan Android. Jadi, Mall tersebut sudah sepi dari sebelum Android mengejar-ngejarnya sampai kesana.
    Sonya terus berlari ke lantai atas, tanpa peduli berapa tangga sudah ia naiki. Saat ini, naik Lift sudah tidak memungkinkan lagi sekarang.Setelah sekian lama kejar mengejar, akhirnya Sonya sampai di lantai paling atas mall tersebut. Namun sayangnya, tidak ada lagi celah baginya untuk lari. Yang ada hanyalah tepi gedung yang sudah seperti jurang. Tapi biarpun begitu, Sonya cukup puas karena nyawa teman-temannya bisa selamat, walau sekarang nyawanya sendiri yang terancam. Setidaknya dia sudah melakukan hal yang besar.

    Dengan tubuh gemetar ketakutan, Sonya terus menerus mundur ke belakang, hingga akhirnya sampai di tepi gedung setinggi 65 kaki, setara dengan 20 meter. Siapapun yang jatuh dari sana, pasti akan MATI.

    Taogoid terus maju mendekati Sonya. Di saat Taogoid hendak menerkamnya, tanpa fikir panjang Sonya langsung melompat ke bawah. Entah apa yang ia fikirkan sampai melakukan hal senekad itu.

    “Aku akan mati...” batin Sonya. Suara itu terus terngiang-ngiang dan menggema di kepalanya. Dia berfikir kalau ajalnya sebentar lagi tiba.

    Akan tetapi.....

    *Tap!!*

    Tanpa ia duga sama sekali, tubuhnya ditangkap oleh seseorang. Sonya pun terkejut. Dilihatnya sesosok ksatria dengan armor zirah berwarna dominan merah metalik sedang menggendongnya.
    Nyawa Sonya akhirnya berhasil selamat. Bagaimanapun juga ia berhutang nyawa pada ksatria berarmor itu.
    Begitu sampai di bawah, Sonya yang masih di pelukan ksatria itu tersenyum manis sambil menatap dalam-dalam lensa mata biru pada helm putihnya. Dalam hati, ia berterimakasih sekali pada sang ksatria.Baru pertama kali Sonya mengalami pengalaman seperti ini, dari mulai melihat dan berurusan dengan monster, sampai ditolong oleh ksatria gagah berani seperti yang sekarang sedang ia alami. Benar-benar seperti mimpi yang tak bisa ia lupakan. Untuk sesaat, matanya tertuju pada sabuk yang dikenakan oleh si ksatria. Dahinya pun berkerut bingung, karena sabuk itu seperti sabuk milik Agus. Tapi bedanya, sekarang di depan sabuk tersebut menempel robot Phoenix kecil dengan sayap membentang.

    “Agus...” gumam Sonya, menyangka kalau ksatria itu adalah Agus. Tapi dugaannya meleset begitu ia berfikir logis kalau Agus sudah berkali-kali gagal menggunakan sabuk itu.

    Tidak jauh dari sana, seluruh member JKT48 dan Cherrybelle terpana melihatnya. Benar-benar hal yang mencengangkan bagi mereka.

    Setelah berhasil menolong Sonya, ksatria itu berjalan menghampiri Ryn, kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Ryn berdiri. Begitu sudah berdiri, ekspresi Ryn langsung sama seperti Sonya, menatap dalam-dalam penuh kekaguman.

    Tidak lama setelah itu, Taogoid yang tadi mengejar Sonya langsung melompat dari atas mall setinggi 20 meter tersebut dan mendarat dengan mulus di tanah. Tidak seperti manusia biasa yang pasti sudah mati jika jatuh dari tempat setinggi itu.

    "Siapa kau sebenarnya?" tanya Taogoid pada si ksatria.

    Si ksatria pun menjawab, "Satria yang bertarung demi ambisi. Assaulter Zero! Simpan itu dalam ingatanmu!" tunjuknya pada Taogoid.
    Spoiler untuk Assaulter Zero :

    Artwork by: Ravenant

    Android tersebut langsung memebelalak kaget. "Apaa??? jadi kau seorang Assaulter?!" ucapnya. Ia tahu kalau Assaulter adalah prajurit tangguh yang dulu pernah menghancurkan bangsanya. Namun, baru kali ini dia melihat Assaulter seperti Zero. Akhirnya Assaulter bangkit juga setelah sekian lama tidak muncul. Taogoid sangat kesal melihatnya. Belum lagi, gaya Zero sangat membuatnya tidak senang. Dan tanpa basa-basi lagi, ia pun langsung berlari ke arah Zero seraya hendak menerjang dengan tanduknya.
    Tapi, begitu Taogoid sudah sampai dihadapan Zero dan ingin menanduknya, Zero melakukan salto, lalu di tiba di belakang Taogoid. Taogoid yang tidak sigap setelah serangannya gagal langsung terkena tendangan si ksatria tepat di punggungnya hingga jatuh tersungkur. Tidak mau menyerah, Taogoid kembali bangun, kemudian mengayunkan tinju kanannya ke arah Zero.
    Refleks, sang Assaulter menepis serangan itu dengan punggung tangan kanannya, lalu menapak dagu, kemudian leher Android tersebut secara berurutan. Dan dilanjutkan dengan memukuli dadanya berkali-kali, kemudian menendangnya hingga mundur sejauh lima langkah ke belakang. Tentu saja Taogoid menerima kesakitan yang luar biasa di bagian-bagian tubuh yang diserang. Jika dilihat dari serangannya, tampak jelas kalau sosok manusia yang menjadi Zero sudah sangat berpengalaman dalam beladiri.

    Taogoid yang semakin kesal tiba-tiba memunculkan sebuah pedang besar di tangannya.
    Melihat hal itu, Zero juga tidak mau kalah. Ia menekan kedua tombol yang terdapat pada bagian sarung tangannya satu persatu, membuat dua bilah mata pisau panjang nan runcing mencuat ke luar dari tangannya, siap digunakan untuk bertarung.

    Dan mereka berdua pun kembali melanjutkan pertarungan. Kali ini menggunakan senjata.

    Ssriiink....!!

    Mata pedang Taogoid dengan mata pisau bagian kanan Zero saling beradu, serta bergesekan hingga menimbulkan percikan bunga api yang diikuti oleh suara dentingan keras.

    Lalu Taogoid kembali mengayunkan pedangnya ke tubuh Zero, mengincar bagian kepalanya. Namun,

    Trink!!

    Zero berhasil menangkis dengan mata pisau di tangan kirinya, kemudian menyabetkan mata pisau di tangan kanannya tepat di dada Taogoid, hingga menimbulkan percikan konsleting dan goresan panjang pada tubuh Taogoid. Belum puas sampai disitu, Zero menendang Taogoid tepat di dagunya, membuatnya terpempas ke belakang dan terpelanting di udara selama beberapa detik.
    Memanfaatkan kesempatan tersebut, Zero berlari, kemudian meloncat ke arah Taogoid yang sedang terpelanting di udara, dengan posisi hendak menghujamkan kedua mata pisaunya ke tubuh Android tersebut.
    Begitu sudah sampai di tanah, “Gyaaaaaakkhh!!!” Taogoid berteriak kesakitan, karena kedua mata pisau milik Zero sudah menancap di tubuhnya.
    Tidak lama kemudian, muncul retakan-retakan di tubuh Taogoid, dari mulai bagian kepala sampai bagian kaki. Hingga akhirnya,

    DUAAARR!!!

    Mahluk itu meledak dan hancur berkeping-keping.
    Asap mengepul cukup tebal, dan perlahan menipis, memperlihatkan sosok gagah si ksatria berarmor zirah yang sedang berdiri dengan posisi membelakang, Assaulter Zero. Itu baru seperempat dari kekuatannya. Bagaimana jika semua? Mungkin akan jauh lebih menggemparkan daripada ini. Baginya, itu baru pemanasan kecil saja yang belum ada artinya.

    “Kerja yang bagus, Agus.” kata seseorang yang tiba-tiba datang ke tempat itu. Dia adalah Wahyu, Chief AERO yang didampingi oleh beberapa Tentara AERO di belakangnya.

    Zero pun menoleh sedikit ke belakang. Ekspresinya tampak dingin sekali.
    Aneh. Itu bukan sikap Agus yang biasanya. Wahyu kenal betul siapa Agus. Tidak mungkin sikapnya seperti itu.

    “Kamu bukan Agus,” ucap Wahyu. Lalu siapa kamu?” tanyanya. Tentara AERO yang ada disampingnya langsung menghampiri Zero.

    Anehnya, begitu dihampiri, Zero tiba-tiba menghilang tanpa jejak.

    Siapa dia sebenarnya? Mengapa dia bisa menggunakan kekuatan Zero?
    =*=*=*=*=*=
    BERSAMBUNG
    Last edited by Assaulter_Zero; 11-01-13 at 19:59.

  7. #6

    Join Date
    Jan 2013
    Posts
    14
    Points
    14.74
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default Episode 2: Cintaku Pahlawanku

    Spoiler untuk episode 2 :
    Setelah kematian Taogoid, muncul sesosok Android lagi. Tapi masih belum jelas itu Android jenis apa. Android tersebut berjalan menghampiri tubuh Agus yang pingsan di belakang gedung yang jauh dari teman-temannya setelah teman-temannya pergi. Kemudian Android itu menggendong, dan membawanya pergi meninggalkan tempat tersebut. Entah apa tujuan dia membawa Agus. Yang jelas, dia pasti memiliki maksud yang tidak baik.

    Spoiler untuk Opening Theme :

    [Sheila On7 - Pemenang]
    *Tiba saat kita bangkit.. Berlari ke pentas dunia..
    Jatuh dan jatuh itu Hal yg biasa terjadi...

    Bersiaplah... Bersiaplah..

    Tanpa pandang warna kulit, atau belahan dunia..
    Semua punya kesempatan lakukan yg terbaik...

    Bersiaplah...Bersiaplah...
    Berjuang tuk menjadi Pemenang!

    Bersiaplah... Bersiaplah...
    Persaingan di depan semakin berat!
    *


    #Kantor AERO, pukul 14:30 sore

    Wahyu menyandarkan tubuhnya di jendela besar dalam ruangan lantai dua kantor AERO. Raut wajahnya nampak kebingungan, bercampur kecewa, dan juga aneh. Kebingungan dengan orang yang berhasil berubah menggunakan Assault Device tipe Z (atau bisa juga disebut Z-Device), bagaimanakah caranya orang itu bisa menggunakan Assault Device secara sempurna? Lalu ia merasa kecewa karena Agus tidak bisa menjalankan amanatnya dengan baik. Dan merasa aneh karena bagaimana caranya Z-Device bisa difungsikan? Apa sebenarnya yang spesial dari orang yang memakai Z-Device itu?
    Dugaan Wahyu tidak salah kalau alat tersebut sama persis dengan alat yang ia amanatkan pada Agus, hanya beda di Burung Phoenix saja, karena sebelumnya sabuk tersebut kosong, belum ada mata sabuknya. Tapi begitu berhasil difungsikan, Phoenix robot lah yang menjadi matanya. Ini baru pertama kali ia melihat Zero serta Phoenix robot di sabuknya. Belum lagi sekarang ia kehilangan Agus. Sudah berkali-kali dihubungi nomor handphonenya, tapi tak kunjung mendapat jawaban. Bahkan sudah ditelpon ke rumah juga, tapi ibu Agus bilang kalau anaknya belum pulang setelah izin keluar rumah. Akhirnya terpaksa Wahyu menyuruh asisten pribadinya melacak keberadaan Agus lewat komputer. Tapi sudah sekian lama dicari, Agus tetap tidak ditemukan.

    “Gimana, Nanda? Udah ketemu?” tanya Wahyu pada asisten pribadinya yang cantik, Ananda Siti Wulandari, akrab disapa Nanda. Nanda merupakan gadis introvert yang cukup tegas dan setia pada organisasi. Umurnya sekitar dua puluhan ke atas, tapi ia memiliki wajah yang masih seperti anak SMU. Dialah yang kemarin membawakan koper berisi Z-Device pada Wahyu. Dan dia jugalah yang sering memberitahukan jika ada penyerangan Android.

    “Belum pak.” jawab Nanda sambil mengangkat kedua bahunya. Kayaknya Agus ada di suatu tempat yang nggak bisa dilacak sama alat ini. Saya aja sampai bingung.” lanjutnya.

    Wahyu menghela nafas panjang. Masalah belum selesai, sudah muncul lagi masalah baru. Seolah masalah tidak ada habisnya. “Kemana sebetulnya anak itu? Padahal kita butuh informasi banyak dari dia.” keluhnya.

    “Saya sendiri pun juga nggak tau pak. Tapi kalau menurut saya, dilihat dari keadaannya, kayaknya Agus udah . . . . .”

    “Udah apa?”

    “Mati.”

    “Apa?? Nggak. Nggak mungkin!” tepis Wahyu, “Saya nggak bisa terima dia mati secepat itu. Gimanapun juga dia bagian dari kita, dia udah banyak berjasa buat organisasi ini. Tanpa dia, organisasi ini juga bakal berat sebelah. Dan yang terpenting, kita butuh informasi dari dia tentang Z-Device. Karena dia pasti tahu tentang itu! Selain itu, kasian orangtuanya di rumah, pasti mencemaskan dia!”

    “Itu kan masih menurut saya, pak. Ya mudah-mudahan aja Agus nggak kenapa-napa. Kita berdoa aja untuk keselamatan dia.”

    Benar apa yang dikatakan Nanda, pikir Wahyu. Semoga saja Agus tidak kenapa-napa. Pemikiran Wahyu langsung berubah jadi lebih mementingkan kesalamatan Agus. Tapi bagaimanapun juga ia harus menyelidiki siapa yang sudah menggunakan Z-Device, dan bagaimana orang itu bisa menggunakannya? Selain itu, ia juga harus membawa alat tersebut kembali ke tangan AERO.

    --------

    Keesokan harinya .....

    Pagi-pagi sekali, gadis bermata sipit, berambut pirang seperti artis-artis Korea sudah siap dengan seragam sekolah SMU Swasta Estate. Ia duduk di meja makan sambil tersenyum-senyum sendiri karena membaca sms di handphonenya. Senyumannya sangat manis, ditambah dengan pipinya yang chubby membuat gadis bernama Jessyca Stefani Auryn ini terlihat sempurna di mata kaum pria. Ditambah lagi kulitnya yang putih mulus tanpa kecacatan sedikitpun, menambah daya tarik tersendiri bagi personil CherryBelle yang akrab disapa Ryn ini.
    Setelah melahap roti selai cokelat dan meminum susu vanilla di mejanya, Ryn pun beranjak dari meja makan menuju keluar rumah. Di luar, sopir pribadinya sudah berdiri di samping mobil Toyota Yaris berwarna hitam nan elegan, menunggu majikan cantiknya untuk diantar ke sekolah.

    “Selamat pagi, non Auryn...” sambut sang sopir ketika Ryn berjalan menuju mobil mewahnya.

    Ryn hanya tersenyum manis dan membuka pintu mobil yang ada di sisi kanan bagian belakang, kemudian masuk ke dalamnya.
    Sementara si sopir masuk lewat pintu kanan bagian depan.Setelah pagar rumah dibukakan oleh Mang Husin, seorang tukang kebun di rumah tersebut, mobil pun dijalankan, dan melaju meninggalkan rumah Ryn.

    Sejuknya angin di pagi hari berhembus, masuk melewati kaca jendela mobil Toyota Yaris yang terbuka. Di dalamnya, Ryn duduk dengan posisi tangan kanan sebagai penyangga kepalanya, dan kaki kanannya yang dinaikkan. Sementara tangan kirinya sibuk browsing internet dengan handphone. Ia membuka jejaring sosial, Twitter, dan melihat beberapa informasi penting serta menarik disana. Sesekali ia juga membalas komentar teman-temannya dengan cara Retweet, atau yang sering dikenal dengan sebutan 'RT'. Ryn terlihat sangat asyik bermain Twitter, kadang ia tertawa sendiri karena berbagai hal-hal atau kejadian lucu yang diupdate oleh teman-temannya. Tanpa terasa perjalanan sudah lebih dari tiga puluh menit, dan waktu menunjukkan pukul setengah tujuh WIB.

    Tiba-tiba, mesin mobil yang mereka tumpangi mendadak mati. Kelihatannya telah terjadi sesuatu pada mobil itu.
    Si sopir pun turun untuk memeriksanya. Dan ternyata, mobil mereka mogok, ada kerusakan yang terjadi di beberapa bagian mesinnya.

    “Kenapa, Mang Rudi?” tanya Ryn dengan kepala yang mendongah dari kaca mobil.

    “Hehe.. Mogok non.” jawab Mang Rudi sambil tersenyum mangkir.

    “Duuh... Koq bisa sih?” keluh Ryn.

    “Nggak tau juga non. Hehe.. Mungkin gara-gara minggu kemaren belum diservis. Sekarang mau saya benerin dulu. Tunggu ya non...”

    “Iya, tapi jangan lama-lama ya mang. Nanti aku bisa terlambat ke sekolah.”

    “Oke non...”

    Lima belas menit kemudian.....

    Mobil tidak kunjung membaik kondisinya. Padahal sopir pribadi Ryn, Mang Rudi, sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi tetap saja hasilnya nihil. Akhirnya, Mang Rudi menyerah sampai disitu. Ditambah lagi, daerah tempat mobil mereka mogok terbilang sepi, tidak ada bengkel sama sekali disana. Selain itu, juga tidak ada Angkutan Umum. Yang ada hanyalah mobil atau motor, itu juga sangat jarang lewatnya. Entah apa yang harus mereka lakukan sekarang.

    Ryn yang sudah tidak sabaran pun turun dari mobil dan menghampiri Mang Rudi. “Gimana mang?” tanyanya.

    “Ng... Anu non... Ngh..... Saya nyerah. Susah banget dibetulinnya.” jawab Mang Rudi, lemas. “Padahal saya udah berusaha keras, non.”

    Ryn langsung lemas mendengarnya, nafasnya terhela cukup panjang. “Hfffffh.... Gimana nih, mang? Terlambat deh Ryn ke sekolah!”

    “Saya juga nggak tahu, non. Paling jalan satu-satunya cuma nelpon bengkel. Lagian disini sepi banget, bengkel juga nggak ada satupun. Terpaksa harus nelpon. Tenang aja non, mamang punya nomor bengkel yang bisa dipecaya koq. Tapi kalo ditelpon paling cepet nyampe sini dua jam.”

    “Hah???” Ryn membelalak kaget. “Dua jam??” Ah, gila! Bisa disuruh bersihin WC Sekolah nih kalau gini ceritanya.”

    “Maaf non... Tapi kalau keadaannya kayak gini ya mau diapain lagi?”

    “Minggir.” ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di belakang Mang Rudi sambil menepuk pundak kanan sopir itu.

    Refleks, Mang Rudi menoleh ke belakang. Dilihatnya seorang pemuda yang sebaya dengan Ryn. Pemuda tersebut mengenakan sweater hitam dengan restleting yang membuka, memperlihatkan kaos putih Distro yang ia kenakan di dalamnya.

    Tanpa banyak basa-basi, pemuda tersebut mengambil kotak perkakas yang tergeletak di tanah. Kemudian mengambil beberapa alat disana, seperti Tang, Kunci Inggris, dan beberapa baut. Setelah itu, dengan telaten ia menggunakan alat-alat tersebut untuk membetulkan kerusakan pada mobil Ryn. Ryn dan Mang Rudi hanya bisa menatapnya dengan tatapan aneh. Padahal kenal saja tidak, tapi dia mau membetulkan mobil Ryn.

    Tidak sampai sepuluh menit,

    “Selesai. Sekarang, silahkan coba nyalain mesinnya.” jawab pemuda itu yang sudah selesai membetulkan mobil Ryn.

    Mang Rudi dan Ryn saling pandang. Bagaimana bisa? Secepat itukah? Sedangkan Mang Rudi saja butuh waktu lima belas menit. Dan itupun tidak berhasil.

    “Kenapa? Ragu?” tanya si pemuda, datar.“Dicoba dulu kalau nggak percaya.”

    Tidak ada salahnya juga, pikir Mang Rudi. Kemudian ia masuk dan mencoba menghidupkan mesinnya. Ternyata, hidup! Sulit dipercaya. Mang Rudi langsung tersenyum bahagia begitu mendengar suara mesin mobil tersebut. Dia saja kewalahan bahkan menyerah membetulkannya, apalagi membuat mesin kembali hidup seperti itu. Sungguh benar-benar di luar dugaan.

    Setelah itu si pemuda berjalan ke tempat dimana sebuah motor sport warna merah terparkir, 4 meter dari mobil Ryn. Jika dilihat, itu memang motornya. Karena ia langsung menaiki motor tersebut.

    “Eh tunggu!” Ryn mengejarnya. Begitu sudah sampai, Ryn mengeluarkan dua lembar uang seratus ribu dari dalam dompetnya. “Ini, sebagai tanda terimakasih...” ucapnya sambil memberikan uang itu pada si pemuda.

    “Nggak usah.” jawab pemuda tersebut.

    “Wah, kenapa? Kurang ya? Bentar aku tambahin.” Ryn kembali merogoh dompetnya yang berisi berlembar-lembar uang seratus ribuan.

    “Nggak usah. Simpen aja.” jawab pemuda itu lagi dengan nada datar. Lalu ia mengenakan helmnya dan menggas motornya pergi dari tempat tersebut.

    “Yahh maen pergi aja tuh cowok.” keluh Ryn. Tapi, matanya masih tetap menatap pemuda itu. Dan tiba-tiba, tanpa ia sadari, perasaan aneh mulai muncul. Ia merasa kalau dirinya telah jatuh cinta pada pemuda tersebut. Baginya, si pemuda sangat jenius dan misterius. Membuatnya penasaran ingin mengenal lebih dekat. Baru kali ini Ryn jatuh cinta hanya dengan sekali tatap. Mata si pemuda yang datar dan onyx selalu terbayang-bayang di benak Ryn, seolah ingin menatapnya sekali lagi. Selain itu, ia juga memvonis bahwa saat ini hanya pemuda itulah yang ia cinta. “Ya ampun. Koq bisa sih aku punya perasaan kayak gini? Duuh, namanya siapa sih? Penasaran banget! Aku berharap, mudah-mudahan kita bisa ketemu lagi.” gumamnya.

    (Backsong: Cherrybelle - Love Is You
    Baby i love you, love you love you so much.
    Since i found out love is you...

    Cinta, satu kata penuh makna.
    Cinta, bawa hati bahagia.
    Dari sekian juta keindahan dunia.
    Di mata hatiku, hanya kaulah yang aku cinta...

    Baby i love you, love you, love you so much.
    And i miss you, miss you when you’re gone.
    Baby i need you, need you, need you so much.
    Since i found out love is you...)


    Akan tetapi, Ryn tidak tahu sama sekali, kalau pemuda tersebut adalah pemuda yang menolong Sonya dan Agus tempo hari. Setelah Sonya, kini Ryn yang menaruh hati pada pemuda berambut Harajuku dan berahang kokoh yang suka sekali memakai kaos putih dibalut dengan jaket hitam atau sweater, serta memakai celana jeans hitam tersebut. Tubuhnya biasa-biasa saja, tapi kekuatannya melebihi seorang Binaragawan, entah kenapa bisa seperti itu.
    Pemuda tersebut selalu melatih fisiknya setiap pagi sebelum matahari terbit. Latihannya berupa push up, sit up, scott jump, monkey flip, keseimbangan, memukul-mukul dan menendang-nendang Sandsack tinju, serta angkat barbel. Masing-masing ia lakukan seratus kali tanpa henti. Setelah latihan fisik, ia melanjutkan dengan latihan beladiri bernama 'Jeet Kune Do' secara otodidak. Saat ini, kemampuan Jeet Kune Do yang ia latih sudah sangat tinggi, setara dengan atlet Jeet Kune Do sabuk hitam Strip tiga. Atau hampir menyamai Bruce Lee, sang pembuat beladiri Jeet Kune Do. Sungguh laki-laki yang tangguh!
    Namun, sampai sekarang, nama dan tempat tinggalnya masih belum diketahui.

    --------

    “Zzzzz....”

    Seorang pemuda tertidur dengan posisi menelungkup di salah satu meja belajar kelas XI IPA 2 SMU Swasta Estate, lengkap dengan air liur yang membentuk pulau. Sudah hal yang lumrah bagi para siswa di kelas itu jika melihat pemuda bernama samaran Jeth ini sering tidur di kelas sebelum pelajaran dimulai. Bahkan di beberapa jam pelajaran ia juga sering tertidur, malah disengaja. Tak ada seorang pun yang berani mengusiknya. Jangankan murid, guru yang paling killer sekalipun sudah menyerah untuk mengomelinya. Menasehati pemuda itu layaknya berkelahi dengan ******. Dia tak segan-segan memaki balik guru yang menentang kebebasannya. Sudah berkali-kali ia dipanggil ke kantor karena macam-macam kasus yang dilakukannya, terutama berkelahi dengan siswa lain.Membuat siswa lain tidak masuk selama beberapa hari akibat memar-memar bahkan patah tulang setelah berkelahi, merupakan kebiasaan buruk Jeth. Telah banyak siswa yang ia buat trauma karena hal tersebut.

    Sebetulnya, nama asli Jeth itu 'Eka Saputra', Jeth hanya julukan yang ia berikan pada dirinya sendiri karena terobsesi dengan karakter Game Online yang sangat kuat bernama Jeth Hunter. Maka dari itu, selain tidur di kelas, berkelahi adalah hobinya. Menurutnya, dengan berkelahi ia jadi tahu bermacam-macam tehnik bertarung dari macam-macam orang yang sudah dilawannya.

    “Hoaahh... Nikmatnya...” Jeth baru saja bangun dengan penuh kelegaan, sembari meregangkan otot-otot tangan dan pundaknya. Begitu ia menoleh ke bangku di seberang kirinya, terlihat sosok Ryn yang baru saja sampai di kelas dalam keadaan selamat, tidak telat seperti yang ia duga. Ryn merupakan gadis yang sangat digilai oleh Jeth, karena wajahnya yang imut, serta gayanya yang mirip artis Korea. Ryn begitu sempurna di mata Jeth. Sampai-sampai ia melihat Ryn layaknya melihat Bidadari tanpa sayap.

    Brukk!

    “Heh!”

    Tiba-tiba seorang siswi membuyarkan lamunan Jeth dengan membanting setumpuk Buku Paket di mejanya. Tentu saja Jeth yang sedang asyik-asyiknya memandang sambil mengkhayalkan Ryn terkejut dan marah.

    “Loe lagi, loe lagi! Apa-apaan loe maen banting-banting buku sembarangan aja! Ganggu orang lagi konsentrasi aja!” omel Jeth.

    “Konsentrasi?? Hah, konsentrasi loe bilang?? Loe kan yang nyuruh si Danang buat ngerjain tugas yang harusnya loe kerjain sendiri?? Tuh liat!” ujar gadis itu, seraya menunjuk tumpukkan buku yang tadi ia letakkan di meja Jeth.

    Jeth memelototkan matanya. “Terus? Masalah buat loe?? Kenapa sih loe suka banget ikut campur urusan gw??”

    “Masalah juga buat loe??” si gadis membalikkan ucapan Jeth, “Gw cuma mau loe sadar dari sikap loe yang pemales dan pembully. Kan kasian mereka-mereka yang udah bayaran disini loe bully terus! Mikir kek sekali-kali!”

    Brakk!!

    Jeth menggebrak meja dengan kedua tangannya seraya berdiri lalu menatap gadis bernama Ve tersebut selama beberapa saat. “Gw mau bully orang atau nggak, itu bukan urusan loe!” desisnya dengan mata memicing seperti pembunuh sebelum akhirnya berlalu pergi meninggalkan kelas. Padahal tadi moodnya sedang bagus karena memandangi Ryn. Tapi sekarang tiba-tiba badmood karena bertengkar dengan Ve.

    Ve tahu kalau Jeth sangat marah padanya. Tapi apa boleh buat, personil JKT48 yang sangat manis dan merupakan sekretaris kelas ini hanya ingin semua teman sekelasnya lulus, termasuk Jeth. Berhubung Jeth malas-malasan, dan tidak bisa diberitahu secara baik-baik, terpaksa Ve memakai cara seperti itu. Selain itu, Ve juga ingin sikap Jeth yang preman, urakan, serta nilai raportnya yang selalu kebakaran berubah menjadi lebih baik.
    Gadis dengan nama lengkap Jessica Veranda tersebut tidak tahu kenapa lebih perhatian pada Jeth, meski kerapkali perhatiannya membuat Jeth kesal dan ingin berkata WTF padanya. Biarpun begitu, Jeth termasuk orang yang beruntung juga, karena ia diperhatikan oleh gadis secantik dan seterkenal Ve dari JKT48.Ve yang dikenal cukup pendiam ini, bisa tiba-tiba berubah menjadi galak ketika berhadapan dengan Jeth.

    Sementara itu, Ryn cuma geleng-geleng kepala saja melihat Jeth yang keluar sambil membanting pintu dengan keras. Nampaknya kali ini pemuda itu akan bolos sampai jam pelajaran istirahat selesai.
    .
    .
    .
    “Aahh... Apa-apaan dia? Seenak aja nyuruh gw ngerjain tugas yang udah gw suruh kerjain sama si Danang. Awas tuh si Danang, pasti anak cupu itu ngadu ke sekretaris rese itu kalo gw nyuruh dia ngerjain tugas. Liat aja nanti!”

    Jeth terus menggerutu sambil berbaring di perbukitan hijau belakang sekolah. Tempat tersebut memang sangat cocok untuk bersantai. Apalagi jika melihat ke atas, langsung terpampang langit luas yang membentang indah.
    Hawanya pun sejuk meski di siang hari, itu karena banyak pohon rindang di sekitarnya.Tidak terasa Jeth yang sedaritadi menggerutu lama kelamaan mengantuk, matanya perlahan menutup, dan akhirnya tertidur di perbukitan itu.

    Dua jam kemudian.....
    Waktu istirahat telah tiba. Ryn duduk di kantin sambil mengaduk-ngaduk segelas Milkshake yang terhidang di atas meja. Dagunya ia topang dengan tangan kiri, sembari melamunkan sesuatu, kejadian tadi pagi. Ryn merasa sangat bersyukur sekali karena ia tidak terlambat ke sekolah. Itu semua berkat pemuda misterius yang menolongnya di tengah jalan. Jika tidak ada pemuda itu, mungkin sekarang ia sudah berakhir di WC dengan seember air sabun serta gagang pel. Tapi yang terpenting baginya 'saat ini', ialah mengetahui siapa sebenarnya pemuda hebat yang telah membuatnya mati penasaran itu. Tatapan mata si pemuda terus menerus terbayang di benaknya, hingga sulit untuk dilupakan. Maka dari itu, selain berhutang budi, ia juga menyimpan perasaan khusus terhadap si pemuda, yaitu perasaan "cinta".

    Tanpa disadari oleh Ryn, satu meter dari bangku panjang yang ia duduki, Sonya juga duduk disana, dan melamunkan orang yang sama. Hanya saja, moment yang dilamunkan Sonya adalah ketika ia ditolong oleh pemuda misterius itu dari serangan preman. Mulai dari si pemuda datang, hingga menghajar preman-preman tersebut satu persatu sampai tumbang. Tak lepas dari itu, ekspresi datar si pemuda misterius sanggup membuat Sonya falling in love dan penasaran seperti Ryn.Sayangnya, diantara mereka berdua belum ada yang tahu siapa sebenarnya pemuda misterius tersebut.

    Sudah lebih dari lima menit mereka terhanyut dalam lamunan masing-masing. Sampai akhirnya, Ryn menyadari keberadaan Sonya.

    “Eh ngapain kamu disini?? Pake ngelamun, lagi.” tanya Ryn sinis.

    Sonya tersentak, kemudian menoleh ke arah Ryn yang berada satu meter dari sisi kanannya. “Lha kamu juga ngapain disini??” tanyanya bingung.

    “Suka-suka aku dong! Ngerusak suasana aja kamu! Aku lagi mikirin cowok nih.” cerocos Ryn, yang tanpa sadar telah membuat pipi Sonya menggembung karena menahan tawa.

    “Hah? Cowok? Baru tahu kalau ternyata kamu bisa mikirin cowok juga.” ledek Sonya sambil cekikikan.

    “Yaiyalah, aku kan masih normal. Emangnya kamu!”

    “Apa?? Enak aja! Asal kamu tahu ya, aku juga lagi mikirin cowok nih!”

    Tanpa diduga, Sonya pun juga kelepasan, tidak sempat mengerem kata-katanya karena ngotot dan terbawa emosi. Ryn pun terbahak-bahak karenanya. Kini, mereka imbang satu sama.

    “Ooh.. Hahaha... Baru kali ini aku ngeliat Nona Sonya mikirin cowok sampe segitunya.” sindir Ryn.

    “Oh yea? Situ oke? Sendirinya juga mikirin cowok kan?? Emang sehebat apa sih cowok yang kamu pikirin??”

    “Haha.. Ya jelas hebat lah!” ujar Ryn. Kepalanya agak mendongah keatas. Matanya berbinar-binar seraya membayangkan kejadian yang dialaminya tadi pagi. “Asal kamu tahu, dia itu udah betulin mobil aku kurang dari sepuluh menit! Supir aku aja lima belas menit nyerah betulin tuh mobil. Kalo nggak ada dia, sekarang aku udah dihukum bersihin WC kali. Mana ada cowok yang punya skill hebat kayak gitu. Terus yang aku nggak bisa lupain, tatapan matanya itu lho.... Bikin aku meleleh. Waw!!”

    “Hahaha,” tawa Sonya. “Cuma itu kemampuannya? Sepele! Kalau cuma betulin mobil sih keciiil... Cowok yang aku bilang pun pasti bisa!” ungkapnya. Matanya langsung berbinar sama seperti Ryn tadi, sambil membayangkan wajah pemuda yang menolongnya tempo hari, beserta aksi-aksi yang dilakukan oleh pemuda tersebut. “Dia.... Dia nolongin aku dari preman yang ngejegal aku di jalanan. Pokoknya keren!!! Gaya berantemnya kayak di film-film. Terus, yang menarik buat aku, ekspresinya datar abiss! Bikin aku penasaran!”

    “Ooo... Begitu? Jadi, kamu ngerasa cowok yang kamu kenal itu lebih hebat daripada cowok yang aku kenal? Gitu?”

    “Ya jelas! Cowok yang aku kenal itu berskill tinggi, tahu!”

    “Begitu ya? Ayo kita buktiin cowok siapa yang paling hebat?!” tantang Ryn.

    “Boleh,” jawab Sonya. “Kalau begitu, kita taruhan, siapapun yang bisa bawa cowok yang dimaksud hari ini juga buat dibuktiin kehebatannya, dialah pemenangnya! Dan yang kalah, harus ngerjain PR plus neraktir yang menang selama sebulan! Sekaligus mengakui kalau Idol Grup atau Girlband yang menang jauh lebih baik dari yang kalah! Berani?”

    Ryn berfikir sejenak. Kelihatannya sangat mustahil. Apa Sonya sudah gila? Tapi, karena terdorong nafsu ingin membela harga diri sekaligus Girlband-nya, Ryn pun menyanggupi taruhan tersebut. “Oke, siapa takut?!”

    “Deal ya?” Sonya mengulurkan tangannya.

    “Deal!” sambut Ryn.

    Akhirnya mereka berdua saling berjabat tangan, dan berhadapan muka layaknya rival sejati.

    Sungguh bodoh dan lucu sekali. Karena mereka mengagumi pemuda yang sama. Selain itu, mereka juga belum tahu identitas sebenarnya dari pemuda tersebut.Lantas bagaimana caranya mereka membawa pemuda yang mereka elu-elukan itu ke hadapan saingan masing-masing dalam waktu singkat? Bolos?? Kabur pada jam pelajaran?? Entahlah. Taruhan yang gila dan tidak masuk akal. Yang jelas, mereka yang memulai, mereka jugalah yang harus mengakhiri.

    Setelah jam pelajaran selesai, Jeth kembali masuk ke kelas. Sekarang fikirannya yang kacau sudah kembali lega, amarahnya pun mereda karena efek dari tidur selama dua jam tadi. Untuk beberapa saat, ia menengok ke bangku seberang kanannya. Disana, nampak jelas seorang gadis cantik sedang asyik BBM'an, Sonya Pandarmawan. Bagi Jeth, Sonya adalah wanita cadangan jika tidak mendapatkan Ryn. Ryn tidak dapat, Sonya pun jadi. Istilahnya, kanan kiri oke! Dasar. Sudah berandalan, playboy pula! Padahal Sonya suka padanya juga tidak.
    Oleh sebab itu, Jeth sengaja duduk di bangku barisan ketiga dari meja guru, serta urutan keempat dari depan. Tujuannya, agar selalu bisa memandangi kedua dara cantik tersebut, meski kerapkali Ryn dan Sonya merasa risih begitu mendapati Jeth tengah memandangi mereka. Karena bagi Ryn maupun Sonya, Jeth bukanlah tipe pria idaman mereka.

    “Pagi semuanya...”

    “Pagi pak!!!”

    Seorang guru masuk dan disambut hangat oleh murid-murid.

    “Nah, sekarang kita kedatangan murid baru di kelas ini. Dia pindahan dari sekolah lain. Bapak harap, kalian semua bisa menerimanya dengan baik...” ucap guru berkacamata tersebut dengan ramah.

    Setelah itu si guru memberikan isyarat dengan mengibaskan keempat jari kanannya ke arah pintu.Tak lama, seorang pemuda berambut Harajuku (dengan bagian belakang yang berdiri) masuk ke dalam kelas. Ia mengenakan seragam putih abu-abu yang tentunya sama dengan murid-murid disana. Begitu ia berbalik hadap ke depan, ke arah murid-murid lainnya, dua pasang mata langsung terbelalak melihatnya.

    “Di..dia...” gumam Ryn dan Sonya berbarengan, namun di bangku yang berbeda.
    Bukan main kagetnya mereka pada saat itu. Karena, pemuda yang tengah berdiri di depan kelas saat ini, adalah pemuda misterius yang mereka idolakan, bangga-banggakan, elu-elukan, serta pertaruhkan. Betul-betul hal mengejutkan yang tidak pernah mereka sangka sebelumnya.Sepertinya Tuhan mendengar permohonan mereka dan memberi "keajaiban" hari itu juga. Memang, jika Tuhan sudah berkehendak, "apapun" bisa terjadi, serta hal yang "tidak mungkin" akan menjadi "mungkin".

    “Nah, sekarang kamu perkenalkan diri kamu sama teman-teman yang lain!” perintah guru berkacamata tadi sambil tersenyum pada si pemuda.

    Si pemuda pun mulai berbicara, “Perkenalkan, saya Ariel. Lengkapnya Ariel Matsuyama. Pindahan dari Heishi Technical School, Jepang.” nada bicaranya sangat datar, sedatar tatapan matanya.

    Seluruh murid bertepuk tangan mendengar kalau Ariel pindahan dari Jepang, apalagi sekolah Tehnik. Pasti biayanya sangat mahal.

    “Wah, hebat. Pernah sekolah di Jepang. Terus aslinya kamu domisili mana? Dan kenapa kamu pindah sekolah kesini? Padahal lebih bagus jurusan Tehnik daripada IPA seperti ini.” tanya si guru.

    “Saya domisili Indonesia. Alasan saya pindah? Drop Out.”

    “Drop Out?? Koq bisa? Emang kamu punya masalah apa?”

    “Nggak usah banyak tanya, sekarang tunjukkin aja saya harus duduk dimana.”

    Gertakan datar dan tatapan tajam Ariel sanggup membuat nyali guru tersebut ciut seketika.

    “Eh, i-i-iya. Kamu bisa duduk disana!” tunjuk si guru ke bangku Jeth. Karena hanya bangku itulah yang masih kosong.

    Tanpa mau membuang waktu, dan tanpa mengucapkan terima kasih sama sekali, Areil pun berjalan ke bangku yang ditunjukkan oleh guru tersebut, kemudian duduk disebelah kanan Jeth, persis di tengah-tengah bangku Sonya dan Ryn.

    Dalam waktu sekejap, Ariel mampu membuat mata Sonya dan Ryn tak berhenti menatap ke arahnya. Akan tetapi, Ariel hanya menatap ke depan tanpa ekspresi, tidak ada yang ia hiraukan sama sekali.

    Melihat hal itu, bukan main kesalnya Jeth pada Ariel. Bisa-bisanya anak baru seperti Ariel mencuri perhatian dua gadis incarannya. Belum lagi, ia yang duduk sendirian, sekarang harus sebangku dengan Ariel, mau tidak mau, suka tidak suka. Padahal dari dulu ia berharap hanya duduk sendirian di tengah-tengah Sonya dan Ryn hingga lulus nanti, agar bisa merasakan nikmatnya dunia. Namun kini, itu semua kandas sudah karena kehadiran Ariel.

    *Puk!*

    “Woy!!”

    Sebuah tepukan dari Jeth mendarat di pundak kiri Ariel. Tepukan yang pada umumnya bisa membuat orang mengaduh, hanya dirasakannya seperti gigitan Nyamuk.

    “Hn.” jawab Ariel pendek.

    “Loe kayaknya nggak ngormatin gw banget sebagai jagoan disini!? Kenalin, gw Jeth!” omel Jeth sembari memperkenalkan diri.

    Namun, Ariel hanya menatap ke depan, kemudian berkata dengan dinginnya, “Gw mau kenal loe atau nggak, sama sekali nggak penting buat gw.”

    “Apa??? Awas loe ya!! Grrrrrgghh....”

    Ariel yang melihat hal itu, tidak ada takut-takutnya sama sekali. Bahkan posisi duduknya saja tidak bergeser sedikitpun. Kalau anak-anak yang lain mungkin sudah bergidik ketakutan, malah sampai panik jika melihat monster SMU Estate tersebut marah besar pada mereka. Mungkin hanya pada Ariel lah hal itu tidak berlaku.

    “Oke semuanya, sekarang kita praktek meneliti di kebun belakang sekolah,” titah guru yang tadi. Dia adalah guru khusus pelajaran Biologi. “Jadi, satu kelompok terdiri dari dua orang. Kelompok bapak yang menentukan, dan akan bapak acak.”

    Untuk beberapa saat, suasana kelas nampak riuh selagi sang guru sedang mengacak nama-nama untuk masing-masing kelompok. Begitu selesai, guru tersebut berdiri sambil memegang kertas bertuliskan nama-nama kelompok yang sudah ia buat. Satu persatu nama kelompok disebutkan, dan langsung berdiskusi satu sama lain. Hingga akhirnya, tibalah giliran siswa-siswi ini.

    “Sonya Pandarmawan satu kelompok dengan Jessyca Stefani Auryn.”

    “Hegggh...” nafas Sonya langsung tertahan.

    “Apa???” Ryn langsung membelalak kaget.

    Mereka "benar-benar tidak menyangka" kalau akan satu kelompok seperti ini. Jelas saja mereka tidak terima.

    “Pak, apa nggak bisa diganti kelompoknya??” protes Sonya.

    “Nggak bisa,” jawab si guru. “Lebih baik sekarang kalian berdua diskusi, nggak pake protes... Kelompok berikutnya, Eka Saputra dengan Ariel Matsuyama.”

    “Haaaaahhh???”

    Sonya dan Ryn makin shock. Padahal mereka sangat berharap sekali bisa satu kelompok dengan Ariel. Tapi sekarang, semuanya kandas sudah.

    “Sampai disini, sebelum kita mulai praktek, ada pertanyaan?” tanya guru itu.

    Jeth mengangkat tangannya. “Ada pak! Kenapa saya bisa satu kelompok sama orang autis macem dia?” tunjuknya pada Ariel.

    “Hahahahahaha!!!”

    Pertanyaan Jeth membuat seisi kelas tertawa. Namun, Ariel hanya diam. Tidak penting baginya meladeni hal seperti itu. Buang-buang waktu saja.

    “Karena itu sudah keputusan bapak. Kamu yang sudah lama disini, harusnya bimbing dia. Yasudah jangan banyak protes lagi, ayo langsung praktek! Kita meneliti Pohon Kaktus.” jawab guru tersebut yang entah kenapa dituruti saja oleh Jeth, walau dengan perasaan malas.

    #Kebun belakang sekolah

    Siswa-siswa yang sudah terbagi kelompoknya segera meneliti Pohon Kaktus yang bertebaran di kebun belakang sekolah dengan peralatan yang sudah mereka siapkan seperti penggaris panjang, cutter, dua gelas air, berikut kertas dan pena untuk mencatat. Masing-masing kelompok meneliti satu Pohon Kaktus.

    “Siniin penggarisnya!” pinta Ariel yang sedang jongkok meneliti bagian bawah Pohon Kaktus pada Jeth yang tengah berdiri sambil memegang pena dan kertas catatan.

    “Buat apaan?” tanya Jeth.

    “Buat ngukur.”

    “Ngukur apa?? Dimana-mana tuh potong dulu setengah bagian bawahnya pake cutter, baru diukur!”

    “Dasar anak bodoh.”

    “Apa???”

    “Loe adalah anak paling bodoh yang pernah gw kenal.”

    “Apa loe bilang???” dengan kesal, Jeth menarik kerah baju Ariel dan menatapnya penuh amarah. “Mau gw hajar loe, hah??”

    “Eh udah udah!” tiba-tiba Ryn datang dan menarik pundak Jeth.

    Di waktu yang bersamaan, Sonya juga datang seraya melepaskan cengkraman Jeth dari baju Ariel.

    “Apa-apaan sih ini?” tanya Ryn.

    “Itu si Ariel ngatain gw bodoh.” jawab Jeth, kesal.

    “Lha, emang kenyataannya bodoh kan?”

    Betapa hancurnya hati Jeth dibilang seperti itu oleh gadis pujaannya. Serasa jatuh dari lantai sepuluh dan mati seketika.

    “Hahaha,” tawa Sonya. “Emang awalnya gimana?”

    “Awalnya si Ariel minta penggaris, katanya buat ngukur. Padahal harusnya mah dipotong dulu pake cutter.” ungkap Jeth.

    “Waw!!” Sonya terkejut, “Seharusnya emang diukur pake penggaris dulu, lagi. Terus ditandain pake pulpen. Abis itu baru deh potong bagian yg udah ditandain! Nggak gw sangka Ariel yang anak baru bisa ngerti praktek kayak gini. Pinter banget! Justru emang kenyataannya loe yang bodoh.”

    *Krakk*

    Sekali lagi, hati Jeth benar-benar hancur. Tadi Ryn, kini Sonya yang juga gadis idamannya mengatakan hal yang sama.

    “Kalau udah bodoh, ya bodoh aja.” ucap Ariel datar.

    “Apa???” Jeth kembali emosi dan hendak meninju Ariel. Untung saja Ryn cepat-cepat menahannya.

    “Udah udah! Lagi praktek koq malah berantem gini sih?” lerai Ryn.

    “Gyaaaaaahh!!!” tiba-tiba teriakan seorang gadis membuat mereka semua terkejut. Ada apakah gerangan?

    “Kayak suara Nabilah.” terka Sonya yang mengenali suara tersebut.

    “Coba lihat yuk! Kayaknya nggak jauh dari sini.” ajak Jeth.

    Akhirnya, Jeth, Sonya, Ryn, dan Ariel melupakan masalah mereka barang sejenak lalu bergegas mencari sumber suara tersebut.

    Di lokasi kejadian....
    Benar saja ada yang tidak beres. Semua siswa berlari ketakutan karena melihat sosok monster, lebih tepatnya Android berkepala kelabang sedang mengacau di kebun sekolah yang sangat luas seperti lapangan bola tersebut. Dari kepala sampai punggung si Android menjulur buntut Kelabang yang panjang berwarna kehitaman. Di tangan kirinya terdapat capit seperti capit Kepiting yang juga berwarna kehitaman. Tangan kanannya seperti layaknya manusia, namun dilapisi oleh logam yang sangat keras berwarna hitam pula. Pokoknya, tubuh Android itu hampir keseluruhan berlapis logam.

    Tidak jauh dari situ, guru yang tadi di kelas 2 IPA 2 tersangkut di pohon, dengan posisi kaki di atas, kepala di bawah. Sudah pasti itu perbuatan Android.

    “Walah, kenapa tuh Pak Nurdin nyangsang di Pohon Mangga??” Jeth yang baru tiba di lokasi kejadian langsung dibuat keheranan. Selain Jeth, ada Ariel, Ryn, dan juga Sonya.

    “Tolooonngg!!!” teriak Nabilah sembari menyeret-nyeret kakinya di tanah untuk menyelamatkan diri dari Android. Sebelumnya, Nabilah sempat terjatuh. Maka dari itu, sekarang ia terpaksa menyeret-nyeret kakinya.

    “Eh, itu dia! Ayo kita tolong Nabilah dulu!” tunjuk Sonya pada Nabilah yang sedang dikejar-kejar Android.

    “Wah, mahluk apa itu???” Jeth langsung terkaget-kaget begitu melihat sosok Android yang mengejar Nabilah. Baru kali ini ia melihatnya.

    “Jelasinnya nanti aja! Sekarang ayo kita ambil batu-batu ini!” perintah Sonya.

    Batu yang ukurannya lumayan besar-besar itu pun mereka ambil dan kumpulkan. Namun, tidak dengan Ariel. Dia hanya menatap datar ke depan, ke arah Android yang sedang mengejar Nabilah. Seperti ada sesuatu yang ia rencanakan.

    “SERANG!!!” teriak Sonya yang langsung diikuti oleh Jeth dan Ryn dengan menghujani batu pada si Android secara bertubi-tubi. Dan tentu saja Sonya sendiri juga ikut menghujaninya.

    Akan tetapi, tidak lama kemudian stok batu mereka habis, sementara Android tidak merasakan pengaruh yang berarti.

    “Wah gawat nih!” ucap Ryn cemas.

    Sementara si Android terlihat sangat marah dan berlari ke arah mereka.

    Tanpa bisa mengelak, Ryn dan Sonya terkena sabetan buntut Android itu dan terpental ke arah pohon.

    “Kurang ajar! Hiyaaa!!!” teriak Jeth, berusaha memberanikan diri meninju dada mahluk yang dia belum tahu apa itu. Akibatnya, tangan Jeth kesakitan dan menarik kembali tinjunya. “Adow! Terbuat dari apa si loe? Keras banget!? Hyaaa!!” tapi ia kembali menyerang menggunakan kaki kanannya untuk menendang perut si Android.

    Akan tetapi, tendangan Jeth tidak ada artinya sama sekali, karena tidak memberikan pengaruh apapun pada Android. Malah sekarang, kakinya dipegang, lalu dilemparkan bersama tubuhnya hingga terguling ke arah Nabilah.

    Kini, hanya tinggal Ariel seorang yang masih berdiri menatap Android. “Tcih, kondisinya udah nggak memungkinkan. Terpaksa harus sekarang.” ucapnya yang kemudian mengangkat sedikit baju sekolahnya sampai pinggang, hingga terlihatlah sebuah sabuk metalik berwarna merah di si kanan dan kirinya.
    Lengkap dengan remote control pada sisi kiri, dan port flashdisk di sisi kanan.

    Hey, bukankah itu sabuk yang dipakai Agus tempo hari? Dan sama seperti sabuk milik ksatria yang telah menolong mereka, terutama Sonya? Mengapa sabuk itu bisa ada pada Ariel? Aneh sekali.

    =READY=

    Sabuk mengeluarkan suara begitu Ariel memasukkan sebuah flashdisk merah ke dalam port yang terletak di sebelah kanan sabuknya.

    Tak lama, muncul sebuah robot Phoenix berwarna merah yang melesat ke arah Ariel dan langsung ditangkap oleh telapak tangan kanannya. “Evolusi!!” teriaknya, seraya menempelkan Phoenix tersebut di depan sabuknya.

    =EVOLUSI=

    Sabuk pun mengeluarkan suara sekali lagi, diikuti dengan menyalanya mata Phoenix pada sabuk tersebut.

    Sesaat setelah itu, muncul seekor Phoenix Api dari langit yang meluncur ke bawah, menabrak tubuh Ariel seolah masuk ke dalamnya.
    Begitu sudah masuk seluruhnya, tubuh Ariel pun berubah menjadi ksatria berarmor zirah dengan dominan warna merah, helm putih, serta lensa mata warna biru. Tanduk Phoenix tidak ketinggalan menghiasi kepalanya dengan sempurna. Dia, adalah ksatria dengan tekhnologi canggih..... Assaulter Zero!

    =EVOLUSI BERHASIL=

    *** Zero Battle Song - start!!: Sheila On7 - Pemenang
    Bersiaplah... Bersiaplah...
    Berjuang tuk menjadi Pemenang!

    Bersiaplah... Bersiaplah...
    Persaingan di depan semakin berat! ***


    Bukan main kagetnya Sonya, Ryn, dan Nabilah saat itu. Rupanya Ariel yang mereka kenal anak baru di sekolah adalah Assaulter yang telah menolong mereka tempo hari. Sekaligus pemuda idaman Sonya dan Ryn. Kenapa bisa kebetulan seperti ini? Apakah ini hanya mimpi?
    Ah, tidak. Ini kenyataan. Dan mereka tidak bisa menyangkal bahwa sebenarnya Cinta mereka adalah Pahlawan mereka sendiri.
    Sementara Jeth yang tidak tahu apa-apa hanya bisa tercengang. Pemandangan yang sungguh aneh tapi nyata baginya.

    “Grrrh... Siapa kau?” tanya si Android pada Assaulter merah itu.

    “Satria yang bertarung demi sebuah ambisi. Assaulter Zero! Simpan itu dalam ingatanmu!”

    “Kalau begitu, kau akan mati di tanganku! Akulah Android penjagal, Depitnecoid!” balas Android tersebut. “Pasukan Vergusoid, keluarlah!” teriaknya.

    Setelah Depitnecoid berteriak, muncul sepuluh Android berbentuk semut yang memiliki dua tangan dan dua kaki seperti manusia. Hanya saja, tubuhnya terbuat dari logam.

    “Hancurkan dia!!” perintah Depitnecoid pada Android semut bawahannya dan langsung dituruti oleh mereka.

    Tapi dengan tenang, Zero melipat lengan kirinya, dan ia angkat sedikit ke atas. Bersamaan dengan itu, sebuah api berbentuk Phoenix muncul dari lengan kirinya, lalu melesat ke arah pasukan Vergusoid yang tengah berlari ingin menyerangnya.
    Begitu semua Vergusoid berhasil terkurung, api berbentuk Phoenix tersebut terbang atas, seirama dengan tangan kiri Zero yang perlahan ia angkat ke atas. Setelah merasa cukup, “Hatt!” Zero menghempaskan tinju kanannya ke bawah, menggantikan tangan kiri yang tadi ia angkat ke atas. Pada saat itu juga, api berbentuk Phoenix tersebut menukik tajam ke bawah.

    DUAAARR!!

    Sebuah ledakan terjadi, bersamaan dengan hancurnya seluruh Vergusoid oleh api Phoenix tersebut, sampai meninggalkan jejak kobaran api yg memanjang di tempat Vergusoid meledak.

    Depitnecoid yang berhasil selamat kemudian merubah wujudnya menjadi Kelabang raksasa sepanjang dua setengah meter dan terbang menyelamatkan diri.

    Namun, Zero tidak membiarkannya begitu saja. Diambilnya sebuah remote control berwarna hitam yang menempel di sisi kiri sabuknya, kemudian menekan salah satu tombol yang ada disana.

    Z-Skate diluncurkan!

    Beberapa detik setelah suara dari remote itu, muncullah sebuah papan luncur tanpa roda yang terbang ke arah Zero dan langsung dinaiki olehnya. Itu adalah papan luncur terbang mutakhir milik Zero yang bisa ia panggil kapanpun jika dibutuhkan, namanya 'Z-Skate'. Dengan alat ini, ia bisa mengejar Depitnecoid yang baru saja melarikan diri lewat jalur udara.

    Lima menit kemudian, Zero berhasil menemukan Depitnecoid yang sedang terbang di awan.

    Melihat Zero di belakangnya, Depitnecoid langsung memuntahkan bola-bola api untuk menyerang Assaulter itu.

    Akan tetapi, Zero menekan tombol yang ada di kedua pergelangan tangannya, hingga mencuatlah pisau tajam yang segera ia tebaskan pada setiap bola api yang dilontarkan Depitnecoid.

    Zero yang merasa pertarungan tidak imbang, mengambil kembali remote control di sisi sebelah kiri sabuknya, dan menekan tombol merah disana.

    Dua pasang roket muncul dari Z-Skate. Di kanan dan di kiri.Begitu Zero menekan tombol merahnya sekali lagi, dua pasang roket itu pun meluncur tepat pada sasaran, yaitu tubuh Depitnecoid. Bukan hanya satu kali, tapi dua sampai tiga kali.

    BUOM BUOM!!

    BUOM BUOM!!

    BUOM BUOM!!

    Pada tembakan ketiga, tubuh Depitnecoid terbakar dan langsung meluncur ke cepat bawah, menuju sebuah gedung tua dengan dipenuhi oleh asap yang mengepul tebal.

    Zero yang masih belum puas, lantas turun ke gedung itu.

    Akan tetapi, begitu Zero sudah menjejakkan kaki di gedung tersebut, Depitnecoid sudah tidak ada. Padahal dia yakin kalau Depitnecoid jatuh disekitar sini.

    Zrrrss

    Mendadak, tubuh Zero dililit oleh sesuatu tanpa ia sadari sebelumnya. Ketika dilihat, ternyata itu ulah Depitnecoid yang masih bisa bertahan.

    “Sekarang, kau akan mati, Assaulter *******!!” geram Depitnecoid.

    Drrzzt... Drrzzt... Drrzzt...

    Listrik pun mengalir seketika dari tubuh Depitnecoid, membuat Zero mengerang kesakitan dan merasakan sekujur tubuhnya seolah ditusuk oleh ribuan jarum. Sementara Depitnecoid tidak merasakan apa-apa, karena itu adalah kekuatannya.

    Di saat-saat kritis seperti itu, hal yang tak terduga terjadi. Robot Phoenix yang ada di sabuk Zero terlepas dengan sendirinya dan melayang-layang di udara. Kemudian, Phoenix tersebut menyemburkan api ke mata Depitnecoid, hingga lepaslah lilitan berbahayanya yang melilit Zero. Tubuh Android tersebut terguling dan kembali ke wujud Android biasa lagi.

    Zero yang sudah terbebas, memandang ke arah Phoenix itu. Kerja yang bagus, fikirnya.Tanpa mau membuang waktu lagi, Zero berlari seraya mengepalkan tinjunya untuk menghajar Depitnecoid.

    Meski tertatih-tatih, Depitnecoid berusaha bangun untuk menyambut serangan Zero.

    Hingga terjadilah perkelahian fisik antara mereka berdua. Kondisi mereka sama-sama sudah hampir kritis. Tapi, Depitnecoid lah yang lebih kritis. Sehingga Zero dapat dengan mudah membaca serangan-serangannya.

    DUAKK!!

    Tendangan keras yang didaratkan Zero pada perut Depitnecoid sanggup menghempaskan Android tersebut satu meter ke belakang.

    “Sekaranglah saatnya!” ucap Zero. Di saat yang bersamaan, robot Phoenix miliknya menempel kembali di sabuknya.

    FINISH MOVE!!

    Suara yang berasal dari sabuk begitu Zero memindahkan flashdisk pada port sebelah kanannya ke dalam kepala robot Phoenix yang menempel di depan sabuknya.

    Tiba-tiba, Kedua kaki Zero diselimuti oleh api yang berkobar-kobar mulai dari bagian bawah hingga naik ke lutut.
    Setelah target terkunci, Zero pun berlari menuju Depitnecoid yang tengah berdiri sempoyongan. Kemudian melompat dan meluncur dengan kaki yang diselimuti api ke arah Android tersebut.

    “Hyaa!!”

    *Duk duak duk duak duk duak duk duak duk duak duk duak!*

    Zero menendangi dada Depitnecoid berkali-kali, sampai-sampai api terus memercik dari tubuhnya.

    “Heaaa!!!”

    DUAKKK!!!

    =PHOENIX STRIKE=

    Bersamaan dengan menggemanya sabuk, Zero menendang Depitnecoid dengan sangat keras, membuatnya terlempar sejauh dua meter. Lalu Zero mendarat mulus dengan posisi berlutut, tangan kanannya menopang di bawah, sementara tangan kiri berada di atas lutut.

    Setelah tubuh Depitnecoid menyentuh tanah, retakan-retakan mulai muncul, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dan akhirnya....

    KWABOOOMM!!!

    Depitnecoid hancur berkeping-keping, diikuti lambang 'Z' yang muncul sesudahnya.

    Akhirnya, Zero menunjukkan kekuatan sebenarnya dengan jurus 'Phoenix Strike' yang mematikan.
    Satu persatu misteri telah terpecahkan. Sang Pahlawan pun telah menampakkan sosok sebenarnya.
    Apakah yang akan terjadi selanjutnya?
    =*=*=*=*=*=
    BERSAMBUNG
    Last edited by Assaulter_Zero; 14-01-13 at 01:09.

  8. #7

    Join Date
    Jan 2013
    Posts
    14
    Points
    14.74
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default Episode 3: Bertarung demi Dendam

    Spoiler untuk episode 3 :
    Zero masih berlutut dengan indah di atas gedung, sebelum akhirnya suara tepuk tangan seseorang mengejutkannya.

    Prok prok prok!

    “Hebat... Hebat... Kemampuan yang mengagumkan bagi seorang assaulter sepertimu.”

    Zero berdiri, lalu berbalik ke belakang. Dilihatnya sosok android berbentuk lebah sedang berdiri menertawainya.

    “Hahaha.. Kamu pasti assaulter baru, ya? Aku belum pernah melihat assaulter yang serangan terakhirnya menggunakan kaki sepertimu, bahkan sejak bangsa kami melakukan penyerangan ke Bumi.” papar android itu. “Tapi, sebagai seorang assaulter, kemampuanmu hebat juga.”

    “Siapa kamu? Dan untuk apa kamu kesini?” tanya Zero.

    “Hahaha, aku belum memperkenalkan nama, ya, sampai kamu terkejut begitu. Khuhuhu.. Baik, aku Stingroid, pasukan elit bangsa android kelas II, rangking Ancalion.”

    <Stingroid>
    Android berbentuk lebah dengan empat sayap di belakangnya, lengkap dengan penusuk beracun di lengan kirinya. Memiliki dua tangan dan dua kaki seperti layaknya manusia.
    RANK: Ancalion (Pasukan elit bangsa android kelas II)

    “Kamu fikir aku peduli?!”

    “Terserah! yang penting, cepat serahkan sabukmu, sebelum kurobek-robek jantungmu!”

    “Tcih, langkahi dulu mayatku!”

    “Kamu benar-benar mau mati rupanya. Hyaaa!!”

    Stingroid berlari, lalu mengayunkan penusuk di lengan kirinya ke dada Zero, tapi Zero dapat menghindar dengan cepat ke belakang, kemudian melakukan balasan dengan mengayunkan kaki kanannya ke perut Stingroid. Namun, Stingroid berhasil menangkap kaki kanan Zero, kemudian melemparnya ke atas.

    Zero pun terpelanting, tapi lantas ia bersalto dan mendarat di belakang Stingroid. Sebelum Stingroid sempat berbalik, Zero segera melakukan sapuan dengan kaki kirinya. Sapuan tersebut amat cepat dan kuat sehingga mampu membuat Stingroid jatuh terlentang.

    Zrats! Zrats!

    Zero menyiapkan dua bilah pisau runcing di lengan kanannya. Tapi begitu ia ingin menghunuskan pisau tersebut, Stingroid berguling ke samping. Ia berhasil mengelak dari serangan berbahaya Zero, kemudian berdiri.

    Zero yang tidak puas pun berlari ke arahnya. Gerakan Zero sangat cepat, hingga tak ada waktu lagi bagi Stingroid untuk menghindar.

    BASH!

    Pisau di lengan kanan Zero berhasil membuat goresan panjang diagonal di tubuh Stingroid.

    BASH!

    Sekali lagi, Zero menebaskan pisaunya di tubuh Stingroid, dari bawah ke atas, hingga membuat goresan yang sama seperti tadi, diikuti percikan konsleting serta bunga api di sekitar tubuh Stingroid. Kemudian ia menebasnya lagi berkali-kali tanpa ampun dengan pisau di kedua tangannya secara bergilir.

    Bash bash! Bash bash bash bash bash! Bash bash!

    Bunga api memercik dimana-mana. Stingroid merasakan sakit yang teramat sangat di bagian dada serta perutnya, sampai ia tidak bisa berkutik sama sekali. Tapi, begitu Zero mengayunkan pisaunya sekali lagi, Stingroid berhasil mengelak, kemudian terbang menyelamatkan diri.
    Zero hanya diam, tidak berniat mengejar mahluk itu. Karena tenaganya sudah banyak terkuras akibat pertarungan sebelum ini. Namun, jika bertemu lagi, Zero pasti akan menghabisinya.

    Spoiler untuk Opening Theme :

    [Sheila On7 - Pemenang]

    *Tiba saat kita bangkit.. Berlari ke pentas dunia..
    Jatuh dan jatuh itu Hal yg biasa terjadi...

    Bersiaplah... Bersiaplah..

    Tanpa pandang warna kulit, atau belahan dunia..
    Semua punya kesempatan lakukan yg terbaik...

    Bersiaplah...Bersiaplah...
    Berjuang tuk menjadi Pemenang!

    Bersiaplah... Bersiaplah...
    Persaingan di depan semakin berat!
    *


    episode 3: Bertarung demi Dendam

    Stingroid berjalan tergopoh-gopoh menuju suatu tempat. Dia berjalan melewati hutan dan perbukitan, hingga sampailah dia di sebuah kantor besar berbasic tekhnologi canggih. Kantor itu berdiri di atas perbukitan yang sangat luas. Hal yang mustahil jika kantor sebesar itu berdiri tanpa ada maksud dan tujuan tertentu.
    Begitu sampai di depan pintunya, Stingroid tiba-tiba berubah menjadi sosok manusia berpakaian serba hitam dengan dasi panjang seperti orang kantoran kebanyakan. Diambilnya sebuah kartu dari dalam saku jasnya lalu menggesekkan kartu tersebut pada sebuah mesin gesek otomatis yang terletak di samping kanan pintu. Setelah kartu digesek, kedua sisi pintu itu pun membuka secara otomatis, dan Stingroid langsung masuk ke dalamnya. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju lift, kemudian masuk kesana. Tujuannya ialah lantai lima.

    Sesampainya di lantai lima, Stingroid langsung masuk ke dalam ruangan khusus bertuliskan 'VIP'.

    “Uhuk uhuk! Maafkan aku, aku gagal merebut alat itu.” kata Stingroid terbatuk-batuk.

    “Apa???” sahut seorang wanita dengan nada kecewa. Wajahnya bisa dibilang cantik bagai dewi, namun hatinya kejam bagai iblis.

    “Sekali lagi aku minta maaf, Nyonya Drizzle. Assaulter ******* itu lebih kuat daripada yang ku perkirakan.” balas Stingroid penuh penyesalan.

    “Kamu ini bodoh sekali, Turgon.” seorang laki-laki tinggi masuk ke pembicaraan, “Android kelas elit seperti kamu koq bisa kalah begitu aja?!” protesnya.

    Nama asli Stingroid adalah Turgon. Dan semua android memiliki nama masing-masing ketika berwujud manusia.

    “Tapi, Tuan Aefvoel, saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi beginilah hasilnya.” ucap Turgon/Stingroid dengan nada seperti sebelummya: 'penuh penyesalan'.

    Aefvoel memangku kedua tangannya di dada, lalu bertanya, “Apa dia itu lawan yang terlalu tangguh buatmu? Apa nggak ada kelemahannya?”

    “Saya rasa nggak ada. Dia sungguh hebat, gerakannya cepat, gaya bertarungnya seperti praktisi beladiri yang sudah ahli.”

    “Hmm.. Lawan yang lumayan berat, tapi menarik.”

    “Menarik apanya, Tuan? Lawan seperti itu cuma akan mempersulit kita. Apa tidak sebaiknya kita batalkan saja mengambil Z-Device? Dan beralih merebut device lain?”

    “Apa katamu???” Drizzle tersentak sambil melotot “Dasar android tidak berguna! Kerja tidak becus! Kamu tidak pantas jadi android kelas elit!”

    “Tapi Nyonya. Aku...., ”

    “Ah! Sudah! Kamu memang android tidak berguna! ....Mr.Zo, berikutnya biar kamu yang maju!”

    Merasa namanya terpanggil, seorang pria tinggi besar bertubuh body builder dengan pakaian serba hitam berikut kacamatanya (yang juga hitam) bangkit dari sofa panjang yang ada disana, lalu berjalan menghampiri Drizzle. Otot-otot besarnya terlihat sangat kuat dan kokoh, seolah dapat meremukkan tubuh seseorang dengan sangat mudah.

    “Kamu bisa mengandalkanku, pimpinan.” ujar Mr.Zo.

    “Tunggu!” selak seorang pria berambut punk dan berkacamata hitam. “Kalau Mr.Zo maju sekarang, itu sama saja buang-buang tenaga. Lebih baik kita hemat tenaga kita, karena kita tidak akan tahu lawan seperti apa lagi yang akan muncul selanjutnya.”

    Drizzle meneguk vodka-nya yang ada di atas meja. Vodka tersebut terhidang di dalam gelas berbentuk tulip dengan takaran yang sedikit. “Baik kalau begitu, Riefcoolz. Kerahkan saja yang ada dulu.”

    Riefcoolz, mengangguk setuju. “Ya. Lagipula android dengan rangking 'Maximirion' dan juga 'Elrond' seperti kita akan terlihat rendahan jika maju lebih dulu dibanding android dibawah kita.”

    “Wah, tidak bisa begitu. Itu curang namanya!” sambar Turgon.

    “Hei!! Kamu diam saja!” bentak Drizzle, “Dasar android tidak berguna! Lebih baik sekarang kamu mati!”

    Drizzle berjalan perlahan ke arah Turgon. Dan tiba-tiba tangan kirinya berubah menjadi tangan yang aneh, seperti tangan robot yang kesemua jarinya terdiri dari pisau runcing.

    “A-a-apa yang ingin kau lakukan? J-j-jangan Nyonya Drizzle, jangan!” Turgon terus mundur ke belakang dengan tubuh gemetar ketakutan serta panas dingin. Seolah sebentar lagi ajal menjemputnya.

    “Khuh.” Drizzle menyeringai seperti iblis, tidak menghiraukan kata-kata Turgon.

    “J-jangan Nyonya Drizzle! Kumohon jangan!!”

    Namun.....

    CRATS!!

    “Aaaaaakkhh!!!”

    Terlambat. Drizzle sudah lebih dulu memotong kepalanya, hingga darah bermuncratan dimana-mana. Namun mesin tetaplah mesin, seperti apapun warna darahnya, tetap banyak kabel yang putus pada bagian leher Turgon diikuti dengan aliran listrik yang memercik-mercik.

    “Sadis seperti biasanya.” ucap Aefvoel.

    “Yaa begitulah pimpinan kita.” Riefcoolz menimpali, sembari mengaduk kopinya yang terhidang diatas meja.

    Tiba-tiba seorang wanita datang menghampiri mereka. “Ada yang mau bir Champagne bersoda?” wanita tersebut membawa sebotol besar bir dan nampan berisi air perasan jeruk nipis sebagai pelengkap. Penampilan wanita itu sama seperti yang lainnya, memakai pakaian resmi serba hitam. Hanya saja, dia tidak memakai dasi, sama seperti Drizzle. Yang spesial darinya adalah tubuhnya yang seksi, meskipun wajahnya tidak secantik Drizzle.

    “Terimakasih Ms.D, kamu terlihat seksi sekali hari ini.” Riefcoolz menggombal kecil, tepat ketika Ms.D menuangkan Champagne yang ia bawa ke gelas mereka yang duduk disana: Aefvoel, Mr.Zo, dan Riefcoolz sendiri.

    Ms.D tersenyum tipis, tapi rona merah menyembul di kedua pipinya. “Aah, kamu ini, bisa saja.”

    Meski suasana sedang tegang karena ada pembunuhan di tempat itu juga, Ms.D terlihat biasa saja, seolah itu adalah hal yang lumrah dan sudah tidak aneh lagi baginya.

    “Hmm.. Nikmat sekali! Kamu memang pintar meracik minuman.” puji Mr.Zo setelah meneguk Champagne-nya.

    “Terimakasih... Kalian puas, aku pun puas,” balas Ms.D. “Oh iya, bagaimana tentang Zero? Apa devicenya sudah berhasil didapatkan?”

    “Belum. Kamu tahu sendiri kan itu akibat dari apa?” Aefvoel menunjuk mayat Turgon yang tadi dihabisi Drizzle.

    Ms.D terdiam, kemudian mengangguk pelan. Dia paham dengan kelakuan ketua organisasi sekaligus klannya tersebut. Bagi Drizzle, jika ada android yang gagal melaksanakan tugasnya, lebih baik mati saja. Jika tidak, dia yang akan membunuhnya, membunuh anak buah sendiri bukanlah perkara berat bagi Drizzle.

    “Sudah lihat, kan?”

    “Ya. Dan aku tahu kenapa itu.”

    “Baguslah.”

    “Oh iya, ngomong-ngomong dimana Ravenant?”

    “Ravenant? Dia ada di luar sana. Sedang santai menikmati angin.” tunjuk Aefvoel pada sebuah pintu berwarna coklat yang ada disamping kiri jendela.

    “Waktunya sebentar lagi tiba.” Ravenant menatap pemandangan sekitarnya berupa gedung-gedung bertingkat dan langit luas. Rambutnya yang panjang dan putih keperakan melambai-lambai di tiup angin. Matanya yang tajam nan datar itu tak lepas memandangi panorama yang membentang luas di hadapannya.

    Ravenant adalah satu-satunya android dengan rangking 'Legion' disana. Tentunya ia jauh lebih kuat dari teman-temannya yang lain, bahkan jauh lebih kuat dari Drizzle yang merupakan pimpinan organisasi mereka. Namun bagaimanapun juga, Ravenant tetap patuh terhadap Drizzle, walau terkadang pakaian Ravenant tidak seragam dengan yang lain dan tampil semaunya.

    Organisasi mereka yang sudah sangat lama berdiri itu bernama: 'Executioner'. Terdiri dari Aefvoel Drizz, Riefcoolz Drizz, Mr.Zo (Zolah Drizz), Ms.D (Dwiee Drizz), dan Drizzle Drizz. Mereka semua satu klan di Klan 'Drizz'. Hanya Ravenant yang berbeda, yaitu Klan 'Matz'. Jadi, nama panjang Ravenant adalah Ravenant Matz.
    Misi dari organisasi itu ialah melenyapkan umat manusia sekaligus mendominasi Planet Bumi. Saat ini, mereka masih bergerak secara misterius dengan menculik orang-orang untuk kemudian dibunuh, serta diambil jiwanya. Jiwa-jiwa tersebut mereka kumpulkan untuk sebuah tujuan yang sampai saat ini masih dirahasiakan. Hanya kalangan tertentu saja yang mengetahuinya.

    Sesaat, Ravenant memejamkan matanya, merasakan hembusan angin yang menerpa setiap bagian tubuhnya. Sangat sejuk. Setelah itu, ia kerjapkan kembali matanya, sambil bergumam, “Ariel Matsuyama. Suatu saat, kita pasti akan bertemu!”

    ------

    #SMU Swasta Estate, Jakarta - Indonesia

    Usai bertarung, Ariel kembali lagi ke sekolah. Namun, sungguh disayangkan, sekolah tempatnya menuntut ilmu mendadak dibubarkan karena penyerangan yang telah dilakukan oleh Depitnecoid. Ariel menghela nafas panjang. Baru saja dia sekolah disana sudah ada kejadian seperti ini. Bagaimana jika sudah lama? Yaa semoga saja tidak lebih buruk dari ini.
    Sekarang pasukan polisi sedang mengevakuasi sekolah itu. Mobil patroli mereka terparkir rapi di depan gerbang sekolah, serta garis polisi terpasang dimana-mana.
    Anehnya, tidak ada satupun murid yang dimintai keterangan perihal kasus tersebut. Yang dimintai keterangan hanyalah guru-guru dan kepala sekolah yang tidak begitu melihat mahluk seperti apa yang mengacau, malah ada yang tidak melihatnya sama sekali. Padahal jika polisi-polisi itu meminta keterangan pada semua penghuni sekolah termasuk murid-murid, mereka akan dapat info yang akurat dari Nabilah, Sonya, Ryn, atau Jeth. Tapi sayangnya, pemikiran polisi terlalu dangkal hingga tidak berfikir sampai kesana.

    Merasa tidak ada hal yang terlalu penting, Ariel berbalik, bersiap untuk pulang.

    Akan tetapi, tiba-tiba seseorang menghadangnya.

    --------

    #Hard Rock Cafe, Jakarta

    “Jadi, awalnya alat itu dari temennya Sonya? Cowok yang suka jalan sama Sonya? Ciri-cirinya gimana?” tanya Jeth. Tadi dia sengaja menghadang, lalu membawa dan mentraktir Ariel di cafe dekat sekolahnya, karena ada beberapa hal yang ingin ia tanyakan. Hal itulah yang membuatnya penasaran.

    “Ya. Sebetulnya alat itu punya temennya Sonya,” jawab Ariel, datar. “Rambutnya kayak nanas, gayanya tengil, terus wajahnya terlihat bodoh.”

    “Wah, berarti Agus, donk! Siapa lagi cowok yang mukanya bodoh yang suka jalan sama Sonya selain Agus.”

    “Kayak loe pinter aja.”

    Jeth langsung tersentak mendengarnya. “Apa??? Loe juga kayak pinter aja!”

    “Gw emang pinter. Problem?”

    “Grrrrgghh....”

    Dasar. Mereka masih saja sempat-sempatnya bertengkar. Tapi Jeth mencoba menahan sabar menghadapi sikap Ariel yang dingin dan angkuh seperti itu.

    “Oke, sampai dimana kita tadi?” tanyanya, setelah melahap sepotong hotdog yang terhidang diatas meja. Amarahnya sudah mereda sekarang.

    “Anak bodoh-

    Tanpa diduga, Jeth langsung melayangkan tinjunya ke wajah Ariel, tepatnya ke pipi bagian kanan.

    Takk!

    Namun dengan entengnya Ariel menangkis tinjuan tersebut dengan lengan kirinya, malah matanya saja berfokus ke segelas Kopi Vanilla Latte yang tengah ia aduk dengan tangan kanan.
    Jeth pun dibuat kaget. Baru kali ini ada yang bisa menangkis pukulannya dengan lagak santai seperti itu.

    Ariel memejamkan matanya untuk sesaat. “Dengan kemampuan begitu, serangan loe bakal gampang dibaca lawan. Pemukul amatiran macem loe butuh waktu sepuluh tahun kalau mau ngalahin gw. Ketenangan adalah kunci utama dalam berkelahi. Tanpa itu, loe nggak bakalan bisa ngebaca serangan lawan atau bahkan menyerang dengan baik,” tuturnya. Nada bicaranya sangat dingin bagai es. “Terus apa maksud loe tiba-tiba mukul gw kayak gitu?”

    “Karena loe udah ngatain gw 'Anak bodoh', tahu!!” omel Jeth.

    Ariel tersenyum tipis. Sangat tipis. “Khuh, ngatain loe? Gw cuma bantu loe nginget sampe dimana obrolan kita.”

    “Apa maksud loe??”

    “Bukankah obrolan kita tadi sampai di 'Anak bodoh'? Anak bodoh yang namanya Agus itu. Lantas kenapa loe yang marah?”

    “Ooh... Kirain.”

    “Makanya, dengerin dulu orang ngomong sampai selesai, baru komentar.”

    “Iya iya, maaf...”

    Jeth tersipu malu dengan apa yang sudah ia lakukan, sementara Ariel menatapnya dengan tatapan datar selama beberapa saat.

    “Eka Saputra. Itu kan nama asli loe? Sebenernya loe itu nggak bener-bener niat jadi berandalan.”

    “Eh?” Jeth terkejut dan mengerutkan keningnya. “Apa maksud loe?”

    “Maksud gw, loe cuma bocah naif yang berkelahi demi melindungi orang-orang yang loe sayang. Jauh di lubuk hati loe yang paling dalam, loe berniat ngelindungin semua orang.”

    “Fu fu fu.. Hahahaha... Menggelikan!” Jeth tertawa geli, tapi nadanya seperti dibuat-buat. “Jangan sok tahu, ya! Loe itu baru kenal gw tadi pagi, ngerti? Gw ini preman, pentolan, pembully di sekolah, banyak orang yang takut sama gw. Tapi cuma orang macem elu aja yang berani songong sama gw!” tunjuknya pada Ariel.

    “Begitu ya? Gw rasa itu semua cuma 'topeng'. Loe sengaja jadi preman sekolah karena sebuah alasan. Gw bisa ngebaca semuanya dari mata loe, bahkan dari awal kita ketemu. Yang namanya mata, nggak mungkin bisa bohong! Selain itu, loe pernah punya trauma yang cukup mendalam sama orang yang loe sayang, dan akhirnya loe jadi kayak sekarang ini. Apa loe nggak sadar kalau loe itu 'menyedihkan'?”

    “Gw peringatin sama loe ya, jangan sok tahu tentang gw!”

    “Sok tahu? Loe itu cuma lari dari kenyataan 'yang sebenarnya'. Dalam kenyataan, tidak ada cara selain terus melangkah maju tanpa menutup mata.”

    Greb!!

    Tiba-tiba Jeth kesal dan menarik kerah seragam sekolah Ariel, kemudian menatap tajam matanya. “Gw nggak tahu apa maksud loe ngomong kayak gitu sama gw. Yang jelas, gw nggak suka ada orang yang ikut campur masalah gw lebih dalem! Loe itu nggak tahu apa-apa tentang gw. Paham?”

    “Kenapa? Loe marah?” tanya Ariel dengan tenang. “Sedangkan bagi gw, gak masalah loe tanya hal yang cukup rahasia macem alat yang gw gunain buat berubah. Gw sengaja ngasih tahu sama loe supaya nanti kalau gw tanya pertanyaan yang cukup rahasia loe bisa ngasih jawaban ke gw. Dari awal di sekolah, gw udah sadar kalau orang macem loe punya sesuatu yang loe sembunyiin. Hal yang menarik bagi gw kalau bisa mengetahuinya.”

    “Terus apa pentingnya buat loe??” bentak Jeth, “Jangan samain hal aneh yang terjadi sama loe itu sama hal pribadi gw. Lagian, gw cuma mau tahu alat apa sebenernya itu.”

    “Hal pribadi? Jadi emang bener kan apa yang gw bilang tentang loe? .....Alat itu? Itu alat evolusi ciptaan sebuah organisasi rahasia. Udah cukup kan?”

    “Grrrgghh....” Jeth terbakar emosi, lalu mengayunkan pukulan ke wajah Ariel.

    Buk BUAGH!!

    “Aaagh!!”

    Jeth terpelanting dan terjengkal ke belakang, berikut kursi yang didudukinya (?)
    Ternyata Ariel berhasil menghindari serangan Jeth, serta membalas dengan tinjuan keras di wajahnya, membuat seisi cafe menatap ke arah mereka.

    Ariel berdiri, sambil menatap datar. “Gw udah bilang, loe butuh waku sepuluh tahun buat ngalahin gw! Dan ya, kita belum impas.” ucapnya, sesaat sebelum meninggalkan cafe.

    Jeth hanya menatap kesal sembari menyeka luka di hidungnya. Tubuhnya masih terduduk di lantai. Baru kali ini ia bertemu dengan orang yang mampu memukulnya sampai terjengkal seperti itu. Pukulan Ariel sungguh kuat bagai hantaman baja, pasti dia bukan orang sembarangan.

    ------

    Keesokan harinya di sekolah.....

    Seorang Guru Matematika bernama Pak Dayat mengumumkan sesuatu di depan kelas. “Perhatian kepada semuanya, mengenai kasus kemarin, agar tidak terlalu resah dan panik, karena polisi sedang mengusut kasus ini. Jadi, bapak harap, kalian tetap belajar dengan tenang seperti biasa dan jangan berfikir macam-macam. Sekarang, buka buku paket halaman 555 tentang Rente yang sudah kita pelajari minggu kemarin.”

    Murid-murid pun serentak menuruti apa yang diperintahkan guru mereka: Membuka buku paket halaman 555.

    “Nah, sekarang bapak coba tanya tentang 'Nilai Tunai Rente'. Contoh, Parto mendapatkan uang hasil ngeludruk sebesar 50.000 rupiah setiap bulan selama 2 tahun, mulai dari Januari 2013. Parto ingin menerima semua uangnya pada tanggal 1 Januari 2013 dengan bunga majemuk 2% per bulan. Jadi, berapa uang yang diterima Parto? ....Ayo, siapa yang bisa ngejawab?”

    Seisi kelas langsung tegang seketika. Sudah pasti tidak ada bisa menjawab soal tersebut. Tapi biarpun begitu, ada juga beberapa anak yang berfikir keras bagaimana cara memecahkan soalnya.

    “Ayo, ada yang bisa jawab?” tanya Pak Dayat, lalu matanya melirik Sonya. “Sonya Pandarmawan!”

    Sonya tersentak kaget. “I-i-iya pak.”

    “Berapa jawabannya?”

    “Ngh... Anu... Ng... Nggak tahu pak. Hehe,”

    “Hahahahaha!!” suara tawa langsung memecah di seisi kelas. Tentu saja tawa tersebut berasal dari siswa-siswa di kelas yang belum tentu bisa mengerjakan soal itu.

    “Hmm.. Kamu ini, cantik-cantik tapi blo'on.”

    “Maaf pak, tapi saya nggak sempet belajar, pak. Kan sibuk. Hehe,”

    “Alasan aja! Yasudah kalau begitu. Ehmm... Coba Jessyca Stefani Auryn! Kamu tahu berapa jawabannya?” Pak Dayat langsung merubah pandangannya ke arah Ryn.

    Ryn menggeleng cepat. “Saya juga nggak tahu, pak. Yaa bapak tahu sendiri lah saya itu sibuknya kayak gimana, jadi ya nggak sempet belajar juga.”

    “Halah, kamu, sama aja kayak Sonya, sama-sama cantik tapi blo'on.”

    Ryn hanya bisa tersenyum mangkir, begitupun Sonya. Sementara siswa-siswa di kelas menyoraki mereka habis-habisan.

    “Apa dia bilang?? Gw nggak bisa terima bidadari-bidadari gw dikatain kayak gitu! Kurang ajar!” geram Jeth dalam hati. “Gw bungkam mulutnya sekarang!” kemudian ia mengangkat lengan kanannya dengan tegas.

    “Ya, Jeth. Kamu tahu jawabannya?” tanya Pak Dayat. Dia dan guru-guru lainnya lebih mengenal Eka dengan nama samarannya: 'Jeth'.

    “Bukan! Tapi mau negesin kalau yang `blo'on` sebenernya bapak!”

    “Apa maksud kamu?? Berani-beraninya kamu menghina guru seperti itu!”

    “Emang kenyataan koq! Lagian ngapain belajar tentang Rente?? Itu kan ilmu yang digunain para Rentenir buat memeras orang. Berarti bapak ngajarin kita buat jadi Pemeras! Udah gitu bapak seenaknya aja ngatain Sonya sama Ryn itu blo'on, tanpa tahu gimana sulitnya buat mereka bagi waktu untuk belajar. Dasar guru egois!!”

    Seluruh siswa saling pandang. Lagi-lagi Jeth melawan guru. Dan untuk kesekian kalinya ia melawan guru demi membela orang lain. Sementara Ariel teman sebangkunya hanya tersenyum kecil sambil memejamkan mata dan memangku kedua tangannya di dada. “Ternyata memang bocah naif yang dibesarkan di negara yang damai,” gumamnya.

    “Jeth! Kamu saya hukum bersihin WC sampai jam istirahat!” gertak Pak Dayat pada Jeth.

    “Baik! Kalau itu mau bapak, akan saya turuti, biar bapak puas sekalian!” balas Jeth. Suasana makin tegang saja karenanya.

    “Selain itu, Sonya sama Ryn yang kamu bela, juga ikut bersihin WC bareng kamu!”

    “Apa???”

    “Tunggu!” sela Ariel, “Jawaban dari soal bapak itu '964.610,202 rupiah'.”

    “Ah!” Pak Dayat membelalak, “Darimana kamu tahu? Oh iya, kamu anak baru ya? Siapa nama kamu?”

    “Ariel Matsuyama.” jawab Ariel singkat.

    Untuk yang kedua kalinya, seluruh siswa saling pandang. Entah jawaban Ariel itu benar atau hanya asal-asalan semata. Tapi yang jelas, jawabannya terlihat sangat meyakinkan.

    “Oke, Ariel, bisa kamu jelaskan ke depan gimana cara kamu dapetin jawabannya?!” perintah Pak Dayat.

    “Kalau saya jelasin, apa yang bisa saya dapet dari bapak?”

    “Ya kamu bakal dapat nilai bagus di pelajaran bapak. Dan yang lebih menarik, setiap ulangan, kamu akan saya kasih nilai bagus.”

    “WOW!!!” teriak murid-murid, serentak. Beruntung sekali jika seandainya mereka bisa mendapatkannya.

    Tanpa banyak bicara, Ariel pun maju ke depan, mengambil spidol, kemudian menulis di papan tulis putih depan kelas.Angka demi angka, rumus demi rumus ia tulis, hingga akhirnya selesailah ia dengan jawabannya sebagai berikut:

    Diketahui,
    M = 50.000
    i = 0,02
    n = 2 tahun = 24 bulan

    NT = M [1+ (n-1) k = 1 (1+i)]

    = 50.000 [1+ (24-1) k = 1 (1+0,02)]

    = 50.000 [1+ (23) k = 1 (1,02)

    = 50.000 (1+18,29220412)
    = 50.000 (19,29220412= 964.610,202)
    Jadi, uang yang diterima Parto Rp.964.610, 202.

    Pak Dayat menganga melihat jawaban Ariel: Bagaimana mungkin anak baru seperti dia bisa menjawab soal yang anak lama saja mustahil bisa mengerjakannya?

    “Gimana, pak?” tanya Ariel.

    “Jawaban kamu benar! Hebat sekali!!”

    Prok prok prok prok!

    Murid-murid langsung bertepuk tangan untuk Ariel. Satu kata untuknya: Keren!!
    Betapa kagumnya murid-murid pada saat itu. Terutama Sonya dan Ryn yang matanya (seolah) sudah membentuk hati.

    “Baik Ariel, sekarang bapak tepati janji bapak.” ujar Pak Dayat.

    “Nggak usah, pak.”

    “Lho, kenapa?”

    “Kalau masalah nilai, saya nggak perlu bantuan siapapun. Kerja sendiri saya yakin bisa dapet nilai bagus. Gimana kalau tambahan nilai buat saya dituker sama kebebasan Jeth, Sonya, sama Ryn dari hukuman yang bapak kasih ke mereka!”

    “Cuma itu?”

    “Hn, ya.”

    “Ehmm... Oke, bapak turuti! Hukuman mereka bapak lepaskan.”

    Bukan main girangnya Jeth, Sonya, dan Ryn. Ekspresi mereka langsung terkejut tatkala Pak Dayat membebaskan hukuman mereka. Makin cinta saja Sonya dan Ryn pada Ariel. Sementara Jeth, dia keheranan: Padahal baru kemarin Ariel memukul wajahnya. Tapi kenapa sekarang Ariel menolongnya? Namun biar bagaimanapun, Jeth tetap berhutang budi pada pemuda dingin itu.

    ------

    Sementara itu....

    “Baik pak, semuanya jadi 7.777 rupiah.” di sebuah mall, seorang kasir wanita sedang melayani pria berdasi yang tengah menaruh belanjaannya disana untuk dibayar.

    “Oke, sebentar.” ucap pria tersebut.

    Akan tetapi, ekspresi sang kasir mendadak terkejut serta terkaget-kaget, sampai akhirnya....

    “Aaaaaaaarrgghh!!!!” ia berteriak histeris begitu melihat lelaki yang dilayaninya berubah menjadi sesosok android besi berbentuk Rusa dengan tanduk yang kokoh.

    Melihat hal itu, semua orang yang ada di dalam mall pun ikut berteriak, kemudian berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri. Sementara kasir tadi sudah dibunuh oleh si android.

    [Reedoid]
    Android rusa berkulit baja yang sangat kuat. Jurus andalannya berasal dari tanduknya yang dapat mengeluarkan petir.
    RANK: Royallion


    Lagi-lagi mahluk itu mengacau. Orang-orang dibuat ketakutan olehnya. Banyak dari mereka yang berhasil ia bunuh. Namun sayangnya, ia tidak memiliki kekuatan untuk mengambil 'jiwa' orang-orang tersebut untuk diberikan kepada pimpinannya. Yang memiliki kekuatan seperti itu hanyalah android 'elit kelas I' ke atas. Jadi, yang bisa dilakukan Reedoid saat ini hanyalah membunuh orang-orang saja.

    Tapi kelihatannya, kekacauan yang dibuat Reedoid itu tidak berlangsung lama, karena beberapa menit kemudian, serdadu-serdadu AERO terjun ke lokasi dan langsung menembaki Reedoid berkali-kali dengan Aka-48 mereka.

    Dziung dziung dziung dziung! Drrrrdd... Drrrrdd... Drrrrd...

    Peluru-peluru tersebut terus menghujani tubuh Reedoid sampai hampir tidak bisa berkutik.

    Akan tetapi, begitu salah seorang Tentara AERO lengah, ia memanfaatkan situasi tersebut dengan menghindar, kemudian meloncat dan menerkam tentara itu, lalu menghabisinya.

    Tidak puas sampai disitu, Reedoid juga menghabisi Tentara AERO yang lain, menanduk, serta menghantam tubuh mereka dengan ganas.Tidak lebih dari sepuluh menit, Tentara-tentara bersenjata itu terkapar semuanya. Reedoid benar-benar kuat, padahal jumlah Tentara AERO yang menyerangnya ada delapan orang.

    Akhirnya, Reedoid merasa bosan sendiri. Lalu ia berubah menjadi seekor Rusa robot berkaki empat dan berlari kencang meninggalkan tempat itu. Masih ada urusan yang baginya jauh lebih menarik dan lebih penting daripada sekedar membunuh manusia.

    ------

    “Hai Ariel...”

    “Ariel kamu hebat!”

    “Ariel, boleh minta nomor handphonenya?”

    “Nanti malem ada waktu nggak riel? Maen ke rumah dong Ajarin aku matematika!”

    Pada jam istirahat, di kantin sekolah, siswi-siswi kelas 2 IPA 2 nampak mengerubungi Ariel dengan ekspresi penuh kekaguman seraya memuji dan menggodanya. Ada yang berdiri, ada pula yang duduk di samping Ariel. Ternyata talenta yang ditunjukkannya di kelas tadi memberikan impact yang cukup besar bagi image-nya hingga menjadi pusat perhatian seperti itu. Padahal baru satu hari, bagaimana jika sudah satu bulan?

    Namun karakter Ariel tidak sama dengan laki-laki kebanyakan, sikapnya acuh, tak ada satupun sapaan, perkataan, atau bahkan ajakan dari gadis-gadis itu yang dijawabnya. Daritadi ia hanya duduk sambil menatap datar ke depan dan memangku kedua tangannya di dada.

    Sampai akhirnya, datanglah Ryn dan Sonya datang ke tempat tersebut.

    “Oi, ngapain kalian pada disini? Minggir!” perintah Sonya, membuat gadis-gadis yang mengerubungi Ariel menoleh ke belakang.

    “Iya buruan minggir!” sela Ryn, “Ada hal penting yang mau kita tanyain sama dia nih!”

    Dengan perasaan dongkol, gadis-gadis itu pun minggir, tapi sambil menyoraki mereka berdua: “Wuuuuuuu!!”

    Meski member-member Cherrybelle dan JKT48 sangat populer serta memiliki pengaruh besar di sekolah, tapi tidak sedikit murid-murid, khususnya murid perempuan yang tidak menyukainya. Entah karena iri atau ada beberapa member yang mereka benci.

    Kini hanya tinggal Ariel seorang diri, masih tetap dengan posisi seperti tadi.

    “Ariel... Makasih ya yang tadi.” Ryn menghampiri Ariel, kemudian duduk di samping kanan bangku panjang yang diduduki Ariel. Begitu matanya bertemu pandang dengan mata Ariel, jantungnya berdetak tidak karuan sembari bergumam, “Ya ampun... Akhirnya aku bisa natap mata ini lagi. Duuhh, jadi gak tahan.”

    “Makasih? Ke-

    Belum sempat Ariel meneruskan kata-katanya, tiba-tiba Sonya memotong.

    “Aku juga makasih lho sama kamu. Kamu itu betul-betul jantan.” lalu ia duduk di samping kiri Ariel. Mata onyx-nya membuat jantung Sonya berdebar kencang, sama tidak tahannya dengan Ryn. Belum lagi, wajah Ariel bisa dibilang diatas rata-rata artis pujaan mereka di luar negeri.

    “Oh iya, langsung to the point aja ya...” kata Ryn.

    “Jadi begini riel, selain kita mau ngucapin terima kasih, kita juga mau nanya tentang-

    “Heh!! Apa-apaan kamu, maen potong-potong aja!? Aku belum selesai, tahu!” omel Ryn pada Sonya.

    “Tapi aku kan juga pengen ngomong sama Ariel!” Sonya tidak terima.

    “Tapi nggak gitu juga caranya! Aku belum selesai tapi kamu udah nyerobot duluan!”

    “Yaudah si, janjinya kan nggak berantem kayak gini tadi.”

    “Abis, kamunya sih,,,”

    “Apa, hah? Kamu tuh yang nyolot.”

    “Jadi, siapa sebenernya yang ada perlu?” sela Ariel.

    Sonya langsung memasang senyuman 'sangaaat manis' dihadapan Ariel. “Ya aku dooonk...”

    “Enak aja, aku dulu.” serobot Ryn.

    “Yaudahlah whatever! Duluan sana!”

    Ryn pun memasang senyuman yang tak kalah manis dengan Sonya sembari menatap wajah Ariel yang tidak sama sekali menatapnya. “Jadi begini riel, ng.... Hehe, aku mau tanya tentang alat yang kamu pake buat berubah kemaren. Itu sebenernya alat apa ya? Kok mirip sama alat yang dipake sama anak sini juga, Agus namanya? Terus, ternyata . . . . . Kamu juga ksatria yang nolongin kita di hari sebelumnya. Kamu julukin diri kamu Assaulter Zero, kan? Sumpah, kita bener-bener nggak ngerti sama sekali!”

    “Selain itu, kamu juga nggak kayak 'manusia biasa', kemampuan yang kamu punya diatas rata-rata, apapun kamu bisa lakuin. Kenapa kamu bisa sesempurna itu, riel?” tambah Sonya.

    “Terus darimana asalnya mahluk-mahluk yang akhir-akhir ini sering muncul nyerang orang-orang? Apa ada hubungannya sama kekuatan kamu itu?” tanya Ryn, melanjutkan kata-katanya yang tadi.

    Ariel tersenyum kecil, hanya sudut bibir bagian kirinya saja yang naik ke atas. “Pertanyaan yang gak bisa aku jawab,” kemudian ia berdiri dan berjalan dua langkah. Lalu berhenti, seraya membelakangi mereka dengan kedua tangan yang berada dalam saku celananya. “Aku nggak bisa jawab pertanyaan itu. Karena kalian udah terlibat, aku cuma berharap kalian rahasiain hal itu.” pesannya, sesaat sebelum berlalu meninggalkan Ryn dan Sonya.

    Di koridor sekolah, Jeth berjalan sembari berdendang-dendang sebuah lagu yang merupakan lagu favoritnya: Separuh Aku by NOAH.

    Disamping Jeth, ada Nabilah yang juga ikut mendengarkan lagu tersebut bersamanya. Satu headset dia bagi dua, Nabilah di telinga kanan, dan dia sendiri di kiri.

    Nabilah juga ikut berdendang bersama Jeth dengan penuh sukacita. Mereka berdua berteman sangat akrab, bahkan Jeth menganggap Nabilah sudah seperti adiknya sendiri.

    “Aku ingin, kau merasa, kamu mengerti aku mengerti kamu...” dendang Jeth.

    “Aku ingin, kau sadari, cintaaamu bukan Ryn Chibi...” sambung Nabilah.

    Jeth mengernyitkan dahinya. “Lho kok Ryn Chibi?”

    “Hahaha...” Nabilah tertawa jahil.

    “Wah, penuh maksud nih...”

    “Iya, biar nggak mikirin Ryn terus, hahaha... Peace!”

    “Eet dah yak loe...”

    “Hihihi,”

    Tiba-tiba, Nabilah tersentak, matanya (seolah) membentuk hati tatkala melihat sesosok pemuda berjalan dengan tenang dengan kedua tangan di saku celananya.

    “WOW!!” teriak Nabilah.

    “Kenapa sih?” tanya Jeth keheranan.

    “Coba liat itu!” Nabilah menunjuk ke arah Ariel yang sekarang sudah melewati pilar, dan masuk ke area koridor.

    “Itu Ariel kan? Kenapa emangnya? Koq sampe segitunya??”

    “Dia itu keren, tahu! Liat aja caranya jalan. Udah gitu jenius banget, lagi.”

    “Iya, selain itu dia juga jagoan yang waktu itu nolongin kita di kebun!” sahut Jeth, dengan bicara yang terdengar sinis.

    “Oh iya!! Aku sampe lupa yang itu! Dia berubah jadi robot gitu, kan?”

    “Yaa begitulah. Kebetulan banget gw mau nanyain dia tentang hal itu.”

    Begitu jarak Ariel yang berjalan tersebut sudah dekat dengan mereka, Jeth lantas memberhentikannya.

    “Tunggu!”

    “Hn?” Ariel nampak bingung, tapi ekspresi wajahnya tetap saja datar.

    “Ariel. Ada beberapa hal penting yang belum selesai gw tanyain sama loe pas di cafe. Sebelumnya, makasih banget udah nolongin gw di kelas tadi. Gw berhutang budi banget sama loe. Tapi sekarang ini, tolong jawab dulu pertanyaan gw, sebetulnya alat apa yang loe pake? Terus darimana sebenernya asal mahluk yang loe lawan kemaren itu? Dan siapa loe sebenernya?”

    Ariel menatap tanpa arti ke arah Jeth. Tanpa menjawab satupun pertanyaan dari Jeth, ia pun berlalu. “Suatu saat, loe akan mengerti.” kemudian ia pergi meninggalkan Jeth dan juga Nabilah yang berdiri mematung di tengah koridor.

    Pertanyaan Jeth sama saja dengan Sonya maupun Ryn. Maka dari itu, Ariel malas menjawabnya. Apalagi jika ditanya 'darimana asalnya mahluk itu (Android)?' Makin enggan saja Ariel menjawabnya. Entah karena alasan apa.

    ------

    Rrrrrnnn.....

    Ariel memacu motor sport merahnya dengan kencang sepulang sekolah. Fikirannya saat ini sedang kacau. Memori-memori buruk yang 'entah apa itu' menghujani kepalanya yang terbungkus helm. Jika ingat memori tersebut, Ariel ingin sekali menghajar dirinya karena merasa tidak berguna pada moment itu.

    BRAKK!!

    Tiba-tiba motornya dihantam oleh sesuatu ketika masuk ke jalanan sepi. Ariel pun terguling ke samping.
    Tapi beruntung, karena tubuhnya yang terbalut jaket itu tidak lecet atau terluka sedikitpun.

    “Kau..., Apa maumu?” tanya Ariel, begitu tahu kalau yang menghantam motornya adalah sesosok android rusa dengan empat tanduk di kepalanya dan memiliki dua tangan serta kaki seperti layaknya manusia. Dialah android yang belum lama ini mengacau di sebuah mall: Reedoid.

    “Serahkan Z-Device itu padaku!” pinta Reedoid dengan kasar.

    “Khuh, jangan mimpi!” balas Ariel.

    Drap drap drap drap drap!!

    Tanpa banyak basa-basi Reedoid langsung berubah menjadi rusa robot berkaki empat dan berlari seraya ingin menyeruduk Ariel.

    Dengan cepat, Ariel melepas helm di kepalanya, kemudian melemparkan helm tersebut ke arah Reedoid.

    DUAAK!!

    “Grakkh!”

    Reedoid terjungkal ke samping begitu kakinya terhantam oleh helm milik Ariel. Bersamaan dengan itu, helm tersebut juga pecah, puing-puingnya berhamburan kemana-mana. Akhirnya tubuh Reedoid kembali ke wujud android biasa lagi.

    “Kau....,” geram Reedoid sembari berusaha bangun. “Kubunuh kau!! Grooaa!!!” teriaknya, seraya berlari ke arah Ariel dengan kedua tangan mengepal kuat.

    Mata Ariel menajam bagai elang. Begitu Reedoid mengayunkan tinju ke arah wajahnya, Ariel cepat-cepat menangkis menggunakan lengan kanannya, kemudian secepat kilat ia hantamkan punggung tangannya yang mengepal ke telinga Reedoid, setelah itu menendang perut Reedoid dengan lututnya. Reedoid mengerang kesakitan. Tapi, ia mencoba menjatuhkan Ariel dengan cara menendang pergelangan kakinya. Cara tersebut memang berhasil. Tubuh Ariel kehilangan keseimbangan dan meluncur ke arah kanan.
    Akan tetapi, Ariel berhasil menahan tubuhnya dengan kedua tangannya sebagai tumpuan. Lalu, dijepitnya kepala Reedoid menggunakan kedua kakinya, kemudian ia lemparkan kuat-kuat ke arah tembok.

    BRUAKK!!

    Tembok itu pun hancur, sesaat setelah mendapat tubrukan keras dari tubuh Reedoid.

    Aneh. Kuat sekali Ariel? Padahal dia sama sekali belum berubah. Dan tubuh lawannya juga sebagian besar terdiri dari besi dan baja. Jeth saja (yang juga manusia) waktu itu kesakitan memukul salah satu android. Kenapa Ariel tidak?
    Dan yang lebih aneh lagi, mengapa hanya dengan sebuah 'helm' Ariel dapat menjatuhkan Reedoid? Apa karena bobot lemparan Ariel sangat kuat sehingga mampu memberikan dorongan yang luar biasa? Entahlah. Yang jelas, untuk mengakhiri Reedoid, Ariel harus berubah menjadi Zero dan menggunakan serangan mematikannya.

    “Hebat sekali... Kamu ini orang macam apa sebenarnya?” Reedoid bangkit dari puing-puing yang menindih tubuhnya. Dengan susah payah ia berusaha untuk kembali berdiri. Di waktu yang bersamaan, Ariel memasukkan flashdisk berlambang `AERO` ke dalam port yang ada di samping kanan sabuknya.

    READY

    Sabuk pun mengeluarkan suara. Sesaat kemudian muncul seekor Phoenix robot yang melesat ke arah Ariel dan langsung ditangkap oleh telapak tangan kanannya. “Evolusi,,,” ucapnya yang kemudian menempelkan Phoenix tersebut di depan sabuknya.

    =EVOLUSI=

    Seekor Phoenix api berbentuk sinar turun dari langit, menukik tajam, dan seolah ingin menabrak tubuh Ariel dari depan. Kali ini, Ariel berlari dengan arah berlawanan menyongsong Phoenix itu.

    Zrrrratz!!

    Phoenix pun perlahan merasuk ke tubuh Ariel, sampai akhirnya ia berubah menjadi Zero.

    =EVOLUSI BERHASIL=

    “Hyaa!” Ariel melompat setinggi satu meter. Kebetulan sekali arahnya berlari tadi searah dengan tempat Reedoid terlempar barusan.

    Na'asnya, begitu Reedoid sudah kembali bangun,

    DUAAGH!!

    Wajahnya terhantam keras oleh tendangan Zero. Tubuhnya pun terpelanting lalu terguling ke belakang.

    “Aaarrgh, sial!” teriak Reedoid setelah tubuhnya berhenti berguling. Kemudian dengan susah payah, ia kembali berdiri untuk melanjutkan pertarungan. “Kali ini kamu akan mati!!!” teriaknya sekali lagi.

    Brzzt... Brzzt... Brzzt...

    Dari tanduknya tiba-tiba memercik sebuah petir yang semakin lama semakin kuat.
    Tidak lama setelah itu, petir tersebut langsung menyambar dengan cepat ke depan, tepatnya ke arah Zero.

    Terkesiap, Zero pun menghindarinya dengan melompat ke samping kiri. Tapi, petir itu kembali meluncur ke arahnya, membuatnya kembali melompat untuk menghindar, kali ini ke arah kanan.

    Setelah itu, Reedoid berkali-kali menembaki petirnya pada Zero. Tentu saja Zero terus menerus melakukan lompatan ke berbagai arah dan sesekali melompat acrobatic hanya demi menghindari serangan berbahaya tersebut.

    Ledakan terus terjadi disana-sini karena petir Reedoid yang tidak mengenai sasarannya, yaitu Zero. Petir tersebut terus melenceng ke arah lain serta mengenai sembarang target.

    Akan tetapi, beberapa menit kemudian petir tersebut berhasil mengenai Zero yang tiba-tiba lengah. Alhasil tubuhnya pun mengejang karena tersengat oleh petir itu, hingga akhirnya jatuh ke tanah dan berasap-asap.

    “Hahahahahaha... Hahahahahaha!!!!” Reedoid tertawa terbahak-bahak. Puas karena akhirnya berhasil menjatuhkan Zero. “Cuma sampai disitu kemampuan kamu, hah? Hahahaha... Sekarang, waktunya berdoa menjelang ajal, nak! Hahaha..” lalu ia mengangkat sebuah Truck Containner yang kebetulan memarkir disana, “Sekarang, saatnya kau mati! Dengan membunuhmu, peringkatku sebagai android akan naik menjadi `Ancalion`, hahaha... Ucapkan selamat tinggal pada dunia, nak! HEAA!!” akhirnya truck tersebut ia lemparkan ke arah Zero.

    Zero merasa tubuhnya keram akibat sengatan petir tadi. Mungkin, dia sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain berpasrah jika truck itu menimpanya.

    Truck pun semakin lama semakin mendekat.

    Dan....

    KWABOOOMM!!!

    Ledakan yang sangat besar terjadi, begitu Truck Containner tersebut menyentuh tanah. Sebagian besar area yang terdiri dari pabrik serta bangunan-bangunan tua hancur akibat efek dari ledakan itu.

    Reedoid berdiri sambil tertawa terbahak-bahak. “Hahahahaha!! Bocah itu pasti sudah mati! Sekarang tinggal kuambil saja sabuknya.” ia kemudian berjalan ke tempat dimana truck tersebut meledak. Dia merasa puas sekali, karena berfikir bahwa sebentar lagi Z-Device berhasil didapatkannya. Karena walau terkena ledakan sekalipun, device buatan AERO tidak akan hancur begitu saja.

    Dengan perasaan senang Reedoid menelusuri puing-puing yang ada disana untuk mencari mayat Zero.Tapi, sudah lama ia cari-cari, mayat Zero tidak juga ia temukan. “Aneh sekali. Apa dia sudah mati menjadi abu?” gumamnya setengah jengkel.

    “Disini, bodoh!”

    Tiba-tiba, suara seseorang mengagetkan Reedoid dan membuatnya menoleh ke belakang.

    “Uapaaa???” Reedoid kaget bukan kepalang begitu melihat siapa yang tiba-tiba muncul di belakangnya. “I-INI TIDAK MUNGKIN!”

    “Tcih! ...Hyaa!”

    DUAAGH!

    Tubuh Reedoid pun terpental akibat ditendang oleh sesuatu di belakangkangnya. Ternyata, itu adalah perbuatan Zero yang sulit dipercaya masih bisa bertahan hidup dari ledakan sedahsyat itu. Mungkin kekuatan fisik Ariel setara dengan armor Zero. Tubuhnya yang tadi sekarat pun bisa pulih dengan cepat. Betul-betul di luar dugaan.

    “Sekarang, aku akan mengakhiri hidupmu! Aku bersumpah akan menghancurkan seluruh ras kalian tanpa sisa, untuk membalaskan kematian kedua orangtuaku! Karena itulah, aku `Bertarung demi Dendam`!!” tunjuk Zero pada Reedoid yang terduduk di tanah.

    “Kau...,” Reedoid mencoba bangun, meski tertatih-tatih. “Aku yang akan membunuhmu lebih dulu!! Susullah orangtuamu ke Neraka!!!”

    Reedoid betul-betul android bertekad baja. Kondisinya sudah seperti itu masih saja nekad. Tapi nampaknya cukup sampai disitu saja tekadnya, karena Zero sudah memindahkan flashdisk di port sebelah kanannya ke port yang terletak di belakang punggung Phoenix yang saat ini menjadi mata sabuknya.

    =FINISH MOVE=

    Api pun langsung menjelar di kedua kaki Zero mulai dari ujung sepatu hingga terus menjalar sampai lutut.

    *** Zero Battle Song - start!!: Sheila On7 - Pemenang ***
    Bersiaplah...Bersiaplah...
    Berjuang tuk menjadi Pemenang!

    Bersiaplah... Bersiaplah...
    Persaingan di depan semakin berat!


    “Hup! Hyaa!!” kemudian assaulter tersebut meloncat ke atas, lalu terjun dan menendangi dada Reedoid yang berlari ke arahnya secara bertubi-tubi.

    Duk duak duk duak duk duak duk duak duk!! Duak duk duak duk!!

    Bunga api terus menerus memercik dari tubuh Reedoid. Sampai akhirnya,

    “Heaa!”

    DUAAGH!!

    =PHOENIX STRIKE=

    Tendangan terakhir Zero yang amat keras sanggup membuat Reedoid terpental sejauh empat meter dan terguling di tanah.

    Bersiaplah...Bersiaplah...
    Berjuang tuk menjadi Pemenang!

    Bersiaplah... Bersiaplah...
    Persaingan di depan semakin berat!
    *** Zero Fight Song end.. ***


    Begitu berhenti berguling, retakan-retakan muncul di tubuh Reedoid, mulai dari ujung kaki ke ujung kepala. Saat itu, ia berusaha bangun.

    Akan tetapi,,,

    “Gyaaaaaakkhh!!!”

    BUOOOMMM!!!

    Dia meledak sesaat setelah menjulurkan tangan ke depan. Na'as sekali. Maksud hati ingin bertahan, apa daya kekuatan tak sampai.

    Dibalik ledakan itu, Zero berdiri menatap birunya langit hari itu. Tapi, entah mengapa ia merasa belum puas setelah membunuh Reedoid dan android-android sebelumnya. Dalam hatinya, ia merasa belum semua dendamnya terbalaskan karena sebuah alasan lain.

    Alasan apakah itu? Kenapa Ariel enggan memberitahukan dari mana asalnya android kepada teman-temannya? Misteri apa lagikah yang disimpan oleh pemuda itu?

    =*=*=*=*=
    BERSAMBUNG
    ------------
    Android Ranks:
    - Pit Boss: ???
    - Legion: Android paling mengerikan yang pernah ada, hampir tidak ada yang sanggup mengalahkannya
    - Maximirion: Android Tingkat Bangsawan
    - Elrond: Pasukan Elit Android Kelas I
    - Ancalion: Pasukan Elit Android Kelas II
    - Royalion: Pasukan Militer Android yang diberi hak memerintah pasukan dibawahnya
    - Troophoon: Bala Tentara Android yang bisa diperintah kapanpun (Terkadang sendiri, terkadang berkelompok seperti Pasukan 'Vergusoid')
    Last edited by Assaulter_Zero; 01-02-13 at 22:37.

  9. #8

    Join Date
    Jan 2013
    Posts
    14
    Points
    14.74
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by -Pierrot- View Post
    Ini bakal jadi FanFic? gua move ke Creative Corner ya

    & dari Warningnya, kalo berlebihan nanti gua sensor.
    Sbenernya ini Tokusatsu ori yg blm pernah ada di Tv.. tapi tetep ke FanFic ya masuknya?
    thx ya um bantuannya..
    Oiya um, cara ganti Avatar dgn foto gimana ya? Maksudnya, gax pake gambar yg udah distick

  10. #9
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    kalo gitu bukan fanfic dong, gw kira fanfic soalnya di post#1 lu nulis fanfic

    yaudahlah uda trlanjur.

    mo ganti avatar pake picture bebas harus jadi premium member, tata caranya jangan ditanya dsini.

  11. #10

    Join Date
    Jan 2013
    Posts
    14
    Points
    14.74
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    Quote Originally Posted by -Pierrot- View Post
    kalo gitu bukan fanfic dong, gw kira fanfic soalnya di post#1 lu nulis fanfic

    yaudahlah uda trlanjur.

    mo ganti avatar pake picture bebas harus jadi premium member, tata caranya jangan ditanya dsini.
    Oiya um, maaf.. itu Warning pas gw dulu bikin FanFic, pas dipake buat OriFic ini blm diedit lagi.. Okelah gpp, udah terlanjur..

    Oh jadi gax bisa diganti sekrang tih avatarnya..

  12. #11

    Join Date
    Jan 2013
    Posts
    14
    Points
    14.74
    Thanks: 0 / 0 / 0

    Default

    UPDATE!!
    Spoiler untuk episode 4 :
    Episode 4: Pengendara Motor Tanpa Kepala
    #Kawasan Puncak Pass, pukul 00:00 WIB

    Greeng...Greeng...Greeng...Greeng...Greeng!!!

    Wush! Wush Wush Wush Wush!!!

    Para pembalap liar yang biasa balapan di tempat tersebut memacu motornya dengan sangat kencang, saling salip dan saling susul, seolah tidak ada yang mempedulikan keselamatan mereka masing-masing demi sebuah hadiah yang dipertaruhkan, yaitu uang sebesar tiga puluh juta rupiah. Tidak peduli dinginnya angin malam dan tidak peduli kelamnya cahaya di jalanan yang mendaki.

    Greeng!!!

    BRUAKK!!

    Seorang pengendara berjaket abu-abu memacu motornya dengan kecepatan tinggi dan berhasil menendang pengendara berjaket hitam yang ia salip dari samping hingga motornya terguling ke arah kiri, syukur tidak jatuh ke jurang yang ada disana.

    Pengendara yang yang menendang tadi menghentikan motor trailnya sejenak, kemudian membuka kaca helmnya seraya melirik pengendara yang baru saja ia tabrak. “Hahaha! Mampus! Dengan begini, gw bakal jadi Juara Pertama dan dapetin uang itu, sekaligus dapet gelar 'The Best Wild Rider of The Year' malam ini! Hahahahahahaha..” cibirnya, bangga. Setelah itu, ia kembali menggas motornya untuk mencapai garis finish yang tinggal beberapa meter lagi.

    “*******!! Liat aja pembalasan dari gw!!” maki si pengendara berjaket hitam yang masih jatuh terduduk di jalanan.

    Greeenngg...!!!

    “Woohooooo!!!” pengendara berjaket abu-abu tadi berteriak penuh kegirangan dan sukacita. Sebentar lagi uang dan ketenaran akan jadi miliknya, seperti itulah yang ia fikirkan sambil terus memacu motornya dengan kencang.

    Akan tetapi.....

    Sweep woosh!!

    Sebuah motor dengan kecepatan yang 'tidak terkira' berhasil menyalipnya. Pengendara berjaket abu-abu itu pun membelalak tak percaya. Mana mungkin ada pengendara lain secepat itu?Dengan penuh rasa penasaran, ia menambah kecepatan motornya untuk menyusul motor misterius tersebut.

    Greeng... Swoosh!!

    Ia berhasil. Pengendara misterius tadi tertinggal di belakangnya.“Hahaha.. Rasain loe! Loe nggak tau gw ini jagoan balap, ha?!” sembari tertawa, si pengendara berjaket abu-abu tadi menoleh ke belakang ketika pengendara misterius tersebut tertinggal jauh.

    Namun, begitu ia kembali menoleh ke depan, pemandangan yang tak lazim terpampang tiga meter di hadapannya. Disana, terlihat pengendara motor misterius tadi berhenti disana. Dan ia baru sadar sekarang kalau pengendara itu 'tidak memiliki kepala'. Tubuhnya tertutup jaket hitam, dan di tangannya terdapat sebilah pedang nan runcing yang siap digunakan untuk membunuh orang kapanpun.

    Ckiiiitt....

    Dengan perasaan panik, pengendara berjaket abu-abu tersebut mengerem motornya secara mendadak, hingga akhirnya tibalah ia di hadapan pengendara motor tanpa kepala itu yang kini tengah mengayunkan pedangnya.

    “M-m-mau apa kamu??” tanya si pengendara berjaket abu-abu tersebut, terbata-bata. Sementara pedang milik pengendara motor tanpa kepala itu sudah terayun menuju ke lehernya.

    “J-j-jangan! Jangaaann!!!”

    Cratss!

    "Aaaakkkkhhhh......"

    Takdir memang kejam. Hanya dalam hitungan detik saja, kepala pengendara motor berjaket abu-abu itu sudah terpisah dari badannya.

    Spoiler untuk Opening Theme :

    Bara Dadaku - Power Metal (Opening 2)

    Bara di dada ini takkan pernah padam! Kan kubakar semangatku menggelora!
    Mengejar semua angan dalam hidupku.. Ingin kudaki tinggi tangga dunia..

    Takkan henti walau duri-duri menghujam!
    Takkan lari walau bila badai yang menghadang!
    Kukayuh langkah kakiku semakin cepat..
    Akan kugapai semua keinginanku!

    Bila khayalan datang menghantui, ku usir dengan semangat dada ini!
    Bila mimpiku datang menghiasi, kubasuh kembali raut mukaku!
    Bila khayalan datang menghantui, ku usir dengan semangat dada ini!
    Bila mimpiku datang menghiasi, kubasuh kembali raut mukaku!
    Uwooh...

    |
    |
    v
    DOWNLOAD HERE
    3,7MB

    Spoiler untuk Pict Ariel, Jeth and, Nabilah :
    2 Artwork Unlocked!
    Ariel


    Jeth


    Tapi sorry, gambar Pengendara Motor Tanpa Kepala nya gax bisa diselesein, dikarenakan ada masalah external.. Harap dimaklumi.. Jadi cuma itu aja Artworknya.

    Bonus buat yg blm tau Nabilah, cz dia tampil di episode ini



    ----
    Minggu pagi di kediaman Keluarga Azalia.

    “Nabilah!! Nabilah!! Ayo turun dong, sayang... Temen kamu udah nungguin tuh.” teriak ibu salah satu member JKT48, Nabilah Ratna Ayu Azalia dari lantai bawah.

    “Iya maaah, sebentar...” sahut Nabilah yang masih berkemas-kemas di lantai atas. Ia memasukkan berbagai macam barang penting ke dalam sebuah ransel besar. Nampaknya hari ini dia akan pergi berlibur ke suatu tempat.

    Setelah merasa semuanya sudah lengkap, Nabilah pun turun ke lantai bawah, kemudian berjalan ke luar, menemui teman yang dikatakan ibunya tadi.

    “Jeth, sorry ya lama. Abis bawa banyak barang sih. Hehe.” tegur Nabilah pada temannya, Jeth, yang daritadi duduk menunggunya di motor Minerva berwarna biru.

    “Yaudah nggak apa-apa. Tapi laen kali kalau terlambat lagi loe harus cium gw!”

    “Yeee... Maunyaa...”

    “Hahahaa.. Yaudah yuk naek. Nanti keburu macet di jalan.”

    “Sip!”

    Nabilah pun naik dan duduk di motor Jeth sambil memegang erat pinggangnya.Tak lama, motor tersebut segera melesat meninggalkan kediaman Azalia.

    Nabilah dan Jeth Hari ini akan berlibur ke villa Puncak selama tiga hari, dari hari Minggu sampai hari Rabu. Mumpung sekolah mereka diliburkan sampai hari itu, makanya Nabilah mengambil inisiatif untuk berlibur di villa milik pamannya. Dia sengaja mengajak Jeth supaya ada yang menjaganya disana, selain itu karena Jeth adalah orang yang sangat akrab dengannya dibanding teman-temannya yang lain.

    Deru angin berhembus di sepanjang jalan, membuat Nabilah merasa sangat nyaman dan akhirnya tertidur di pundak Jeth. Jeth hanya tertawa kecil melihat kepolosan karibnya yang berwajah imut itu.

    Tidak terasa dua jam sudah berlalu, dan akhirnya mereka sampai juga di villa puncak milik paman Nabilah.

    Sesudah memberhentikan motornya, Jeth menggoyang-goyangkan pundaknya yang disenderi oleh Nabilah. “Woi woi, bangun woi! Udah nyampe nih.”

    “Uuh.. Apaan sih? Mamah jangan rese deh... Lagi enak-enak tiduran di pundak Leonardo D'Caprio, juga.” igau Nabilah.

    “Uurrbft...” Jeth menahan tawa. Leonardo D'Caprio katanya? Mirip saja tidak. Tapi tak bisa dipungkuri kalau dia bangga dikatakan seperti itu, nyatanya setelah melepas helm dia menata-nata rambutnya di depan kaca motor seolah menyamakan diri dengan Leonardo D'Caprio. Setelah itu ia kembali menggoyang-goyangkan pundaknya. “Woi woi! Bangun, udah nyampe nih!”

    Akhirnya Nabilah tersentak dan bangun. “Lho, Leonardo D'Caprio nya mana?” tanyanya setengah mengigau.

    “Lha ini di depan loe.”

    “Eh? Maksudnya loe?”

    “Yaiyalah, siapa lagi!?”

    “Hahahaha... Ngimpi jangan ketinggian. Kalau jatoh sakit banget looh...”

    “Siapa yang ngimpi? Barusan kan loe sendiri bilang kalo gw itu Leonardo D'Caprio.”

    “Yeee.. Kapan gw bilang kayak gitu?”

    “Belom lama koq. Hahaha. Makanya, jangan ngigo aja. Cuci tuh muka! Udah nyampe nih.”

    Dengan perasaan setengah bingung, Nabilah turun dari motor Jeth. Dia tidak sadar kalau tadi dia mengigau. Tapi ya sudahlah, yang penting sudah sampai di tempat tujuan dengan selamat.

    Tok tok tok!

    Jeth mengetuk-ngetuk pintu villa milik paman Nabilah. Villa tersebut adalah villa khusus untuk pemilik villa yang berjejer di kawasan itu.

    Tok tok tok!

    Setelah Jeth mengetuk-ngetuk pintunya sekali lagi, keluarlah seorang bapak-bapak tambun memakai kemeja kotak-kotak biru dan celana panjang hitam.

    “Iya. Ada yang bisa saya bantu?”

    “Om Bima!!” teriak Nabilah spontan.

    “Eh Nabilah...” balas Om Bima, tak menyangka. “Wah wah wah, kejutan nih. Terakhir om liat kamu di Tv. Gimana karir kamu, sukses?”

    “Sukses om!”

    “Nice job! Om seneng dengernya... Nggak nyangka bisa ketemu lagi. Udah besar ya sekarang. Terakhir kali kamu kesini pas umur delapan tahun, kelas 2 SD. Sekarang udah kelas berapa?”

    “Kelas 2 SMA, om.”

    “Wah, pantes makin cantik.”

    “Hehe. Om bisa aja.” Nabilah tersipu malu.

    Lalu untuk sesaat, Om Bima melirik ke arah Jeth. “Eh itu siapa? Pacar kamu ya?” godanya.

    “Eh?” gumam Jeth, terkaget. Masa tiba-tiba dibilang pacar?

    “iiih... Apaan sih om! Bukan koq.. Dia itu cuma temen, tahu!” sergah Nabilah dengan manja.


    “Ooh.. Begitu ya. Hahaha..” tawa Om Bima. “Eh tapi kalau om liat-liat kalian berdua cocok lho.”

    “iiih, si om....”

    “Hahaha.. Kenapa, bil?”

    “Om ngegodain aku terus. Lagian Jeth itu sama aku udah kayak abang - adek, jadi ya nggak mungkin pacaran lah.”

    “Terus pacar kamu siapa?”

    Nabilah diam sejenak, wajahnya tertunduk dan mendadak murung bercampur sedih. Matanya menyiratkan kesepian yang cukup mendalam. Nabilah punya masa lalu yang kelam dengan apa yang dinamakan 'pacar', kekasih, atau belahan jiwa. Dengan suara parau, ia menjawab pertanyaan omnya, “Nggak punya, om.”

    “Wah, masa cewek secantik dan sepopuler kamu nggak punya pacar?”

    “Iya om, emang nggak punya.” Nabilah masih dengan suara paraunya.

    “Kamu kenapa, bil?” dahi Om Bima mengernyit, bingung melihat ekspresi Nabilah yang 'mendadak' berubah, “Sakit ya?? Apa pertanyaan om kurang berkenan?? Maaf deh kalau begitu.”

    Tiba-tiba Jeth menyelak, sembari merangkul pundak Nabilah. “Oh nggak koq om. Nabilah ini cuma kecapean aja. Maklum perjalanan jauh. Tadi aja tidur di motor.”

    “Oohh.. Ya udah kalau begitu masuk dulu yuk!” ajak Om Bima.

    Jeth mengangguk, lalu merangkul Nabilah masuk ke dalam villa mengikuti Om Bima. Dia mengerti apa yang dirasakan Nabilah saat itu, dan apa masalahnya. Begitupun sebaliknya, jika Jeth sedang gusar, Nabilah mengerti apa yang dirasakan Jeth. Itu semua karena mereka sudah berteman sangat akrab, sehingga tahu kepribadian dan problem masing-masing...Di dalam villa, mereka bertiga asyik berbincang-bincang dengan berbagai macam obrolan, ditemani oleh tiga gelas coklat panas, mengingat hawa di puncak yang sangat dingin. Tak ketinggalan juga sekaleng biskuit sebagai pelengkap. Sekarang Nabilah sudah kembali ceria, karena ia terlarut dalam obrolan yang semakin seru, sambil sesekali tertawa bersama. Sementara Jeth kelihatannya sudah sangat akrab dengan Om Bima. Hingga akhirnya, lama kelamaan mereka sampai pada obrolan yang sangat serius.

    “Kalau masalah rame, dulu villa disini tuh yang paling rame pengunjungnya.” ucap Om Bima setelah menyeruput segelas coklat panasnya. “Tapi, itu semua berubah semenjak kejadian tiga tahun lalu.”

    “Emang kejadian apaan om?” tanya Jeth.

    “Kawasan puncak diteror sama hal yang berbau 'mistis'. Semenjak kejadian itu, orang-orang jadi males berkunjung kesini dan nyewa villa. Menurut masyarakat disini, yang neror itu sosok yang bernama 'Pemotaka'.”

    “Pemotaka?? Apaan tuh??”

    “Pemotaka itu singkatan yang diberikan sama masyarakat sini buat sosok 'Pengendara Motor Tanpa Kepala' yang sering membunuh orang-orang disini. Wujudnya kayak pengendara motor tapi kepalanya buntung, persis kayak Pastur kepala buntung yang jadi urban legend di Pemakaman Jeruk Purut. Kabarnya, Pemotaka beraksi malam hari, tapi jamnya gak tentu. Dan pagi harinya, selalu ada aja mayat yang tubuhnya terpotong-potong kayak dimultilasi. Sampe sekarang, mahluk itu masih berkeliaran dan menteror warga sini. Konon katanya, Pemotaka ini orang yang menuntut 'Ilmu Hitam'. Buat nyempurnain ilmunya itu dia ngebunuh orang sebanyak-banyaknya.”

    “Hiiyy... Sereem..” Nabilah bergidik sambil melipat kedua tangannya di dada. Sementara Om Bima melanjutkan kata-katanya.

    “Om bilang kayak gini bukannya mau nakut-nakutin kalian. Om cuma mau kalian lebih berhati-hati. Karena kalau kalian nggak diberitahu, bisa-bisa kalian keluar sembarangan terus tiba-tiba jadi korban mahluk itu.”

    “Wah, jangan sampe lah om,” ucap Jeth. “Makasih udah ngingetin kita. Sekarang kita akan lebih hati-hati.”

    Om Bima mengangguk. “Jeth, om minta kamu jagain Nabilah ya... Karena laki-laki sejati itu harus bisa melindungi wanita dengan segenap jiwa raganya!”

    “Siap om! Tugas saya disini emang ngejagain Nabilah koq selama liburan disini.”

    “Bagus. Itu baru namanya laki-laki!”

    “Oiya om, ngomong-ngomong kamar kita dimana ya? Tadi kan om sempet ngasih kunci villa ke kita.”

    “Ooh, itu. Dari sini kamu belok kanan, terus jalan kira-kira delapan kilometer sampai ada plang 'Villa Kencana'. Nah, disitu tempatnya. Villa buat kalian letaknya di pagar kedua dari kanan.”

    “Oke om. Sekarang kita mau ke villa kita dulu. Makasih ya...” Jeth beranjak dari sofa yang didudukinya, dan diikuti oleh Nabilah.

    “Sama-sama, Jeth.” balas Om Bima. “Jangan lupa pesan om yang tadi yaa...”

    “Sip om!”

    Kemudian Jeth bersama Nabilah keluar dari villa Om Bima dan berjalan menuju motor Minerva biru milik Jeth yang terparkir di depan villa Om Bima.

    Setelah Jeth dan Nabilah mengenakan helmnya, motor itu segera distarter oleh Jeth, dan melesat meninggalkan villa milik Om Bima menuju tempat yang dikatakan oleh pria tambun tersebut.....

    Sesampainya di tempat tujuan, motor milik Jeth langsung memasuki pagar panjang bercat putih urutan kedua paling kanan.Setelah melewati turunan panjang (namun tidak curam), motor Minerva biru Jeth berhenti di sebuah halaman yang di depannya terdapat empat jejer villa dengan nomor urut 005, 006, 007, dan 008.

    “Itu dia! Kamar kita 008 kan?!” kata Jeth.

    “Yap.” angguk Nabilah.

    Lalu mereka pun turun dari motor dan melepas helm masing-masing.

    “Oiya, Nabilah, gw mau beli makanan kecil dulu ya? Sama beli kopi buat kita. Loe tunggu disini sebentar sambil jagain motor, oke?!”

    “Okeh...”

    Dan Jeth pun berjalan meninggalkan Nabilah.

    “Udah lama nggak kesini banyak yang berubah. Cuma udaranya aja yang nggak berubah.” Nabilah memperhatikan sekelilingnya sembari menikmati udara segar disana. Sudah lama dia rindu dan ingin sekali kesini. Akhirnya kesampaian juga.

    Lalu tidak lama kemudian, begitu Nabilah berbalik ke belakang

    BRUKK!

    Tiba-tiba ia bertabrakan dengan seorang laki-laki.

    “Heh! Kalau jalan tuh li-

    Kata-kata Nabilah terhenti ketika tahu dengan siapa ia bertabrakan.

    “P-p-prince Charming... Wuaahh... Nggak nyangka bisa ketemu Ariel disini.” ucapnya kemudian.

    Ariel pun berdiri sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Nabilah. “Kamu nggak apa-apa?” tanyanya.

    “Ng...” Nabilah berfikir sejenak, lalu kemudian memegangi pergelangan kaki kanannya dengan maksud iseng-iseng 'berhadiah'. “Adu du duh, kaki kanan aku sakit nih. Sakit banget!”

    “Terus?”

    “Kamu pijitin aku donk... Kan kamu yang nabrak.”

    Ariel hanya diam menanggapi permintaan manja Nabilah. Terbesit di benaknya untuk langsung pergi saja.

    “Koq diem? Kamu kan laki-laki, jadi harus tanggung jawab donk!”

    Ariel menghela nafas mendengar kata-kata terakhir Nabilah. Dengan berat hati ia pun menyanggupinya. “Yaudah deh, aku tanggung jawab.”

    “Naah... Gitu donk...” Nabilah tersenyum dengan wajah manja. Dalam hati ia berkata: 'Yeah berhasil!' tepat ketika Ariel mulai memijit pergelangan kakinya.

    “Nggak kenapa-napa juga ini.” protes Ariel sembari memperhatikan pergelangan kaki Nabilah.

    “Apanya yang nggak apa-apa?” balas Nabilah, “Sakit banget tau! Nanti kaki aku yang mulus ini bisa infeksi deh...”

    “Iya, iya manja...”

    Nabilah menjulurkan ujung lidahnya, pipinya merona merah melihat Ariel melakukan itu. Selagi Ariel memijit, ia mengeluarkan handphone-nya kemudian merekam hal tersebut selagi Ariel tidak memperhatikannya. “Hihihi. Pokoknya nanti gw kasih tahu ini sama Sonya atau anak-anak yang tergila-gila setengah mati sama ni cowok. Pasti gw bakal jadi cewek paling hebat di sekolah! Hahaha.” gumamnya sembari tertawa.

    “Masih sakit nggak?” tanya Ariel.

    “M-m-masih masih. Terus donk ah... Tapi pelan-pelan yaa... Hihihi.”

    Ariel kembali memijit, tanpa memperhatikan Nabilah yang masih merekamnya.

    “Ni cowok sebenernya anak siapa sih? Koq bikin gw dag dig dug deh. Apalagi tatapan matanya. Nggak heran dia langsung jadi cowok idaman di sekolah.” gumam Nabilah. “Ng... Riel, kamu udah punya pacar belum?” tanyanya.

    “Pacar? Apa itu? Nggak minat.” jawab Ariel datar.

    “You say what?? Nggak minat? Kamu itu sebenernya normal gak sih?”

    “Setiap orang itu normal dengan kepribadian mereka masing-masing.”

    “Iya deh terserah. Mmm... Riel, kamu... Mau gak jadi.....”

    “Jadi apa?”

    “Jadi pacar aku?”

    “Ha?”

    “Ih koq malah 'Ha', sih? Jawab donk...” pinta Nabilah yang kemudian menggigit bibir bawahnya.

    “Nggak apa-apa. Cuman tadi kan aku udah bilang kalau aku nggak minat pacaran.”

    Nabilah cepat-cepat menyembunyikan handphone-nya begitu Ariel menatap ke arahnya. “Kalau nggak minat pacaran gimana nanti mau dapet istri? Pacaran kan ujungnya mengarah ke pernikahan buat membina keluarga.”

    “Sayangnya, itu bukan tujuan hidupku.”

    “Lha terus tujuan hidup kamu apa?”

    Ariel berdiri, lalu menjawab dengan tegas, “Balas Dendam.”

    “Eh?” Nabilah menganga campur bingung. Suatu hal yang sangat aneh untuk orang yang sudah dicap 'Prince Charming' olehnya. Karena baru kali ini ia melihat orang yang dianggap sempurna dalam segala hal memiliki tujuan seperti itu. Terlebih Ariel adalah pahlawan pembasmi monster. Seharusnya pahlawan itu punya rasa cinta dan kasih, peduli terhadap semua orang, serta rela berkorban, ramah, rendah hati, dan tidak sombong. Namun sayangnya, sampai saat ini, itu semua tidak terlihat pada diri Ariel. Malah ia cenderung kebalikan dari semua itu. Namun entah kenapa Nabilah sangat mengaguminya.

    “Aneh ah, riel. Masa balas dendam dijadiin tujuan? Apa gak ada tujuan laen?” tanya Nabilah.

    Tapi Ariel hanya menatap datar ke arahnya, kemudian berlalu pergi. Sifat Ariel sangat sulit dimengerti oleh siapapun.

    “Tunggu!” tiba-tiba Nabilah menahan Ariel yang baru berjalan empat langkah darinya.

    Ariel berhenti, lalu menoleh ke belakang, memperhatikan Nabilah dengan mata Onyx-nya.

    Nabilah pun berjalan maju mendekati Ariel. “Minta nomor HP-nya, donk. Hehehehe...”

    Dasar Nabilah. Ternyata hanya mau meminta nomor handphone.

    “Ya udah mana sini handphone kamu! Biar aku catetin disitu.” perintah Ariel yang langsung dituruti oleh Nabilah dengan memberikan handphone-nya.

    Setelah mencatat nomor handphonenya, ia segera mengembalikan handphone milik Nabilah.

    “Makasih banyak ya riel...”

    Tapi Ariel tidak menjawab, ia langsung pergi begitu saja meninggalkan gadis yang sekarang sudah tersenyum puas itu karena merasa telah mendapatkan semuanya.

    Di tengah jalan, Ariel berpapasan dengan Jeth yang ingin kembali ke villa dimana Nabilah menunggunya.

    “Lho?? Elu?? Ngapain loe disini?” tanya Jeth keheranan.

    “Loe juga ngapain disini?” tanya Ariel balik.

    “Yeeh, dia malah nanya balik. Gw disini tuh nyewa villa buat nemenin Nabilah. Ngerti, 'Buntut Ayam'? Makanya, rambut belakang tuh dibenerin, jangan dijegrakin gitu. Pantes aja otaknya nggak bener.”

    “Apa hubungannya? Dasar Muka Luwak. Apapun yang gw lakuin disini, itu bukan urusan loe.” Ariel pun melenggang meninggalkan Jeth.

    “Dasar orang aneh. Gw nggak ngerti sama jalan pemikirannya.” gerutu Jeth sambil masih memperhatikan Ariel yang sudah berjalan cukup jauh. “Ah, bodo amat deh. Daripada pusing mikirin, mending temuin Nabilah. Kasian udah nungguin daritadi.”

    Beberapa lama kemudian, Jeth sudah sampai di villa tempat ia menyuruh Nabilah menunggu. Ia membawa empat buah snack, empat buah mie instan, dan serenceng Kopi Cappuccino untuk diseduh.

    “Wah Jeth, banyak banget bawaan loe?” tanya Nabilah.

    “Nggak apa-apa. Biar nanti gak beli-beli lagi.” jawab Jeth. “Oh iya, ngomong-ngomong tadi loe ketemu sama Si Buntut Ayam nggak? Soalnya gw liat-liat dia abis dari arah sini.”

    “Buntut Ayam? Siapa?”

    “Masa loe nggak tahu? Itu lho.... Si Ariel Matsuyama.”

    “Ooh.... Dia? Iya, tadi gw ketemu. Malah sempet dipijitin sama dia. Hehehe.”

    “Hah, dipijitin?? Masa sih orang model dia aja mau mijitin loe??”

    “Nggak percaya? Gw ada rekamannya nih di HP.”

    “Mana coba liat!”

    Nabilah pun mengeluarkan handphone-nya, kemudian mengajak Jeth untuk melihat rekaman yang ia maksud.

    Akan tetapi, ketika Nabilah mencari-cari di file demi file dan folder demi folder, ia tidak menemukan vidio hasil rekamannya. Tentu saja gadis manis berambut panjang sebahu itu kaget dibuatnya.

    “Lho kemana tuh vidio?? Perasaan tadi udah gw save deh.”

    “Yakin loe dipijtin si Ariel?” mata Jeth memicing jahil, seolah 'percaya tidak percaya' dengan Nabilah.

    “Yakin donk! Suer deh!” balas Nabilah.

    “Terus mana rekaman yang loe bilang itu?”

    “Tadi udah gw save koq. Tapi gak tahu kenapa tiba-tiba ilang.”

    “Hmm... Sebelumnya HP loe ini pernah dipegang sama siapa?”

    “Sama Ariel. Emang kenapa? Tadi gw minta nopenya dia, terus dia minta HP gw buat nyatet nopenya disitu.”

    “Urrfb... Hahahahaha...”

    “iiih koq ketawa sih?”

    “Dia minta nope loe buat catetin nopenya disitu? Setahu gw orang kayak Ariel gak mungkin ngasih tahu hal pribadinya termasuk nomor handphone ke sembarang orang. Kecuali, kalo dia punya tujuan tertentu. Gw rasa dia minta HP loe buat sekalian ngapus vidio itu.”

    “Ah masa sih? Tadi pas gw rekam dia nggak ngeliat koq.”

    “Nggak ngeliat apa pura-pura nggak ngeliat? Sebenernya gw males ngakuin ini, tapi sosok sempurna kayak Ariel itu bisa ngelakuin apa aja. Sifatnya gak bisa kita duga. Mungkin berpengaruh sama tindakannya.”

    “Wah... Gagal deh gw kalo gitu.”

    “Gagal apa?”

    “Oh nggak, gak apa-apa.

    “Ya udah, gak usah dipikirin. Apa untungnya coba curi-curi kesempatan sama orang autis yang sok cool kayak gitu? Nyebelin pula. Mendingan sama gw deh yang kerenan dikit.”

    “Yeee pede mampus loe!”

    “Hahaha... Ya udah mendingan ngopi sambil nonton DVD Naruto yuk! Gw bawa tuh di tas.”

    “Wah, Naruto? Film kesukaan gw tuh. Hayuk!”

    Dan mereka pun masuk ke kamar nomor 008 untuk minum kopi dan menonton DVD Naruto
    .
    .
    .
    Pada malam harinya.....

    Di kamar nomor 007, Ariel terlihat berdiri kamarnya yang besar itu sambil menggenggam sabuk Zero di tangan kanannya.

    Rupanya kamar Ariel bersebelahan dengan kamar Jeth dan Nabilah. Hanya saja, mereka berdua tidak tahu kalau kamar nomor 007 itu adalah kamar Ariel. Karena, ketika Jeth ataupun Nabilah ada di luar, pasti Ariel ada di dalam, begitu juga sebaliknya.

    Saat ini, fikiran Ariel bercampur, antara dendam, kebencian, dan rasa menyesal. Dengan perasaan dongkol ia membanting sabuk yang digenggamnya itu ke kasur dan merebahkan dirinya sendiri sambil menatap langit-langit kamar. Sudah seminggu berlalu sejak ia mengalahkan Reedoid. Sejak saat itulah, ia lebih keras melatih fisiknya agar dapat mengimbangi kekuatan android yang ia buru demi ambisinya. Ia tidak menyangka sama sekali kalau waktu akan kejebolan oleh sengatan listrik yang dilancarkan oleh android sekelas Reedoid. Belum lagi, android yang bermunculan selama seminggu itu makin lama makin kuat saja, atau setidaknya mempunyai taktik yang sulit ditebak. Entah mengapa ia merasa sangat tidak berguna setelah menghabisi bermacam-macam android selama seminggu ini. Baginya, ada satu android yang patut dia habisi. Dan android itulah yang membuat perubahan pada hidup serta diri Ariel. Namun, sampai sekarang, android itu belum juga menampakkan diri di hadapannya

    Setelah beberapa menit rebahan sambil merenung, Ariel beranjak bangun dari kasurnya. Kemudian mengambil remote dan menyetel TV. Tapi, hampir semua siaran televisi terlihat sangat membosankan hari ini. Sinetron dan Sinetron saja. Akhirnya ia memutuskan untuk menonton TVRI. Kebetulan di acara itu terdapat salah seorang karyawan AERO sebagai narasumber. Di acara tersebut, ia mengatakan kalau dahulu peradaban manusia sangatlah maju. Lebih dari ribuan tahun yang lalu ada seorang manusia yang melakukan sebuah penelitian ke luar angkasa. Disana, ia mencari bahan untuk menciptakan tekhnologi nano yang dapat membuat seseorang hidup abadi. Selain itu, dengan tekhnologi tersebut ia ingin menghidupkan kembali kedua orangtuanya yang sudah mati. Akhirnya, penemuannya yang ia gunakan untuk menghidupkan orangtuanya berhasil. Tapi sayang, penemuannya untuk hidup abadi gagal. Setelah itu, karyawan AERO tidak tahu lagi kejadiannya. Yang jelas, setelah kejadian tersebut, terjadi perang antara mahluk dari berbagai planet yang mengakibatkan bencana besar di seluruh galaxy. Bencana itu membuat peradaban semua mahluk kembali ke titik nol, kecuali planet misterius yang dijadikan tempat penelitian tekhnologi nano tersebut.

    Entah apakah yang dikatakan orang itu benar atau hanya kamuflase semata. Tapi, itu semua membuat Ariel penasaran. Ia beranggapan kalau ini sedikit-banyak ada kaitannya dengan 'android'. Berita yang sangat bermanfaat yang pernah Ariel tonton. Dia pun jadi mendapatkan PR hari ini. Dan PR tersebut secepatnya harus ia selesaikan.

    Sementara itu, setelah lewat pukul 12 tengah malam, sekelompok muda-mudi terlihat sedang bersenang-senang di sebuah hutan dekat gunung yang ada di kawasan Puncak. Muda-mudi yang terdiri dari anggota pembalap liar itu berpesta pora sambil mabuk-mabukan dengan pacar serta kawan-kawan mereka. Pergaulan bebas terlihat sangat kental disini. Hanya diterangi oleh api unggun saja mereka bisa menikmati pesta pora mereka dengan sorakan dan sukacita.

    Akan tetapi, mereka tidak menyadari, kalau daritadi ada sesuatu yang mengawasi mereka.

    Tidak jauh dari sana, seorang pemuda yang merupakan salah satu anggota genk pembalap liar itu terlihat sedang asyik berciuman dengan pacarnya yang juga anak genk pembalap liar. Setelah selesai berciuman, si pemuda meminta izin kepada pacarnya tersebut, “Honey, sebentar ya. Aku mau kencing dulu.”

    “Ya ampun, kamu mah... Ya udah, tapi jangan lama-lama ya honey...” jawab pacarnya.

    “Oke honey...”

    Dan pemuda itu pun pergi ke balik pohon dengan maksud ingin buang air kecil.

    Namun, belum sampai pemuda itu di tempat tujuan, sesuatu menghadangnya dan membuatnya terkejut setengah mati.

    “SETAANN!!! SETAANN!!! Tolong ada ***** kepala buntung!!! Tolooong!!!” si pemuda preman tersebut berteriak-teriak panik sambil berlari ke arah rombongannya.

    “Si Slamet kenape tuh?” tanya salah seorang yang ada di rombongan.

    “Nggak tahu.” jawab yang seorang lagi.

    Namun, pertanyaan mereka langsung terjawab begitu melihat Pengendara Motor Tanpa Kepala yang sering disebut Pemotaka memacu motornya ke arah mereka.

    “UWAAA!!! ADA KEPALA BUNTUNG!!! TOLOOONNGG!!!” pekik seorang pemuda gondrong yang ada di rombongan tersebut.

    Tentu saja semuanya lari kocar-kacir menuju motor mereka yang mirisnya terparkir cukup jauh dari mereka. Sementara Pemotaka makin gencar mengejar mereka, meskipun ada beberapa yang sudah menaiki motor mereka.

    “Uwaaahh!!!” teriak salah satu anggota pembalap liar yang sedang dikejar oleh Pemotaka. Motor orang itu kalah cepat oleh motor milik Pemotaka. Sampai akhirnya.

    CRATS!!

    “Aaaakkhh!!!”

    Kepalanya berhasil ditebas oleh pedang Pemotaka.

    Tidak puas mendapat satu korban, Pemotaka mengejar yang lainnya. Kali ini, Pemotaka mendapat korban seorang gadis berambut panjang sebahu, namun penampilannya sedikit tomboy. Dengan nafas terengah-engah si gadis terus berlari dengan harapan selamat dari Pemotaka.Namun, nasibnya tidaklah mujur. Tiba-tiba saja kakinya terantuk batu dan terjatuh.
    Pemotaka yang sudah mendekat segera mengayunkan pedangnya untuk memotong bagian tubuh gadis itu.

    Akan tetapi.....

    DUAAGH!

    Tubuh Pemotaka mendapat tendangan terbang dari seorang anak muda dengan sangat cepat dari arah kanan, membuat Pemotaka terguling ke samping kiri bersama motornya.

    Dari penampilannya, tentu saja anak muda tersebut bukan salah satu dari anggota pembalap liar. Dia adalah Ariel Matsuyama yang datang tiba-tiba di tempat itu.

    “Cepat lari dari sini!” perintah Ariel datar.

    “i-i-iya bang. Makasih banyak ya...” balas si gadis yang kemudian berlari menyelamatkan diri.

    Kini, hanya tinggal Ariel dan Pemotaka saja di tempat itu.

    “Jadi berita yang ada di koran itu bener ternyata. Pemotaka. Kamu rupanya mahluk yang nyata.” kata Ariel. Lalu diambil sebuah flashdisk berlambang AERO yang terletak di dalam saku celananya. Di pinggangnya sudah melingkar sabuk metalik yang sering ia gunakan untuk berubah.

    'READY!'

    Suara tersebut menandakan kalau Ariel sudah memasukkan flashdisknya ke dalam port yang ada di samping kanan sabuk itu.Tidak lama, sebuah robot phoenix kecil langsung melesat ke arahnya dan ditangkap dengan mantap oleh telapak tangan kanannya.

    “Evolusi!” ucap Ariel, seraya menaruh phoenix robot itu di depan sabuknya. Dan seketika itu juga muncul cahaya merah besar berbentuk Burung Phoenix dari langit yang merasuki tubuh Ariel dari depan hingga akhirnya ia berubah menjadi Zero.

    [EVOLUSI BERHASIL!!]

    “Kau... Siapa kau sebenarnya??” tanya Pemotaka setelah kembali bangun dari jatuhnya.

    “Satria yang bertarung demi sebuah ambisi, Assaulter Zero. Simpan itu dalam ingatanmu!” jawab Zero yang kemudian menunjuk Pemotaka dengan tangan kanannya.

    “Hoo.. Jadi kamu seorang assaulter ya? Kalau begitu, kamu musuh saya! Karena saya adalah android kelas Elrond! Nama saya adalah Headlessoid.”

    [Headlessoid]
    Android iblis berkekuatan misterius dan sangat berbahaya. Di lehernya yang tanpa kepala itu terdapat api yang berkobar. Senjata andalannya adalah pedang iblis yang bernama 'Zariche'.
    RANK: Elrond (Pasukan Elit Android kelas II)

    “Jadi rupanya kamu android? Bagus! Kalau begitu, matilah!” Zero berlari maju menyongsong Headlessoid sembari mengeluarkan pisau di kedua tangannya seperti biasa.

    “Begitu juga dengan kamu!” Headlessoid berlari ke arah Zero seraya ingin menyerang dengan pedangnya.

    Begitu jarak mereka masing-masing sudah dekat, mereka pun bertarung sengit dengan senjata andalan masing-masing.

    *** Zero Fight Song START!! - Pemenang by Sheila On7 ***

    Zero berhasil menebas Headlessoid bertubu-tubi dengan telak di dadanya. Namun, tiba-tiba saja Headlessoid melompat setelah kena serang, dan begitu sampai di depan wajah Zero, Headlessoid membuka serangan dengan tendangan lompat berputar yang diarahkan tepat ke wajah Zero.

    BUAAKKK!!!


    ...tendangan Headlessoid mendarat dengan keras di wajah Zero, dengan bunyi yang menggema. Zero pun terguling ke belakang dan cukup mendapat rasa sakit di wajahnya yang tertutup topeng itu.

    "Tcih. Hebat juga." kata Zero, seraya berusaha bangun sembari menahan sakit.

    Belum cukup samapai disitu, Headlessoid berlari ke arah Zero lalu melancarkan tebasan berkali-kali.

    TRINKK TRANKK!!! TRINKK TRANKK!!! TRAAANKKK!!!

    SRET!

    BASH!!!!


    "Egh!"

    Zero memblok semua hujan tebasan Headlessoid dengan pisau di kedua tangannya. Tapi tebasan terakhir Headlessoid sempat memaksanya mundur satu langkah ke belakang.

    "Jadi begitu rupanya." ucap Zero. Kemudian ia pun berlari ke arah Headlessoid, seraya ingin kembali melanjutkan pertarungan.

    Wuttt!!

    DUAKKH!!


    Zero menendang perut Headlessoid sampai membuatnya terbang ke belakang sejauh beberapa meter. Namun, itu masih belum cukup untuk membuatnya tenang...
    Begitu mendarat di tanah dengan kedua kakinya, assaulter itu kembali merangsek ke arah Headlessoid, kali ini dengan kecepatan lebih tinggi. Kemudian...

    "Hup hia!!" Zero menarik tangan kanannya yang memiliki pisau, bersiap untuk menusukkan pisau itu ke arah dada Headlessoid.

    Akan tetapi, serangan Zero yang terang-terangan itu dapat dibaca oleh Headlessoid. Dengan cepat, ia mempersiapkan pedangnya untuk menepis tebasan Zero.

    Bwett!!

    "Apa??" Headlessoid tersentak kaget. Sedetik setelah Zero sampai persis di depanya, Zero tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Rupanya ancang-ancang tadi cuma tipuan.

    "Hiaaah!!!"

    JDUAKKKH!!!

    Akhirnya, Headlessoid dibuat terlempar oleh tendangan yang dilancarkan oleh kaki kanan Zero, dan kembali ke wujud aslinya.

    *** Zero Fight Song END ***

    Rupanya wujud asli Headlessoid ialah manusia, lebih tepatnya seorang laki-laki yang tampangnya sama sekali tidak menunjukkan kejahatan, malah terlihat teduh. Dengan perasaan panik, ia pun mengeluarkan sebuah benda seperti bola kecil. Begitu ia lemparkan ke tanah, bola tersebut mengeluarkan asap dan ia pun lenyap dari pandangan mata, tepat ketika Zero ingin menangkapnya.

    “Sial!” umpat Zero kesal.

    Siapakah android itu sebenarnya?
    ----
    #Excecutioner base, pukul 07:00
    “Apa?? Kamu baru bunuh satu orang hari ini??” protes Drizzle sembari menggebrak meja. “Nggak biasanya kamu seperti ini! Jiwa yang kami butuhkan itu seribu orang! Kalau satu hari cuma dapat satu, kapan terkumpulnya?? Sedangkan dalam setahun ini kamu baru membunuh kurang lebih delapan ratus orang. Gimana sih kamu ini?!” lanjutnya.

    “Betul itu,” Riefcoolz menimpali. “Kemarin-kemarin saya rasa kamu nggak bermasalah. Kenapa sekarang malah begitu?”

    Saat ini, Drizzle dan petinggi-petinggi lainnya sedang memarahi anak buah mereka yang pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Anak buah mereka itu ialah Headlessoid yang sudah hampir satu tahun menteror warga Puncak.

    Sekarang Headlessoid sudah kembali ke wujud manusianya yaitu seorang laki-laki bernama Yuda. Yuda daritadi hanya menunduk penuh rasa bersalah. Sampai akhirnya ia berani bersuara. “Maaf para pimpinan semuanya. Sekali lagi maaf. Saya benar-benar menyesal. Kalau saja tadi malam tidak ada assaulter itu, pasti saya sudah dapat banyak korban hari ini.”

    Drizzle mengernyitkan dahinya. “Assaulter?? Apa yang kamu maksud itu Zero??”

    “Iya pimpinan.” Yuda mengangguk lemah. "Dia bilang kalau dia adalah Satria yang bertarung demi sebuah ambisi, Assaulter Zero."

    “Kurang ajar! Lagi-lagi dia! Dia selalu saja menggagalkan rencana kita! Kalau begini terus, kita akan sulit untuk bergerak! Oh iya, Yuda, bukannya kamu sudah saya rubah menjadi android kelas elit? Kenapa bisa-bisanya kamu kalah sama dia??”

    “Maaf, tapi Zero itu jauh lebih kuat dari yang saya perkirakan... Ngomong-ngomong apa kalian akan menepati janji kalian untuk menghidupkan kembali 'Murni', pacar saya? Janjinya kan dulu kalau saya bekerja pada kalian, kalian akan menghidupkan Murni kembali?”

    “Janji itu pasti kami tepati! Tapi, tentunya sampai kamu mendapat seribu jiwa dari membunuh seribu orang.”

    “Tapi apa nggak bisa dipercepat? Saya sudah tidak tahan lagi kesepian seperti ini. Saya sayang sama Murni lebih dari jiwa saya sendiri.”

    “Khuhuhu.. Menyedihkan sekali. Kalau begitu, Zero juga harus kamu bunuh, dengan segenap jiwa ragamu! Karena, Zero itu adalah penghalang untukmu! Jika Zero sudah mati, maka pekerjaanmu akan jadi lebih mudah. Jangan lupa, jika kamu berhasil membunuh Zero, bawa sabuknya kepadaku!”

    “B-baik, pimpinan! Saya akan berusaha sampai titik darah penghabisan! Apapun akan saya lakukan asalkan Murni bisa kembali seperti dulu!”

    “Bagus! Kalau begitu jangan sampai gagal lagi!”

    “Siap pimpinan! Saya berjanji tidak akan gagal lagi!”

    Setelah itu, Yuda beranjak dari ruang VIP markas Excecutioner, dan berjalan menuju ruangan lain yang juga ada di markas tersebut. Di ruangan itu, ada sebuah tabung kaca besar dengan air berwarna kebiruan. Di dalamnya, terdapat tubuh seseorang dengan banyak selang infus. Meskipun belum jelas itu siapa, tapi bisa dipastikan kalau itu adalah wanita.

    Dengan perasaan sedih yang mengharu biru, Yuda menghampiri tabung tersebut, kemudian memeluknya.

    “Murni.... Sudah sekian tahun kita berpacaran, tapi takdir berkata lain. Kamu begitu cepat meninggalkanku. Tapi, aku janji, aku akan merubah takdir dengan caraku sendiri! Pasti! Pasti aku bisa membuat kamu hidup kembali!”

    Cinta sudah membutakan Yuda. Bahkan dia lari dari kenyataan kalau Murni sudah dipanggil oleh Sang Pencipta. Maka dari itu, dia memutuskan untuk bergabung dengan Excectioner ketika ia bertemu dengan salah satu petinggi organisasi itu, Riefcoolz. Pada saat itu, Yuda yang sedang depresi ditawari oleh Riefcoolz untuk bekerja sama. Sebagai balasannya, Murni akan dihidupkan kembali oleh Organisasi Excecutioner. Akhirnya, Riefcoolz membawa Yuda ke pimpinan Excecutioner, Drizzle, lalu dirubah menjadi manusia setengah android. Drizzle pun memberi perintah pada Yuda untuk membunuh seribu orang, sebagai syarat untuk menghidupkan Murni kembali. Yuda yang menyanggupi hal tersebut akhirnya menjadi Headlessoid yang menteror serta membunuh banyak orang di kawasan Puncak yang merupakan tempat tinggalnya sendiri dulu.

    Cinta memang indah, bisa memberikan warna dalam kehidupan seseorang. Akan tetapi, cinta juga bisa membuat seseorang gila bahkan merubahnya menjadi mesin pembunuh yang mengerikan.
    ----
    #Taman Olahraga Puncak Pass, pukul 07:30

    “Satu dua tiga empat! Satu dua tiga empat! Yo, balas putar!”

    Terlihat seorang wanita sedang memimpin senam kebugaran di taman itu. Bajunya sangat minim dan seksi, begitu pula dengan wanita-wanita yang ikut senam di belakangnya. Yaa pemandangan seperti ini memang sering terlihat di taman setiap paginya. Dan kebanyakan yang ikut senam adalah gadis-gadis yang masih muda, dan yang memimpin juga ibu rumah tangga yang masih muda, membuat para lelaki mata keranjang betah memandangnya, terutama lelaki yang satu ini.....

    “Uwaahaa... Bening-bening banget! Alusss! Kalau rumah gw disini mungkin bakalan betah nih tiap pagi mandangin kayak gini. Seger euuyy...”

    Tidak jauh dari situ, Jeth tidak henti-hentinya memandangi hal itu, nyaris tak berkedip.
    Malah sesekali mengikuti gerakan senam seperti yang ia lihat. Dasar. Naluri lelakinya besar sekali.

    Pukk!

    “Adow!”

    Di saat Jeth sedang asyik-asyiknya menikmati pemandangan indah itu, tiba-tiba ada melempar kepalanya dengan batu kecil.

    “Woy! Siapa sih, iseng banget?” Jeth menoleh ke belakang dengan perasaan kesal.

    “Hoe. Ngapain loe disitu, Muka Luwak?”

    Ternyata Ariel yang melempar batu kecil itu ke kepala Jeth. Dengan tenang, Ariel berjalan ke arah Jeth dengan kedua tangan yang ia letakkan dalam saku celananya.

    “Kurang asem loe Pantat Ayam! Ngerusak suasana aja!” omel Jeth, “Nggak tahu apa orang lagi ngeliat pemandangan surga!?”

    “Emang apaan sih yang loe liat?” tanya Ariel.

    “Tuh!” Jeth pun menunjuk ke arah gadis-gadis yang melakukan senam yang daritadi ia pandangi itu. Tapi Ariel merasa biasa saja melihatnya.

    “Kayak gitu loe bilang pemandangan surga? Kayak udah pernah liat Surga aja. Dasar Luwak Mesum!”

    “Sembarangan loe kalo ngomong! Ini tuh namanya 'Surga Dunia'. Macem orang gak normal aja loe gak doyan yang kayak gini... Apa jangan-jangan loe emang gak normal?”

    “Whatever. Yang jelas, gw bukan laki-laki mata keranjang macem loe.”

    “Biarin. Daripada loe, 'Maho'. Hahahahaha..” tawa Jeth. “Uffp!” tapi tiba-tiba, seekor Lalat masuk ke mulutnya yang sedang terbuka lebar itu. “Ohoek! Ohoek! Sialan nih laler!” makinya, setelah Lalat tersebut berhasil ia muntahkan.

    “Kenapa? Enak ya makan laler? Itulah hadiah buat orang yang mata keranjang macem loe.” ledek Ariel.

    “Apa??” protes Jeth tidak terima. “Kurang ajar! Ini semua gara-gara loe nih! Bawa sial aja loe disini! Lagian ngapain sih loe pake ada disini segala?”

    “Kan dari kemaren udah gw bilang, mau ngapain gw disini itu bukan urusan loe. Tapi yang jelas, kamar 007 disamping kamar loe itu kamar gw.”

    “Hah???” Jeth menganga kaget. Dia betul-betul tidak menyangka kalau orang macam Ariel bisa bertemu dengannya disini. Bagi Jeth, Ariel adalah orang yang menyebalkan, egois, keras kepala, dan selalu merasa dirinya adalah orang yang paling benar. Ingin rasanya Jeth meninju wajahnya pada saat itu. Tapi sayangnya, Jeth tidak pernah menang melawan Ariel.

    Sedangkan bagi Ariel, Jeth adalah orang yang naif dan merepotkan yang selalu menyembunyikan sifat aslinya dan munafik.
    Namun, meski keduanya saling membenci sifat satu sama lain, mereka berdua berteman akrab walau sering sekali berdebat seperti itu. Memang pertemanan yang sangat rumit.

    “Loe kenapa? Ayan? Mendingan sekarang loe tengok temen loe tuh, liat kenapa dia.”
    Ariel menunjuk Nabilah yang duduk di bangku taman dengan wajah murung. Sudah pasti ada sesuatu yang ia fikirkan.

    “Wah itu kan Nabilah. Kenapa ya dia?”

    “Mendingan sekarang loe samperin aja. Temen deket loe kan?”

    “Wah yaudahlah.” lalu Jeth pun berjalan ke tempat Nabilah, kemudian duduk disampingnya. “Bil, kamu kenapa?” tanyanya.

    Dengan suara serak, Nabilah pun menjawab, “Fikiran itu dateng lagi, Jeth. Aku masih belum bisa ngelupain dia.”

    “Ya ampun... Nabilah, udah, nggak ada gunanya mikirin orang yang udah gak ada. Apa loe gak bisa cari orang lain yang seperti dia?” hibur Jeth.

    Nabilah menggeleng lemah. “Sampe sekarang nggak ada orang yang kayak gitu.” tak terasa air matanya kembali menetes, jatuh membasi pipinya.

    Jeth yang tidak tega melihat hal itu segera mengeluarkan sapu tangan biru dari kantung bajunya untuk mengelap air mata Nabilah. “Udah ya, jangan nangis lagi... Yang berlalu biarlah berlalu. Mending buka lembaran baru. Jangan terus-terusan nyiksa diri sama apa yang udah lewat. Nggak baik.”

    “Makasih Jeth. Loe betul-betul sahabat yang baek... Gw seneeeng banget punya sahabat kayak loe. Loe tuh ngerti perasaan cewek yang sedang rapuh.” akhirnya Nabilah tersenyum kembali, meski matanya masih sembab dan berkaca-kaca. Jeth sangat puas melihat hal itu. Sahabatnya senang, ia pun ikut senang.

    Tapi, berbeda dengan Ariel, dia yang memperhatikan dari kejauhan hanya memangku tangan sembari mencibir, “Khuh. Apa sih, terlalu mendramatisir.”

    Apakah dia tidak punya perasaan? Tidak ada yang tahu. Tapi yang jelas, sekeras dan sedingin apapun Gunung Es, suatu saat pasti akan cair atau luluh juga. Apakah hal itu berlaku pula pada Ariel? Mungkin saja.
    Bisa jadi suatu saat nanti ia berada di posisi yang sama dengan Jeth.
    ----
    Sore menjelang.... Nabilah keluar dari sebuah toko buku dengan membawa dua buah novel cinta dan satu buah buku kumpulan humor favoritnya.
    Jalan demi jalan ia lewati sembari menikmati segarnya udara disana. Tidak ada polusi yang mengganggu seperti di kota tempat ia tinggal.

    Beruntung toko buku itu dekat dari villa yang ditempati Nabilah, jadi dia tidak usah repot-repot menyuruh Jeth untuk mengantarnya. Lagipula dia juga ingin menikmati udara di kawasan yang sangat dekat dengan gunung tersebut.

    “Hmm... Udaranya bikin aku betah. Coba di rumah kayak gini. Kalo boleh jujur sih sebenernya aku males tinggal di komplek kayak di rumah aku. Pengen pindah aja. Beruntung ya orang-orang disini, mereka-

    Brukk!!

    “Aawh!”

    Tiba-tiba tanpa ia sadari, seorang laki-laki menabraknya dari tikungan, hingga buku yang ia bawa jatuh semua.

    “Maaf-maaf mbak, gak sengaja.” ucap laki-laki tersebut, seraya memunguti buku-buku Nabilah yang terjatuh.

    Begitu mereka bertemu pandang, keduanya terkejut dan tidak menyangka sama sekali, seolah mereka seperti sudah saling kenal sebelumnya.

    “Daniel??”

    “Murni??”

    Terka Nabilah dan laki-laki itu bersamaan.

    “Ups!” gumam Nabilah.

    “Siapa Daniel?” tanya laki-laki itu.

    “Terus, siapa Murni?” Nabilah mengembalikan pertanyaan tersebut.

    “Oh, maaf... Mmm, kenalin, saya Yuda.” laki-laki itu menyodorkan tangannya, “Kamu siapa?”

    Nabilah pun menyambut tangan laki-laki bernama Yuda itu, kemudian memperkenal dirinya, “Aku Nabilah. Lengkapnya, Nabilah Ratna Ayu Azalia.”

    “Wah, nama yang bagus. Pantes orangnya cantik.”

    Nabilah langsung tersipu malu dipuji seperti itu, padahal baru kenal. “Hehehe.. Kamu bisa aja.” Kemudian mereka pun berdiri, sambil masih saling tatap satu sama lain.

    “Ng... Nabilah, emang Daniel itu siapa? Pacar kamu ya?” tanya Yuda.

    Nabilah tertunduk malu. “Emang kenapa? Hehe. Terus, Murni itu siapa?”

    “Wah, kalau nanya begini terus gak ada abisnya. Ganti obrolan aja yuk! Ngomong-ngomong kamu darimana? Koq bawa banyak buku?”

    “Aku dari toko buku. Kamu sendri darimana? Koq larinya kenceng banget? Kayak dikejar sesuatu.”

    “Ohh itu. Ng..... Tadi lagi olahraga sore. Kebetulan aku kan suka olahraga sore gitu disini.”

    “Ooh... Kirain kenapa gitu. Hehe.”

    Tunggu dulu. Bukankah laki-laki yang bernama Yuda ini 'Pengendara Motor Tanpa Kepala' alias 'Headlessoid' yang membunuh dan menteror warga sini? Tepat! Dia adalah Yuda yang itu, Headlessoid. Tidak disangka Nabilah bisa berkenalan dengan orang ini.

    “Wah, Nab, kamu suka baca novel ya?” tanya Yuda sambil melirik novel yang dibawa Nabilah.

    Nabilah mengangguk, “Iya. Apalagi novel romance atau humor gitu.” jawabnya.

    “Oh ya? Kalau begitu sama donk. Aku juga suka baca novel, genre novel favoritku sama persis kayak genre novel yang kamu bilang.”

    “Serius. Aku emang suka banget sama genre-genre itu. Wah wah, berarti kesukaan kita sama donk.”

    “Hahaha.. Iya. Kebetulan banget. Mmm... Nab, ngomong-ngomong besok bisa nggak kita ketemuan? Agak maleman aja gimana?”

    “Ng.... Boleh deh. Jam berapa?”

    “Kira-kira jam delapan. Bisa?”

    “Bisa bisa.”

    “Sip deh! Sekalian aku juga mau kenal lebih deket sama cewek secantik kamu.”

    “Hehehe. Kamu nih...”

    “Kamu emang cantik, lagi. Oh iya, minta nomor handphone kamu boleh nggak? Biar gampang ngehubunginnya.”

    “Boleh. Sekalian aku juga minta nomor HP kamu.”

    “Oke deh...”

    Akhirnya mereka berdua pun saling tukar nomor handphone.
    Kali ini benar-benar celaka! Nabilah tiba-tiba saja menyimpan rasa suka yang begitu besar dengan seorang Pengendara Motor Tanpa Kepala. Itu semua karena wajah Yuda sama persis dengan Daniel, pacarnya yang meninggal satu tahun lalu akibat kecelakaan. Begitupun sebaliknya, Nabilah sangat mirip dengan Murni, pacar Yuda yang ingin dihidupkan oleh Excecutioner.
    ----
    #Kamar No.008, Villa Puncak

    “Hah, Daniel??? Loe udah gila ya, bil?” kata Jeth. Nabilah sudah menceritakan semuanya pada Jeth tentang pertemuannya dengan Yuda.

    “Ih, Jeth, kan udah gw bilang, itu tuh bukan Daniel, tapi Yuda.” balas Nabilah.

    “Ya tapi gimanapun juga loe nganggap dia itu Daniel kan? Terus parahnya, loe langsung suka begitu aja sama dia tanpa tahu asal usul itu orang kayak gimana. Jadi cewek gampangan banget perasaan!? Nabilah yang gw kenal tuh nggak kayak gini! Alesannya cuma karena Yuda itu mirip identik sama Daniel loe jadi jatuh cinta sama Dia!? Loe gak sadar kalau loe itu murahan??”

    “Cukup Jeth! Gw nggak mau persahabatan kita ancur cuma gara-gara debatin masalah ini. Gw ceritain ini sama loe cuma mau berbagi kesenengan gw sama sohib gw, sekalian curhat. Bukan mau debat kayak gini! Dan asal loe tau, gw tuh gak murahan. Selain karena Yuda mirip Daniel, gw naruh rasa suka sama tuh supaya angan-angan kosong gw tentang Daniel tuh ilang. Gw rasa, Yuda bisa ngegantiin Daniel di hati gw.”

    “Oke bil, itu terserah loe. Gw juga nggak mau ngerusak persahabatan kita. Gw cuma mau ngasih tahu aja sama loe biar loe nggak gampangan jadi cewek. Ngomong-ngomong kayak gimana sih si Yuda itu? Penasaran gw, bisa-bisanya bikin loe kayak gini.”

    “Kalau gitu, besok sekalian gw bawa dia kesini dan gw kenalin sama loe.”

    Setelah itu Nabilah beranjak ke kasur dan tidur sambil menutup mukanya dengan bantal. Jeth hanya geleng-geleng kepala saja melihatnya. Dia tahu kalau Nabilah tersungut karena sikapnya yang mungkin terlalu keras. Tapi Jeth melakukan itu semua demi kebaikan Nabilah, karena dia adalah sahabat yang Jeth sayangi seperti adik sendiri.Kemudian Jeth pun beranjak ke ruang nonton TV. Hari ini dia akan begadang, nonton bola semalam suntuk sampai pagi.
    ----
    Keesokan harinya, tepat pukul delapan malam, Nabilah menemui Yuda di tempat kemarin.Nabilah memakai kaos warna putih dengan motif boneka teddy dan berkerah kemerahan, serta celana hotpants berwarna biru laut, rambutnya digerai panjang dan terlihat sangat indah dihiasi pita Kupu-kupu. Sementara Yuda mengenakan kemeja kotak-kotak warna merah dan celana jeans hitam, rambutnya disisir emo seperti artis-artis Korea atau Jepang.Pokoknya mereka berdua berpenampilan sangat spesial hari ini, seperti orang yang ingin berkencan saja.

    “Yud, udah lama nunggunya?” tanya Nabilah.

    Yuda tersenyum hangat. “Oh nggak. Kamu tepat waktu koq.” jawabnya.

    “Mmm... Kalau begitu, kita jalan-jalan dulu yuk!”

    “Kemana?”

    “Udah ikut aja.”

    Akhirnya Nabilah pun membawa Yuda jalan-jalan ke suatu tempat. lebih tepatnya 'Pasar Malam'. Di pasar yang ramai itu banyak sekali wahana permainan, seperti Komedi Putar, Kuda-kudaan, ***-*** Car mini, dan lain sebagainya. Tidak ketinggalan juga pedagang-pedang yang menjual berbagai macam, minuman, serta barang-barang unik. Pasar tersebut buka seminggu tiga kali, dan selalu ramai pengunjungnya.

    Setelah membeli dua bungkus kacang rebus, Nabilah dan Yuda beranjak masuk ke arena Komedi Putar dan menikmati permainan disana untuk beberapa menit. Setelah naik Komedi Putar, Nabilah dan Yuda melanjutkan naik Kuda-kudaan, ***-*** Car, serta semua permainan yang ada disana.Belum puas sampai disitu, mereka juga masuk ke Rumah Hantu yang tentu saja hantunya hantu buatan. Di dalam Rumah Hantu, Nabilah selalu kaget dan memekik begitu hantunya muncul. Tanpa sadar ia memeluk Yuda karena rasa takutnya. Yuda pun tersenyum melihat kepolosan Nabilah. Lama-lama ia jadi melupakan Murni yang sebetulnya ingin ia hidupkan kembali. Karena kini, ada Nabilah Sang Pengobat hati.Serupa dengan Yuda, Nabilah pun juga lama kelamaan lupa dengan Daniel. Itu semua karena canda tawa, serta berbagai kesenangan yang mereka lakukan.Ternyata pertemuan yang cukup singkat itu memberi efek luar biasa dalam kehidupan mereka. Betul-betul tidak disangka. Bahkan, Yuda jadi lupa tugas apa yang harus ia lakukan sebagai Pengendara Motor Tanpa Kepala. Dari kemarin dia tidak membunuh orang sama sekali karena terus memikirkan Nabilah.

    Dan hal terakhir yang mereka lakukan di pasar malam itu ialah bermain 'Tembak Berhadiah'. Dari permainan tersebut Yuda berhasil mendapatkan boneka teddy berukuran sedang sebagai hadiah karena sudah menembak tepat pada sasaran. Boneka itu tentu saja ia berikan untuk Nabilah yang membuat gadis itu sangat kegirangan. Sesudah membeli dua buah jagung bakar, mereka keluar dari Pasar Malam dan makan bersama di bangku panjang dekat pohon.

    “Yud, thanks ya buat hari ini. Aku seneeeng banget!” ucap Nabilah sambil tersenyum manis.

    Yuda pun membalas senyuman itu, “Sama-sama Nab. Justru aku yang harus terimakasih sama kamu, karena kamu, hari ini tuh jadi hari yang spesial buat aku. Udah lama aku nggak ngerasain hal kayak gini lagi, semenjak......

    Yuda enggan melanjutkan kata-katanya. Karena tiba-tiba saja ia ingat dengan Murni. Padahal baru tadi dia lupa.

    “Kamu kenapa Yud?” Nabilah bertanya penuh keheranan, karena melihat raut wajah Yuda yang tiba-tiba berubah.

    “Nggak apa-apa Nab.” jawab Yuda, mencoba menyembunyikan rasa sedihnya.

    “Yud. Udah cerita aja sama aku. Aku janji nggak akan bilang siapapun. Lagian bukannya kita mau kenal lebih dekat?”

    “Mmm... Oke. Tapi janji, ini cuma rahasia kita berdua!”

    “Iyah..” angguk Nabilah.

    Akhirnya, Yuda pun memberitahukannya, “Aku nggak ngerasain lagi saat seperti ini semenjak pacar aku meninggal setahun yang lalu. Dulu, aku ini Pembalap Liar yang selalu menang, nggak orang yang bisa ngalahin aku. Suatu hari, pas aku lagi semangat-semangatnya ngebut-ngebutan di jalanan, hal itu terjadi. Pacar aku jatuh dari motor karena hilang keseimbangan gara-gara aku ngebut. Terus pas jatuh, dia ditabrak mobil sampe nyawanya gak tertolong. Aku merasa bersalah banget pada saat itu! Aku nggak tahu harus berbuat apa. Padahal saat itu beberapa bulan lagi aku mau ngelamar dia. Aku betul-betul nyesel sama apa yang udah aku lakuin! Aku berfikir, kenapa nggak sekalian aku mati juga?? Kenapa harus dia?? Ini bener-bener gak adil!”

    “Ya ampun... Sabar ya Yud... Yang udah lewat biar aja lewat. Jangan terlalu keras sama diri kamu sendiri... Nggak baik kayak gitu... Terus sekarang kamu masih jadi Pembalap Liar nggak?”

    “Makasih ya Nab... Ng... Aku udah berenti jadi Pembalap Liar sejak kejadian itu.”

    Yuda memang berhenti jadi Pembalap Liar, tapi siapa sangka sekarang dia jadi Pengendara Motor Tanpa Kepala dan mengabdi pada Excecutioner demi menghidupkan kembali Murni? Sifat orang terkadang sulit dimengerti dan suka berubah-ubah. Dan hal itu terjadi pada Yuda yang sudah dibutakan oleh cinta.

    “Oowh... Ngomong-ngomong pacar kamu siapa namanya?”

    “Namanya..... Murni.”

    Nabilah mengerutkan keningnya seraya mengingat sesuatu. “Murni?? Kayaknya kemaren pas nabrak aku, kamu sempet manggil aku 'Murni' gitu deh? Maksud kamu apa manggil aku kayak gitu?”

    “Itu.... Itu karena.... Karena kamu mirip banget sama Murni!”

    “Apa??”

    “Iya Nabilah, wajah kamu, rambut kamu, senyum kamu, semua yang ada di kamu sama persis sama Murni.”

    “T-t-tapi.... Kenapa bi-

    “Tunggu! Kamu juga belum cerita tentang Daniel. Kenapa kamu juga ngelakuin hal yang sama kayak aku pas kita ketemu kemaren? Kamu manggil aku Daniel.”

    Nabilah langsung tersentak. Bibirnya mendadak kaku, dan tubuhnya gemetar. Dia bingung harus menjawab apa. Karena apa yang dialami Nabilah sama seperti yang dialami Yuda.

    “Kenapa diem? Jawab Nab. Please....” pinta Yuda penuh harap.

    “Ng.... Itu karena kamu.... Kamu mirip banget sama Daniel! Daniel itu pacar aku. Dia juga sama kayak Murni, udah meninggal. Dia meninggal karena kecelakaan juga. Waktu itu dia nyelametin aku yang hampir aja ketabrak Truck. Andai waktu itu aku lebih hati-hati, nggak bakalan kayak gini kejadiannya. Aku bener-bener bodoh jadi cewek! Bener-bener bodoh!” akhirnya Nabilah bisa kembali bicara dengan lancar setelah bibirnya kaku untuk beberapa saat. Tapi sebagai gantinya, air matanya tumpah seketika.

    Mendengar hal itu, nafas Yuda langsung tertahan sejenak. Ia tidak menyangka bahwa Nabilah senasib dengannya, malah hampir sama persis. Lalu, melihat Nabilah yang sudah menangis, Yuda pun segera menyandarkan kepala gadis itu di bahunya. “Nab, aku tahu gimana perasaan kamu... Kita sama... Sama-sama ditinggal orang yang kita cintai. Tapi nggak baik juga kita terus-terusan terpuruk. Kalau kamu mau, aku siap jadi pengobat hati kamu. Aku.... Aku siap ngegantiin Daniel di hati kamu.”

    Nabilah menatap Yuda. “Kamu serius?”

    “Apa aku keliatan becanda? Nabilah. Sebetulnya, dari pertama kali kita ketemu, aku udah nyimpen perasaan khusus sama kamu. Bahkan setelah pertemuan kita kemarin itu, aku selalu mikirin kamu. Gara-gara kamu, pola hidup aku yang buruk jadi berubah. Aku juga jadi berhenti mikirin Murni yang gak mungkin bisa kembal. Nabilah... Aku... Aku suka sama kamu... Apa kamu mau kita jadi sepasang kekasih dan saling mengobati luka di hati kita masing-masing?”

    Tanpa rasa ragu, Nabilah pun menangguk dan tersenyum. Ternyata Yuda juga memiliki rasa yang sama dengannya. Apa ini yang dinamakan jodoh? Mungkin saja.

    Akhirnya, dengan perasaan senang, Yuda pun memeluk Nabilah. Dan Nabilah tersenyum puas di pelukan Yuda.

    “Aku berjanji bakal jagain kamu apapun yang terjadi. Aku nggak mau ngulangin kejadian yang dulu.” ucap Yuda.

    “Aku juga. Aku nggak mau jadi cewek yang ceroboh kayak dulu.” timpal Nabilah.

    Prok prok prok!!

    “Hebat... Hebat... Betul-betul drama yang mengharukan.”

    Tiba-tiba, seseorang datang ke tempat tersebut ketika Nabilah dan Yuda sedang berpelukan. Hingga mereka berdua kaget karenanya.

    “Yuda. Harusnya aku tahu dari awal kalau Pembalap Liar dengan kekuatan fisik diatas rata-rata sepertimu itu ternyata punya hati yang LEMAH! Dan tidak punya PENDIRIAN! Menyesal aku telah merekrutmu!” kata orang yang baru datang tersebut. Dia adalah Riefcoolz, salah satu petinggi Excecutioner.

    “Lalu kenapa??” tantang Yuda. “Bukannya dari awal anda itu sudah tahu kalau hati saya lemah? Berarti anda yang bodoh!”

    “Apa kamu bilang? Dasar anak buah tidak berguna! Ternyata dari kemarin kamu tidak mencari mangsa karena gadis itu?” tunjuk Riefcoolz pada Nabilah. “Hey tunggu! Sepertinya dia mirip sekali dengan-

    “Dengan Murni!” sambar Yuda. “Lalu kenapa? Saya sudah letih kerja dengan anda. Tidak ada gunanya mengharapkan sesuatu yang tidak pasti!”

    “Apa katamu?? Excecutioner selalu menepati janji, paham? Sudah berani melawan kamu rupanya cuma karena perempuan yang mirip identik dengan Murni itu. Apa kau sudah tidak cinta lagi pada Murni?? Ingat, selama ini kau sudah bekerja keras untuk membuatnya hidup kembali! Tapi sekarang, kau lupakan seluruh jerih payahmu sendiri? Dasar bodoh!”

    “Tcih, jauh lebih bodoh kalau saya mengharapkan orang yang sudah mati bisa hidup lagi, daripada melupakan jerih payah saya selama ini!”

    “Hoo... Sudah sembuh rupanya sakit jiwamu.”

    “Terserah anda mau bilang apa. Yang jelas, mulai sekarang, saya mau hidup normal seperti biasa!”

    “Khuhu hahahahaha....” Riefcoolz tertawa terbahak-bahak. “Hidup normal?? Jangan melucu!” kemudian ia memandang ke arah Nabilah. “Nona, apa anda tahu siapa dia sebenarnya?”

    Nabilah menggeleng. Tentu saja dia tidak tahu.

    “Asal anda tahu, dia itu adalah mahluk yang suka menteror dan membunuh warga-warga disini, Pengendara Motor Tanpa Kepala.

    “Hek!” Nabilah kaget setengah mati. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Riefcoolz. “Apa itu benar??” tanyanya.

    “Perlu bukti? Kalau begitu, akan saya buktikan!” Riefcool mengangkat telapak tangan kanannya ke depan, lalu ia kibaskan ke atas. “Pasukan Vergusoid...” kemudian dikibaskannya ke bawah. “Datanglah!!!”

    Seketika muncullah dua belas pasukan Vergusoid di depan Riefcoolz. Android-android tersebut sengaja ia keluarkan untuk memancing Yuda berubah menjadi Headlessoid.

    Nabilah hanya bisa tercengang melihatnya. Apa benar Yuda pernah ada hubungan kerjasama dengan Excecutioner?

    “Serang dia!” perintah Riefcoolz pada Vergusoid-vergusoid tersebut.

    “Sial! Udah gak ada waktu buat ngejelasin.” keluh Yuda. Lalu ia pun berlari menyambut Vergusoid, dan mau tidak mau ia harus berubah menjadi Headlessoid. Jika tidak, ia akan terbunuh, begitu juga Nabilah.

    Sudah tentu perubahan Yuda yang mendadak itu membuat kaget Nabilah. Tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukannya sekarang.

    Namun, jauh dari perkiraan Riefcoolz, Headlessoid dapat dengan mudah membantai pasukan Vergusoid satu persatu dengan pedangnya hingga meledak tak bersisa.

    “Boleh juga.” ucap Riefcoolz yang menyaksikan pertarungan tersebut. “Tapi, bagaimana dengan yang ini?!” lalu ia mengangkat telapak tangannya ke depan, kemudian melakukan gerakan seolah sedang mendorong energi. Seketika itu juga, Headlessoid yang tadinya sudah memacu motornya ingin menghabisi Riefcoolz tiba-tiba terdiam. Setelah itu malah berbalik ke arah Nabilah.

    Nabilah mengernyitkan dahinya dan terheran-heran. “Yuda, kamu mau apa?? Ini aku Yud, Nabilah. Mau seperti apapun kamu, aku tetep cinta sama kamu Yud!”

    Akan tetapi, Headlessoid yang fikirannya berhasil dipengaruhi oleh Riefcoolz tidak mendengarkan Nabilah. Dengan garang, ia memacu motornya sembari mengayunkan pedang Zariche panjangnya untuk menyerang Nabilah. Saat itu, Riefcoolz menghilang, kembali ke markas Excecutioner. Karena dia fikir, beraksi sekarang hanyalah buang-buang tenaga saja.

    Crats!

    Pedang Headlessoid berhasil menebas Nabilah. Namun, rupanya Nabilah masih beruntung, karena pedang tersebut hanya melukai lengan kirinya. Itu semua karena ia berusaha menghindar sebelum kena tebas, meski ia jatuh terduduk di tanah.

    Namun kali ini, Nabilah tidak mungkin bisa menghindar dari ayunan kedua pedang Headlessoid. Dia hanya berpasrah dan menutup mata, sampai akhirnya.....

    SWOSH!!

    JDUAGH!


    “Grrrh!”

    Headlessoid jatuh terguling dari motornya (?), karena tiba-tiba sebuah cahaya merah berbentuk Phoenix menubruk dan menyerangnya.

    “Nenekku dahulu berkata, Cinta hanyalah rasa yang tidak bersalah. Yang bersalah sesungguhnya adalah manusia sebagai penggeraknya.”

    “Ariel...?” terka Nabilah, lirih.

    Betul sekali! Itu adalah Ariel yang datang menolong. Dengan langkah tenang sembari menaruh kedua tangannya dalam saku celana, ia berjalan ke arah Nabilah dan Headlessoid. Tapi, Phoenix milik Ariel kembali menyerang Headlessoid, dan menyeretnya ke sebuah gudang tua yang ada disana.Ariel pun mengikuti Phoenix-nya masuk ke dalam gudang tersebut.

    “Evolusi,,,” ucap Ariel setelah tiba di dalam gudang.

    Dengan cepat, Phoenix api miliknya pun merespon dengan menabrak tubuhnya dari depan.

    Zzapp!

    Begitu Phoenix tersebut sudah terserap sepenuhnya ke dalam tubuh Ariel, wujud pemuda itu langsung berubah menjadi Zero.

    [EVOLUSI BERHASIL!!]

    “Hraaa!!!” Headlessoid yang sudah tanpa motor berlari penuh amarah ke arah Zero.

    Melihat hal itu, Zero pun juga berlari menyambutnya. Hari ini, ia akan melanjutkan pertarungannya yang tertunda tempo hari. Ia harus menang! Tak boleh gagal lagi!

    Sementara itu, di luar, Jeth sedang berusaha menenangkan Nabilah. Tadi dia juga datang bersama Ariel. Mereka berdua kebetulan lewat ketika selesai bertanding Badminton untuk menentukan siapa yang terbaik.Nabilah yang fikirannya sedang kacau, menceritakan semuanya pada Jeth. Sebagai sahabat yang baik, Jeth terus berusaha menenangkan Nabilah sampai benar-benar tenang, walau akhirnya gadis itu hanya tenang sedikit saja. Tapi setidaknya, lebih baik dari sebelumnya.

    Kembali ke pertarungan Zero dan Headlessoid.Setelah bertarung dengan sengit, sepertinya Zero terjepit oleh jurus Headlessoid. Kedua tangannya terlilit oleh tali besi hingga merenggang seperti Burung. Tali besi tersebut melilit di sebuah tiang yang panjang nan kuat. Pastinya sulit untuk dirobohkan. Sementara ia juga dikepung oleh tiga Headlessoid yang sudah siap untuk membunuhnya. Yang dua hanya jurus kloning, sedangkan yang satu asli.

    Namun, Zero tidak menyerah sampai disitu, ia terus mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggerakkan tiang yang menopang tali yang mengikat tangannya itu.Dengan usaha yang keras, ia terus mengalirkan tenaganya ke satu titik, yaitu pergelangan tangan... Dan akhirnya.....

    Wussh!!

    BRUAAKKK!!!


    Ia berhasil membuat kedua tiang baja kokoh tersebut tercabut dan menghantam dua kloning Headlessoid hingga hancur berkeping-keping, tepat ketika mereka ingin menghunuskan pedang ke tubuh Zero.

    Setelah itu, dengan cepat Zero memukul perut Headlessoid berkali-kali, lalu memukul dagunya hingga Headlessoid melayang ke atas. Merasa belum puas, Zero melompat tinggi mengimbangi tubuh Headlessoid yang terlempar itu. Ketika jarak mereka sudah dekat.

    “Hiaah!”

    BUGGGH!!!

    Zero menghantam perut Headlessoid menggunakan tumit kakinya sampai jatuh ke bawah,

    BRUAKK!!

    Tubuh Headlessoid pun membentur lantai dengan keras hingga lantai tersebut hancur, membuat jejak seukuran tubuhnya.

    Namun, Headlessoid tidak menyerah sempai disitu. Ia mencoba berdiri kembali untuk melanjutkan peratarungan. Akan tetapi, belum sempat ia berlutut, Zero sudah mendarat di depannya...

    DUAAAKKK!!!

    Zero menendang tubuh Headlessoid seperti menyepak bola, membuatnya terguling ke belakang beberapa meter, sebelum akhirnya berhenti dengan posisi telentang.

    Headlessoid mencoba berdiri lagi, namun...


    "Ukh!"

    Gerakan Headlessoid terhenti pada posisi berlutut. Entah mengapa, tubuhnya terasa lumpuh. Tenaganya hilang begitu saja.

    Zero yang melihat kesempatan ini segera berlari menuju ke arah Headlessoid seraya mencabut flashdisk yang ada di port sebelah kanan sabuknya untuk ia pindahkan ke kepala Phoenix yang ada di depan sabuk itu.

    Tapi, tanpa disadari oleh Zero, sebelum ia sempat memindahkan flashdisknya, Headlessoid melemparkan sebuah benda kecil berbentuk kelereng ke dada Zero yang akhirnya merasap masuk ke dalamnya.
    Mendadak, Zero pun lumpuh. Tubuhnya serasa tidak bisa digerakkan, dan tiba-tiba ia kembali ke wujud manusia.

    "Aaagh.. Si..sial..." geram Ariel yang seluruh sendinya hampir saja mati total.

    Di saat seperti itu, Jeth muncul untuk menolong. "Riel, loe nggak apa-apa?" tanyanya.

    "Gw gak apa-apa koq... Jeth, tolong loe pake ini!" dengan tangan gemetar, Ariel melepas dan menyerahkan sabuknya pada Jeth. "Sama minum ini sebelum pake sabuk itu!" lanjutnya setelah mengambil sebotol kecil minuman yang entah apa itu dari kantungnya, dan memberikan minuman tersebut pada Jeth. "Gantiin gw untuk sementara, sebelum tubuh gw semuanya kaku! gw percaya sama loe! Habisi dia!"

    "T-tapi riel....."

    "Nggak ada tapi-tapian! Cepet berubah! Kalau nggak nanti android itu keburu seger lagi!"

    Jeth mengangguk mantap. Dengan penuh percaya diri ia pun eminum minuman yang diberikan Ariel, lalu memakai sabuknya. Sedetik kemudian, seekor Phoenix robot meluncur ke arahnya, dan tentu saja langsung ia tangkap. "Evolusi!!!!" teriaknya sambil kemudian menempelkan Phoenix robot tersebut ke depan sabuknya.

    Burung Phoenix api pun muncul dari langit dan langsung menabrak tubuh Jeth sampai akhirnya ia berubah menjadi Assaulter Zero.

    [EVOLUSI BERHASIL!!]

    Sulit dipercaya, Jeth bisa berubah menjadi Zero? Entah minuman apa yang diberikan oleh Ariel. Untung saja Jeth sudah tau bagaimana cara menggunakan kekuatan itu setelah beberapa kali melihat ariel bertarung.

    "Wahahaha, keren!!!! Gw berubah euuyy!!" tawa Zero versi Jeth, seraya terpesona dengan wujudnya saat ini.

    "Jeth, terpesonanya nanti aja! Khasiat obat itu cuma bisa bertahan tiga menit. teriak Ariel, "Sekarang yang penting cepet abisin tuh musuh! Lakuin persisi kayak yang sering gw lakuin pas ngabisin musuh. Ngerti kan?"

    "Hahaha... Maaf riel, tapi ini keren banget! Oke deh, gw abisin dia sekarang!"

    Setelah itu Jeth segera memindahkan falshdisk yang ada di samping kanan sabuknya ke dalam kepala Phoenix robot di depan sabuknya.

    FINISH MOVE!!

    Sabuk berbunyi. Kedua kaki Zero (Jeth) pun langsung diselimuti oleh api yang berkobar-kobar.

    "HEEEAAAA!!!!"

    Akan tetapi, baru saja Zero hendak melompat menerjang Headlessoid, Nabillah menghadangnya. Gadis itu berdiri tepat di hadapan Headlessoid.

    "Na-nabilah?" Zero versi Jeth berhenti melancarkan serangan terakhirnya dan menatap Nabilah. "Apa yang kamu lakuin disini, bil?"

    "Gw tahu itu loe Jeth. Jeth, gw mohon, jangan bunuh dia... Gw sayang banget sama dia. Gw yakin, dia masih bisa sadar." ucap Nabilah.

    "Nabilah. Tolong berenti bertindak bodoh, girl... Dia itu udah celakain banyak orang. Lagipula kita nggak tahu kan gimana cara nyadarin dia?? Nggak ada cara lain selain dibunuh! Kalau nggak, berapa banyak lagi korban yang bakal jatoh?"

    "Jeth... Loe sahabat gw kan? Please Jeth, turutin keinginan gw... Loe gak mau ngeliat sahabat loe sedih kan? Iya kan? Tapi, kalau bener loe mau bunuh dia, loe juga harus bunuh gw! Biarlah gw mati sama dia!"

    "Apa?? Tapi....."

    "Itu semua terserah loe Jeth... Turutin keinginan gw kalau masih mau ngeliat sahabat loe ini hidup di dunia!"

    "JETH, APA YANG LOE LAKUIN?? DASAR BODOH!! BUNUH MONSTER ITU, CEPET!! KITA UDAH GAK PUNYA BANYAK WAKTU LAGI, BOCAH NAIF!!" teriak Ariel dari kejauhan dengan nada kesal.

    "Nabilah, dengerin gw..." ucap Zero memegang kedua pundak Nabilah sambil menatap kedua matanya, "Kadang, kalau kita mau ngelakun yang benar, kita harus merelakan sesuatu yang paling berharga bahkan sesuatu yang paling kita sayangi. Adakalanya bisikan Iblis bisa terdengar seperti bisikan Malaikat. Nabilah, Iblis lagi nguasain loe. Gw mohon kendaliin diri loe. Fikir, bagaimana jika nanti dia ngebunuh orangtua loe? Mana yang loe pilih? Dia, ataukah orangtua loe?"

    Akhirnya, Nabilah pun lunglai juga dan menyingkir dari hadapan Headlessoid.
    Kemudian, Zero menekan tombol di kepala Phoenix di depan sabuknya, sehingga api yang tadi padam kembali menjalar. Sama seperti yang pernah dilakukan Ariel dulu.

    *** Zero Battle Song, START!! - Pemenang by Sheila On7 ***
    (Bersiaplah... Bersiaplah... Berjuang tuk menjadi Pemenang!)


    "URRRYAAAAA!!!!"

    Duk duak duk! Duak duk! Duak dyk! Duak duk! Duak duk duak duk duak duk duak duk duak dukk!!

    Zero menendangi tubuh Headlessoid bertubi-tubi. Bersamaan dengan itu, tubuh Headlessoid terseret mundur ke belakang.

    DUAAKK!!

    [PHOENIX STRIKE!]

    Terakhir, Zero menendangnya dengan keras hingga terguling ke belakang.

    DUAAAARRRR!!!!


    Akhirnya, setelah mengelami banyak retakan, tubuh Headlessoid hancur berkeping-keping.

    *** Zero Battle Song, END ***
    (...Bersiaplah... Bersiaplah... Persaingan di depan semakin berat....)


    '10 detik sebelum peledakan!' tiba-tiba terdengar suara aneh di tempat tersebut. Rupanya *** waktu yang tadi 'sempat' ditanam oleh Headlessoid sekarang sudah mulai bekerja.

    "Jeth, cepet lari dari sini!!" teriak Ariel. 'Sekarang', sendinya sudah tidak bisa digerakan semua, kecuali bibir.

    "Tapi loe-

    "Nggak usah peduliin gw! Yang penting loe sama Nabilah pergi dari sini, cepet! Gw bisa jaga diri gw sendiri!"

    Zero pun mengangguk, kemudian mengambil remote control dari sabuk sebelah kirinya, lalu menekan salah satu tombol yang ada disana sehingga meluncurlah Z-Skate ke arahnya. Begitu tiba dihadapannya, Zero langsung menaiki skateboard terbang tersebut dan membawa Nabilah keluar dari tempat itu.

    "Maafin gw, riel..." gumam Zero dalam hati.

    BUOOOOOMMMMM!!!!!

    Akhirnya, tempat itupun meledak, tepat ketika Jeth dan Nabilah sudah keluar.

    Begitu sudah turun dari Z-Skate, Nabilah tersimpuh di tanah. Wajahnya tertunduk, kedua tangannya mencengkram tanah dengan keras. Sudah kehilangan Daniel, sekarang dia kehilangan Yuda. Hatinya hancur berkeping-keping, putus sudah semua harapannya. Kesenangannya begitu cepat lenyap, digantikan dengan duka yang mendalam. Yuda tidak akan kembali untuk selama-lamanya. Tapi setidaknya, Nabilah sudah mengorbankan perasaannya demi keselamatan orang banyak. Itu jauh lebih baik dibanding mementingkan perasaan sendiri.

    Di belakang Nabilah, terlihat Zero yang sedang melepas Phoenix robot dari sabuk yang dikenakannya. Kemudian membiarkan Phoenix itu terbang dari telapak tangannya menuju angkasa. Di saat yang bersamaan, Zero kembali ke wujud manusia, yaitu Jeth.

    Nabilah masih tersimpuh dan tertunduk. Sampai akhirnya, ia tidak bisa menahan kesedihannya yang luar biasa. Ia menangis saat itu juga. Air matanya terus menerus jatuh ke tanah tanpa henti.Jeth yang melihat hal demikian langsung menghampiri Nabilah, lalu mengangkat bahunya agar gadis itu kembali berdiri.

    Begitu sudah berdiri, Nabilah langsung memeluk Jeth dan menangis sesunggukan di dadanya, membuat Jeth sontak kaget karena baru pertama kali ini Nabilah seperti itu.

    “Jeth... Sekarang gw ngerti, sahabat jauh lebih berarti daripada pacar. Walaupun jujur gw nggak rela ngelepas Yuda, tapi gw rasa ini jauh lebih baik daripada ngorbanin nyawa semua orang.” ucap Nabilah sembari terisak di dada Jeth.

    Jeth tersenyum, ia mencoba menghibur sahabatnya dengan bijak, “Syukur kalau loe berfikiran kayak gitu. Gw seneng dengernya. Loe bisa lapang dada meski harus ngorbanin perasaan loe. Gw salut!”

    “Jeth, loe itu sahabat gw yang paling berharga. Gw gak mau kehilangan loe sama seperti kehilangan Yuda.”

    “Nabilah, loe juga sahabat gw yang paling berharga. Terimakasih udah mau jadi sahabat gw selama ini. Gw seneng banget punya sahabat kayak loe.”

    Di saat seperti itu, hujan turun, seolah mewakili perasaan Nabilah yang sedang dirudung kesedihan, biarpun sekarang dia sudah mengikhlaskan semuanya.Di pelukan Jeth, gadis itu merasa sangat nyaman. Perlahan, kesedihannya berangsur-angsur hilang dari dalam hatinya.

    Tidak jauh dari sana, tepatnya di balik pohon, Ariel memperhatikan mereka sambil berpangku tangan. Ia hanya tersenyum tipis melihat pemandangan tersebut.Ternyata dia selamat dari ledakan itu dengan cara yang 'tidak diketahui'.
    Dengan mata yang masih menatap ke depan, ia bergumam, “Sebetulnya..... Seperti apa rasanya bahagia dan menderita karena cinta? Khuh, biar lah. Gak peduli.”

    Kemudian ia berbalik, berjalan dengan tenang meninggalkan Jeth dan Nabilah yang tengah berpelukan di tengah hujan malam itu.

    [Ending Song: Bunga Sakuraku - JKT48]
    Memperbaiki garis putih di lapangan sekolah..
    Di bawah matahari, aku berlari..
    Hari-hari masa muda..

    Jalan milik kamu terbentang lurus dan terus memanjang..
    Angin yang sesaat bersama dengan debu..
    Memori jauh di sana..

    Tidak ingin kalah dari siapapun..
    Dengan siapakah diriku telah saling bersaing..

    Sampai tujuan yang aku ingin..
    Terus jalan walau tak akan sampai..
    Di tengah mimpi air mata mengalir..
    Ku hapus dengan tangan ini..

    Pada tujuan yang aku ingin.. Langit biru menunggu diriku..
    Mana yang lebih dulu memutuskan pita..
    Bagaimanapun juga boleh..

    Musim upacara kelulusan..
    Di dalam dada pun angin bertiup..
    Bunga sakura hari ini tercerai berai..
    Di tempat memikirkanmu..

    |
    |
    v
    DOWNLOAD HERE
    4,7 MB
    ==========
    BERSAMBUNG
    Last edited by Assaulter_Zero; 23-02-13 at 11:59.

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •