Yngwie Malmsteen

Pernahkah anda membaca atau bahkan menemui cerita seseorang yang justru bertambah sukses ketika cobaan bertubi-tubi menghampiri, mulai dari dianggap nakal di sekolah, di DO, cobaan kematian orang tua hingga cobaan maut yang hampir merenggut nyawa. Namun itu semua justru menjadi penyemangat seseorang tersebut untuk melangkah jauh lebih sukses dari sebelumnya. Hal inilah yang tersirat dari sejarah hidup sang gitaris no 1 dunia, Yngwie Malmsteen. Berikut Ini adalah Biografi Yngwie Malmsteen.
Biografi

Yngwie Malmsteen adalah seorang gitaris berbakat dunia yang telah melahirkan banyak karya besar yang membuat namanya terkenal di seluruh dunia. Yngwie adalah asli Sewedia. Ia dilahirkan di Stockholm pada tanggal 30 Juni 1963. Ayahnya adalah seorang kapten tentara dan ibunya adalah seorang seniman.

Yngwie Malmsteen adalah anak bontot dari tiga bersaudara, saudaranya yang lain yaitu Ann Louise dan Bjorn. Awalnya kehidupan keluarga Yngwie baik-baik saja namun entah kenapa kemudian ayah dan ibunya bercerai.

Masa Kecil

Nama Yngwie yang berembel-embel Malmsteen adalah pemberian ibunya ketika masih kecil. Yngwie adalah anak yang sangat ‘badung’, di sekolah ia termasuk seorang yang suka membuat kacau. Akan tetapi ia sangat menyukai bahasa Inggris dan seni. Yngwie akhirnya drop out dari sekolahnya. Melihat hal ini, sang ibu mengikutkannya ke sekolah musik, namun dasar Yngwie, ia malah menggantung gitar pembelian ibunya. Ia juga kesulitan belajar terompet dan piano.

Suatu hari, Yngwie melihat sebuah konser yang memperingati meninggalnya seorang musisi yang bernama Jimi Hendrix. Di konser tersebut, diputar ulang gaya permainan Jimi Hendrix dalam memainkan gitarnya. Yngwie sangat terpesona dengan gaya permainannya, dari situlah Yngwie bertekad untuk sungguh-sungguh belajar musik terutama gitar.


Yngwie lalu membeli gitar murah yaitu sejenis Fender Stratocaster, ia kemudian belajar serius dan menggali kecenderungan nya dalam bermain gitar. Lagu yang pertama kali ia pelajari adalah lagu-lagu karya Deep Purple terutama permainan gitarnya Ritchie Blackmore sang gitaris Deep Purple dimana gaya permainan gitarnya cenderung ke arah musik klasik.

Yngwie diam-diam juga sangat mengagumi kakaknya yang sering mendendangkan lagu dari Bach, Vivaldi, Beethoven dan Mozart dengan gitar. Dari situlah Yngwie mendapat ide untuk menggabungkan musik klasik dengan musik rock melalui permainan gitar. Setiap hari Yngwie bermain gitar untuk menajamkan keunikannya dalam bermain gitar hingga tidur pun ia tak mau melepaskan gitarnya.

Rekaman dan Pintu Kesuksesan


Setelah dirasa cukup ahli dalam bermain gitar, Yngwie dan temannya kemudian merekam 3 lagu dan ditawarkannya ke studio rekaman di seluruh Swedia namun semua studio rekaman tersebut menolaknya. Yngwie tak putus asa, ia kemudian mengirimkan demo rekamannya ke luar negeri. Seorang konstributor Guitar Player dan pemilik Shrapnel Records yang bernama Mike Varney menyukai cara Yngwie bermain gitar yang kemudian mengundangnya ke Los Angeles untuk bergabung dengan band Steeler . Disinilah awal kesuksesan Yngwie di cetak.

Yngwie kemudian menjadi terkenal dalam kecepatan permainan gitarnya pada lagu Hot on Your Heels. Untuk lebih mengasah dirinya, ia kemudian bergabung dengan grup band yang lebih besar yaitu Alcatrazz, namun begitu Yngwie tak lantas berhenti berfikir untuk mengembangkan dirinya. Ia merasa masih terbatasi dalam grub band tersebut walau telah diberi kesempatan bermain solo di lagu Kree Nakoorie, Jet to Jet, dan Hiroshima Mon Amour. Yngwie merasa hanya solo lah pangggilan jiwanya.

Akhirnya Yngwie pun mengakhiri karirnya sebagai anak band dan menelurkan album solo pertamanya yaitu Rising Force yang sampai saat ini me legenda dan dijadikan sebagai acuan dalam musik beraliran Neo-Classical. Album ini kemudian menempati Billboard charts di urutan ke 60 sebagai musik instrumental gitar non komersil. Yngwie pun mendapat penghargaan Grammy Award sebagai musik instrumental rock terbaik serta mendapat penghargaan sebagai gitaris terbaik tahun itu.

Cobaan

Ketika Yngwie berada di puncak popularitasnya, ia justru mengalami musibah. Yngwie mengalami kecelakaan tragis dengan mobil jaguarnya yang membuat dirinya mengalami penyumbatan darah pada otak dan mengakibatkan tangan kanannya tak berfungsi lagi. Yngwie pun sempat koma hingga satu minggu. Ini terjadi pada tanggal 22 Juni 1987 yaitu ketika dirinya hendak merayakan ulang tahunnya yang ke 24. Menyadari bahwa tangannya adalah hartanya yang paling berharga dalam bermain gitar. Ia kemudian serius mengikuti terapi untuk memulihkan lukanya.

Setelah cobaan itu, Yngwie mendapat cobaan yang tak kalah hebatnya lagi yaitu ibu yang telah mendukung dirinya dan mengenalkannya pada dunia seni meninggal dunia. Betapa hancur hati Yngwie, belum pulih lukanya akibat kecelakaan, ia kini harus menerima kenyataan orang yang paling dicintai dan dikasihinya yaitu ibunya meninggalkannya selamanya. Apakah Yngwie menyerah terhadap takdirnya? Tidak. Ia malah terpacu untuk menaiki tangga sukses yang lebih tinggi lagi.

Kesuksesan Demi Kesuksesan


Dijiwai dengan semangat pantang menyerah pada takdir, Yngwie merilis album yang baru lagi seperti Odyssey, Eclipse, Fire & Ice, Seventh Sign, I Can’t Wait, MAGNUM Opus, Inspiration, Facing the Animal, Alchemy, War To End All Wars yang laris manis di pasaran.

Yngwie juga sempat menyambangi kota-kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya dan Solo pada tahun 1990 yaitu ketika album Eclipse dirilis. Yngwie pun dikabarkan akan datang kembali ke Indonesia namun batal karena situasi politik yang kurang mendukung keamanannya dalam menggelar konser.

Yngwie mencetak kesuksesan lagi yaitu bermain bersama orkestra penuh di salah satu albumnya yang berjudul Concerto Suite for Electric Guitar and Orchestra in Eb minor, Op. 1 pada tahun 1998.
Yngwie juga ditawari bergaabung dalam G3 yang terdiri dari Joe Satriani, Yngwie dan Steve Vai yang kemudian menghasilkan satu album dan video. Yngwie kemudian melakukan tour bersama G3 di tahun 2005. Pulang dari tour itu, Yngwie melahirkan lagi satu karya fenomenal yaitu album Unleash the Fury. Album Attack yang memuat nomor hits instrumental Baroque& Roll juga menuai kesuksesan.


Kesuksesan demi kesuksesan telah dicapainya bahkan yang tertinggi adalah ketika setelah mendapat musibah kecelakaan. Yngwie dianggap ‘dewa’ nya musik Neo-Classical yang memberikan inspuirasi pada pemain gitar serupa. Setelahnya banyak bermunculan gitaris aliran ini yang mengaku-ngaku dirinya paling cepat dan paling unik permainannya, seperti Paul Gilbert, Marty Friedman, Jason Becker, Richie Kotzen, Vinnie Moore, Tony Macalpine, Greg Howe, dll. Namun itu semua tak sebanding dengan bakat dan kemahiran Yngwie Malmsteen dan menobatkan Yngwie sebagai gitaris terbaik se dunia hingga saat ini.

Check This