Page 7 of 16 FirstFirst ... 34567891011 ... LastLast
Results 91 to 105 of 229

Thread: 2. suling emas

http://idgs.in/730827
  1. #91

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 91
    Kwee Seng juga bangkit berdiri. Aku selau melayani, kalau kau memang
    hendak berkelahi, dan aku selalu akan menghalangimu, kalau kau hendak
    melakukan hal‐hal jahat!
    Ban‐pi Lo‐cia tertawa bergelak lalu menerjang maju dan memaksa lawannya
    melakukan pertandingan jarak dekat yang lebih berbahaya. Ia hendak
    mengadu tenaga dalam pertemuan tenaga tadi si raksasa ini dapat menduga
    bahwa dalam hal tenaga dalam, ia menang setingkat.
    Dan hal ini memang harus diakui oleh Kwee Seng. Pemuda itu kini mendapat
    kesempatan balas menyerang, namun ia sedapat mungkin menghindarkan
    adu tenaga karena hal ini akan banyak merugikannya. Sulingnya sudah retak
    dan kalau terus‐menerus diadu dengan cambuk, tentu akan hancur
    sedangkan cambuk lawannya sama sekali tidak mengalami kerusakan apaapa,
    Kwee Seng mengerahkan gin‐kang (meringankan tubuh) dan
    menggunakan kegesitannya untuk menghadapi serangan dengan balasan
    serangan pula. Ia lebih muda, tubuhnya lebih kecil dan karenanya ia lebih
    gesit daripada lawannya yang tua dan tinggi besar.
    Kini Kwee Seng benar‐benar menguras ilmunya. Ia mencoba mainkan segala
    macam ilmu silat yang pernah ia pelajari, namun tetap saja ia tidak mampu
    mendesak lawan. Sebaliknya, tidaklah muda bagi Ban‐pi Lo‐cia untuk
    mengalahkan lawan yang amat kuat ini. Dalam benturan ke dua yang sama
    dahsyatnya dengan tadi, keduanya kembali terjengkang sampai beberapa
    meter jauhnya. Pertandingan telah setengah malam dan kini fajar mulai
    menyingsing, sinar merah mengambang di ufuk timur. Mereka saling
    pandang, muka berpeluh, uap putih mengepul dari ubun‐ubun kepala
    masing‐masing.
    Bah, kau ini orang muda luar biasa. Selama hidup baru sekali ini bertemu
    orang muda seperti kau. Baru dua kali selama hidupku benar‐benar gembira
    melakukan pertandingan. Pertama melawan Pat‐jiu Sin‐ong Liu Gan, ke dua
    dengan kau inilah ! Heh‐heh‐heh ! Orang muda, aku pernah mendengar kau
    ini diambil murid Bu Kek Siansu. Manusia dewa itu katanya paling sakti, akan
    tetapi mengapa muridnya hanya seperti kau ini, manusia biasa yang dapat
    kulawan?

  2. Hot Ad
  3. #92

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 92
    Aku tidak mendapat kehormatan sebesar itu menjadi murid beliau, aku
    hanya pernah beruntung menerima petunjuknya. Tak usah kau membawabawa
    nama suci Bu Kek Siansu. Kalau memang hendak bertanding, mari kita
    lanjutkan.Kwee Seng kini bangkit lebih dulu. Ia mulai penasaran menghadapi
    lawan yang begini tangguh dan ulet.
    Heh‐heh‐heh, sampai mati, bocah sombong!Ban‐pi Lo‐cia menerjang maju
    dan kini ia membekuk cambuknya lalu menghantam dengan gerakan ilmu
    silat toya. Pukulan yang hebat ini tak mungkin dielakkan lagi. Terpaksa Kwee
    Seng menangkis dengan sulingnya, berbareng menyodokkan kipasnya.
    Brakkkk!! Uh‐uhKwee Seng terhuyung mundur, sulingnya hancur ! Akan
    tetapi Ban‐pi Lo‐cia juga terhuyung mundur, perutnya kena ditotok ujung
    kipas sehingga mendadak perut itu menjadi mulas ! Kalau orang lain terkena
    totokan ujung kipas yang mengandung tenaga sin‐kang, tentu akan tembus
    perutnya atau rusak isi perutnya, mati seketika. Akan tetapi Ban‐pi Lo‐cia
    yang sudah kebal itu hanya merasakan perutnya mulas seperti orang terlalu
    banyak lombok saja !
    Serrr.. serrrserrr!Belasan batang anak panah menyambar ke arah Ban‐pi Locia.
    Cepat kakek itu mengibaskan lengan bajunya dan anak‐anak panah itu
    runtuh berhamburan. Dari kanan kiri berlompatan keluar belasan orang yang
    bersenjata lengkap.
    Inilah hwesio jahat itu ! Serbu KeroyokKiranya belasan orang ini adalah lima
    orang jago silat bersama teman‐temannya, sedangkan di belakang mereka
    masih tampak puluhan orang yang merupakan regu penjaga keamanan.
    Agaknya peristiwa di tengah telaga itu telah dilaporkan oleh hartawan Lim
    yang minta bantuan yang berwajib, sedangkan lima orang jago silat sudah
    mengundang teman‐temannya untuk membantu.
    Kwee Seng yang maklum bahwa sekian banyaknya orang itu bukanlah lawan
    Ban‐pi Lo‐cia, cepat menerjang lagi si raksasa gundul dengan kipasnya. Banpi
    Lo‐cia juga maklum bahwa Kwee Seng merupakan lawan seimbang, kalau
    sekarang dibantu oleh puluhan orang, ia bisa celaka. Sambil tertawa
    terkekeh‐kekeh, ia melompat dan sekali lompat ia telah melampaui kepala
    mereka yang mau mengeroyok. Mendadak tujuh orang pengeroyok jatuh
    berturut‐turut dan mati seketika karena kepala mereka telah kena disambar

  4. #93

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 93
    hawa pukulan Ban‐pi Lo‐cia yang mereka sambil melompat pergi. Dari jauh
    terdengar suaranya.
    Eeh, Kwee Seng. Belum selesai pertandingan kita, lain kali kita lanjutkan!
    Sekarang pun boleh!Kwee Seng juga melompat dan mengejar karena ia
    makin penasaran, apalagi melihat raksasa itu pergi sambil membunuh tujuh
    orang. Akan tetapi beberapa lama ia mengejar, tak tampak bayangan raksasa
    itu. Kwee Seng tidak mau kembali ke tempat tadi, tidak suka ia bertemu
    dengan mereka yang tentu hanya akan merepotkannya saja. Ia lalu
    mengambil jalan sunyi menjauhi telaga. Ia merasa menyesal bahwa sulingnya
    telah hancur, tak dapat dipakai menyuling, apalagi sebagai senjata. Dengan
    lesu ia melempar sulingnya yang hancur dan terasa betapa tubuhnya basah
    semua oleh peluh. Ia perlu beristirahat memulihkan kekuatannya. Ia hendak
    mencari tempat yang sunyi agar tidak terganggu orang lain.
    Kongcu Kalau suara ini parau dan kasar, agaknya Kwee Seng takkan
    mengacuhkannya. Akan tetapi justeru tidak demikian. Suara itu halus dan
    merdu, dan inilah yang membuat ia bagaikan terpagut ular dan cepat ia
    berpaling ke kiri.
    Dia sendiri di situ ! Siapa lagi kalau bukan Ang‐siauw‐hwa, pakaiannya masih
    serba merah muda, dari pita penghias rambut sampai sepatunya. Akan tetapi
    terang bukan pakaian yang semalam, karena pakaian ini selain kering juga
    bersih sekali. Rambutnya digelung indah terhias perhiasan burung Hong dari
    emas dan permata. Sepasang pipinya kemerahan, matanya bersinar‐sinar,
    bibirnya tersenyum manis. Akan tetapi wajah yang cantik itu kelihatan
    berbayang menjadi dua tiga oleh pandangan mata Kwee Seng yang
    berkunang‐kunang. Pertandingan setengah malam suntuk itu ternyata hebat
    pula akibatnya bagi pemuda ini.
    Kongcu, kau kenapa Kau terluka Kwee Seng memaksa diri tersenyum dan
    menggeleng kepala. Akan tetapi wanita itu sudah maju mendekat dan
    memegang tangannya. Ah, kau tentu terluka. Hwesio itu jahat sekali. Kau
    kelihatan lemah dan lelah, Kongcu. Aku sengaja menunggumu disini dan
    kebetulan kau lewat di sini. Bukankah ini jodoh namanya?

  5. #94

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 94
    Ooh tanya Kwee Seng lemah, kata‐kata ini mengejutkan dan mengherankan
    hatinya.
    Ang‐siaw‐hwa menarik lengannya. Tentu saja jodoh. Kongcu, marilah ikut
    Ang‐siauw‐hwa, kau perlu beristirahat, biarlah Ang‐siauw‐hwa merawatmu.
    Dengan kata‐kata yang mesra dan merdu ini wanita itu menggandeng tangan
    Kwee Seng dan dituntunnya pergi.
    Kenapa kenapa kau begini baik kepadakuKwee Seng masih mencoba
    menolak. Akan tetapi Ang‐siauw‐hwa menarik tangannya dan diguncangguncangnya.
    Kenapa ? Karena kau telah menolong nyawaku, menyelamatkan
    kehormatanku. Kongcu, karena karena aku ingin belajar menyuling darimu
    Menyuling ?Akan tetapi keadaan Kwee Seng makin lemas. Pertemuan ini
    mengganggu hati dan pikirannya dan amat merugikannya kerena seharusnya
    ia dapat beristirahat memulihkan tenaga tenaga dalam yang banyak
    dikerahkan dalam pertempuran. Bagaikan seorang mimpi dan linglung ia
    membiarkan dirinya digandeng dan dituntun Ang‐siauw‐hwa dan ia hampir
    tidak sadar ke mana ia dibawa oleh wanita itu.
    Ketika Kwee Seng membuka matanya, ia telah rebah di atas pembaringan
    yang hangat, bersih dan berbau harum. Kamar itu indah sekali dan di pinggir
    pembaringan ia melihat Ang‐siauw‐hwa duduk memijiti pundak dan
    lengannya.
    Melihat betapa di atas meja ada lilin tertutup sutera biru, ia heran dan tahu
    bahwa saat itu hari telah malam. Akan tetapi melihat wanita cantik itu duduk
    begitu dekat dengannya dan hanya mengenakan pakaian yang tipis, ia
    meramkan matanya kembali.
    Ambilkan bubur dan sayur itu, kemudian kalian pergi tinggalkan kamar ini,
    aku hendak melayani Kongcu makan.Terdengar Ang‐siauw‐hwa berkata
    perlahan. Dari balik bulu matanya Kwee Seng melihat dua orang wanita
    pelayan yang tadinya duduk di bawah, bangkit berdiri. Tak lama kemudian
    mereka datang lagi membawa baki terisi hidangan untuknya.

  6. #95

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 95
    Kongcu, kau harus makan dulu. Sudah sehari penuh kau tidur.Kata Angsiauw‐
    hwa sambil menyingkapkan selimut yang menutupi tubuh Kwee Seng.
    Pemuda ini bangkit duduk, memandang ke sekeliling lalu berkata, penuh
    kegugupan dan malu‐malu.
    Ah, agaknya aku tak sadar tertidur di sini, menyusahkan Nona saja. Biarkan
    aku pergi
    Akan tetapi Ang‐siauw‐hwa merangkulnya. Mengapa begitu, Kongcu ? Tidak
    sudikah Kongcu menerima pembalasan budi dariku ? Apakah Kongcu seperti
    orang‐orang lain memandang rendah kepadaku, seorangpelacur?Wanita itu
    masih memeluknya sambil menangis !
    Kwee Seng menarik napas panjang. Ia suka kepada nona ini, yang selain
    cantik jelita juga halus tutur sapanya, baik budinya. Akan tetapi tentu saja ia
    tidak suka melibatkan dirinya dalam perhubungan dengan seorang *******.
    Sudahlah, Nona. Aku sekali‐kali tidak memandang rendah kepadamu. Kau
    baik sekali.
    Nona itu mengangkat mukanya dan biarpun air mata masih membasahi
    pipinya,ia teresenyum gembira. Marilah makan, Kongcu.Katanya merdu.
    Kwee Seng tidak menolak lagi, perutnya amat lapar. Tidur sehari itu amat
    bermanfaat baginya, memulihkan sebagian tenaganya. Setelah makan yang
    dilayani amat mesra oleh Ang‐siauw‐hwa, ia merasa tubuhnya segar kembali.
    Ang‐siauw‐hwa menepuk tangannya dan dua orang pelayan datang dan
    segera diperintahnya untuk membersihkan mangkok piring, lalu menyuruh
    mereka pergi lagi. Kemudian, dengan gerakan lemah gemulai dan mesra,
    tanpa ragu‐ragu atau malu‐malu lagi Ang‐siauw‐hwa lalu menghampiri Kwee
    Seng dan duduk diatas pangkuannya !
    Ah, Nonainiini.. bagaimanaKwee Seng tergagap.

  7. #96

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 96
    Kongcu, budimu terlalu besar. Tak tahu aku dengan apa aku harus membalas
    budimu, selain dengan penyerahan diriku menjadi hambamu, menjadi
    budakmu dan melakukan apa saja untuk memalas budimu. Kongcu, bolehkah
    aku mengetahui namamu?
    Tidak karuan rasa hati Kwee Seng. Kepalanya sampai terasa pening dan
    dengan halus ia mendorong tubuh nona itu dari atas pangkuannya. Nona,
    duduklah yang betul dan mari kita bicara. Kau mau tahu namaku ? Aku
    adalah Kwee Seng, seorang pelajar gagal yang tiada tempat tinggal, miskin
    dan tak berharga.
    Ah, Kwee‐kongcu mengapa bicara begitu ? Kau seorang budiman, gagah
    perkasa dan amat berharga. Kalau mau bicara tentang orang tak berharga,
    akulah orangnya Kembali nona itu menangis dan ia kini duduk di atas kursi
    dan menutupi muka dengan kedua tangannya. Kwee Seng melihat air mata
    menetes dari celah‐celah jari tangan yang putih, halus dan kecil meruncing
    itu.
    Nona, kulihat kau bukan orang sembarangan. Kau terpelajar dan tidak
    kelihatan seperti gadis bodoh. Mengapa kau sampai sampai tidak kuasa ia
    melanjutkan kata‐katanya menyebut *******.
    Sampai menjadi *******?Ang‐siauw‐hwa menurunkan tangannya dan
    mukanya menjadi merah sekali, air mata menetes di sepanjang kedua pipinya
    yang halus kemerahan. Ah, panjang ceritanya, Kwee‐kongcu. Ketahuilah, di
    waktu kecilku, aku adalah seorang berdarah bangsawan, Ayahku seorang
    pangeran dari Kerajaan Tang
    Kaget seperti disambar petir rasa hati Kwee Seng. Ahhh ! Mengapa sampai
    begini?
    Nona itu dengan suara pilu bercerita. Ayahnya memang seorang pangeran
    bernama Khu Si Cai yang mempunyai sepasang puteri kembar. Ketika
    kerajaan Tang runtuh, sekeluarga pangeran ini menjadi korban pula, semua
    tewas kecuali sepasang anak kembar itu yang berhasil di bawa lari oleh
    seorang pelayan. Akan tetapi di tengah jalan mereka terhalang oleh keributan
    dan perang sehingga seorang di antara dua anak kembar itu terlepas dari

  8. #97

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 97
    Kongcu, budimu terlalu besar. Tak tahu aku dengan apa aku harus membalas
    budimu, selain dengan penyerahan diriku menjadi hambamu, menjadi
    budakmu dan melakukan apa saja untuk memalas budimu. Kongcu, bolehkah
    aku mengetahui namamu?
    Tidak karuan rasa hati Kwee Seng. Kepalanya sampai terasa pening dan
    dengan halus ia mendorong tubuh nona itu dari atas pangkuannya. Nona,
    duduklah yang betul dan mari kita bicara. Kau mau tahu namaku ? Aku
    adalah Kwee Seng, seorang pelajar gagal yang tiada tempat tinggal, miskin
    dan tak berharga.
    Ah, Kwee‐kongcu mengapa bicara begitu ? Kau seorang budiman, gagah
    perkasa dan amat berharga. Kalau mau bicara tentang orang tak berharga,
    akulah orangnya Kembali nona itu menangis dan ia kini duduk di atas kursi
    dan menutupi muka dengan kedua tangannya. Kwee Seng melihat air mata
    menetes dari celah‐celah jari tangan yang putih, halus dan kecil meruncing
    itu.
    Nona, kulihat kau bukan orang sembarangan. Kau terpelajar dan tidak
    kelihatan seperti gadis bodoh. Mengapa kau sampai sampai tidak kuasa ia
    melanjutkan kata‐katanya menyebut *******.
    Sampai menjadi *******?Ang‐siauw‐hwa menurunkan tangannya dan
    mukanya menjadi merah sekali, air mata menetes di sepanjang kedua pipinya
    yang halus kemerahan. Ah, panjang ceritanya, Kwee‐kongcu. Ketahuilah, di
    waktu kecilku, aku adalah seorang berdarah bangsawan, Ayahku seorang
    pangeran dari Kerajaan Tang
    Kaget seperti disambar petir rasa hati Kwee Seng. Ahhh ! Mengapa sampai
    begini?
    Nona itu dengan suara pilu bercerita. Ayahnya memang seorang pangeran
    bernama Khu Si Cai yang mempunyai sepasang puteri kembar. Ketika
    kerajaan Tang runtuh, sekeluarga pangeran ini menjadi korban pula, semua
    tewas kecuali sepasang anak kembar itu yang berhasil di bawa lari oleh
    seorang pelayan. Akan tetapi di tengah jalan mereka terhalang oleh keributan
    dan perang sehingga seorang di antara dua anak kembar itu terlepas dari

  9. #98

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 98
    pangeran sampai begini, pikirnya. Karena ia yakin bahwa semua sikap nona
    ini bukan pura‐pura, melainkan keluar dari setulusnya hati yang amat
    berhutang budi kepadanya, maka ia pun tidak tega untuk menolak
    pernyataan kasih sayangnya, apalagi memang ia amat tertarik oleh nona yang
    memiliki kecantikan jarang keduanya ini.
    Setelah reda menangis, tanpa melepaskan pelukannya Ang‐siauw‐hwa
    berkata, suaranya mesra dan manja. Aku tertarik sekali oleh bunyi sulingmu,
    Kwee‐koko, kuharap kau suka mengajarku. Hati Kwee Seng berdebar sebutan
    Kongcu (Tuan Muda) berubah menjadi Koko (Kakanda) ini.
    Sulingku remuk oleh si Hwesio jahanam.Jawabnya, masih mengagumi rambut
    hitam halus panjang dan harum itu.
    Di sebelah barat telaga ada penjual suling yang baik, biarlah ku suruh pelayan
    membeli untukmu.
    Tak usah, biarlah kubeli sendiri besok. Memilih sebuah suling bukanlah
    sembarangan, harus dicoba dulu.
    Malam itu merupakan malam yang amat mesra bagi Kwee Seng, akan tetapi
    juga malam yang menimbulkan kasihan di hatinya terhadap Ang‐siauw‐hwa,
    rasa kasihan yang tentu dengan mudah akan menggelimpang menjadi rasa
    cinta kalau saja ia tidak teringat bahwa nona ini adalah seorang ******* !
    Di lain fihak, sama sekali tidaklah aneh kalau Ang‐siauw‐hwa Khu Ki In jatuh
    cinta kepada Kwee Seng karena selama hidupnya, baru sekarang ia bertemu
    dengan pemuda yang tidak memandangnya sebagai seorang ******* yang
    hina. Biasanya, laki‐laki yang manapun juga hanya akan menganggap ia
    sebagai barang permainan, yang datang kepadanya dengan kandungan nafsu
    dan mengharapkan kesenangan dan hiburan daripadanya. Akan tetapi kwee
    Seng ini berbeda sekali, pemuda tampan ini menolongnya tanpa pamrih,
    menganggapnya manusia terhormat, maka sekaligus hatinya jatuh dan tidak
    mengherankan kalau dia dengan rela menyerahkan jiwa raga kepada Kwee
    Seng dan mengharapkan untuk dapat melayani pemuda itu selama hidupnya
    !

  10. #99

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 99
    Pada keesokan harinya, pagi‐pagi sekali Kwee Seng berpamit kepada Angsiauw‐
    hwa yang masih setengah tidur di atas pembaringan. Moi‐moi, aku
    pergi dulu hendak mencari suling yang baik.
    Dengan mata masih setengah meram, Ang‐siauw‐hwa mengembangkan
    kedua lengannya yang berkulit putih halus ke arah Kwee Seng, lalu berkata,
    suaranya mesra dan penuh cinta kasih, Kwee‐kokojangan kau tinggalkan aku
    lagi.
    Kwee Seng merasa terharu sekali. Ia merasa yakin akan perasaan cinta
    wanita ini kepadanya. Untuk sejenak jari‐jari tangan mereka saling
    cengkeram lalu Kwee Seng melepaskannya dan berkata sambil tersenyum.
    Jangan kuatir, Moi‐moi, aku takkan meninggalkanmu begitu saja sebelum kau
    pandai bersuling!
    Entah mengapa ia sendiri tidak tahu, pagi itu Kwee Seng merasa gembira
    sekali.
    Lenyap sudah rasa lelah dan lemah sebagai akibat pertandingan mati‐matian
    melawan Ban‐pi Lo‐cia. Sinar matahari pagi yang menyoroti permukaan air
    telaga dan pohon‐pohon di sekitarnya, tampak amat indah menyegarkan.
    Suara kicau burung pagi amat sedap, tidak seperti biasanya. Dan pemuda ini
    tersenyum, matanya bersinar‐sinar, dan kedua pipinya menjadi kemerahan
    bibirnya tersenyum aneh kalau ia teringat pada Ang‐siauw‐hwa ! Ia harus
    mencari suling yang baik, tidak saja yang baik suaranya, akan tetapi juga
    yang memenuhi syarat untuk menjadi senjata. Bambu yang pilihan tua dan
    kering betul.
    Benar seperti dikatakan Ang‐siauw‐hwa, di sebelah barat telaga itu terdapat
    seorang penjual suling buatannya sendiri. Akan tetapi Kwee Seng kecewa
    melihat bahwa biarpun pembuatannya amat halus, namun bahannya terbuat
    daripada bambu biasa saja.
    Saya mempunyai sebatang bambu berbintik hitam yang biasa disebut bambu
    berbintik hitam, Kongcu. Bambu itu saya beli mahal dari seorang perantau di

  11. #100

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 100
    Lembah Huang‐ho, akan tetapi karena mahalnya, sampai sekarang belum
    saya bikin suling, takut tidak akan ada yang berani membelinya.Akhirnya Si
    Tukang Pembuat Suling itu berkata. Kwee Seng girang sekali. Ia mengenal
    bambu naga hitam sebagai bambu yang kuat dan lurus maka amatlah baik
    untuk dijadikan suling dan dibuat senjata.
    Mana bambu itu ? Kenapa tidak dari tadi kaubilang ? Keluarkanlah, biar
    kumelihatnya.
    Setelah bambu itu dikeluarkan, Kwee Seng menjadi girang sekali. Benar
    bambu naga hitam yang amat baik, tua dan sudah kering betul. Mereka
    tawar‐menawar, kemudian Kwee Seng berkata, Jadilah. Harap kaubuatkan
    suling dari bambu ini sekarang juga, aku akan menunggunya.
    Setengah hari lebih Kwee Seng berada di rumah pembuat suling itu. Akhirnya
    lewat tengah hari, suling itu pun jadi dan setelah mencobanya dan mendapat
    kenyataan bahwa memang sudah tepat ukuran lubang‐lubangnya. Kwee Seng
    membayar harga suling yang limapuluh kali lebih mahal daripada harga
    suling biasa, membeli pula sebuah suling biasa dan meninggalkan tempat itu.
    Ia girang sekali, mempercepat larinya menuju ke rumah mungil yang
    menurut cerita Ang‐siauw‐hwa menjadi tempat istirahatnya tak jauh dari
    telaga.
    Moi‐moi, kaulihatlah suling ini!Di depan pintu rumah Kwee Seng sudah
    berseru memanggil, rindu akan senyum manis dan pandang mata mesra yang
    pasti akan menyambutnya. Akan tetapi sunyi saja di sebelah dalam. Kwee
    Seng mendorong daun pintu dan dapat dibayangkan betapa kagetnya melihat
    dua sosok tubuh melang‐melintang di belakang daun pintu. Ketika ia
    membungkuk dan memeriksa, ternyata itu adalah dua orang pelayan wanita
    yang sudah tak bernyawa lagi tanpa menderita luka yang kelihatan. Kwee
    Seng menjadi pucat mukanya.
    Moi‐moi serunya dan mendengar ada suara perlahan dari dalam kamar,
    sekali meloncat ia sudah menerjang dun pintu kamar dan masuk ke dalam
    kamar. Apa yang dilihatnya ? Memang Ang‐siauw‐hwa berada di situ, akan
    tetapi dalam keadaan yang jauh bedanya dengan malam tadi, Gadis itu
    telentang di atas pembaringan, pakaiannya hampir telanjang, rambutnya
    terlepas dari ikatan dan menutupi sebagian leher dan dada, bajunya yang

  12. #101

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 101
    berwarna merah muda itu robek‐robek dan penuh darah yang keluar dari
    dadanya di mana tampak menancap sebuah gunting !
    Kwee Segera menubruknya, akan tetapi sekali pandang maklumlah ia bahwa
    nyawa gadis ini tak dapat ditolongnya lagi, karena gunting itu tepat
    menancap di ulu hati. Ia diam‐diam heran mengapa Ang‐siauw‐hwa tidak
    mati seketika dengan tusukan seperti itu.
    Moi‐moi siapa melakukan ini Ia mengguncang‐guncang pundak wanita itu.
    Ang‐siauw‐hwa membuka matanya yang sudah layu dan tiba‐tiba gadis itu
    tersenyum lemah. Kwee‐kokokau datang terlambat tapi lebih baik beginitak
    mungkin aku dapat melihat mukamu setelah apa yang terjadilebih baik aku
    akhiri hidupku
    Apa katamu ? Kau membunuh diri ? Tapitapi mengapa, Moi‐moi
    Koko pada saat kau pergi datang hwesio iblis ituah, dua orang pelayanku
    dibunuhnya dan aku aku Wanita itu menangis dan napasnya terengah‐engah.
    Setelah bertemu dengan engkau setelah aku bersumpah setia hanya padamu
    seorangkebiadaban hwesio itu membuat aku tak mungkin dapat melihatmu
    lagi di dunia ini aku aku ah koko, aku cinta padamu kau carikan saudaraku
    Gin In
    Moi‐moi,Akan tetapi Ang‐siauw‐hwa atau Khu Lim In yang bernasib malang
    itu telah menghembuskan napas terakhir dalam pelukan Kwee Seng.
    Pada saat itu, dari luar terdengar suara perempuan memanggil. Ang‐siauwhwaKenapa
    kau dua hari tidak kembali ke kota ? Aku menanti‐nantimu,
    banyak tamu menanyakan kauLalu terdengar jerit wanita.
    Kwee Seng maklum bahwa tentu wanita yang datang itu Bibi Cang yang
    sudah melihat dua orang pelayan yang tewas, maka untuk tidak melibatkan
    diri dalam urusan pembunuhan ini, cepat ia merebahkan tubuh Ang‐siauw

  13. #102

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 102
    hwa di atas pembaringan, menunduk dan mencium bibir yang mulai layu itu
    dan secepat kilat ia melompat ke luar kamar melalui jendela, membawa
    jubahnya yang kemarin dipinjam Ang‐siauw‐hwa, dan meninggalkan
    sulingnya di dekat tubuh ******* itu.
    Demikianlah, Sian‐moi, pertemuanku dengan Ban‐pi Lo‐cia yang
    mengangkibatkan sulingku hancur!Kwee Seng mengakhiri ceritanya kepada
    Liu Lu Sian. Tentu saja dalam cerita itu ia tidak menjelaskan hubungannya
    dengan Ang‐siaw‐hwa secara jelas. Dalam pandangannya, dibandingkan
    dengan Ang‐siauw‐hwa, Liu Lu Sian menang segala‐galanya. Kalau Angsiauw‐
    hwa diumpamakan setangkai bunga, maka ******* itu adalah bunga
    botan yang tumbuh dilapangan rumput, tiada pelindung dan mudah
    dilayukan sinar matahari dan dirontokkan angin besar. Akan tetapi Liu Lu
    Sian merupakan setangkai bunga mawar hutan yang semerbak harum, indah
    terlindungi pohon besar, di samping itu sukar dipetik karena tertutup duridurinya
    yang runcing.
    Kwee‐koko, mengapa ketika kau bercerita tentang dicemarkannya ******* itu
    oleh Ban‐pi Lo‐cia, matamu berkilat marah ! Seorang perempuan lacur
    macam Ang‐siauw‐hwa itu, mana ada harganya untuk dibela?Memang ini
    termasuk sebuah di antara watak Lu Sian yang aneh. Kalau ada laki‐laki
    menyatakan suka atau tertarik oleh wanita lain, biarpun laki‐laki itu bukan
    apa‐apanya, ia akan merasa iri hati dan cemburu !
    Di lain fihak, Kwee Seng adalah seorang pemuda yang sama sekali belum
    berpengalaman tentang wanita dan asmara, maka ia tidak tahu dan tidak
    mengerti akan sikap ini. Ia malah merah mukanya karena jengah mendengar
    teguran Lu Sian.
    Ah, mengapa kau bilang begitu, Sian‐moi ? ******* atau bukan, dia hanya
    seorang lemah yang diperkosa oleh seorang jahat yang kuat. Sudah menjadi
    kewajibanku untuk membelanya, dan sudah semestinya kalau aku marah
    melihat kejahatan Ban‐pi Lo‐cia. Aku mengharapkan perjumpaan sekali lagi
    dengan pendeta iblis itu!
    Makin tak senang hati Lu Sian karena dianggapnya bahwa kematian *******
    itu membuat Kwee Seng sakit hati dan ini menandakan bahwa pemuda itu
    jatuh cinta kepada Si *******.

  14. #103

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 103
    Koko, apakah kau mencinta perempuan hina itu?tiba‐tiba ia bertanya,
    matanya memandang tajam. Kwee Seng juga memandang dan melihat sinar
    mata bening tajam itu bertambah kagumlah hatinya.
    Tidak, aku hanya kasihan kepadanya.Jawab Kwee Seng, suaranya jelas
    menyatakan isi hatinya.
    Akan tetapi agaknya Liu Lu Sian belum puas. Gadis ini mengerutkan
    keningnya dan mendesak lagi. Pernahkah kau jatuh cinta ? Adakah seorang
    wanita yang kau cinta di dunia ini?
    Bertemu dengan pandang mata tajam bening penuh selidik itu, muka Kwee
    Seng menjadi makin merah. Sebelum menjawab ia menggigit bibir menekan
    perasaan, kemudian katanya.
    Selama ini aku tidak pernah jatuh cinta. Hanya setelah bertemu dengan
    engkau, Sian‐moiah, entahlah. Agaknya kalau ini yang dinamakan cinta,
    berarti aku jatuh cinta kepadamu!
    Mendengar kata‐kata ini, lu Sian hanya tertawa, tertawa senang sekali.
    Kemudian ia bangkit dari tempat duduknya dan berkata. Kwee‐koko, mari
    kita melanjutkan perjalanan.
    Apa ? Hampir tengah malam begini?Akan tetapi Lu Sian sudah melangkah ke
    kamarnya dan tak lama kemudian ia keluar lagi membawa buntalan pakaian
    dan memanggil pelayan dengan suara nyaring. Ketika pelayan berlari‐lari
    datang, ia cepat memerintahkan pelayan untuk menuntun dua ekor kuda
    mereka dan menyiapakannya di depan rumah penginapan.
    Mengapa tidak, Koko ? Apa salahnya melakukan perjalanan malam ? Setelah
    keributan tadi, aku tidak senang di sini, ingin lekas‐lekas pergi saja. Aku ingin
    berada di tempat bebas dan udara terbuka untuk mendinginkan kepala agar
    dapat aku enak memikirkan.

  15. #104

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 104
    Memikirkan sesuatu saja harus pergi tengah malam di tempat terbuka?Kwee
    Seng mengomel karena sesungguhnya ingin ia mengaso. Memikirkan apa
    saja, sih?
    Liu Lu Sian tersenyum manis. Memikirkan pernyataan cintamu tadi itu!
    Kwee Seng melongo dan pipinya menjadi merah, akan tetapi cepat‐cepat ia
    pun mengambil pakaian dan keduanya lalu keluar dari rumah penginapan,
    melompat ke atas kuda dan meninggalkan pelayan‐pelayan yang memandang
    dengan mata terbelalak, terheran‐heran menyaksikan dua orang muda yang
    lihai dan royal itu, yang meninggalkan hadiah tidak sedikit di tangan mereka
    sebelum pergi.
    Begitu keluar dari kota, Lu Sian membalapkan kudanya, Kwee Seng terpaksa
    mengikutinya dengan perasaan heran. Alangkah anehnya gadis ini, pikirnya,
    dan hatinya berdebar kalau ia teringat betapa tadi ia telah mengucapkan
    pengakuan cintanya kepada Lu Sian. Akan tetapi ternyata gadis ini
    melakukan perjalanan setengah malam suntuk tanpa bicara dan Kwee Seng
    yang masih marasa malu karena pengakuan cintanya, tidak berani bicara
    sesuatu, hanya mengiringkan gadis itu dari belakang.
    He, paman tukang perahu ! Mari kau seberangkan aku dan kudaku ke sana !
    Berapa biayanya kubayar!
    Tukang perahu yang kurus dan bermata sipit memakai topi lebar itu segera
    meminggirkan perahunya, perahu yang cukup besar. Ternyata ia seorang
    nelayan karena di atas dek perahu tampak alat‐alat pancing dan jaring. Di
    bagian belakang perahu duduk seorang anak tanggung memegang dayung
    bambu panjang.
    Baiklah, nona. Memang setiap hari kerjaku hanya menyeberangkan orang
    yang lari mengungsi. Akan tetapi dari seberang sana ke sini. Sungguh heran
    sekali pagi‐pagi buta begini nona malah hendak menyeberang ke sana.Kata si
    tukang perahu dengan suara penuh keheranan.

  16. #105

    Join Date
    Nov 2009
    Location
    jakarta
    Posts
    2,685
    Thanks: 34 / 77 / 74

    Default

    PART 105
    Lu Sian menuntun kudanya dan mengajaknya melompat ke atas dek perahu,
    sedangkan Kwee Seng mengikutinya tanpa banyak bicara. Dalam keadaan
    remang‐remang kini ia dapat melihat wajah gadis itu, masih berseri‐seri
    gembira dan cantik sekali.
    Kali ini Lu Sian melirik kepadanya dan tersenyum‐senyum manis, akan tetapi
    juga tidak bicara apa‐apa.
    Ah, Paman, kau tadi bilang apa?ketika perahu sudah meluncur ke tengah, Lu
    Sian bertanya. Orang‐orang mengungsi dari sana ? Ada terjadi apakah
    diseberang sana?
    Si Tukang Perahu memandang, keningnya berkerut. Apakah nona belum tahu
    ? Daerah San‐si mulai geger. Sejak gubernur Li Ko Yung berkuasa dan
    kerajaan Tang ditumbangkan belum pernah terjadi kehebohan di kalangan
    rakyat. Akan tetapi setelah Jenderal Muda Kam menentang kekuasaan
    gubernur dan tidak setuju dengan pemberontakan melawan kerajaan,
    keadaan menjadi geger karena jenderal Kam mempunyai banyak pengikut.
    Malah sesungguhnya rakyat banyak yang menyokong jenderal muda gagah
    perkasa itu. Banyaklah dilakukan penangkapan‐penangkapan oleh gubernur,
    dengan tuduhan memberontak
    Ah Dan bagaimana dengan jenderal itu ? Apakah ditangkap juga ? Dan
    dimana dia sekarang?
    Lu Sian agaknya tertarik sekali, akan tetapi Kwee Seng mendengar semua itu
    dengan hati dingin. Memang sama sekali ia tidak ada perhatian terhadap
    keributan negara yang tiada hentinya, semenjak pemberontakan yang terjadi
    puluhan tahun yang lalu terus menerus, sampai tumbangnya Kerajaan Tang
    dan tanah air menjadi pecah‐pecah karena diperebutkan. Entah berapa
    banyaknya sekarang raja‐raja dan raja‐raja muda atau bekas‐bekas gubernur
    yang mengangkat diri sendiri, mendirikan kerajaan‐kerajaan kecil yang
    saling curiga‐mencurigai, seakan‐akan sekelompok ****** masing‐masing
    mendekap sebatang tulang. Ia muak dengan itu semua, muak melihat
    manusia‐manusia yang demi mencari kemuliaan dan kedudukan duniawi,
    berebutan tak tahu malu, mempergunakan rakyat yang dipecah‐pecah untuk

Page 7 of 16 FirstFirst ... 34567891011 ... LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •