PBB menyebut pernyataan ‘shithole’ Trump ketika mendefinisikan Haiti, El Salvador dan negara-negara di Afrika sebagai pernyataan “rasis,” dan seorang mantan Sekretaris Buruh di bawah Presiden Bill Clinton, membandingkan komentar Trump dengan Nazisme, merujuk kepada sarannya untuk memasukkan lebih banyak imigran Norwegia.

Oleh: Tom Embury-Dennis (The Independent)

Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai Haiti, El Salvador dan beberapa negara Afrika sebagai “negara-negara shithole” telah dicap rasis oleh seorang pejabat hak asasi manusia PBB.

“Jika dikonfirmasi, ini adalah komentar mengejutkan dan memalukan dari Presiden Amerika Serikat,” juru bicara Rupert Coleville mengatakan.

“Tidak ada kata lain yang bisa Anda gunakan selain ‘rasis.’”

“Anda tidak bisa menyebut seluruh negara dan benua sebagai ‘shithole,’ ketika (seluruh populasi yang tinggal di dalamnya) tidak berkulit putih, oleh karena itu tidak diterima.”

Presiden AS melayangkan komentar tersebut dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin kongres di Oval Office pada hari Kamis (11/1), menurut media AS.

“Mengapa kita harus menerima semua orang dari negara-negara ini?” Kata Trump setelah melihat presentasi dari sebuah proposal untuk mengembalikan perlindungan bagi imigran dari negara-negara yang bersangkutan.

Trump bertanya mengapa AS tidak menerima orang dari negara-negara seperti Norwegia, yang perdana menterinya dia temui sehari sebelumnya.

Gedung Putih membela kebijakan Trump tentang imigrasi dan gagal menyangkal bahwa dia telah membuat komentar semacam itu.

“Itu adalah komentar mengejutkan dan memalukan dari Presiden Amerika Serikat.”

Coleville menambahkan: “Ini bukan hanya masalah bahasa vulgar, ini tentang membuka pintu sisi terburuk umat manusia, tentang memvalidasi dan menimbulkan sikap rasisme dan xenofobia.”

Trump akhirnya merilis sebuah pembelaan di Twitter, mengatakan bahwa bahasa yang dia gunakan itu “kasar” namun berbeda dengan apa yang diklaim.

“Tidak pernah mengatakan sesuatu yang menghina Haiti selain Haiti, jelas negara yang sangat miskin dan bermasalah,” lanjutnya.

“Tidak pernah mengatakan ‘mengusir mereka keluar.’ (Kesan seperti itu) Dibuat oleh Dems (orang-orang Partai Demokrat). Saya memiliki hubungan yang indah dengan orang-orang Haiti Mungkin harus merekam pertemuan di masa depan—sayangnya, tidak ada kepercayaan!”

Uni Afrika (AU), sebuah organisasi yang mewakili seluruh 55 negara di benua tersebut, mengatakan mereka “terus terang khawatir” dengan komentar Presiden AS.

“Mengingat kenyataan historis tentang berapa banyak orang Afrika tiba di Amerika Serikat sebagai budak, pernyataan ini bertentangan dengan semua perilaku dan praktik yang dapat diterima,” kata juru bicara AU Ebba Kalondo.

“Ini sangat mengejutkan karena Amerika Serikat tetap merupakan contoh global bagaimana imigrasi melahirkan sebuah negara yang dibangun dengan nilai kuat tentang keragaman dan kesempatan.”

Robert Reich, mantan Sekretaris Buruh di bawah Presiden Bill Clinton, membandingkan komentar Trump dengan Nazisme.

“Bagi Nazi, orang-orang Arya yang paling murni adalah orang-orang Nordik di Jerman dan Norwegia,” tulisnya di Twitter, menyinggung keluhan Trump bahwa lebih banyak orang Norwegia tidak diizinkan masuk ke AS.

“(Anda melihat) hubungannya?” dia menambahkan.

Trump membuat reformasi imigrasi sebagai tema utama kampanyenya dan pada hari Kamis, saat bertemu dengan anggota Kongres dalam upaya untuk menyelesaikan sebuah kesepakatan.

Sejak menjabat, dia telah mengumumkan bahwa dia akan mengakhiri Temporary Protected Status (TPS) untuk beberapa kelompok imigran di AS, termasuk yang berasal dari Haiti dan El Salvador.

TPS adalah status imigrasi untuk negara-negara tertentu yang mengalami krisis seperti bencana alam atau perang.

Warga Haiti memenuhi syarat untuk mendapatkan TPS setelah gempa 2010 yang menghancurkan negara kepulauan Karibia tersebut, dan sejak itu, negara tersebut belum pulih. Gedung Putih mengatakan akan mengakhiri TPS Haiti pada Juli 2019.

Pada tanggal 8 Januari Departemen Keamanan Dalam Negeri mengumumkan bahwa mereka telah mengakhiri status TPS untuk sekitar 200.000 orang El Salvador. Hak istimewa diberikan kepada El Salvador menyusul serangkaian gempa bumi di tahun 2001.

Sumber : Komentar ‘Shithole’ Trump Disebut Rasis dan Berbau Nazi