Menampilkan kekuatan militer dan berbicara mengenai ‘tidak takut mati’, menjadi lebih sering terjadi di China, tapi bukan berarti perang akan terjadi sesaat lagi. Seiring Xi Jinping yang terus menyatakan bahwa China telah memasuki era baru dan sebagai negara berkekuatan besar yang baru, maka perlu menciptakan pasukan tempur elit untuk melindungi tidak hanya tanah airnya, tetapi juga kepentingannya yang terus berkembang di luar negeri.

Oleh: Wang Xiangwei (South China Morning Post)

Akankah China berperang sesaat lagi?

Itulah pertanyaan di benak banyak orang di luar China selama beberapa bulan terakhir ini.

Tentara Pembebasan Rakyat—yang merupakan angkatan bersenjata terbesar di dunia—dalam satu tahun terakhir ini, telah tampil menonjol di surat kabar, laporan televisi, dan publikasi lainnya di China daratan, dengan meningkatnya intensitas, yang menyoroti latihan militer dan persenjataan terbaru mereka. Para pejuang dan pengebom paling modern di negara ini, serta kapal perang, juga melakukan latihan jarak jauh rutin, yang dekat dengan wilayah sensitif seperti Laut China Selatan atau Selat Taiwan.

Presiden Xi Jinping—yang juga merupakan ketua Komisi Militer Pusat (CMC), komando tertinggi PLA—telah sering melakukan inspeksi terhadap angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara, dan setiap saat memberikan penekanan yang besar untuk mendesak para pasukan untuk memperkuat pelatihan dan memperbaiki kemampuannya dalam memenangkan perang.

Pada pagi yang dingin di tanggal 3 Januari, Xi, dengan mengenakan seragam militer, memimpin sebuah pertunjukan kekuatan militer yang sangat besar, dalam pertemuan mobilisasi pertama di negara itu untuk seluruh angkatan bersenjata.

Lebih dari 7.000 perwira dan tentara bersenjata hadir, bersama dengan sekitar 300 tank dan persenjataan lainnya, untuk mendengar seruan Xi untuk melakukan pelatihan tempur sesungguhnya, dan dengan tegas membulatkan tekad untuk memenangkan perang, lapor Xinhua.

Sementara itu, siaran langsung itu disiarkan ke 4.000 unit tentara, angkatan laut, dan angkatan udara lainnya di seluruh negeri.

Seiring Xi yang juga menyerukan semangat pertempuran yang tidak takut akan kesulitan atau kematian, hal ini memberi banyak media luar negeri sebuah judul utama yang menghantui, bahwa “Xi mengatakan kepada pasukan tentara agar tidak takut mati….”

Sebenarnya, ungkapan “takut akan kesulitan atau kematian” adalah moto PLA sepanjang sejarahnya selama 90 tahun.

Meski begitu, profil publik PLA yang meningkat dan seruan berulang-ulang oleh Xi untuk kesiapan tempur, telah menimbulkan perasaan nasionalisme di dalam negeri, dan menimbulkan kekhawatiran di luar negeri mengenai niat China.

Terdapat beberapa alasan di balik meningkatnya pertunjukan kekuatan militer China, meski kemungkinan perang masih sangat jauh.

Pertama-tama, karena pemikiran yang terbalik telah terbukti menjadi salah satu alat yang efektif untuk memahami perkembangan China, seruan berulang-ulang oleh Xi untuk kesiapan tempur secara harfiah berarti bahwa PLA masih sangat kekurangan kesiapan tempur.

Memang, China dapat membanggakan angkatan bersenjata terbesar di dunia tersebut, dan telah mencapai terobosan signifikan dalam persenjataan dan teknologi militer, namun sebagian besar perwira dan tentaranya hanya memiliki sedikit pengalaman dalam pertarungan yang sesungguhnya. Perang terakhir yang diperjuangkan China adalah konflik militernya dengan Vietnam pada tahun 1979. Meskipun China mengklaim kemenangan terakhirnya, angkatan bersenjatanya menderita kerugian besar di tangan tentara Vietnam dalam pertempuran yang sangat sulit.

Kedua, sebelum Xi merombak PLA lima tahun yang lalu, angkatan bersenjata China telah memiliki inti yang rusak, di bawah kendali pendahulunya Jiang Zemin dan Hu Jintao.

Sebagai aturan, para perwira harus menyogok atasan mereka untuk mendapatkan promosi jabatan, mengingat adanya label harga untuk setiap pangkat militer dari tingkat yang lebih rendah ke jenderal tinggi, yang telah merendahkan moral seluruh angkatan bersenjata dan membuat mereka kehilangan semangat tempur yang diperlukan bagi seorang tentara atau perwira.

Selama lima tahun terakhir, kampanye anti-korupsi Xi yang belum pernah terjadi sebelumnya telah menjatuhkan tujuh jenderal penuh, termasuk Guo Boxiong dan Xu Caihou, dua mantan wakil ketua CMC yang secara efektif bertanggung jawab atas PLA selama 10 tahun, sampai masa pensiun mereka pada tahun 2012.

Pada Selasa (9/1), China mengkonfirmasi penangkapan jenderal ketujuh, Fang Fenghui, yang merupakan kepala staf sampai Agustus tahun lalu. Salah satu dugaan kejahatannya adalah pemberian sogokan, yang menunjukkan bahwa dia membeli jalan untuk mencapai posisi utamanya di angkatan bersenjata.

Sedikitnya 13 ribu perwira militer yang terlibat dalam korupsi telah dihukum selama lima tahun terakhir, The PLA Daily melaporkan pada bulan Oktober.

Ketiga, karena Xi benar-benar merombak militer, dia telah mencoba untuk memperkuat posisinya di angkatan bersenjata melalui kekuatan militer dan kampanye, untuk menanamkan kesetiaan para pasukan terhadap dirinya, sebagai panglima tertinggi. Lagu-lagu telah ditulis untuk mendorong personel militer untuk menjadi “tentara baik pimpinan Ketua Xi”, yang membangkitkan kenangan akan era pemerintahan militer Mao Zedong yang kuat.

Secara umum, seiring Xi yang telah menyatakan bahwa China telah memasuki era baru dan dengan tegas mengatakan bahwa negara tersebut merebut pusat dunia dan menjadi negara berkekuatan besar yang baru, maka perlu menciptakan pasukan tempur elit untuk melindungi tidak hanya tanah airnya, tetapi juga kepentingannya yang terus berkembang di luar negeri.

Sementara itu, seruan berulang-ulang oleh Xi untuk kesiapan tempur, bersamaan dengan seringnya China menampilkan kekuatan militer, juga dilakukan pada saat Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyuarakan ancaman untuk menggunakan cara-cara militer untuk menyingkirkan fasilitas nuklir Korea Utara. Masalah lainnya, seperti ketegangan di Laut China Selatan dan perselisihan perbatasan dengan India, serta keharusan untuk menunjukkan perlawanan tegas Beijing terhadap gerakan pro-kemerdekaan di Taiwan, juga memberikan Xi alasan untuk meningkatkan kekuatan militernya.

Sumber : Tabuh Genderang Perang, Akankah China Berperang Sesaat Lagi?