Setelah proyek infrastruktur di Indonesia mengalami banyak kecelakaan, perusahaan konstruksi Indonesia, Waskita Karya, memilih pemimpin baru untuk melaksanakan gelombang pembangunan infrastruktur yang menjadi proyek utama Presiden Joko Widodo.

Oleh: Shotaro Tani (Nikkei Asian Review)

JAKARTA—Sebuah perusahaan konstruksi BUMN Indonesia yang terkait dengan delapan kecelakaan yang terjadi sejak bulan Agustus 2016, telah menggantikan direktur utamanya, seiring Presiden Joko Widodo yang berjuang untuk mengembangkan proyek infrastruktur berkualitas untuk negara tersebut.

Waskita Karya memutuskan pada rapat umum pemegang saham pada Jumat (6/4), untuk menggantikan M. Choliq—seorang veteran industri yang telah memimpin perusahaan itu sejak tahun 2008—dengan I Gusti Ngurah Putra, direktur utama sesama perusahaan konstruksi BUMN, Hutama Karya.

Meningkatkan infrastruktur Indonesia adalah bagian penting dalam kampanye kepresidenan Joko Widodo pada tahun 2014, tetapi ia menghadapi masalah dengan terjadinya 16 kecelakaan industri dalam waktu kurang dari dua tahun, serta keterlambatan dalam pembangunan kereta api berkecepatan tinggi antara Jakarta dan Bandung.

Pada tanggal 20 Februari dini hari, terjadi keruntuhan di sebuah lokasi konstruksi untuk jalan tol dan melukai tujuh pekerja, yang memicu kemarahan publik dan mendesak pemerintah untuk menyatakan penghentian sementara pada pembangunan jalan layang dan jalur kereta api pada hari yang sama.

Dengan upaya pemilihan ulang Joko Widodo yang membayangi tahun depan, Jokowi—julukan terkenalnya—harus bertindak cepat untuk menggantikan pemimpin Waskita Karya. I Gusti Ngurah Putra bekerja untuk Waskita dari tahun 1984 hingga tahun 2011. Ahmad Bambang—wakil menteri BUMN untuk fasilitas konstruksi dan transportasi—mengatakan bahwa kementerian tersebut secara khusus memilih mantan anggota Waskita untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. “Dengan memilih orang-orang Waskita yang telah melakukan hal yang luar biasa di luar, memanggil mereka kembali (meningkatkan semangat),” katanya setelah pertemuan para pemegang saham.

Waskita—yang didirikan pada tahun 1961—bertanggung jawab untuk proyek-proyek besar seperti Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta pada tahun 1980-an dan markas bank sentral pada tahun 1990-an.

Perusahaan konstruksi yang terdaftar di Jakarta tersebut telah menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari program infrastruktur Joko Widodo. Pesanan melonjak setelah Jokowi menjabat pada tahun 2014, dan perusahaan tersebut muncul sebagai kontraktor utama negara berdasarkan kapitalisasi pasar. Laba bersih Waskita tahun 2017 naik 126 persen menjadi Rp3,8 triliun.

Tetapi peningkatan pesanan dari proyek infrastruktur itu terbukti terlalu banyak bagi perusahaan BUMN tersebut.

“Mengapa (ada begitu) banyak (kecelakaan) selama delapan bulan terakhir? Karena ada banyak produksi,” kata Choliq pada konferensi pers pada hari yang sama.

“Saya memberi Anda sebuah contoh. Pada tahun 2017, Waskita harus memasang 11 ribu tiang girder—banyak kecelakaan terjadi ketika balok-balok jatuh saat diangkat. Bandingkan dengan kontraktor lain, mungkin kurang dari 100.”

“Kami memiliki lebih banyak proyek dibandingkan dengan yang lain,” lanjut Choliq. “Pendapatan kami tahun lalu adalah Rp45 triliun. Yang lain memiliki kurang dari 20 triliun.”

Saham Waskita Karya hari itu melemah 1,5 persen pada Rp2.550.


Sumber : Proyek Infrastruktur Alami Banyak Kecelakaan, Waskita Karya Ganti Dirut