Bayangkan kondisi negara Korea saat Korut dan Korsel memutuskan untuk bersatu. Para ahli menimbang tantangan praktis dan potensi konsekuensi dari Korut dan Korsel bersatu. Beberapa pengamat mengatakan mereka yakin Semenanjung Korea suatu saat akan bersatu. Namun bagaimana kondisi dua negara yang jadi satu, sementara keadaan masing-masing saat jauh berbeda satu sama lainnya? Apa yang harus dilakukan untuk membuat persatuan tersebut mungkin dilakukan? Berikut wawancara dengan beberapa pakar yang disajikan di Nikkei Asian Review.

Oleh: Nikkei Asian Review

Bayangkan tahun 2060, berpuluh-puluh tahun setelah Korea Selatan dan Korea Utara membuat sejarah dengan setuju untuk bersatu. Prosesnya telah lama dan sulit, tetapi Semenanjung Korea kini menjadi rumah bagi ekonomi terbesar ke-10 di dunia, dengan produk domestik bruto sebesar $5,5 triliun—melampaui Korea Selatan sebesar $1,4 triliun pada tahun 2013. Kereta peluru KTX—yang hanya melayani penduduk Korea Selatan ketika dibangun pada tahun 2004—sekarang bersilangan salib di Eurasia, menghubungkan Seoul dengan Paris.

Menyatukan dua negara yang sangat berbeda—yang satu adalah negara dengan kekuatan teknologi dan manufaktur, yang lainnya adalah negara kediktatoran yang terisolasi dengan sejarah kelaparan—telah sangat mahal, menghabiskan triliunan dolar. Tapi itu mulai terbayar: Manfaat ekonomi dari mengintegrasikan kedua negara sekarang melebihi biaya tersebut hingga tiga kali lipat.

Klik Sumber