Persaingan militer Rusia vs militer Amerika salah satunya dapat dilihat saat Amerika Serikat (AS) akan menggelontorkan $700 miliar dari anggaran tahun 2018, yang mengerdilkan upaya Rusia senilai $66 miliar—sebuah tren yang telah konsisten selama lebih dari 25 tahun. Namun militer Rusia relatif sukses dalam konflik baru-baru ini, sementara pasukan bersenjata AS tidak berhasil.

Perang Amerika di Afghanistan dan Irak yang menjadi upaya kacau-balau selama bertahun-tahun, ketika dibandingkan dengan kemenangan cepat Rusia melawan Georgia dan Ukraina bisa juga untuk menilai militer Rusia vs militer Amerika.

Intervensi AS yang berumur pendek dalam perang sipil Libya merupakan kesalahan Amerika, sedangkan intervensi jangka panjang Rusia dalam perang sipil Suriah diharapkan pada akhirnya akan memberikan keuntungan tersendiri. Militer Rusia tentu terlihat lebih lemah daripada militer AS, tetapi keputusan buruk di berbagai tingkat pemerintahan AS terus merusak kekuatan Amerika ketika militer Rusia vs militer Amerika berusaha dibandingkan.

Perang di Afghanistan—yang akan segera memasuki tahun ke-18—adalah konflik terlama dalam sejarah Amerika. Pasukan pimpinan AS berhasil membasmi Taliban keluar dari kota-kota utama negara itu, tetapi sejak itu telah terjebak dalam pertempuran gerilya, ketika Taliban masih mengontrol atau menguasai banyak wilayah dari seluruh negara.

Selama invasi Irak tahun 2003, pasukan Amerika dengan cepat mengalahkan tentara Irak. Setelah diberi tahu bahwa mereka akan disambut sebagai pembebas, AS dengan cepat mencoba mencegah perang sipil etno-religius tersebut. Ketika peran militer AS diubah untuk menduduki Irak dan memadamkan pemberontakan, para pembuat kebijakan Amerika berusaha membangun pemerintahan demokratis yang berfungsi.

Namun tugas pembangunan bangsa terbukti tidak mungkin, meninggalkan Irak—yang terpecah secara mendalam—dengan pemerintahan yang sekarang sangat didominasi oleh Iran.

Bandingkan pengalaman Rusia. Pada tahun 2008, negara tersebut meluncurkan invasi kejutan terhadap Georgia—sebuah negara kecil di perbatasan selatannya. Dua wilayah separatis Georgia, Ossetia Selatan dan Abkhazia, bekerja cepat dengan militer Rusia untuk menyatakan dan menjamin kemerdekaan. Perang secara resmi berlangsung kurang dari satu minggu, karena pasukan Rusia dengan cepat mengalahkan tentara Georgia.

Georgia telah menyatakan rasa putus asa dengan upaya Rusia untuk menumbuhkan kecenderungan pemisahan diri di dalam negara tersebut, di tahun-tahun sebelum perang. Baik Ossetia Selatan maupun Abkhazia melakukan perang kemerdekaan melawan Georgia pada tahun 1990-an, yang membuat pasukan militer Rusia sebagian besar disambut sebagai pembebas.

Dengan secara efektif menumbuhkan konflik dari waktu ke waktu, Rusia dengan cepat membuat Georgia kewalahan ketika tertangkap basah. Beberapa pangkalan militer Rusia sekarang terletak di bekas wilayah Georgia, menunjukkan rencana Kremlin untuk menetap di wilayah tersebut tanpa batas.

Jika dibandingkan militer Rusia vs militer Amerika, angkatan bersenjata AS tidak diragukan lebih unggul dari Rusia. Namun ketika membandingkan militer Rusia vs militer Amerika ketika dikerahkan dalam konflik baru-baru ini, militer Rusia bernasib lebih baik dan menghasilkan hasil yang lebih baik.

Kremlin mengerahkan kekuatan luar biasa terhadap negara tetangga yang lebih kecil, sebelum mengkonsolidasikan keuntungannya dengan dukungan lokal di Georgia dan Ukraina. AS menyerbu negara-negara ribuan kilometer jauhnya tanpa strategi keluar, dan dipaksa untuk menangani dua pemberontakan dengan militer yang tidak siap untuk metode konflik semacam itu.

Intervensi Rusia di Suriah juga berhasil bagi Kremlin karena membiarkan pemerintah Assad menangani pemberontakan, didukung oleh dukungan vital berupa peralatan militer berteknologi tinggi Rusia.

Intervensi Amerika juga berperan di Libya, dalam arti mendukung penggulingan Gaddafi, dan mampu mencegah kekejaman massal terjadi. Tetapi intervensi tersebut menyebabkan gesekan di dalam NATO dan Uni Eropa, sementara hengkangnya AS dari Libya menghasilkan lebih banyak kekerasan.

Jauh dari superioritas militer Amerika, pasukan bersenjata Rusia telah mampu beradaptasi dengan lebih baik terhadap peperangan modern—konflik sering dicirikan oleh aktor dan pemberontakan non-negara. Pemerintahan AS juga perlu beradaptasi dengan kenyataan ini jika mereka ingin menghindari kesalahan masa lalu.

Baca Sumber