Perdana Menteri atau PM Rusia, Dmitry Medvedev, telah memperingatkan Amerika Serikat (AS), bahwa setiap sanksi yang menargetkan operasi perbankan Rusia dan perdagangan mata uang akan diperlakukan sebagai deklarasi perang ekonomi dan akan dibalas dengan cara apa pun yang diperlukan.

“Jika mereka memberlakukan sesuatu seperti larangan operasi perbankan atau larangan penggunaan mata uang apa pun, kami akan memperlakukannya sebagai deklarasi perang ekonomi. Dan kita harus membalasnya dengan sesuai—secara ekonomi, politik, atau dengan cara lain, jika diperlukan,” kata PM Rusia Medvedev selama perjalanan ke Wilayah Kamchatka.

“Teman-teman Amerika kita seharusnya tidak membuat kesalahan tentang itu.”

Medvedev menekankan bahwa Rusia memiliki sejarah panjang di mana Rusia dapat bertahan dari pembatasan ekonomi dan tidak pernah menyerah pada tekanan di masa lalu. “Negara kami telah hidup di bawah tekanan konstan melalui sanksi selama seratus tahun terakhir,” kata Medvedev, di mana ia menuduh AS dan sekutunya menggunakan sanksi untuk melemahkan persaingan global. “Tidak ada yang berubah.”

Perdana Menteri itu mengatakan bahwa dengan menargetkan ekspor gas Rusia ke Eropa, Washington ingin mendorong pengiriman Gas Alam Cair (LNG) mereka sendiri ke benua itu. “Ini adalah tindakan anti-kompetisi yang benar-benar non-pasar yang ditujukan untuk mencekik kemampuan kami.”

Medvedev menekankan bahwa AS secara bersamaan memberlakukan tarif terhadap China. “China, tentu saja, tidak menyukainya. Tidak ada yang menyukainya. Dan tujuan kami adalah menolak semua tindakan ini.”

Pada Rabu (8/8), Departemen Luar Negeri AS mengumumkan putaran baru sanksi yang menargetkan ekspor elektronik serbaguna Rusia dan peralatan pengontrol keamanan nasional lainnya, yang akan mulai berlaku pada tanggal 22 Agustus.

Alasan yang dinyatakan di balik tindakan hukuman terbaru tersebut adalah tuduhan terhadap Rusia terkait kasus keracunan Sergei dan Yulia Skripal pada bulan Maret, di mana Inggris dan sekutu-sekutunya menyalahkan Moskow tanpa investigasi sebelumnya. Washington kemudian menuduh Moskow melanggar hukum internasional tahun 1991 terkait perang kimia dan biologi.

Kremlin telah berulang kali membantah tuduhan tersebut, sementara pihak berwenang Inggris tidak memberikan bukti keterlibatan Rusia dalam kasus ini. Selain itu, Moskow telah menghilangkan semua stok senjata kimianya di bawah kewajiban internasional, tidak seperti AS, yang masih harus menghormati komitmennya.

Walau Rusia telah menegaskan hak untuk membalas pembatasan perdagangan baru tersebut, namun AS mengancam akan mengintensifkan sanksi dalam waktu tiga bulan, dan berpotensi memangkas hampir semua ekspor dan impor, dan melarang maskapai Rusia Aeroflot terbang ke AS.

Untuk menghindari tekanan lebih lanjut, Washington menuntut Moskow untuk mengaku dan memberikan “jaminan yang dapat diandalkan”, bahwa Rusia tidak akan menggunakan senjata kimia di masa depan. AS juga berusaha untuk melakukan “inspeksi di tempat” di lokasi yang diduga merupakan fasilitas produksi kimia, yang telah ditutup Rusia.

Baca Sumber