Militer China memperluas operasi pesawat pengebom dan kemungkinan melakukan latihan untuk serangan terhadap Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya, menurut sebuah laporan baru Pentagon.

Dokumen itu menunjukkan bahwa China dengan cepat memperluas jejak militernya, melakukan investasi besar-besaran untuk menciptakan kekuatan modern yang mampu melakukan proyeksi di daerah maritim sekitarnya, Reuters melaporkan.

Menggunakan akronim untuk Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), laporan itu menjelaskan, “Selama tiga tahun terakhir, PLA telah dengan cepat memperluas wilayah operasi pesawat pengebom overwater-nya, memperoleh pengalaman di daerah maritim yang penting, dan kemungkinan pelatihan untuk menyerang target-target AS dan sekutu.”

Belum jelas mengapa China memperluas operasi pengebom, “selain untuk demonstrasi peningkatan kemampuan,” tambah laporan itu.

Pesawat pengebom PLA menjadi berita utama pada bulan Juni, ketika mereka melakukan pelatihan pendaratan dan lepas landas di pulau-pulau buatan China di Laut China Selatan untuk pertama kalinya. Keberhasilan latihan tersebut menunjukkan bahwa pesawat B-6K yang memiliki kemampuan nuklir, sekarang dapat mencapai seluruh Asia Tenggara.

Laut China Selatan telah menjadi wilayah pertikaian signifikan bagi Washington dan Beijing dalam beberapa tahun terakhir. Sengketa ini menggambarkan bagaimana pengaruh diplomatik dan militer China berkembang, seiring AS berusaha mempertahankan hegemoninya atas Asia Timur.

Laporan tersebut memperkirakan bahwa pengeluaran militer China akan mencapai $240 miliar pada tahun 2028, dibandingkan dengan total tahun 2017 sebesar $190 miliar. Sebagai perbandingan, anggaran militer Amerika untuk tahun 2019 akan menjadi $716 miliar.

Pulau buatan China telah dibangun untuk menegakkan klaim teritorialnya di wilayah tersebut, yang menarik kecaman dari lima tetangga dengan klaim yang tumpang tindih, dan juga dari AS. Pulau-pulau tersebut telah dibentengi dengan kuat untuk membuat jaringan pangkalan militer, yang memberikan Beijing kontrol yang efektif atas wilayah tersebut.

Beberapa pangkalan yang lebih besar telah diperlengkapi untuk menjadi tuan rumah bagi senjata-senjata China yang paling kuat, dengan landasan setinggi 10.000 kaki, hangar untuk pesawat tempur, dermaga laut dalam untuk kapal perang, dan sistem peperangan elektronik canggih.

AS telah melakukan banyak penerbangan pengintaian dan misi “kebebasan navigasi” yang dekat dengan pulau-pulau tersebut, untuk menunjukkan keyakinan AS bahwa kawasan itu masih merupakan perairan internasional, tetapi Beijing tetap teguh pada sikapnya.

Hubungan keduanya telah memburuk ke titik di mana AS menarik kembali undangan untuk China, untuk ikut ambil bagian dalam latihan angkatan laut multinasional—latihan dua tahunan June Rim of the Pacific.

Penasihat Negara Wang Yi—diplomat paling senior China—mengatakan bahwa keputusan itu adalah “langkah yang sangat tidak konstruktif, langkah non-konstruktif.”

Laporan baru Pentagon juga menunjukkan bahwa China melanjutkan upayanya dalam pengembangan senjata ruang angkasa. Beijing diketahui sedang bekerja untuk membuat teknologi anti-satelit, yang akan memungkinkan China untuk melumpuhkan sistem komunikasi dan pengumpulan intelijen di orbit jika terjadi perang, yang dapat membutakan musuh.

Kemajuan China dan Rusia di bidang ini telah menjadi alasan utama untuk pembentukan Pasukan Ruang Angkasa Presiden Donald Trump yang kontroversial.

Tahun ini, ketegangan militer telah dibayangi oleh potensi perang dagang yang mengancam akan menjadi lepas kendali. Para negosiator China berencana mengunjungi AS pada bulan ini dalam upaya terbaru untuk menghindari sengketa yang sangat mahal.


Baca Sumber