Awalnya, keputusan Presiden China Xi Jinping untuk tidak menghadiri perayaan ulang tahun ke-70 Korea Utara mungkin terlihat seperti ungkapan penghinaan. Benarkah ketidakhadiran Xi hanya memberikan sedikit keuntungan dan lebih banyak kerugian?

Oleh: Edward Howell (South China Morning Post)

Kabar bahwa Presiden China Xi Jinping memutuskan untuk melewatkan perayaan peringatan 70 tahun pendirian Korea Utara pada hari Minggu (9/9) mungkin telah mengejutkan banyak pengamat. Mengapa memutuskan untuk menghindari perhelatan yang diadakan oleh sekutu dekat China pada saat yang paling penting ini, terutama setelah tiga kali kunjungan oleh Kim Jong-un untuk bertemu Xi di China pada awal tahun 2018? Tindakan balasan setimpal dengan mengadakan kunjungan tampaknya akan mengikuti konvensi diplomatik yang ada.

Namun demikian, sebaiknya tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa Xi memutuskan untuk tidak hadir, melainkan memilih untuk mengirim Li Zhanshu, Ketua Kongres Rakyat Nasional atas namanya. Sebaliknya, dan yang terpenting, sangatlah perlu dipertanyakan apa yang akan dicapai jika Xi benar-benar datang. Jawaban singkatnya ialah: kemungkinan besar sangat kecil.

Aliansi erat antara China dan Korea Utara sudah sangat dikenal. Dalam kunjungannya ke Beijing, Kim menekankan “persahabatan berharga antara Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK/Democratic People’s Republic of Korea) dan Republik Rakyat China,” dengan “stabilitas di kawasan” yang sangat berperan penting bagi “kedua negara tetangga yang bagaikan saudara.” Kim juga menekankan komitmen DPRK untuk mengembangkan “hubungan persahabatan antara dua negara pada tingkat yang baru dan lebih tinggi,” sebuah hubungan “yang dibentuk melalui perjuangan suci bersama demi menjunjung nilai sosialisme.”

Akan terasa sangat wajar bagi Presiden China untuk membalas tiga kali kunjungan Kim tahun ini dengan menerima undangan untuk mengunjungi Pyongyang pada perayaan hari Minggu (9/9). Namun, masalah ini menyoroti posisi rumit China dalam sistem Internasional. Sangat penting bagi Xi bahwa China dilihat sebagai kekuatan yang bertanggung jawab, yang berarti menjaga hubungan damai dengan pemerintah AS.

Baca Artikel Selengkapnya di sini