Memperingati tewasnya Ahmed Shah Massoud, seorang komandan tinggi anti-Taliban yang dibunuh 17 tahun lalu oleh pengikut al-Qaeda yang menyamar sebagai jurnalis, ribuan orang dengan pisau dan senapan turun ke jalanan Qabul, Afghanistan. Laporan polisi menunjukkan bahwa tujuh pria dalam konvoi itu tewas dan lebih dari 20 orang terluka, tetapi para pejabat mengatakan jumlah korban bisa meningkat.

Oleh: Sayed Salahuddin (The Washington Post)

Pada hari Minggu (9/9) kegiatan sehari-hari di ibukota Afghanistan terhenti, dengan toko-toko sebagian besar ditutup dan orang-orang terpaksa tinggal di dalam rumah saat ribuan pria dengan pisau dan senapan serbu menembak tanpa pandang bulu, sebagian besar menembak ke udara.

Konflik Afghanistan itu, yang berlangsung selama lebih dari delapan jam, lebih lanjut menggarisbawahi kelemahan pemerintah Presiden Ashraf Ghani yang didukung AS, yang terjebak dalam perselisihan internal yang mendalam dan menghadapi militansi yang meningkat.

Sementara itu, militan Taliban telah menewaskan puluhan pasukan keamanan di berbagai bagian negara itu, kata pejabat provinsi. The Associated Press, mengutip para pejabat, mengumumkan ada 29 korban tewas.

Serangan paling mematikan terjadi di provinsi utara Baghlan, tempat militan menyerbu pangkalan militer setelah pengepungan sejak lama dan bentrokan yang berkelanjutan. Para penyerang menewaskan lebih dari 20 orang, kata para pejabat.

Tembakan yang berlarut-larut di Kabul—termasuk oleh remaja bertopeng yang berkonvoi dengan mengendarai sepeda motor bersama dengan mobil-mobil dengan jendela gelap—menewaskan sedikitnya 13 orang, menurut Kementerian Kesehatan Umum.

Hari itu adalah hari peringatan tahunan kematian Ahmed Shah Massoud, seorang komandan tinggi anti-Taliban yang dibunuh 17 tahun lalu oleh pengikut al-Qaeda yang menyamar sebagai jurnalis.

Orang-orang bersenjata itu melaju dengan kecepatan penuh dari satu bagian kota ke yang lain pada hari Minggu (9/9), menembakkan berbagai jenis senjata. Kadang suara tembakan itu begitu kuat sehingga mengingatkan pada era perang saudara di Afghanistan.

Dulu beberapa dari pemuda itu masih anak-anak—dan beberapa bahkan belum dilahirkan—ketika Massoud meninggal. Beberapa dari mereka berteriak, “Hidup Massoud!”

Keluarga Massoud dan mantan kawan-kawannya menjauhkan diri dari peristiwa hari itu.

Baca Artikel Selengkapnya di sini