Peso Filipina mencapai nilai terendahnya dalam 13 tahun, dan inflasi Filipina mencapai nilai tertingginya. Hal ini terjadi sebagai imbas dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang semakin intens. Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan, ia akan berbicara dengan temannya, Donald Trump.

Oleh: Russia Times

Dampak dari perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan China dan negara lain di seluruh dunia telah mempengaruhi harga barang di Filipina, Rodrigo Duterte bersumpah untuk berbicara dengan “temannya Trump” dan mengendalikan inflasi.

Tingkat inflasi Filipina mencapai tingkat tertingginya selama sembilan tahun yaitu 6,4 persen bulan lalu setelah AS dan China mengenakan putaran tarif terbaru sebagai bagian dari kebijakan timbal balik di tengah perang dagang yang semakin intens antara kedua kekuatan dunia itu. Pada hari Kamis (6/9), peso Filipina mencapai nilai terendahnya selama 13 tahun terhadap dolar AS, jatuh ke P53.8 terhadap $1.

“Inflasi ini terjadi karena Trump,” kata Duterte, saat menangani ekspatriat di Yordania pada hari Jumat (7/9). “Ketika Trump menaikkan tarif dan melarang barang-barang lainnya, semuanya menjadi kacau.”

“Siapa yang memulainya? Amerika. Ketika Amerika menaikkan tarifnya, semua orang juga menaikkan tarifnya. Seperti itulah. Tidak ada yang bisa kita lakukan,” katanya kepada wartawan. “Saya akan berbicara dengan teman saya Trump … Saya tidak punya kebencian apa-apa terhadap rakyat Amerika, tidak sedikit pun … sangsi terhadap Trump.”

Sementara pemimpin Filipina tersebut menyalahkan presiden AS atas kenaikan inflasi, indikator ekonomi yang disusun oleh Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) menunjukkan “guncangan pasokan pangan,” terutama di pasar beras dan minyak. Pajak pemerintah untuk barang-barang makanan tertentu, alkohol dan tembakau juga turut menaikkan harga.

Baca Sumber