Dana investasi asing menjadi senjata yang sengaja dikembangkan untuk menargetkan aset yang memberikan akses bagi Iran ke uang tunai, jasa, barang, dan teknologi yang memiliki risiko kehilangan di bawah sanksi Amerika Serikat. Ekonomi Iran melemah setelah Amerika Serikat keluar dari perjanjian nuklir dan mulai menjatuhkan sanksi terhadap Iran.

Oleh: Benoit Faucon (Wall Street Journal)

Dengan banyaknya keriuhan, seorang ilmuwan Prancis-Iran baru-baru ini mengumumkan rencana investasi sebesar US$3 juta di sebuah pabrik peralatan medis yang bangkrut, yang telah menjadi simbol dari ekonomi Perancis yang bermasalah, dalam upaya menghidupkan kembali perusahaan. Pemilik mayoritas saham yang tidak diungkapkan ternyata merupakan pemerintah Iran.

Kasus ini merupakan contoh terbaru tentang bagaimana pemerintah Iran diam-diam memanfaatkan Iran Foreign Investments Co. untuk mengendurkan jerat ekonomi ketat pemerintah Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dana tersebut, dengan puluhan investasi dan rekening tunai di 22 negara senilai US$5 miliar, memprioritaskan aset yang memberikan akses ke jasa, barang, dan teknologi yang berisiko kehilangan di bawah sanksi AS, kata penasihat dana. Pemerintah Iran juga berharap untuk membangun niat baik dan melawan isolasi atas negaranya. Harapannya, tentu saja, sekaligus untuk menghasilkan uang.

Dalam hal ini, dana tersebut membeli pabrik peralatan medis Prancis dan lahannya yang telah dipenuhi rumput pada bulan Juni 2018 untuk memastikan Iran dapat memperoleh obat untuk tuberkulosis, kanker kandung kemih, dan penyakit lainnya, berbagai obat yang bisa jadi sulit diperoleh karena sanksi AS, kata seseorang yang akrab dengan proyek tersebut.

“Tujuannya ialah membuat Iran independent dari sanksi,” ujar seorang penasihat dana.

Perekonomian Iran yang telah melemah kian memburuk sejak Presiden Trump mengundurkan diri pada bulan Mei 2018 dari perjanjian Internasional yang dipimpin AS yang membatasi program senjata nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi serta memulihkan beberapa denda keuangan. Pemerintah AS menekan Iran untuk meninggalkan peran militernya di Timur Tengah dan mengurangi program misilnya.

Mata uang Iran telah jatuh ke rekor terendah, para investor asing telah melarikan diri, dan inflasi telah meningkat ke level tertingginya sejak sanksi AS putaran sebelumnya berakhir pada tahun 2015. Putaran lain sanksi AS yang akan dimulai pada tanggal 5 November 2018 akan melarang perusahaan-perusahaan untuk bekerja sama dengan Iran dan sistem keuangan AS pada saat bersamaan.

Baca Sumber