Lokasi kecelakaan helikopter milik militer Indonesia yang jatuh di kawasan pegunungan Papua pada Juni 2019 telah ditemukan penduduk setempat. Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat mengaku telah menjarah sejumlah senjata dan amunisi dari puing-puing helikopter Mi-17 buatan Rusia itu.

Pemberontak di provinsi Papua Indonesia pada Sabtu (15/2) menegaskan, telah menyita senjata dan amunisi dari helikopter militer yang jatuh delapan bulan lalu di pegunungan yang tertutup hutan. Penyebab kecelakaan yang menewaskan belasan tentara di atas helikopter Mi-17 buatan Rusia itu masih dalam penyelidikan. Jenazah para tentara yang tewas dalam kecelakaan pun, telah dievakuasi pada hari yang sama setelah penduduk desa menemukan puing-puing minggu lalu.

Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Sebby Sambom, sayap militer Organisasi Papua Merdeka, mengatakan kepada The Associated Press, mereka telah menemukan puing-puing tersebut pada September 2019 dan berhasil menyita senjata dan amunisi pada Desember 2019.

“Helikopter itu telah menjadi target kami. Kekuatan alam telah membantu kami menjatuhkannya,” tegas Sebby Sambom, “Senjata mereka adalah harta karun perjuangan kami.”

Dikutip dari The New York Times, foto-foto yang dikirim oleh Sebby Sambom dari situs reruntuhan menunjukkan, beberapa senapan serbu, pistol, magasin, dan tumpukan amunisi besar di sebelah bendera gerakan kemerdekaan Papua, Bintang Kejora.

Pangdam Cenderawasih Mayor Jenderal Herman Asaribab mengakui, 11 senjata berupa tujuh senapan serbu SS-1, tiga pistol, dan peluncur granat telah dicuri dari lokasi kecelakaan. Namun, dia membantah klaim pemberontak. Menurutnya, senjata itu mungkin diambil oleh pemburu.

Ia menyatakan, “Kami akan mendekati mereka untuk meminta mereka mengembalikan semua 11 senjata dengan segera.”

Helikopter itu kehilangan kontak lima menit setelah lepas landas dari Oksibil, ibu kota Distrik Gunung Bintang pada 28 Juni 2019. Helikopter itu sedang melakukan perjalanan ke ibu kota Provinsi Papua, Jayapura. Helikopter itu membawa pasukan dan pasokan ke pos perbatasan di Okbibab dekat Papua Nugini dan mengisi bahan bakar di Oksibil sebelum dilaporkan hilang oleh menara kontrol, menurut militer.

Sebuah tim pencarian militer menemukan mayat 12 prajurit yang tewas ketika helikopter mereka jatuh di pegunungan di Provinsi Papua, Indonesia delapan bulan lalu, menurut tentara pada Jumat (14/2). Sebelumnya kelompok pemberontak mengklaim telah menembak jatuh helikopter tersebut.

Dilansir dari BenarNews, tentara menunjuk reruntuhan pesawat Mi-17 buatan Rusia dari udara pada Senin (10/2) lewat potret puing-puing yang berserakan di sepanjang daerah terjal dan berbatu di ketinggian 3.800 meter di Distrik Oskop setelah penduduk setempat menemukan lokasi kecelakaan.

Tim pencarian mencapai lokasi pada Kamis (13/2) setelah berjalan selama lima jam dari markas mereka di Pegunungan Mandala, menurut militer Indonesia dalam sebuah pernyataan. Dua belas orang termasuk kru menaiki helikopter yang hilang pada akhir Juni 2019 itu.

“Besok (Sabtu, 15/2) kami akan mulai mengevakuasi jenazah. Tim akan membawa mereka ke lokasi yang dapat dicapai dengan helikopter kami,” ucap kepala tim pencarian Kolonel Binsar Panjaitan dalam pernyataannya. Ia menambahkan, cuaca buruk pada Jumat (14/2) menghambat evakuasi langsung sejumlah jenazah tersebut.

Helikopter militer itu kehilangan kontak radio dengan pusat kendali di darat beberapa menit setelah lepas landas dalam penerbangan untuk membawa pasokan dan pasukan dari Distrik Oksibil di Kabupaten Pegunungan Bintang ke Sentani, dekat ibu kota Provinsi Papua, Jayapura pada 28 Juni 2019.

Para pejabat militer sendiri berujar, penyebab kecelakaan itu masih belum diketahui. Mereka juga menolak mengomentari klaim baru-baru ini oleh kelompok pemberontak separatis Tentara Pembebasan Nasional Papua (TPNPB), mereka telah menjatuhkan helikopter besar tersebut.

Juru bicara pemberontak Sebby Sambom mengatakan kepada wartawan sebelumnya, mereka menemukan reruntuhan helikopter pada 4 Februari 2020 dan pasukan mereka telah menyita senjata dari lokasi kecelakaan.

Wakil Kepala Penerangan Kodam Cenderawasih Dax Sianturi, komandan dan juru bicara militer Indonesia di Papua, pada Jumat (14/2) membantah klaim pemberontak bahwa mereka telah menjarah senjata dari tentara yang tewas.

“Menurut informasi dari tokoh setempat, senjata tersebut kemungkinan besar disimpan oleh penduduk di desa terdekat tidak jauh dari lokasi kecelakaan,” ujar Dax Sianturi kepada BenarNews melalui pesan singkat.

Sembilan dari selusin tentara yang tewas diidentifikasi berdasarkan identitas nama pada seragam mereka, tutur Dax Sianturi, menurut Associated Press.

Dalam berita lain dari Papua, pengadilan militer minggu lalu menghukum seorang tentara Indonesia dengan hukuman penjara seumur hidup setelah dijatuhi tuduhan menjual amunisi kepada para pemberontak. Prajurit Angkatan Darat Sersan Dua Wahyu Insyafiadi menerima hukuman karena menjual 2.600 butir amunisi, termasuk peluru, ke pihak pemberontak, Agence France-Presse melaporkan pada Jumat (14/2).

Dua personel militer lainnya menerima hukuman penjara masing-masing 15 tahun dan 30 bulan karena peran mereka dalam penjualan amunisi, menurut AFP.

Wilayah Papua, yang luasnya menyusun setengah wilayah Indonesia dari Pulau Papua, secara resmi dimasukkan ke Indonesia pada 1969 setelah jajak pendapat yang dikelola oleh PBB yang dikenal sebagai Penentuan Pendapat Rakyat atau Pepera (Act of Free Choice). Banyak orang Papua dan kelompok HAM mengatakan jajak pendapat itu curang karena hanya melibatkan 1.000 orang dari seluruh penghuni wilayah.

Wilayah Papua sejak saat itu menjadi tempat pemberontakan separatis tingkat rendah. Pulau di ujung timur Indonesia itu terdiri dari Provinsi Papua dan Papua Barat.

Transportasi udara sangat penting di wilayah Papua yang sebagian besar tertutup hutan karena terbatasnya jaringan jalan.


Sumber: https://www.matamatapolitik.com/pemberontak-papua-mengaku-jarah-senjata-dari-puing-helikopter-militer-news/