Banyak pihak yang mempertanyakan berapa lama sikap serius pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan bertahan dalam menangani wabah COVID-19 di Amerika. Sayangnya, sehari setelah menyampaikan pidato kepada bangsa dengan nada yang lebih suram yang disambut banyak orang, Trump kembali menjadi Trump seperti biasanya.

“Ini adalah pandemi. Saya sudah merasa ini adalah pandemi jauh sebelum disebut pandemi,” tutur Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (17/3).

“Saya selalu menganggapnya sangat serius, tidak ada perbedaan kemarin dari hari-hari sebelumnya.”

Pernyataan itu berasal dari orang yang sama yang menulis di Twitter pada 24 Februari 2002, “Wabah virus corona baru sangat terkendali di AS.”

Pada 26 Februari, ia menulis, “Risiko terhadap orang-orang Amerika tetap sangat rendah,” dan “Virus ini akan menghilang.”

Pada 10 Maret, dia menulis lagi, “Kita siap. Kita melakukan pekerjaan dengan baik. Virus ini akan hilang.”

Sehari setelah dia berbicara kepada bangsa dengan nada baru yang lebih suram yang disambut oleh banyak orang Amerika dengan sebagai pengakuan atas kenyataan baru, menurut analisis Al Jazeera, Trump kembali menjadi dirinya sendiri, Trump yang seperti biasanya.

Trump di Twitter mengecam Gubernur Michigan Gretchen Whitmer dari Partai Demokrat karena telah mengatakan semua gubernur harus bekerja melalui rantai pasokan mereka sendiri untuk mendapatkan ventilator dan peralatan medis lainnya yang dibutuhkan, alih-alih mengandalkan pemerintah federal untuk menyediakan kepada mereka.

Sehari sebelumnya, Trump yang berbeda berdiri di podium selama jumpa pers di Gedung Putih. Setidaknya untuk sesaat, perselisihan partisan dan serangan pribadi terhadap orang-orang (khususnya Partai Demokrat) dan kekuatan (media) yang ia lihat sebagai lawan. Trump berubah realistis dan tak lagi berpura-pura semuanya baik-baik saja demi menopang pasar saham. Hilang sudah kepura-puraan bahwa virus corona baru dan penyakit COVID-19 yang disebarkannya bukan merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat.

Pergeseran sikap Trump itu diinformasikan sebagian oleh kesadaran yang tumbuh di Sayap Barat Gedung Putih bahwa krisis corona merupakan ancaman eksistensial bagi kepresidenan Trump yang membahayakan warisan kepemimpinannya dan peluang terpilih kembali untuk masa jabatan kedua. Trump telah menegaskan kepada para penasihatnya, dia sekarang percaya (pada akhirnya!), pandemi virus akan menjadi masalah pemilu yang signifikan.

Hal itulah yang memang menarik perhatian Trump.

Jajak pendapat yang dirilis pada Selasa (17/3) menunjukkan, kepercayaan orang Amerika terhadap cara pemerintah federal menangani responsnya terhadap krisis yang tumbuh turun drastis seiring dengan semakin luasnya masalah. Jajak pendapat NPR/PBS NewsHour/Marist menemukan, hanya 46 persen orang Amerika yang meyakini pemerintah telah cukup bertindak, dibandingkan dengan 61 persen persetujuan pada Februari 2020 ketika masalah utama terjadi di luar negeri.

Hanya 37 persen rakyat Amerika yang mengaku memiliki cukup banyak kepercayaan terhadap apa yang mereka dengar dari Trump, sementara 60 persen mengatakan tidak terlalu percaya atau tidak percaya sama sekali pada apa yang Trump katakan. Lebih banyak orang Amerika sebanyak 49 persen tidak menyetujui penanganan presiden Amerika Serikat terhadap pandemi daripada 44 persen responden yang setuju.

Khususnya, jumlahnya tidak jauh berbeda dari keseluruhan peringkat persetujuan pekerjaannya yang berada di angka 43 persen, mengisyaratkan perpecahan mencolok dalam pemilih AS yang kebal terhadap virus corona baru. Jajak pendapat lain yang dirilis pada Selasa (17/3) oleh Kaiser Family Foundation menemukan basis pendukung Trump di Partai Republik tetap skeptis tentang ancaman virus dan lebih kecil kemungkinannya dibandingkan basis suara Partai Demokrat untuk mengambil tindakan pencegahan.

Mengapa? Terutama karena kecaman Trump yang konstan terhadap para kritikusnya telah terbayar lunas. Hanya beberapa minggu lalu, Trump berusaha menggambarkan kewaspadaan dalam pemberitaan media tentang virus corona baru sebagai “berita palsu”. Baru-baru ini pada Sabtu (14/3), Trump menegaskan pemerintah AS memiliki “kendali luar biasa” terhadap virus. Pada Senin (16/3), Trump mengaku dia merujuk pada penanganan krisis oleh pemerintahannya dan bukan virus itu sendiri.

Ruang gema Trump di media sayap kanan selama ini telah banyak mendukungnya. Para pembawa acara Fox News yang sebelumnya mencemooh media sebagai “pendorong kepanikan” yang terlibat dalam “upaya lain untuk memakzulkan presiden” telah memuji penanganan Trump akan krisis yang “serius dan menakutkan” ini.

Selama acara pagi favoritnya tiap Selasa, Fox & Friends, para pembawa acara bahkan secara sosial menjaga jarak dari satu sama lain sejauh dua meter di studio siaran daripada duduk santai di sofa seperti biasanya.

“Kita memiliki tanggung jawab untuk memperlambat virus ini dan memikirkan orang lain selama wabah ini,” ujar pembawa acara Ainsley Earhardt.

“Jadi, jika Anda bisa menjaga jarak dan mencegah seseorang mendekati Anda yang bisa saja sakit, Anda bisa menyelamatkan keluarga dan orang lanjut usia serta membantu Amerika kita sebagai suatu bangsa.”

Al Jazeera mencatat, perubahan nada retorika Trump terjadi setelah serangkaian jumpa pers yang mengkhawatirkan dengan proyeksi mengerikan tentang berapa banyak orang Amerika yang dapat terinfeksi jika tindakan drastis tidak segera dilakukan. Namun, Trump juga mendengar dari para sekutu Partai Republik, termasuk beberapa anggota Kongres AS di Capitol Hill, yang mendesaknya untuk mengubah arah. Mereka takut, kesalahan langkah sebelumnya oleh pemerintah mungkin dapat mengikis peluang Trump terpilih selama Pilpres AS 2020 pada November.

Para pendukung itu tampaknya sangat khawatir sehingga mereka mengambil langkah dramatis minggu ini untuk menjangkau para hakim federal yang ditunjuk oleh Partai Republik dan mengatakan jika mereka berencana pensiun, lakukan lebih cepat daripada nanti sebelum perubahan pemerintahan atau pemilihan yang menyebabkan Partai Republik kehilangan kendali atas Senat AS yang menunjuk para hakim itu.

Hanya sedikit pihak yang mengharapkan pendekatan Trump yang lebih terukur untuk bertahan lama. Namun, beberapa orang terkejut karena perubahan itu ternyata berumur pendek dan telah gagal menghapus dampak yang dihasilkan selama minggu-minggu sebelumnya.

“Saya tidak yakin perubahan nada retorika Trump telah menebus kurangnya kepemimpinan yang sama sekali dialami Amerika Serikat dalam beberapa minggu pertama krisis COVID-19,” tutur sejarawan kepresidenan Julian Zelizer dari Universitas Princeton kepada kantor berita The Associated Press.

https://www.matamatapolitik.com/poli...rona-analisis/