Meski belum memberlakukan kuncitara (lockdown) tingkat nasional, pemerintah Indonesia terus menyerukan warga untuk mengutamakan tinggal di rumah dan jaga jarak (sosial distancing) demi membatasi penyebaran virus corona baru.

Jalanan ibu kota Jakarta yang berpenduduk lebih dari 10 juta orang kini tidak seramai biasanya. Pemprov DKI baru-baru ini telah menyerukan warga setempat untuk tinggal di rumah demi menahan penyebaran wabah COVID-19 secara lokal.

Kunjungan ke tempat wisata, taman umum, dan restoran telah dibatasi. Sekolah-sekolah negeri telah memutuskan untuk libur selama dua minggu. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan percaya kebijakan ini bisa menjadi salah satu solusi utama dalam memperlambat penyebaran virus corona baru. Menurutnya, anak-anak mungkin saja tidak menunjukkan gejala yang parah tetapi bisa jadi membawa virus.

Bayu Krishnamurti telah mengalami ini sebelumnya. Tindakan karantina yang longgar tampak familiar. Ia memimpin Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi Influenza antara 2006 dan 2010 di Indonesia, dilansir dari CGTN.

Ketika para ahli terus menyuarakan kekhawatiran mereka atas penanganan pemerintah terhadap wabah virus kali ini, Bayu tetap memiliki pandangan yang optimis.

“Indonesia selamat dari flu burung. Kita juga selamat dari H1N1, MERS, SARS, serta endemi dan bahkan pandemi lainnya. Jadi, saya pikir Indonesia akan selamat dari ini juga, saya yakin akan hal itu. Namun, dalam artian siap, misalnya, dalam membandingkan jumlah dari tempat tidur yang tersedia dan isolasi di rumah sakit, kita masih kesulitan. Kita perlu mempercepat persiapan, tetapi pemerintah sudah memahami itu,” tegas Bayu.

Peningkatan persiapan tampaknya menjadi kekhawatiran banyak orang. Indonesia telah mengalokasikan total 132 personel militer, polisi, dan rumah sakit milik negara untuk merawat pasien virus corona baru.

Kasus COVID-19 lokal di Tanah Air terus meningkat. Sebanyak 172 orang dinyatakan positif dan telah terjadi lima kematian hingga Selasa (17/3).

Sekarang, lebih dari sebelumnya, CGTN melaporkan, pemerintah berusaha meyakinkan masyarakat untuk tetap tinggal. Membatasi gerakan terbukti sulit bagi warga yang sebagian besar mengandalkan transportasi umum untuk berangkat bekerja.

Menurut Bayu, jaga jarak (social distancing) mungkin merupakan pendekatan yang paling realistis untuk Indonesia saat ini. Memberlakukan kuncitara (lockdown) atau penguncian wilayah secara nasional akan menimbulkan tantangan besar bagi Indonesia, negara berpenduduk 270 juta orang.

“Ini tidak akan mudah, akan sangat sulit. Bukan karena 270 juta orang, tetapi juga karena pulau-pulau di Indonesia yang tersebar di antara lautan. Di satu sisi, pulau-pulau memberikan isolasi alami, tetapi di sisi lain mempersulit untuk memantau pergerakan orang, barang, dan segala sesuatu di sekitar wilayah itu,” tutur Bayu.

Namun, kini lebih penting dari sebelumnya untuk mendidik rakyat tentang pentingnya karantina mandiri.

Zubairi Djoerban setuju. Dia memimpin gugus tugas yang baru dibentuk oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang telah beerperan penting dalam perjuangan Indonesia melawan pandemi COVID-19.

“Kami menciptakan gugus tugas ini untuk menyatukan para ahli dan dokter dari seluruh negeri. Ada ahli paru-paru, spesialis penyakit dalam, ahli mikrobiologi, dan ahli patologi. Tujuan kami adalah mendidik masyarakat, mendidik para dokter yang dapat terpapar virus, dan memberikan nasihat rutin kepada pemerintah tentang bagaimana menangani wabah ini.”

Zubairi juga yakin, pemerintah dapat melewati pandemi ini jika jumlah kasus meningkat.

“Kita akan melihat lebih banyak orang yang dites positif pada minggu-minggu mendatang. Saya percaya, kita siap untuk ini. Kita juga mengalami wabah HIV, yang bahkan lebih menantang daripada COVID-19, menurut pendapat saya. Periode pemantauan untuk pasien HIV dapat bertahan antara dua hingga tujuh tahun,” ujar Zubairi.

Sejauh ini, tidak ada aturan pemerintah yang ketat yang mengharuskan orang untuk tinggal di rumah, tetapi netizen menangani masalah itu dengan cara mereka sendiri. Tagar #DiRumahAja telah menjadi populer di jaringan media sosial Indonesia selama berhari-hari. Semakin banyak orang mendorong sesamanya untuk menyadari konsekuensi dari wabah serius virus corona baru di negara ini.


https://www.matamatapolitik.com/baga...esia-in-depth/