Pejabat Amerika Serikat (AS) sedang mempersiapkan warganya untuk satu minggu tersulit dalam rentetan kematian akibat virus corona. Sebab, penghitungan resmi kini merangkak hingga 10.000 orang.

Ahli bedah Jerome Adams menyebut, warga Amerika untuk minggu depan ketika Amerika harus berjuang dengan pandemi terberat corona minggu depan. “Ini akan menjadi momen tersulit bagi banyak orang Amerika sepanjang hidup mereka, dan kita benar-benar perlu memahami, jika ingin meratakan kurva itu dan melewati sisi lain, semua orang perlu melakukan bagian mereka,” kata Adams kepada NBC pada Minggu.

Adams mendesak orang untuk tinggal di rumah tidak peduli apa pun aturan yang berlaku di negara bagian mereka.

“Sembilan puluh persen orang Amerika melakukan bagian mereka, bahkan di negara bagian tempat mereka belum diperintahkan untuk lockdown,” ujar Adams kepada The Guardian.

“Jika Anda tidak bisa memberi kami 30 hari, Gubernur, beri kami seminggu, beri kami apa yang Anda bisa. Sehingga, kami tidak membanjiri sistem perawatan kesehatan selama minggu depan ini. Mari kita menilai kembali saat itu,” sambungnya.

Ia menambahkan, “Kami ingin semua orang mengerti Anda harus menjadi Rosie the Riveter (ikon perempuan pekerja di Perang Dunia II. Red). Anda harus melakukan bagian Anda.”

Adams juga menyarankan orang untuk memakai masker atau menutupi mulut dan hidung mereka saat keluar di tempat umum, kecuali yang tinggal terpisah sejauh enam kaki.

“Anda harus memastikan tidak mengganti physical distancing dengan masker wajah,” katany lagi.

Anthony Fauci, dokter spesialis penyakit menular yang paling senior di gugus tugas penanganan virus corona Gedung Putih mengulangi komentar Adams, “Segala sesuatunya akan menjadi buruk dan kita perlu bersiap untuk itu. Ini akan mengejutkan bagi beberapa orang dan tentu saja sangat butuh upaya keras berjamaah,” tuturnya.

Sebaliknya, dilansir dari Foreign Policy, pada konferensi pers Gedung Putih kemarin, Presiden AS Donald Trump optimis, “Kami melihat cahaya di ujung terowongan.”

Trump mengatakan Amerika Serikat telah memesan 29 juta pil hidroksi chloroquine, obat yang biasanya digunakan dalam memerangi malaria yang sejauh ini belum terbukti dalam memerangi COVID-19.

“Kami tidak punya waktu untuk mengatakan, ‘Wah, mari kita perlu beberapa tahun dan mengujinya dan pergi ke laboratorium dengan membawa sampel … Kami memiliki orang yang sekarat hari ini,” ujar Trum dalam kesempatan itu.

Lantas, apakah angka kematian AS akurat?

The Washington Post melaporkan tentang mengapa angka kematian AS akibat dari COVID-19 yang sekarang memiliki kasus 9.619, kemungkinan lebih tinggi dari yang dicatat. Kurangnya pengujian yang meluas sejak awal epidemi berarti, kematian pada Februari dan awal Maret tidak dicatat terkait dengan virus corona. Banyak panti jompo yang menghadapi wabah mungkin telah melakukan pengujian untuk pasien yang masih hidup dan mengabaikan pengujian pada mereka yang sudah meninggal karena kekurangan alat pengujian nasional. Karena Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) hanya menghitung di mana kasus virus corona telah dikonfirmasi oleh suatu tes, jumlah total kematian bisa jauh lebih tinggi.

“Kami tahu itu adalah perkiraan yang terlalu rendah,” kata juru bicara CDC.

Dimana kurva rata? Audrey Wilson dari Foreign Policy mengumpulkan pelajaran dari negara-negara yang telah berhasil memerangi penyebaran virus corona seperti Taiwan, Kanada, Korea Selatan, Georgia, dan Islandia. Program pengujian massal tampaknya membantu, serta memiliki jiwa nasional yang telah siap siaga menghadapi kemungkinan bencana terburuk sekali pun.

Sumber: https://www.matamatapolitik.com/warg...erat-in-depth/