Originally Posted by
Haryansah Rudy
ketika pilpres membuka semua borok
dan topeng rakyat indonesia. Sudah
lama saya tidak menulis artikel
dengan judul ‘menarik’ seperti ini.
Saya pun sebenarnya bisa saja membuat tulisan ini lebih retoris, dengan bahasa-bahasa tinggi yang menggelitik
intelektual, tetapi saya memilih untuk membuatnya sesederhana mungkin.
Karena yang ingin saya sentuh adalah hati, bukan intelektualitas.
Rakyat Indonesia memasuki era paling baru dalam kehidupannya akhir-akhir ini. Kebebasan berbicara, terutama di
social media, telah membawa rakyat indonesia ke sebuah tata nilai
kehidupan yang sama sekali berbeda. Jaman ini adalah jaman ketika semua orang berhak berkata, mengkritik, mengutarakan pendapat, berpolemik, dan hujat menghujat. Mau tidak mau, kita tidak bisa memungkiri hal ini.
Fenomena Pilpres yang akhir-akhir ini sedang ramai pun membuka topeng kita semua.Kita adalah saksi sejarah betapa fenomena Pilpres telah memperlihatkan sifat kita yang sebenarnya. Masing-masing orang dengan lantang mengatakan siapa Capres yang didukungnya melalui Social Media. Lalu dengan lantang pula menuliskan kehebatan-kehebatan Capres pilihannya. Dan lebih lantang lagi menguar kelemahan dan cacat Capres lawannya. Rakyat Indonesia seolah-olah turut menjadi juru kampanye gratis bagi Capres pilihannya. Sungguh, peristiwa ini belum pernah terjadi sebelumnyadalam Pemilu di Indonesia.
Tidak perduli kampanye gratis yang dilakukan para pengguna Socmed ini sesuai etika, aturan, dan norma.
Yangpentiang jagoanku harus kelihatan hebat, dan lawan kelihatan busuk. Sudah tidak ada lagi diskusi yangcerdas. Yang ada hanya ‘share’ink yang berisi berita-berita terbaik Capresandalannya, dan berita-berita terburuk lawan. Tidak diperhatikan lagi kebenaran berita, sumber, dan keabsahannya. Selama berita itu membuat Calon kesayangan terlihat bagus, maka akan di share. Selama berita itu membuat Capres lawan terlihat buruk dan inkompeten, maka berita-berita ini akan di share dengan penuh suka cita. Apa yang terjadi sudah sampai kepada tahap yang menjenuhkan, dan
menjijikkan.
Tapi inilah bangsa Indonesia. Bangsa yang mengaku kaya raya, namun miskin karena pemimpin yang tidak baik. Sebuah alasan yang lucu, karena jika mau jujur sesungguhnya fenomena pilpres ini telah memperlihatkan sifat bangsa
Indonesia yang sesungguhnya.Perhatikanlah sahabat kita yang dulu tenang, kini berapi-api mempromosikan capres pilihannya. Yang dulu santun, kini omongannya penuh makian dan cercaan. Yang dulu terlihat intelek, kini malah terlihat emosional. Semua tenggelam di dalam hura-hura politik, namun kehilangan substansi, kehilangan akal, kehilangan perasaan, kehilangan identitas. Tapi mungkin saya salah. Mereka TIDAK kehilangan 'identitas'. Justru itu mungkin identitas mereka yang sebenarnya! Mungkin inilah identitas, sifat, dan pribadi yang sebenarnnya dari sebagian besarrakyat Indonesia. Sifat saya, sifat anda, dan sifat kita semua.
Kita adalah bangsa yang mau menang sendiri. Orang lain tidak boleh sukses. Jika bukan dari golonganku, ataupilihanku, maka harus dibantai dengan segala cara. Jika tidak menguntungkan bagiku maka harus dicerca habis- habisan, tanpa tahu sebab musabab
dan alasan. Kita semua telah menjadi saksibahwa hasil ‘bully’ di Twitter telah membuat seorang pemuda yang gagal dalam usahanya, akhirnya memilihbunuh diri di rel kereta api di Jogja. Rakyat Indonesia adalah rakyat yang menginginkan kebaikan, hanya kepada dirinya. Orang lain tidak boleh melanggar lampu merah, hanya dirinya yang boleh. Orang lain tidak boleh korupsi, hanya dirinya dan keluarganyayang boleh. Orang lain tidak boleh
memilih yang berbeda dengan dirinya.
Share This Thread