Duncan Edwards, Legenda Yang Dipuji Oleh Legenda
Sir Bobby Charlton telah dikenal di seantero dunia sebagai salah satu legenda Manchester United. Tapi, apakah Anda tahu jika ***** Merah juga mempunyai legenda pemain yang bernama Duncan Edwards, yang tewas pada tragedi Munich 6 Februari 1958.
Legenda seorang Duncan Edwards hanya berdurasi pendek tetapi selama ada permainan sepakbola maka legenda tersebut akan selalu abadi. Ia adalah seorang fenomenal ‘raksasa’ dalam dunia sepakbola yang malang melintang membangun nama besarnya di Divisi Satu di awal dekade 1950an tetapi hanya untuk lima tahun sebelum ia pergi untuk selama-lamanya, dan meninggalkan berbagai pertanyaan ‘apabila’ atau ‘jika saja’ dalam dunia sepakbola itu sendiri. Hingga kini Duncan Edwards sering dianggap sebagai pemain paling komplit.
Tidak ada yang tidak dapat dilakukannya saat berada di lapangan, bahkan ia melakukannya lebih baik daripada yang lainnya. Mempunyai dua kaki yang sama baiknya dalam mengontrol bola; operan dan tacklenya menginspirasi; tembakannya kuat dan akurat; selain itu ia tidak terkalahkan saat berduel di udara; sangat ahli dalam membaca permainan. Daftar keahliannya benar-benar mengagumkan dan sulit dipercaya.
Selain dari itu, masih ada lagi keberanian, loyalitas dan dedikasi, juga yang paling penting adalah temperamennya yang tenang yang memastikan semua kekayaan bakatnya tidak akan tersia-siakan.
Sejak pertama kali tiba di Old Trafford, tidak ada yang meragukan Duncan Edwards akan menjadi pemain yang sangat penting. Ia bukannya tidak menyadari fakta ini tetapi ia menolak untuk bersantai saja. Duncan sangat berdedikasi pada permainannya, bahkan kadang terasa mengerikan, ia seringkali berlatih sampai lupa waktu. Ia akan dengan senang hati bermain seharian penuh hanya demi sebuah perasaan cintanya pada sepakbola.
Posisi yang paling sering dilakoninya di United adalah sayap tengah, posisi strategis dimana ia bisa bermain untuk membantu pertahanan ataupun maju ke depan untuk membantu serangan setiap ada peluang. Pemain bertahan seakan tidak mampu berbuat banyak untuk menahan dirinya saat ia melakukan penetrasinya. Pertandingan liga terakhirnya adalah kemenangan MU atas Arsenal dimana ia tiba di ujung daerah pertahanan lawan dan menerima bola operan dari Dennis Violet kemudian meneruskannya menjadi gol melewati kiper Gunners, Jack Kelsey.
Best, Law dan Charlton bahkan tidak ragu untuk menyatakan Duncan lebih baik dari mereka. Bobby Charlton bahkan pernah mengatakan kalau ia harus bermain demi hidupnya, dan diperbolehkan untuk membawa satu orang bersamanya, maka yang dipilih pasti Duncan Edwards.
"Duncan adalah satu-satunya pemain yang membuat saya merasa rendah. Dia adalah pemain terbaik yang pernah saya lihat," puji Charlton.
United tidak begitu saja menemukan sosok Duncan. Figurnya pertama kali ditemukan pencari bakat Jack O'Brien yang langsung menemui Busby di ruangannya pada awal 1948. Dengan bangganya O'Brien memperkenalkan Duncan, dengan mengatakan "Apakah Anda pernah menemukan seorang anak sekolah berusia 12 tahun yang mempunyai bakat spesial".
Tidak menunggu lama Busby langsung terpikat dengan pria berbintang Libra tersebut. Di old Trafford Sang legenda menghabiskan lima tahun terbaiknya untuk menjadi legenda, sebelum maut menjemput ajalnya ketika ginjalnya hancur akibat cedera serius dalam tragedi Munich.
Ia meninggal di Munich setelah 2 minggu berusaha untuk bertahan hidup, di saat ini ia dikatakan pernah bercanda dengan Jimmy Murphy tentang dirinya yang sudah fit untuk pertandingan selanjutnya. Selama karirnya ia memenangkan 2 medali juara liga dan bermain 18 kali untuk timnas Inggris. Ia hanya berumur 21 tahun ketika menutup mata untuk selama-lamanya, tetapi bagi yang pernah melihat Duncan Edwards bermain, akan selalu menjadi sebuah kenangan berharga seumur hidup, karena sangat bisa jadi mereka tidak akan pernah menemukan pemain sehebat itu lagi.
Si Boncel Bertangan Tuhan
Apa yang paling diingat orang pada Piala Dunia 1986? Tentu saja Gol Tangan Tuhan serta gol terbaik abad 21. Berawal dari perebutan bola di Lapangan tengah, Maradona menaklukkan Peter Shilton dengan terlebih dahulu melewati 6 pemain Inggris! Seakan menjawab keraguan gol tangan Tuhan yang sebelumnya dia ciptakan.
Piala Dunia 1986 memang merupakan Piala Dunia terbaik bagi Maradona. Selain dua gol kontroversial tersebut, Maradona berhasil membawa Trofi Piala Dunia pulang ke negerinya, Argentina. Namun tidak berhenti disitu saja kehebatan mahabintang kelahiran Villa Fiorito pinggiran Kota Buenos Aires itu.
Terlahir di daerah hitam di pinggiran Buenos Aires, Maradona mengawali karir sebagai pemain profesional di klub Argentinos Junior pada usia 15 tahun. Tidak berselang lama, Maradona pindah ke Boca Juniors dan mengantar Tim Nasional Argentina Junior menjadi Kampiun di Piala Dunia Junior tahun 1979. Tahun 1981, Maradona sudah berhasil mempersembahkan gelar Campeonato Metropolitano bagi Boca Juniors.
Kebintangannya makin bertambah saat dia memutuskan pindah ke Klub Catalan, Barcelona. Dengan kontrak sebesar 5.000.000 Euro Maradona menjadi pemain paling mahal di Barcelona. Di musim pertamanya, Il Pibe Del Oro berhasil mempersembahkan gelar juara Liga, Piala Raja, serta Piala Super bagi Barcelona. Di Spanyol pula Maradona memulai kiprahnya di Piala Dunia 1982.
Kejayaan Napoli
Hanya dua tahun Diego bertahan di Spanyol. Dengan transfer sebesar 6,9 juta Euro, dia pun hijrah ke negeri Pizza. Bersama Napoli, Maradona menikmati kesuksesan yang luar biasa. Napoli dibawa menjadi salah satu klub yang disegani di eropa. Ini terbukti dengan torehan 2 kali gelar scudetto liga Serie-A, 1 gelar Juara Coppa Italy, 1 Gelar Piala UEFA, dan 1 gelar SuperCoppa Italy. Maradona menjadi simbol bagi kota tersebut.
Gelar Piala Dunia kedua bagi Argentina pun dia persembahkan. Dengan aksi brilian, Maradona menghempaskan Jerman Barat 3-2 untuk menjuarai turnamen 4 tahunan tersebut. Piala Dunia 1986 pun disebut-sebut sebagai Piala Dunia yang identik dengan Maradona. Tahun itu pulalah Maradona dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Dunia versi FIFA.
Karir Tim Nasional di mulai dari perhelatan Piala Dunia Junior tahun 1977 dengan mencetak 11 gol dari 23 kali bermain. Di Tim senior, pemain kelahiran 30 Oktober 1960 ini dimulai pada usia 17 tahun. Namun, Cesar Luis Menotti, pelatih Tim Nasional Argentina waktu itu tidak mau membawa Maradona ke Piala Dunia 1978 dengan alasan masih terlalu muda.
Sayang akhir karir Maradona tidak dilalui dengan mulus. Setelah hanya menduduki runner up di Piala Dunia 1990, Maradona masih tercatat untuk skuad Tim Argentina untuk Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Namun, kecanduan akan kokain telah membawanya ke lembah terhitam dalam karir pemilik nomer punggung 10 ini.
Maradona terbukti menggunakan obat terlarang di Piala Dunia 1994 dan harus keluar dari turnamen. Argentina pun tersisih. Sejak saat itu, Maradona selalu hidup dalam bayang-bayang obat bius. Meski sempat come back bersama Boca Juniors, namun Maradona tidak lagi se perkasa waktu muda. Cerita sedih pun mengikuti akhir karir Sang Golden Boy.
Setelah lama di pusat rehabilitasi di Kuba, kini Maradona kembali meniti karir di dunia yang membesarkannya. Selain menjadi komentator, El Diego kini mulai belajar menjadi pelatih. Sejak beberapa tahun terakhir Maradona diangkat menjadi salah satu asisten pelatih di tim yang membesarkannya, Boca Junior.
Guntur Utomo
Data dan Fakta
Nama lengkap : Diego Armando Maradona
Lahir : 30 October 1960 di Villa Fiorito, Buenos Aires
Tinggi : 168 cm
Kaki dominan : Kiri
Julukan : The King, Pibe de Oro, Golden Boy
Penghargaan sepanjang Karir
* 1978: Top Scorer-Campeonato Metropolitano.
* 1979: Top Scorer-Campeonato Metropolitano.
* 1979: Top Scorer-Campeonato Nacional.
* 1979: Juara Piala Dunia Junior
* 1979: "Olimpia de Oro"-Pemain Argentina Terbaik.
* 1979: Pemain Terbaik Amerika Selatan versi FIFA.
* 1979: Penerima Bola Emas sebagai Pemain Terbaik saat itu.
* 1980: Top Scorer-Campeonato Metropolitano.
* 1980: Top Scorer- Campeonato Nacional.
* 1980: Pemain Terbaik Amerika Selatan versi FIFA..
* 1981: Top Scorer-Campeonato Nacional.
* 1981: Penerima “Trofeo Gandulla” sebagai pemain terbaik.
* 1981: Juara Liga Argentina bersama Boca Juniors.
* 1983: Juara Copa del Rey bersama Barcelona.
* 1985: Duta besar UNICEF.
* 1986: Juara Piala Dunia bersama Argentina.
* 1986: "Olimpia de Oro"-Pemain Argentina Terbaik.
* 1986: "Warga Kehormatan" dari Pemerintah Kota Buenos Aires.
* 1986: Penerima sepatu Emas dari Adidas sebagai pemain terbaik.
* 1986: Penerima the Golden Pen sebagai pemain terbaik di Eropa.
* 1987: Juara Liga Italia Serie A bersama Napoli.
* 1987: Juara Coppa Italy bersama Napoli.
* 1988: Top Scorer Serie A bersama Napoli.
* 1989: Juara Piala UEFA bersama Napoli.
* 1990: Juara Liga Italia Serie A bersama Napoli.
* 1990: Penerima “Premio Konex di Brillante” untuk skill olahraga.
* 1990: Runner up Piala Dunia.
* 1990: diangkat menjadi "Duta Besar Olahraga" oleh Presiden Argentina.
* 1990: Juara Supercoppa Italiana bersama Napoli.
* 1993: Dianugerahi sebagai “Pemain Terbaik Argentina sepanjang Masa”.
* 1993: Juara Artemio Franchi Cup bersama Argentina.
* 1995: Penerima Golden Ball untuk karirnya.
* 1995: Dianugerahi gela "Master Inspirer of Dreams" oleh University of Oxford.
* 1999: "Olimpia de Platino" sebagai pemain terbaik se-Abad.
* 1999: peneriman penghargaan dari AFA sebagai Atlet terbaik Argentina sepanjang masa .
* 1999: Golnya tahun 1986 saat melawan Inggris dipilih sebagai gol terbaik sepanjang sejarah sepakbola.
* 2000: Terpilih " FIFA best football player of the century"
The numbers of the number 10
- Argentinos Juniors (76/80). 166 pertandingan (116 gol).
- Boca Juniors (81, 95/97). 71 pertandingan (35 gol).
- Barcelona (82/83). 58 pertandingan (38 gol).
- Napoli (84/91). 259 pertandingan (115 gol).
- Sevilla (92/93). 29 pertandingan (7 gol).
- Newell's Old Boys (93). 5 pertandingan.
Tim Nasional Argentina
- Tim Nasiona Junior (77/79). 23 pertandingan (11 gol).
- Argentina (77/94). 91 pertandingan (34 gol).
Jumlah Juara: 10.
- Juara Dunia Junior 1979 (Argentina)
- Campeonato Metropolitano 1981 (Boca Juniors)
- Copa del Rey 1983 (Barcelona)
- Piala Dunia 1986 (Argentina)
- Serie A Italia 1986/87 (Napoli)
- Coppa Cup 1987 (Napoli)
- UEFA Cup 1989 (Napoli)
- Serie A Italia 1989/90 (Napoli)
- Italian Supercup 1990 (Napoli)
- Copa Artemio Franchi 1993 (Argentina)
Sebagai Pelatih (dengan Carlos Fren):
- Mandiyú of Corrientes (1994). 12 pertandingan (1 menang, 6 imbang, 5 kalah)
- Racing Club (1995). 11 pertandingan (2 menang, 6 imbang, 3 kalah)