IX. Surat kedua
1 tahun kemudian.
Persaingan antara Marion dan Catherine masih terus berlangsung. Tetapi Catherine tidak berani lagi memakai cara-cara licik lagi untuk menjatuhkan Marion.
Pada suatu hari, Marion kembali menerima surat.
Quote:
Nona Marion, sepertinya Anda mampu bertahan di dalam dunia ini. Saya sangat gembira, Anda tidak kalah dari orang-orang yang ingin menjatuhkan Anda. Tetapi, Anda masih belum menang sepenuhnya. Anda masih menjadi bayang-bayang dari Nona Catherine. Suatu hari nanti, saya ingin melihat hanya Anda yang berada di atas panggung.
Dari seorang penggemar.
Marion meraba sakunya. Di sana masih tersimpan pisau dari pengirim yang sama.
“Siapakah ia sebenarnya ? Walau mengaku sebagai penggemarku, tetapi mengapa aku merasa tidak demikian ?”, Marion membatin dalam hati.
“Surat dari penggemar, Marion ?”, Edward tiba-tiba muncul.
“E.. eh, iya.”
Edward tersenyum, “Ingatlah Marion, penggemar adalah segala-galanya bagi seorang bintang. Tanpa penggemar, seseorang tidak akan menjadi bintang, walau sehebat apapun penampilannya di panggung. Saya senang kamu mendapat surat dari penggemar.”
Marion mengangguk, “Saya mengerti. Bibi Margareth juga pernah berkata hal yang sama; Kita harus tetap menampilkan yang terbaik, walau hanya mempunyai seorang penggemar.”
“Baguslah jika demikian.”, Edward berjalan pergi.
“…Tetapi, mengapa firasatku mengatakan ada sesuatu di balik surat ini ?
Sesuatu… yang sangat menakutkan ?…”
Marion sedang termenung memikirkan surat terakhir yang diterimanya.
“ ‘Aku masih menjadi bayang-bayang Catherine ?’ Mengapa.. mengapa ia berpikir seperti itu ? Bintang panggung bukan hanya aku dan Catherine saja. Mengapa ia sampai dapat melihat Catherine sebagai sainganku ? Apakah mungkin… orang itu sebenarnya adalah seseorang yang kukenal ?”
Perlahan Marion mengambil pisau dari sakunya.
“Pisau ini diberikan sebagai pengingat akan kerasnya dunia panggung; Sesuatu yang sudah kurasakan sendiri. Aku terus berusaha untuk tetap bertahan, dan penggemarku semakin hari semakin bertambah, tetapi.. apakah yang dikatakan olehnya; Bahwa aku masih menjadi bayang-bayang Catherine, benar ?”
Tiba-tiba Marion melihat Edward. Baru saja ia hendak memanggilnya, ketika terlihat Edward sedang berbincang-bincang dengan seseorang; Catherine !
“Mengapa ? Mengapa manajer tampak begitu akrab dengan Catherine ?!”
…saat itu Marion menyadari, bahwa Edward adalah orang yang sangat berarti dalam hidupnya…
“Kalau.. kalau sampai manajer meninggalkanku..”, Marion menutup wajahnya, “.. bagaimana aku dapat tampil ? Bagaimana aku dapat bertahan di dunia panggung ?”
X. Kebencian dan kehancuran yang diakibatkannya
Malam itu, Marion telah mengambil sebuah keputusan. Ia akan menyingkirkan Catherine untuk selama-lamanya. Rasa kebenciannya terhadap Catherine sudah melampaui batas; Marion tidak memikirkan lagi segala resiko yang akan dihadapinya kelak.
… Sekali membunuh, kau akan menganggap hal itu sebagai cara termudah di dalam menyelesaikan suatu masalah.
Perlahan tapi pasti, hati nuranimu takkan kau hiraukan lagi, hingga akhirnya kau menjadi seseorang tanpa perasaan; Pembunuh berdarah dingin …
Marion membuat janji dengan Catherine di sebuah taman yang sepi. Alasan yang diberikan Marion sederhana, yaitu mengenai masalah Edward. Setelah menunggu agak lama, akhirnya Catherine datang.
“Mengapa kamu ingin membicarakan masalah manajer-mu itu denganku, Marion ?”
“Tadi siang, aku melihatmu sedang berbincang-bincang dengan manajer. Apa yang kalian bicarakan ?”
Mendengar pertanyaan Marion, Catherine tertawa, “Oh, jadi kamu melihatnya ? Sudah kuduga. Apakah salah kalau kami berbincang-bincang ? Ataukah mungkin, kamu cemburu ?”
“Apa yang kalian bicarakan ?!”
“Tidak ada yang istimewa. Ia hanya memuji penampilanku, itu saja.”
Bola mata Marion terbelalak, “Ma.. manajer… memuji penampilanmu ?”
“Lho, memangnya kenapa ? Aku sangat yakin penampilanku memang hebat, dan menurutku itu wajar saja dilakukan olehnya.”
Marion tertunduk, lalu berkata perlahan, “Sudah lama manajer tidak pernah lagi memuji penampilanku, dan sekarang.. ia malah memuji penampilan Catherine ? Tidak, hal ini tidak mungkin terjadi !”
“Marion, dahulu sudah pernah kukatakan, perbedaan antara kita jauh sekali. Kamu tidak pernah mendapat permintaan encore dari penonton, khan ? Aku selalu mendapatkannya. Kalau sudah tidak ada yang mau dibahas lagi, aku mau pulang.”
Catherine berbalik lalu pergi.
“Kamu terlalu sombong, Catherine !”, Marion mengambil pisaunya, lalu hendak menusukkannya pada Catherine. Pada saat itu, tiba-tiba Marion kembali teringat sesuatu yang sudah lama dilupakannya; Kata-kata dari seorang nenek yang pernah menasehatinya.
… Akan tiba saatnya, dimana semua orang akan mengagumi kecantikanmu ini. Tetapi ada satu hal yang harus selalu kamu ingat; Semua itu hanyalah sihir yang bersifat sementara, bukan untuk selamanya ! Jangan sampai kamu terjatuh ke dasar kegelapan karenanya ! …
Ingatan itu membuat Marion tertegun. Tetapi, pada saat bersamaan, Catherine sudah menengok ke arahnya, dan melihat pisau yang dipegang oleh Marion.
“A.. apa yang hendak kau lakukan, Marion ?!”, suara Catherine terpekik akibat terkejut.
Dengan hampir menangis, Marion langsung menusukkan pisaunya ke arah Catherine.
“Maafkan aku, nek. Semuanya sudah terlambat sekarang. Pada saat aku menyadarinya, sudah tidak ada jalan lain yang dapat kupilih…”
Jeritan Catherine menggema di taman sepi tersebut. Catherine sempat mencakar leher Marion, tetapi semua usaha perlawanannya sia sia. Akhirnya tubuh Catherine terjatuh, demikian pula dengan pisau Marion. Pandangan Marion tampak begitu hampa.
… Sang gadis kecil telah melenyapkan teman yang telah merebut bonekanya
tetapi, apakah boneka kesayangannya akan kembali kepadanya ? …
“Kyaa ! Ada pembunuhan !”
Jeritan itu menyadarkan Marion; Suatu hal yang tidak diduga oleh Marion sebelumnya. Karena panik, Marion segera mengambil pisaunya dan hendak menyerang orang itu. Tetapi orang itu sudah kabur terlebih dahulu.
“Pembunuh ! Gadis itu seorang pembunuh !”, orang itu terus berlari hingga jalan raya.
Marion yang pada awalnya mengejar orang tersebut, berbalik melarikan diri dari kejaran orang banyak. Ia berlari, dan terus berlari, hingga tiba-tiba…
Koran yang terbit keesokan harinya memuat berita itu menjadi topik utama.
‘Seorang bintang panggung yang sangat terkenal, Marion, telah membunuh saingannya yang lebih senior, yaitu Catherine. Tetapi, Marion sendiri mengalami sebuah kecelakaan yang cukup fatal, ketika sedang melarikan diri. Sebuah kereta kuda dengan kecepatan tinggi telah menabraknya, dan saat ini kondisinya masih sangat kritis.’
… Mengapa ? Mengapa begitu mudahnya manusia membenci orang lain ?
Mengapa begitu mudahnya melenyapkan nyawa seseorang ?
Mengapa hati manusia begitu lemah terhadap dosa ? …
Marion masih mendengar burung-burung yang berkicau dengan riang. Tetapi, secara perlahan, suara-suara itu seakan-akan menjauh.
“…Kurasa, semuanya sudah berakhir sekarang…”
Sementara itu, di depan pintu kamar Marion, Edward sedang berdiri. Ia mengeluarkan suatu benda dari sakunya; Pisau yang diberikannya kepada Marion.
“Dengan ini, semuanya telah berakhir. Kuharap kau dapat beristirahat dalam damai, Chris. Kau adalah adik yang sangat berharga bagiku, dan takkan kubiarkan orang yang telah menyebabkan kau meninggal dapat hidup dengan tenang !”
Edward berjalan pergi meninggalkan kamar itu.
1907 – END
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
oK, main story sudah selesai, tinggal 2 sub story ^^