-
BNPB: BKT Mulai Berfungsi, Ciliwung Relatif Aman
http://stat.k.kidsklik.com/data/phot...4/0932058p.jpg
Minggu, 14 Februari 2010 | 13:36 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Banjir Kanal Timur (BKT) yang sudah tembus laut pada akhir tahun lalu mulai memberikan dampak positif di Sungai Ciliwung. Direktur Tanggap Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Slamet Sugiono mengatakan, dengan berfungsinya BKT, debit ketinggian air di Ciliwung relatif tak mengkhawatirkan.
"BKT sudah mulai berfungsi mungkin sekitar 75 persen. Ini sangat bermanfaat dan bisa mengalirkan banjir," kata Slamet Sugiono seusai melakukan penyusuran Sungai Ciliwung, Minggu (14/2/2010).
Sebelumnya, BNPB melalui Tim Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana bersama Tagana, Basarnas, dan TNI AD melakukan pengawasan terhadap Sungai Ciliwung sekaligus latihan gabungan penanggulangan bencana banjir. Kompas.com ikut bersama tim melakukan penyusuran dari Bukit Duri hingga Pintu Air Manggarai.
Slamet mengatakan, volume air kiriman dari Bogor sudah bisa lebih cepat surut karena sudah teralihkan ke BKT. "Jelas sudah berpengaruh, bisa membuang air dan tergelontor ke sana," kata Slamet.
Pantauan Kompas.com, debit ketinggian air di sepanjang Ciliwung mulai dari Bukit Duri hingga Pintu Air Manggarai sudah lebih surut dibanding kemarin. Ketinggian air Ciliwung sudah pada posisi normal berada di bawah 750 cm. Pada Jumat hingga Sabtu kemarin, ketinggian air sempat di atas normal dan menggenangi rumah warga yang tinggal di bantaran kali. "Ini sudah normal. Normal dari Katulampa sampai laut," ujar Slamet.
http://megapolitan.kompas.com/read/2...g.Relatif.Aman
-
More info: banjir dikatakan surut lebih cepat
Ciliwung Normal, tapi Warga Diminta Waspada
JAKARTA, KOMPAS.com — Warga Jakarta yang tinggal di kawasan rawan banjir, terutama di sepanjang bantaran kali Ciliwung, diimbau untuk tetap waspada. Meski sejak Minggu (14/2/2010) pagi ini debit ketinggian air Ciliwung sudah normal kembali, tidak menutup kemungkinan air kembali meluap.
"Sampai saat ini, mulai dari Katulampa sampai laut, normal. Tapi harus tetap waspada karena ini tergantung cuaca," kata Direktur Tanggap Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Slamet Sugiono kepada Kompas.com.
Ia mengatakan, kewaspadaan masih perlu dilakukan setidaknya hingga akhir Februari. Cuaca diperkirakan masih akan sering hujan. "Ini masih akan sering hujan. BMKG mengatakan, setidaknya masih akan hujan hingga akhir Februari," ucapnya.
Sebelumnya, sejak pagi hingga siang tadi, BNPB melalui Tim Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana bersama Tagana, Basarnas, dan TNI AD melakukan pengawasan sungai Ciliwung sekaligus latihan gabungan penanggulangan bencana banjir. Kompas.com ikut bersama tim melakukan penyusuran dari Bukit Duri hingga Pintu Air Manggarai.
Pantauan di sepanjang Bukit Duri hingga Manggarai menunjukkan ketinggian air di Ciliwung memang relatif normal. Slamet berharap kondisi ini akan tetap normal dan terjaga. "Mudah-mudahan terkendali. Mudah-mudahan hujan tidak terlalu besar," tuntasnya.
http://megapolitan.kompas.com/read/2...iminta.Waspada
-
KARTA, KOMPAS.com — Menjelang malam ini, sejumlah warga di Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, bersiap menghadapi banjir lagi. Genangan air setinggi 20 sentimeter mulai terlihat di sejumlah tempat yang biasa tergenang.
Ini air mulai naik lagi. Sebentar lagi pasti tinggi.
"Ini air mulai naik lagi. Sebentar lagi pasti tinggi," kata Nia, seorang warga di Jalan Petamburan II, Kamis (18/2/2010).
Dia mengatakan, genangan air setinggi sekitar 70 sentimeter sudah terjadi sejak pagi hingga tengah hari tadi. Setelah air surut, kini datang lagi air gelombang kedua.
http://megapolitan.kompas.com/read/2....di.Petamburan
JAKARTA, KOMPAS.com — Proyek Banjir Kanal Timur yang baru saja rampung dengan berhasil tembus laut diklaim sebagai alternatif yang akan mengurangi dampak banjir di Jakarta. Meski demikian, persoalan banjir di ibu kota ini diyakini tidak akan serta-merta teratasi secara mutlak dengan adanya BKT.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT menilai proyek BKT yang belum sepenuhnya rampung seperti desain dalam master plan-nya ini hanya akan mengatasi persoalan banjir di Jakarta maksimal 30 persen.
"Jika BKT sudah beroperasi secara penuh pun, BKT hanya mampu mengurangi sekitar 30 persen dari banjir di wilayah Jakarta bagian timur," kata Kepala Bidang Mitigasi Bencana BPPT Sutopo Purwo dalam konferensi persnya, Kamis (18/2/2010) di Gedung BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta.
Persoalan banjir ibu kota ini menurutnya tidak akan mutlak beres dengan hanya mengandalkan BKT. Kondisi geografis dan aktivitas penggunaan lahan di Jakarta akan terus meningkatkan potensi Jakarta sebagai daerah langganan banjir.
Kondisi ini juga diperparah dengan rendahnya kemampuan 13 sungai yang membelah Jakarta untuk mengalirkan air dan banjir kiriman dari daerah Selatan. Sutopo mencontohkan, kemampuan alur Sungai Ciliwung saat ini hanya sebesar 17,5 persen, sedangkan Kali Pesanggrahan hanya 20,7 persen. "Penurunan kapasitas ini karena adanya sedimentasi, pendangkalan, dan penyempitan alur karena pemanfaatan lahan bantaran sungai," urainya.
Proyek BKT sebagai alternatif mengatasi banjir pun sebenarnya tidak sendirian. Rencana pemerintah dengan membangun megaproyek Bendungan Ciawi sempat mengemuka untuk mengatasi banjir. Hal ini pun menurutnya tidak akan efektif. Selain akan menelan biaya yang terlampau besar senilai Rp 1,5 miliar, Sutopo mengatakan bahwa Bendungan Ciawi hanya akan berkontribusi kurangi banjir 1 persen. "Dengan rancangan kemampuannya menampung volume hingga 10 juta meter kubik, bendungan ini juga berpotensi jebol dan membuat bencana," urainya.
Jika BKT sudah beroperasi secara penuh pun, BKT hanya mampu mengurangi sekitar 30 persen dari banjir.
Menurut Sutopo, mengatasi masalah banjir Jakarta bukan hanya perlu dilakukan lewat proyek-proyek yang masif dan menghabiskan banyak lahan, melainkan perlu pengerjaan dan komitmen yang berkesinambungan. Sutopo menilai pembangunan situ-situ ataupun parit-parit secara kontinu akan jauh lebih efektif.
"Pembangunan cek dam, dam parit, situ, dan embung yang cukup banyak di bagian hulu justru akan lebih bermanfaat, baik untuk mengurangi banjir ataupun penyediaan air," ucapnya.
http://megapolitan.kompas.com/read/2...Situ.dan.Parit
-
jadi inget janji fauzi bowo
serahkan pada ahlinya
emmmm.....mana nih hasilnya sang ahli :D
-
Foke Kunjungi Korban Banjir Jakarta
Kamis, 18 February 2010 19:41 WIB
Jakarta, (tvOne)
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo mengunjungi korban banjir yang berada di Kelurahan Bidara **** dan ex Bioskop Nusantara, Jakarta Timur, Kamis (18/2) sore. Di RW 11 Kelurahan Bidara ****, Fauzi mengunjungi warga yang rumahnya terendam dengan menggunakan perahu kecil.
Fauzi mengatakan, ia merasa gembira warga setempat telah bisa mengembangkan "early warning system" atau sistem peringatan dini banjir. Sehingga bisa bersiap-siap menghadapi banjir tersebut. "Jadi begitu pintu air di Katulampa sudah di ketinggian berapa, warga sudah bisa ngasih tahu sendiri," katanya.
Di RW 11, sebanyak 220 orang mengungsi berada di tiga tempat yaitu di Majelis Taklim setempat, Karang Taruna dan SD 05 Bidara ****. Wakil Lurah Bidara ****, Ria Kristina mengatakan, air mulai menggenangi kawasan tersebut sejak pukul 03.00 WIB dan sempat mengalami surut. Namun dikhawatirkan, akan kembali mengalami kenaikan karena di Bogor kembali terjadi hujan.
Sementara itu, Gubernur mengatakan, untuk mengurangi banjir di masa yang akan datang, aliran kali Ciliwung dan bekas alur Ciliwung lama akan dikeruk dan untuk rencana kedepannya akan disodet ke Kali Cipinang. "Ada rencana, tapi ini masih harus didalami lagi, bahwa bekas alur sungai Ciliwung ini akan tembus ke Kali Cipinang. Hingga kalau alur sungai itu volumenya tinggi, kita bisa alihkan melalui jalur ini dan sungai Cipinang, kemudian masuk ke BKT (Banjir Kanal Timur)," kata Fauzi.
Selain itu, warga yang tinggal di alur basah kali juga akan dipindahkan sehingga dapat dilakukan normalisasi yang akan menambah volume air yang bisa ditampung. "Untuk mereka yang tinggal di badan kali, alur basahnya kali, tidak ada pilihan lain lagi, kita harus merelokasi," ujar Gubernur.
Masyarakat di Jatinegara, Jakarta Timur yang juga menjadi langganan korban banjir disebutnya, telah setuju dengan relokasi. Namun masih terdapat hambatan, dengan lokasi relokasi tersebut. "Banyak warga sekitar yang bekerja di pasar Jatinegara, jadi gak mungkin dipindahkan ke rusun Marunda misalnya," kata Fauzi. (Ant)
http://www.tvone.co.id/berita/view/3...anjir_jakarta/
-
Warga Daerah Banjir Enggan Pindah
JAKARTA--MI: Sebagian warga pinggiran sungai di Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu untuk sementara tinggal di Posko Pengungsian. Meski banjir selalu memberikan tugas tambahan bagi warga untuk membersihkan rumahnya, mereka tidak berpikir untuk meninggalkan bantaran kali yang selama ini menjadi tempat tinggal mereka.
Lahan bekas gedung bioskop Nusantara, Kampung Melayu siang itu begitu ramai. Hampir sebagian besar pengungsi korban banjir berkumpul mengelilingi seorang artis ibu kota yang sedang berkunjung dan membagikan bantuan bagi para pengungsi.
Zubaidah, 44, salah satu pengungsi meninggalkan kerumunan dan kembali masuk ke tendanya. Warga RW 03 Kampung Pulo ini sudah seminggu berada di posko banjir yang didirikan oleh Satkorlak.
"Banjir di rumah saya sepinggang," tuturnya ketika ditemui Media Indonesia, Jumat (19/2). Bersama beberapa ibu lain, Zubaidah memberi makan anak-anak dengan nasi kotak bantuan dari Pemprov DKI.
"Sekarang bantuan makanan jauh lebih sedikit, kalau dulu banyak makanan, seperti mi instan, sekarang paling nasi bungkus dua kali sehari," ungkap ibu yang sudah memiliki dua orang cucu itu.
Zubaidah mengatakan, banjir yang menggenangi rumahnya ini 'langganan' setiap empat bulan sekali. "Setahun minimal tiga kali sehari kami terkena banjir," tambahnya lagi.
Ketika sudah surut nanti, banjir yang merupakan kiriman dari Bogor ini memberikan tugas lagi bagi warga. "Kami harus membersihkan sisa-sisa banjir. Rumah harus dipel lagi, barang-barang dan pakaian dicuci. Semuanya kotor dan bau lumpur, tidak jarang kotoran manusia juga mampir ke rumah," Zubaidah menjelaskan.
Hal sama juga dirasakan oleh Nunung, 27. Sebagai pengungsi korban banjir ia merasakan bagaimana susahnya membersihkan rumah setelah banjir. Selain itu, ibu tiga orang anak ini juga menuturkan, setelah banjir surut, air bersih menjadi sulit diperoleh. Begitu pula dengan makanan, karena warung yang biasa menjual makanan tutup.
Meskipun sudah berkali-kali menjadi korban banjir, baik Zubaidah dan Nunung belum berniat meninggalkan tempat tinggal mereka di Kampung Pulo. "Biar kecil dan kena banjir, tapi rumah di sini itu rumah sendiri, jadi saya belum mau pindah," ujar Nunung. (*/OL-03)
http://www.mediaindonesia.com/read/2...-Enggan-Pindah