Revolusi Perancis telah membuat ancaman nyata bagi kerajaan-kerajaan lain di benua Eropa, dan hal ini menjadi persoalan yang lebih serius dengan ditangkapnya raja Louis XVI pada tahun 1792 serta hukuman mati terhadapnya di bulan Januari tahun 1793. Usaha pertama untuk memerangi Republik Perancis ini dimulai pada tahun 1792 ketika Austria, Kerajaan Sardinia, Kerajaan Napoli, Prusia, Spanyol, dan Kerajaan Britania Raya membentuk koalisi (selanjutnya disebut koalisi pertama). Dengan ditetapkan undang-undang Perancis yang baru, termasuk wajib militer secara serentak (
levée en masse), pembaharuan sistem militer, dan perang secara total, memberi kontribusi yang nyata bagi kemenangan Perancis atas koalisi pertama. Perang berakhir ketika Austria dipaksa oleh Napoleon menerima syarat-syarat dalam perjanjian Campo Formio. Kerajaan Britania Raya menjadi satu-satunya kerajaan yang tersisa dari koalisi pertama yang anti Perancis sampai dengan tahun 1797.
Koalisi kedua dibentuk pada tahun 1798, terdiri dari beberapa bangsa : Austria, Britania Raya, Kerajaan Napoli, Kesultanan Utsmaniyah, Negara Kepausan, Portugal, dan Rusia. Napoleon Bonaparte, sang arsitek utama kemenangan Perancis tahun lalu atas koalisi pertama, melancarkan aksi militer ke Mesir (beberapa ilmuwan diikutsertakan dalam ekspedisi ini termasuk Jean Baptiste Joseph Fourier dan Jean-Francois Champollion). Napoleon kembali ke Perancis pada tanggal 23 Agustus 1799. Kemudian ia mengambil alih kontrol pemerintahan pada tanggal 9 November 1799 dalam sebuah kudeta 18 Brumaire. Napoleon menata ulang sistem militer dan membuat pasukan cadangan untuk mendukung aksi militer di sekitar Rhine dan Italia. Di semua front pertempuran, Perancis lebih unggul. Di Italia, Napoleon memenangkan pertempuran dengan Austria di Marengo pada tahun 1800. Tetapi pertempuran yang paling menentukan terjadi di Rhein, wilayah Hohenlinden pada tahun 1800. Dengan kalahnya Austria ini, kekuatan koalisi kedua akhirnya hancur. Akan tetapi sekali lagi Britania Raya tetapi kuat dan memberi pengaruh yang besar kepada negara-negara lainnya agar selalu memusuhi Perancis dan Napoleon menyadari hal ini, tanpa kekalahan Inggris atau perjanjian damai dengannya maka dia tidak akan pernah mencapai perdamaian secara penuh di Eropa.