Quote:
Originally Posted by
asuka83h
Aksaranya yah?
Klo gak salah tulisan Jawa modern diciptakan oleh Airlangga, dan Jayabaya adalah raja Kediri yang hidup setelah Airlangga. Jadi kemungkinan besar dia pake honocoroko.
Dalam bahasa Jawa, huruf A sering diucapkan O.
Aslinya Nata Nagara, yang artinya menata negara.
Sukarno dan Suharto adalah nama Jawa, yang tulisan aslinya Sukarna dan Suharta.
Karna artinya telinga, bisa juga nama satria wayang. Harta artinya duit.
Makanya saya katakan kita harus lihat bentuk asli tulisan tsb dalam aksara jawa nya karena :
Quote:
Huruf “a”
.
Huruf a dalam bahasa Jawa mewakili bunyi aksara Jawa yang tidak ditandai dengan “sandhangan” (tanda bunyi) atau yang disebut “aksara nglegena” (huruf telanjang). Vokal dalam aksara “nglegena” mewakili dua bunyi, yaitu:
* Bunyi a seperti dalam dalam kata kawan, karet, ternak Contoh: ora (tidak), aku (aku), saru (tidak pantas), dalu (malam)
* Bunyi a yang tidak terdapat dalam kosakata bahasa Indonesia, namun diucapkan seperti huruf o dalam kata sosok, pasok. Contoh: kanca (teman), rosa (kuat), lara (sakit), dhadha (dada)
dan
Quote:
Huruf “o”
.
Huruf o dalam bahasa Jawa mewakili bunyi aksara Jawa yang diapit oleh “sandhangan” (tanda bunyi) “taling” dan “tarung”, yang diucapkan:
*
seperti bunyi o dalam kata dosa, noda, roda Contoh: loro (dua), bojo (suami/istri), coro (kecoak), rondha (ronda)
*
seperti bunyi o dalam kata gosok, pasok, esok Contoh: wadon (perempuan), pengilon (cermin), babon (induk ayam).
Catatan:
Adanya kesamaan pengucapan sebagian huruf a dan sebagian huruf o, sulit bagi orang yang baru belajar berbahasa Jawa dan bahkan juga bagi orang Jawa yang tidak terbiasa membaca tulisan berbahasa Jawa (lebih banyak berbahasa lisan) untuk menentukan penulisan yang tepat. Seringkali kata “kanca” (teman), “randa” (janda), “Jawa” (Jawa) ditulis konco, rondo, Jowo.
. Untuk menentukan apakah bunyi tersebut harus ditulis “o” atao “a’ dapat dilakukan dengan memberikan akhiran terhadap kata tersebut:
Bila bunyinya berubah menjadi “a” maka harus ditulis dengan huruf a. Contoh: kanca + ne >>> kancane (ditulis a) tamba + ake >>> tambakake (ditulis a) donga + i >>> dongani (ditulis a)
Bila bunyinya tetap “o” maka harus ditulis dengan huruf o. Contoh: plerok + i >>> pleroki (ditulis o) gosok + en >>> gosoken (ditulis o)
Dengan demikian apabila penulisan "Nata Nagara" tsb dalam aksara jawanya menggunakan/diapit sandhangan "taling" dan "tarung" berarti pengucapannya adalah :