Nih sambil membaca artikel yang mungkin berhubungan dengan Thread ini,
sebagai berikut ,
"Sifat - Sifat Manusia"
Syekh Al Kholil ibn Ahmad membagi karakter manusia menjadi empat macam.
Pertama, rojulun yadri wa yadri annahu yadri fabidzalika ‘alimun tattabi’uhu, yaitu manusia yang mengerti dan dirinya mengerti kalau ia mengerti. Ia adalah manusia yang memiliki ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ciri manusia seperti ini adalah selalu bekerja dengan landasan istiqomah dan ikhlas.
Kedua, rojulun yadri wa la yadri annahu yadri, fabidzalika naimun fa aiqidzuhu, manusia yang mengerti namun tidak mengerti kalau dirinya mengerti, seperti orang yang sedang tidur. Manusia yang berkarakter seperti ini adalah manusia yang tidak konsisten dengan apa yang diucapkan atau yang dipahaminya. Kata-katanya (yang baik) tidak sama dengan perilakunya (yang buruk). Umar ibn al Khottob pernah berkata ” aqwa ma akhofu ‘inda hadzihi ummati minal dajjal al munafiq al ‘alim“ yang artinya: ”yang paling saya takuti pada ummat ini daripada dajjal adalah orang munafik yang pintar atau alim, ” atau secara mudah dapat dikatakan sebagai ”orang yang berbuat jahat dengan memelintir dalil agama.”
Ketiga adalah rojulun la yadri wa yadri annahu la yadri, fa bidzalika mustarsyidun fa arsyiduhu. Manusia yang tidak mengerti namun ia tahu kalau dirinya tidak mengerti. Manusia model ini relatif baik, karena orang-orang yang selalu ingin belajar untuk lebih mengerti adalah manusia yang memiliki sifat selalu ingin memperbaiki diri. Inilah orang-orang yang cerdas-al kayyis- yaitu orang-orang yang tidak melakukan sesuatu perbuatan kecuali telah jelas halal atau haramnya. Manusia model ini adalah manusia yang selalu terikat dengan syara’. Apa yang dimakan, dipakai dan yang dijkerjakan selalu terukur dan berlandaskan pada hukum Tuhan.
Keempat, adalah rojulun la yadri wa la yadri annahu la yadri, fabidzalika jahilun fatrukuhu, manusia yang tidak mengerti kalau dirinya tidak mengerti, inilah manusia bodoh. Karena orang-orang seperti ini biasanya tidak mau belajar dan tidak mau peduli dengan hukum-hukum. Mereka termasuk manusia-manusia yang selalu mengedepankan syahwat (nafsu) dunia semata.
Sedangkan menurut Florence Littauer, empat sifat manusia adalah kolerik, sanguinis, melankolik, dan plegmatis. Manusia yang memiliki sifat kolerik adalah manusia yang memiliki motivasi diri yang kuat, kreatif, pekerja keras, dan semua yang dilakukannya dilandasi oleh keyakinan dirinya yang kuat. Ia akan bertekad menyelesaikan pekerjaannya dengan caranya sendiri (my way), namun ia tidak ingin diatur orang lain. Sedangkan sifat sanguinis adalah orang yang ingin batinnya selalu bahagia sampai-sampai segala tugas yang harus dikerjakannya, akan dikerjakan jika ia bisa bahagia dengan pekerjaan itu (fun away). Jangan coba-coba memberinya pekerjaan yang dia tidak sukai, karena ia sulit sekali menerima tantangan baru, dan biasa kerja tanpa rencana dan tanpa target penyelesaian. Ia biasa ingin tampil lebih menonjol dari yang lainnya, baik dari suaranya, pakaiannya, atau apapun yang bisa menarik perhatian orang lain.
Adapun sifat melankolik adalah orang suka kerja dengan teratur, rapi, tekun, serius, dan sistematis dengan prinsip kerja best way. Sayangnya, orang seperti ini menginginkan anak buahnya juga memiliki sifat yang sama, dan ia akan mudah tersinggung bila ada orang lain yang menyalahi prinsip hidupnya ini. Sedangkan sifat plegmatis adalah orang yang memiliki sifat yang murah senyum, tulus, dan nyaris tidak pernah marah. Orang seperti ini tidak suka menonjolkan diri, dan tidak ambisius. Orang ini bersifat terbuka atas saran maupun kritik orang lain, meskipun kadang saran dan kritik itu tidak serta-merta dijalankannya. Prinsip kerja orang seperti ini adalah mendapatkan cara mudah (easy way) untuk menyelesaikan pekerjaannya,
Sumber