=============
Part 25 - Girl In Trainer
=============
...
...
Aku terus berkeliling dan mencari keberadaan Ellyna, aku tidak berani melaporkannya pada polisi karena takut polisi akan menahan dan menanyakan banyak hal pada Ellyna apabila ditemukan. Aku tidak punya foto wajah Ellyna, jadi aku hanya bisa menggambarkan ciri-cirinya pada setiap orang yang kutanyai.
Semakin jauh dari lokasi kejadian kemarin, semakin sedikit orang yang pernah melihatnya, artinya Ellyna memang belum terlalu jauh dari tempat ini... lagipula dia terluka dan tidak mungkin berkeliaran terlalu jauh.
...
Hari ketigabelas.
Minggu
Jam setengah tujuh pagi. Aku tertidur di sebuah kursi panjang di luar lapangan sepak bola terbuka ini dini hari tadi. Lapangan ini sebenarnya milik sekolah saingan sekolahku. Aku tidak tau kenapa aku bisa tertidur di sini kemarin, mungkin aku sudah terlalu lelah dan aku merasa nyaman kalau dekat dengan lapangan sepak bola. Jadi perkataan Ellyna soal dia bisa tidur di mana saja itu ternyata memang benar.
...
...
Aku baru saja bangkit, tiba-tiba kulihat ada sebuah bola kaki yang bergulir ke luar lapangan melalui pintu pagar kawat tinggi yang mengelilingi lapangan itu.
Kemudian aku melihat ke arah lapangan, ada seseorang yang tampak sedang memunguti bola-bola yang berserakan di seluruh lapangan. Memakai jaket trainer putih dan celana panjang, memakai topi putih juga.
Sendirian, kasihan juga.
Aku berdiri, mendekati bola itu dan menggiring pelan bola itu ke dalam lapangan.
Menyadari keberadaanku, orang itu berhenti sebentar dan melihat ke arahku.
Aku bermaksud mengembalikan bolanya padanya.
Karena jaraknya denganku cukup jauh, kutendang saja bolanya.
desh!!!
"Ups"
wush!
Terlalu sering berhadapan dengan makhluk-makhluk berbahaya, aku menendangnya dengan tenaga penuh. Bolanya melayang jauh ke atas dan melewati pagar tinggi pembatas.
Keluar dari lapangan dan menghilang.
Orang itu melihat bolanya keluar lapangan... diam sebentar, kemudian menoleh ke arahku.
Lalu menghampiriku dengan berjalan cepat... oh ini masalah baru lagi.
grep!
Menarik kerah jaketku dengan kasar.
"Apa yang kau lakukan?!! Ini semua bola mahal!!"
"I-Iya maaf, tenang akan kuambilkan"
Aku tidak menyangka dia bakal segalak itu... ...dan yang lebih mengejutkan lagi, itu suara wanita... rambutnya pendek dan aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena dia masih mengenakan topinya.
"Tidak perlu, semua bola yang keluar dari lapangan ini pasti dicuri oleh anak-anak di sekitar kompleks ini"
Melepaskan kerah jaketku dengan kasar
"Ini kan masih jam setengah tujuh pagi...hari minggu..."
"Anak-anak di sekitar sini semuanya rajin bangun pagi."
Beuh yang benar saja.
"Jadi... aku harus menggantinya?"
"Ya karena aku kasihan padamu yang sepertinya tidak punya rumah sama sekali... aku akan memberimu sebuah tawaran."
Oh, dia melihatku tidur di sini.
"...tawaran apa?"
"Kita berduel, 1 lawan 1, dengan bola ini. Siapa yang mendapatkan 3 angka terlebih dahulu, menang. Kalau kau menang, kau tidak perlu menggantinya."
Hah?
"...yang benar saja"
Mia setinggi bahuku, anak ini juga tampaknya memiliki tinggi yang sama.
"Ya"
"..."
Sebenarnya dia ini perempuan atau laki-laki...? Kok mengajak duel.
"Mau atau tidak?"
"Ya sudah"
"Haha, bagus."
...
...
...
Aku diberi giliran pertama, aturannya cukup mudah, dimulai dari tengah lapangan. Sebelum menembakkan bolanya, paling tidak bola sudah harus digiring sampai garis kotak penalti.
Karena aku masih ragu-ragu dia ini perempuan atau bukan, aku agak menahan diri dan ...
set!
Anak itu dengan cepat merebut bolanya dari kakiku dan langsung melewatiku, aku masih tercengang dengan kegesitannya dan lupa mengejarnya, dia menggiring bolanya dengan cepat dan menceploskan angka pertama.
"Yak, satu angka untukku. Ingat bolanya mahal, lebih baik kau menangkan duel ini."
Masih dengan topinya, tapi sepertinya aku tahu kalau dia sedang memasang wajah menyindir.
...
Bolanya diserahkan padaku lagi, aku segera mulai berusaha melewati anak ini, tapi kakinya cepat sekali di jarak dekat dan langsung saja bola kembali terebut olehnya... aku segera mengejarnya dari belakang...
Tapi larinya sangat cepat dan langsung memasukkan bola, sekali lagi.
...
"..."
Kali ini dia diam saja, sepertinya sudah menganggapku tidak mampu bermain bola.
...
Oke, kalau kali ini aku kecurian lagi, uang melayang.
Aku sudah cukup sibuk dengan hilangnya Ellyna. Aku masih harus menggunakan uangku untuk bensin motor dan makanan. Tidak ada alasan untuk kalah di sini, walaupun dia perempuan, bukan saatnya menahan diri.
Ronde berikutnya dimulai, aku akan menggunakan surprise trick andalanku.
dugh!
Aku langsung menyentak bolanya ke kaki anak itu sambil menyerbu ke arahnya.
dug
...bola memantul dari kakinya ke arahku kembali, dia tampaknya agak terkejut karena aku menyerbu lurus ke arahnya, sebelum bertabrakkan, aku langsung melakukan potongan 45 derajat sambil menggeser bolanya untuk menjauh darinya dengan cepat dengan kaki kananku, kali ini giliran dia yang tercengang dan aku tidak menghabiskan waktu untuk segera berlari kencang ke arah gawang dan memasukkan angka pertamaku.
"Satu angka"
"...."
Sepertinya agak kesal... apa-apaan anak ini, baru kecurian satu sudah seperti itu.
...
Giliran dia yang memulai sekarang, bagaimanapun juga, aku harus merebut bolanya.
dep!
Anak itu menyerbu ke arahku dengan cepat, mau menggunakan tehnik yang sama??
set
Bahunya mengayun ke kiri, ...aku segera mengikuti pergerakannya... sepertinya dia pemain yang gesit, ada kemungkinan dia melakukan gerak tipu...
Sambil mengikuti gerakannya ke kiri, aku sudah bersiap untuk menahan bagian kanan...
wush!
Benar saja, dia memotong ke kanan, aku sudah siap dan langsung menyambar bola dari kakinya.
dugh!! brugh!
Anak itu terjatuh, aku berlari tanpa terkejar sama sekali dan memasukkan angka kedua.
"...grh"
Sepertinya geram. Aku jadi tidak berani mengatakan apa-apa.
Berikutnya adalah ronde terakhir.
Dia yang akan memulainya, ini cukup berbahaya.
Bagaimanapun juga aku harus menang.
...
...
Anak itu menyerbu maju, kali ini dia tampak lebih berhati-hati dan agak ragu, ini kesempatanku..
Begitu kulihat peluang di gerakannya, langsung saja kusambar bolanya...
set!
Anak itu berputar cepat dan langsung mengejarku, aku berlari secepatnya untuk lepas dari kejarannya, tapi aku sudah sampai ke garis kotak penalti, langsung saja kutendang.
desh!
tung!
Ah, aku terlalu ditekan melebar, posisiku sulit dan tembakannku hanya membentur tiang, bolanya memantul kembali dan diambil oleh anak itu, dengan cepat dia berbalik dan menggiring bolanya dengan kecepatan penuh.
Aku segera mengejarnya sekuat tenaga, ...
...
Aku bisa mengejarnya, tinggal 2 atau 3 langkah lagi aku bisa men
tackle-nya dari samping untuk merebut bolanya.
1...
2...
3...!!
Ini kesempatan emas, langsung saja kuluncurkan kaki kananku ke arah bola.
tuk!
Ujung kakiku menyentuh bola. Kaki anak itu tersandung bola dan hampir kehilangan keseimbangan.
"Ah.."
Oh ya aku lupa, sepertinya dia perempuan dan ini sepertinya sudah terlalu kasar... aku terlalu terbawa keadaan!!
drap!!
Anak itu tidak jadi terjatuh! Dengan bertumpu pada kaki kirinya yang masih seimbang, dia langsung menyentak bolanya ke depan dan melompat kecil untuk menghindariku, dia berlari meninggalkanku. Terus ke arah gawang dan menendang pelan bolanya ke gawang.
...
...
Ini artinya... uang melayang.
Lagi-lagi... kejadian yang sama terulang... sama seperti saat aku melawan Ellyna... aku menahan diri karena lawanku berbeda
gender.
Hmm... kalau dia benar-benar perempuan, itu artinya... dia hebat sekali...
Anak itu menghampiriku, mengulurkan tangannya.
Aku meraih tangannya, tangannya terasa kecil. Dia menarikku berdiri.
...
"...ng..."
Tiba-tiba aku jadi salah tingkah karena dia tidak melepas tanganku dan diam menyembunyikan wajahnya di balik topinya.
"...Kyla Lee"
Kecil suaranya, tidak segalak tadi.
"...he?"
"Kubilang namaku Kyla Lee!"
Kembali galaknya
"O-Oh... ya... ya... namaku Hideo. Belakangnya tidak perlu karena panjang sekali."
"Oke."
Baru saling melepas tangan
"..."
"..."
KENAPA JADI DIAM? TADI GALAK SEKALI.
Ini sangat
awkward.
"...ng ...err.. Kyla... ya, jadi bolanya..."
"...tidak usah"
"Lho?? Tidak usah apanya?"
"Tidak usah diganti. Kasihan kau sudah tidak punya rumah masih harus mengganti bola."
"Err... tapi kan sudah dari awal perjanjian-"
"Sudah kubilang tidak usah! Dengar tidak?!"
"Iya, iya, baik maaf, terima kasih atas kebaikanmu"
Apa-apaan anak ini?! Sedikit-sedikit membentak.
"...kau suka main bola Hideo? Kapan kita main lagi?"
Heh?
"Ya... suka, ...tapi aku tidak berasal dari dekat sini"
"...memangnya kau punya tempat tinggal?"
"Y-Ya, sebenarnya ada"
"Kok tidur di sini...?"
"Aku sedang mencari seseorang... ..."
"...seseorang? Siapa?"
Anak ini, kenal juga baru saja beberapa menit yang lalu.
"...teman"
"Sampai segitunya kau mencari temanmu itu?"
"Ceritanya panjang, kalau aku ada waktu untuk bercerita lebih baik aku kembali mencari"
"...ya sudah, aku minta nomor HP, telepon rumah, dan alamat"
"..??? Untuk apa??"
"Kau bilang kau punya tempat tinggal, berarti perjanjiannya tetap valid, jadi aku harus menagih uangnya nanti kalau kau sudah menemukan temanmu itu."
-______-
...ya sudah.
"Baiklah..."
Lagipula salahku sendiri.
"..."
Dia mencatatnya pada sebuah notes kecil yang dibawanya. Lalu menyuruhku menelepon HP-nya yang tertinggal di rumahnya, untuk memastikan aku tidak berbohong.
"...kalau ada kartu pelajar juga, sini kusita."
"...kau ini... berbakat jadi polisi"
"...sudah jangan banyak protes. Salahmu sendiri."
Melihat nama sekolahku, dia pasti langsung sadar kalau aku berasal dari sekolah saingannya.
"...ooh, benar... Hideo blablabla. Kau yang memasukkan dua gol ke gawang sekolah kami di pertandingan tahun lalu, padahal waktu itu kau masih junior, kelas 1. Sayangnya tim kami tetap menang walaupun kau sudah berusaha susah payah."
"...aku terkenal juga rupanya."
"...ya, hanya karena namamu terlalu panjang dan tidak penting"
"...hei"
"...dan lagi aku baru saja mengalahkan satu-satunya orang yang bisa mencetak gol ke gawang kami. Pantas saja sekolahmu gagal tahun lalu. Melawanku saja masih tidak becus"
Mulutnya tajam ya.
"Kyla, kau ini perempuan atau laki-laki?"
"... he? ...bukankah sudah jelas?? Jangan aneh-aneh ya."
Mulai tinggi lagi nadanya
"...ya sudah lupakan."
"...lalu, kau punya foto wajah temanmu itu?"
"Tidak... tapi,..."
Kemudian aku mendeskripsikan Ellyna sebaik mungkin padanya.
...
...
"...begitu"
"Oke, aku akan bantu cari... aku akan minta bantuan orang-orang di sekitarku juga... Jangan menyerah"
Tersenyum kecil, seperti berusaha menyemangatiku.
"...terima kasih Kyla."
Baik juga
"Aku pulang dulu. Kalau kau mau ikut juga boleh, kau belum makan kan?"
"...errh, tidak apa tidak usah... hahaha"
"...ya sudah"
Kyla mengunci pintu pagar kawat lapangan itu setelah kami berdua keluar, dia bilang dia datang sepagi ini hanya untuk membereskan bola-bola yang belum sempat disimpan kemarin karena ada keributan soal burung raksasa, dan tidak ada yang berani keluar rumah sampe malam hari.
"...bye"
Kyla berbalik membelakangiku dan melepas topinya.
Eh! Aku belum melihat wajahnya.
"K-Kyla!"
"...hm?"
Dia menoleh...
Sekarang aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. Rambutnya agak kecoklatan dan pendek, tidak terlalu rapi... kulitnya sedikit lebih gelap kalau dibandingkan dengan Ellyna dan Mia, mungkin itu karena ia sering bermain bola di lapangan terbuka.
"Oh... sekarang aku baru bisa melihat wajahmu"
"...bah, dasar aneh!"
Kemudian berbalik dan berlari pergi. Larinya cepat sekali, untuk seorang anak perempuan, dan kurasa dia dapat berlari lebih cepat dariku.
Aku masih bingung memikirkan apa yang akan terjadi kalau ada kebocoran D-Warper lagi, ...atau Falwing kembali lagi.. aku tidak punya Silk...
Aku juga belum menemukan Ellyna, tapi entah kenapa aku jadi sedikit lebih lega.
Apa perasaanku terbawa oleh keadaan? Ataukah aku sudah menyerah pada keadaan ini secara tidak sadar? Atau... aku jadi lega karena perkataan Kyla?
...
...tidak ada waktu untuk berdiam di sini.
End Of Part 25 - RiX777
4+1