Wah DoOs, kalo 2% itu kenceng, bagaimana dengan tahun 2030? Apa bisa sekenceng China?
Printable View
Apabila employment dan investasi di Indonesia naik, tentunya bisa menyamakan, karena populasi kita gede.
to doos: kalau misalkan itu tercapai ya bagus,, tp kalau itu tidak tercapai?? bila keuntungan ekspor untuk negara tidak sampai ke tangan rakyat?? apakah negara menjamin?? bila tidak sampai ke tangan rakyat gmana?
ZZzzz wong yg supply beras nya juga rakyat koq.... gmn sih logika nya ditaro dikepala jgn di dengkul...
Pemerintah tidak pernah bermain di pasar yang bermain itu adalah rakyat... prediksi sy itu mengumpamakan apa yang akan terjadi kepada pasar di ekonomi negri ini, bukan pemerintah ini alias politik.
Ini semua adalah permainan rakyat, terutama konsumer, investor, dan enterprenteur. pemerintah hanya mengijinkan ekspor, yaitu lewat birokrasi supply beras. tetapi birokrasi supply beras membeli beras tersebut dr para rakyat, jadinya yg untung tetep RAKYAT karena pembelian nya naik
Organisasi tersebut adalah BULOK. BULOK membeli beras dari supplier pasar untuk dijadikan stock lalu diutarakan ke rakyat miskin. Pemerintah juga membeli beras dari supplier pasar dalam lalu di ekspor, atau mereka beli stok dr BULOK untuk dijual international.
Tetapi coba baca koran Suara Pembaruan, sebetulnya yang menguasai supply beras adalah pedagang dan pengusaha, mereka termaksud "rakyat" Indonesia.
^
^
kok BULOK sih kk... BULOG benernya kan??
so, skrg cm skenario dalam negeri,dr para pengusaha n pedagang aja makanya harga2 naik, spy kliatannya sama ma di luar negeri, padahal ga sama... ini taktik psikologis terhadap pasar yg terlalu percaya ma pemberitaan media... bgono??
BULOG sry... BULOG kadang2 permainan nya kotor, tetapi dengan anugerah tuhan sekarang BULOG ketinggalan jaman, baca berita Suara Pembaruan mengenai supply beras dikuasai pedagan dan bisnis, arti kata lebih untung buat masyarakat, karena pedagan dan bisnis rela beli beras dengan harga 2500 RP, dimana BULOG hanya berani beli 2000 RP (misalnya). Ini semua terjadi karena ada kenaikan insentif.
FAO: Indonesia Tidak Masuk Kategori Rawan Pangan
Roma - ****, Tajikistan dan Vietnam masuk dalam daftar negara Asia rawan pangan, sebaliknya Indonesia tidak lagi. Di Eropa tinggal satu negara yang masih rawan pangan.
Demikian jurnal Crops Prospects and Food Situation terbitan FAO edisi kedua bulan April 2008.
Dalam edisi ini jumlah negara yang masuk kategori rawan pangan menjadi 37 negara dari sebelumnya 36 negara dalam edisi pertama Februari lalu. Menariknya dalam edisi ini Indonesia dan Pakistan tidak dimasukkan dalam kategori negara rawan pangan, demikian dituturkan Atase Pertanian KBRI Roma Erizal Sodikin kepada detikcom malam ini atau Senin (12/5/2008).
Terjadi beberapa perubahan negara rawan pangan antara lain di Asia dari 9 negara menjadi 10 negara, dengan masuknya China, Tajikistan, dan Vietnam menggantikan Indonesia dan Pakistan.
Negara Amerika Latin dari 4 negara menjadi 5 negara dengan masuknya Ekuador, sedangkan di Eropa tinggal 1 negara yang sebelumnya 2 negara (Chechnya tidak masuk lagi).
Selanjutnya disebutkan bahwa pada 2008 ini diperkirakan produksi sereal dunia akan meningkat 2,6 % mencapai 2.164 juta ton. Produksi padi juga meningkat khususnya di wilayah Asia. Indonesia sendiri diramalkan produksi padinya meningkat sekitar 1,2 juta ton yaitu dari sekitar 57,1 juta ton tahun 2007 menjadi 58,3 juta ton tahun 2008.
( es / es )
http://www.detikfinance.com/index.ph...7523/idkanal/4
Bagus!!!
Kemaren gue liat di TV malah di beberapa tempat di Jawa lagi merayakan panen raya. Justru cadangan pangan kita sekarang melibihi 5 persen dari yang ditentukan. Katanya Jurnalis dari Mesir: dia megatakan "Indonesia tidak akan mungkin ada musibah kelaparan pangan dengn SDA yang melimpah"
Maju Terus Indonesia...
dimulai dari industri pangan, secara kita disebut negara agraris...
dilanjutin industri ikan2an... kan kita juga disebut negara Maritim...
eh, kok semenjak ada global warming ga ada berita2 tentang industri ikan2an kita ya?? Mimihitam bisa kasih beritanya??
Industri Maritim Indonesia Belum Bisa Jadi Tempat Bersandar
suarasurabaya.net| Meskipun dikenal sebagai negara maritim, industri maritim di Indonesia belum bisa diharapkan menjadi tempat bergantung bagi kehidupan bangsa dan masyarakat. Ini ditegaskan SJARIEF WIDJAJA Kepala Pusat Studi Bisnis Maritim ITS Surabaya.
Pada suarasurabaya.net, Jumat (02/05), SJARIEF mengatakan kondisi ini memang ironis karena secara geografis, negeri ini berkarakter kepulauan. Bahkan volume angkutan laut oada rute pelayaran domestik pada 2007 berdasarkan catatan Ditjen Perhubungan Laut Dpehub tercatat 227,900 juta ton atau senilai lebih dari Rp13 triliun.
“Sayangnya, dalam realita, penerimaan sektor angkutan laut itu banyak dinikmati perusahaan asing, sebesar Rp4,7 triliun atau 34 % dari keseluruhan total penerimaan dan mencapai Rp34 triliun lebih jika ditambah nilai angkutan laut rute pelayaran internasional,” ujar SJARIF.
Sementara itu untuk sektor kepelabuhanan, ternyata turut menyumbangkan peningjatan pendapatan yang signifikan. Ini terutama darikunjungan kapal domestik maupun asing yang melakukan proses bongkar muat di pelabuhan Indonesia secara reguler. Kunjungan ini menyebabkan munculnya jasa kepelabuhanan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional.
Melihat perkembangan angkutan laut nasional, penerimaan sektor angkutan lautm pertumbuhan industri galangan kapal dalam negeri, tingginya potensi produk perikanan laut nasional, dan tumbuhnya minat investor asing menanamkan modalnya di Indonesia pada industri galangan kapal, SJARIEF melihat sektor maritim dapat menjadi motorpenggerak roda ekonomi baru.
Namun sayang, perhatian terhadap industri maritim belum ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Menurut SJARIEF, justru ironis ketika para industriawan dan pengusaha asinglah yang memberi perhatian khusus pada industri maritim di Indoensia.
“Mereka mampu melihat dan meraba bahwa Indonesia adalah satu diantara negara kepulauan terbesar di dunia, menyimpan potensi ekonomi industri maritim yang luar biasa besar. lalu mengapa kita tidak cepat menangkap peluang ini?” ujar SJARIEF diakhiri dengan pertanyaan kritis.(edy)
http://www.suarasurabaya.net/v05/eko...c2ff6200851677
Hanya ini yg saya dapat
Liat di TVone doang, tapi ga bisa kasih link... tp gw yakin ini 100% benar adanya
4000 pelaut Thailand menangkap Ikan di Indonesia setiap tahunnya....
gmn ini?? bahkan kita uda diubek ubek negara asing... apa sebenarnya masalah kita ?? kita ini kalah teknologi?? ato cm kalah minat ajah??
bung DoOs kasih jawaban dong masalah ini... bukannya ekspor kita juga masih terbesar di Asia Tenggara di bidang ikan?? tapi kalo diambilin gitu terus kan habis?? rugi berapa T ntar Indonesia??
seperti apa peraturan pemerintah yg tidak mendukung nelayan nelayan itu??
trus, dari kabar yang beredar, nelayan kita kurang dapet penghasilan gede karena kalah bersaing dengan negara asing yang punya efisiensi dan teknologi lebih.... benarkah itu??