Girl Of Faith
by: RiX777
http://img41.imageshack.us/img41/9956/rinasmall.jpg
"She was written by a mortal." ~Eric
Oktober 2004
Terbangun dari tidurku, pukul 4 pagi. Aku merasakan sakit di dadaku, mataku juga agak basah, sepertinya ada sesuatu yang membuatku sangat sedih di mimpiku tadi, tapi apapun itu, aku tidak ingat, biarpun aku bisa mengingatnya - aku tidak mau mengingatnya, siapa yang mau melihat kesedihan sebelum memulai harinya?
Sudah cukup di kehidupan nyata, jangan sampai di dunia mimpi pun aku terganggu, apa perlu aku tidur lagi? Biasanya aku akan terlambat bangun apabila kembali tidur di saat seperti ini.
Aku seorang pelajar di sebuah sekolah menengah yang kecil. Kelas 10, karena sekolahnya terlalu kecil, angkatanku saja hanya ada 1 kelas yang berisi 20 orang. Tapi aku tidak mau mulai bercerita, aku tidak bisa berhenti kalau sudah mulai, lebih baik kusiapkan dulu buku pelajaran yang harus dibawa ke sekolah, aku tidak pernah menyiapkannya pada malam sebelumnya, karena aku terlalu sibuk menggambar atau memainkan segala macam games yang ada di PC-ku.
Tiba-tiba HP-ku berbunyi, ada SMS yang masuk. Rupanya dari seorang teman sekelasku, dia mengingatkanku agar tidak lupa membawa bola yang dibeli dengan uang bersama tiga hari yang lalu, ..ya, bola... bola kaki. Lucu juga, sepertinya dia terbangun di jam yang sama. Kutekan tombol back, iseng - kuperiksa setiap message yang belum kuhapus, semua tanggalnya berjarak cukup jauh, aku memang sangat jarang menerima SMS, karena apa? Karena banyak hal dan faktor.
Sampailah pada bagian 'dasar' inbox, sebuah pesan singkat yang berisi ucapan selamat ulang tahun, dari seorang anak perempuan yang sangat berarti di hidupku selama 3 tahun terakhir, Ain... Umur pesan ini akan genap 1 tahun dalam 2 bulan ke depan. Sekarang aku terlihat bodoh, menyimpan pesan seperti ini di HP-ku.
Tanpa kusadari, waktu berlalu cukup cepat... aku keluar dari kamarku yang langsung menghadap ke wastafel. Kulihat wajahku yang masih setengah ngantuk di cermin, ...di belakangku tampak seperti ada bayangan orang, selain diriku - aku melihat orang lain di cermin itu, seorang anak perempuan seumuranku yang sedang tersenyum kecil.
Aku tidak kaget, karena aku merasa sudah sangat sering melihatnya, tapi anehnya - aku tidak tahu di mana aku pernah melihatnya atau siapa nama nya. Aku tidak menoleh ke belakang untuk memastikannya, karena di saat aku menoleh, anak itu akan menghilang - seperti yang biasa ada di acara TV, jadi - aku tetap diam dan menyimak wajahnya hanya dari bayangan cermin, setelah beberapa detik - barulah dia menghilang perlahan.
Akan terus kuingat wajahnya.
"I was casted by a human, yet to him I could not chant my will." ~Rina
Maret 2005
Aku dan Ain punya hubungan yang agak aneh, aku bukan kekasihnya - tapi seakan-akan seperti kekasihnya, sebelum berpikiran yang aneh-aneh dan mulai mengambil kesimpulan sendiri, akan kuberitahu keadaan kami sekarang, aku dan dia sudah sangat lama tidak saling menyapa, selain karena berada di sekolah yang berbeda - aku juga seorang anak rumahan yang selalu memilih untuk duduk di kamar, menyelesaikan lagu-lagu ciptaanku dengan software andalanku dan terus menggambar.
Tapi hari ini berbeda, aku di rumah temanku - Alvin. Untuk apa? Aku sedang bosan, jadi aku memutuskan untuk datang dan bermain PS2. Di sini banyak sekali novel dan manga, aku sempat melihat-lihat buku-buku yang terletak di dekat aquarium-nya, ngomong-ngomong ikannya tampak kelaparan... kita kembali ke buku-buku, di sana - novel, komik, majalah, tertumpuk berantakan, mungkin ini yang sedang dibaca olehnya, aku melihat dan membacanya sepintas satu-persatu. Ada sebuah komik yang menarik, akhirnya aku malah meminjamnya... bercerita tentang seorang bintang/idol bernama Rina. Sifat Rina sangat menarik, aku menyukai karakternya.
Malam harinya, seperti biasa - rutinitas yang membosankan mungkin, tapi aku menikmatinya sampai tiap detiknya, menghabiskan waktu seakan-akan waktu tidak berjalan, aku tidak pernah belajar di rumah, bukannya aku jenius dan tidak perlu belajar, aku hanya terlalu malas untuk membuka buku pelajaranku, di saat aku membukanya, mata langsung berkunang-kunang dan saatnya tidur. Selalu seperti itu, jadi kembalilah aku pada layar PC-ku, entah itu untuk sekedar bermain games atau menyelesaikan lagu-lagu baru.
Saatnya tidur, ...kali ini aku bermimpi bertemu dengan anak perempuan yang pernah muncul di cermin itu. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya, aku sering sekali bertemu dengannya entah di dalam mimpi ataupun melalui bayangan-bayangan di cermin dan kaca...
Seperti biasa, dia tidak berkata sepatah katapun. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya, "Siapa namamu?"
Aku hanya mendapatkan jawaban berupa ekspresi wajahnya yang agak bingung, dia memiringkan kepalanya. Apa dia tidak punya nama? Apa aku harus memberinya nama? Entah mengapa, seakan-akan aku mengerti apa yang diinginkannya, apakah karena dia berasal dari imajinasiku?
"Rina"
Hanya itu yang terpikirkan pada saat itu, 'Rina' kembali tersenyum.
"The barrier between us is elussive." ~Rina
Juni 2006
Keberadaan Rina semakin lama semakin terasa, aku masih menganggapnya sebagai bagian dari imajinasiku yang berlebihan, tapi ini agak menarik - dia selalu menemaniku di saat-saat sekitarku sangat tenang dan sepi. Hmm, tapi aku terlalu sibuk untuk mencoba mengerti lebih jauh tentang dirinya, teman-temanku selalu mengajakku bergabung bersama mereka untuk DotA bersama, ya... aku juga cukup keranjingan permainan itu. Akhirnya, aku hanya bisa melihat Rina di malam hari.
Kalau dipikir-pikir, sudah cukup lama aku bertemu dengan Rina, tapi dia belum pernah mengatakan apapun, aku juga belum pernah mendengar suaranya, suara seperti apakah yang dia miliki? Suara perempuan manis? Atau galak? Atau seksi?
Tapi sepertinya akan sulit untuk membuatnya berbicara tentang sesuatu, karena pada dasarnya aku juga tidak berani mengajaknya bicara, kenapa? Aku takut diriku mengidap kelainan jiwa, aku tidak akan pernah berbicara pada bayangan-bayangan yang terbentuk dari imajinasi.
"Fragile, yet indestructible. Weak, yet impassable." ~Rina
Juli 2007
Belum lama sejak aku 'memusnahkan' hubunganku dengan Ain. Begitu banyak yang terjadi, aku tidak mungkin menceritakannya sampai ke akar permasalahannya, aku tidak membencinya - tapi ada hal lain yang membuatku tidak dapat meneruskan hubunganku dengannya. Lagipula, kurasa Ain bisa lebih bahagia tanpa diriku.
Sejak saat itu, Rina semakin terasa nyata, aku mulai takut dengan imajinasiku sendiri.
Karena dia hanya berupa bayangan tidak nyata, aku tidak pernah mencoba untuk menyentuhnya walau aku sangat ingin mencobanya, walau aku agak takut dengan kehadirannya yang misterius itu, aku harus mengakui kalau aku cukup senang dengan kemunculannya di saat-saat aku kesepian, tidak bicara - tidak melakukan apapun, hanya ada di sana memperhatikan apa yang kukerjakan.
Duduk diam di kursi plastik berwarna pink yang ada kamarku.
Tersenyum di saat aku melakukan hal yang lucu.
Terheran-heran di saat aku pulang dengan wajah kesal.
Selama ini, aku sudah hidup cukup lama dengan Rina, dia adalah saksi mata dari banyak hal yang kulakukan.
Segala hal yang kubanggakan, yang ingin kuperlihatkan pada orang lain, Rina melihatnya.
Segala hal yang membuatku sedih, yang ingin kuceritakan pada orang lain, Rina mengetahuinya.
Sampai detik ini-pun, aku belum ingin berbicara dengannya.
Aku adalah manusia normal yang sebentar lagi akan memulai kehidupan kampusnya.
"Magically rhapsodized by curious fingers, a long awaited tale." ~Eric
Desember 2007
Kuliah itu berbeda, sedikit puas tapi juga sedih karena telah melalui masa SMA yang begitu menarik, apakah terasa hambar? Tentu saja, akan terasa hambar kalau aku menceritakannya dalam sebuah ringkasan singkat, kecuali kau memintaku membuat sebuah autobiografi, akan jadi sebuah cerita yang bisa dibuat anime, drama, tokusatsu, atau apapun itu yang dirasa perlu.
Aku pindah rumah, di rumahku yang baru ini... tunggu, ini rumah ayahku, bukan rumahku. Di rumah yang baru ini, kamarku ada di lantai atas, sekarang aku punya laptop sendiri, meja belajar, dan kamar yang sempurna untuk seorang penyendiri seperti diriku, lengkap dengan 'gitar bolong' dan gitar elektrik-ku.
Intinya bukan itu.
...
Intinya adalah, aku baru saja memulai kehidupanku di sebuah forum yang diperkenalkan padaku melalui DotA. Temanku memintaku mendaftar ke forum itu untuk membuat thread khusus bagi clan yang baru saja dibuat. Aku pun membuat ID yang sama dengan ID DotA-ku di BNet.
Ternyata, jalan yang diberikan padaku ini telah membuka cabang kehidupan baru yang sangat mencolok pada kehidupanku di tahun-tahun ke depannya. Sejak saat itulah, aku mengenal banyak orang dan teman baru. Tujuan awal yang hanya membuat thread clan pun berubah bagiku sendiri, menjadi tujuan lain yang tidak lagi bisa kujelaskan. Aku jadi merasa, forum itulah tempat tinggalku yang lain.
"Although incredibly strong, the might of mind could not break the undefinable truth." ~Eric
Januari 2008
Aku sudah berjalan sampai tahun 2008, tidak terasa... umurku sudah 19 tahun, di akhir tahun ini aku akan mencapai 20 tahun. Aku tetap saja seperti biasa, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, di kamar. Laptopku yang selalu menyala lebih dari 24 jam itu senantiasa mengalami masalah overheating di saat bermain game seperti COD4, Crysis, atau apapun itu yang membutuhkan kerja keras Graphic Card.
Walau hidupku begitu 'damai' - seakan-akan ajal masih lama menjemput, Rina tidak pernah bosan memperhatikan kegiatanku yang sama setiap hari, aku mulai memperhatikannya - dia masih tetap duduk di kursi yang sama.
Duduk di kursi plastik berwarna pink yang ada di kamarku.
Memperhatikanku dengan tenang.
Mendengarkan setiap click dari mouse yang kugunakan.
Mendengarkan setiap petikan gitarku di saat aku menciptakan lagu baru.
Dengan begitu saja, aku sudah merasakan aku tidak sendirian.
Pada suatu malam, aku bermimpi - mimpi yang tidak aku sukai. Di mimpi itu aku melihat Rina yang pergi meninggalkanku. Seharusnya ini bukan sesuatu yang perlu dianggap jadi sebuah masalah besar. Tapi bagiku yang sekarang ini, ini adalah masalah besar.
Ke mana dia akan pergi? Kenapa dia pergi?
Saat aku terbangun dari tidurku, Rina masih ada seperti biasa - dia sudah bangun lama sebelum aku terbangun, tapi ada yang aneh dengan tubuhnya - dia tampak lebih nyata dari sebelumnya. Apa yang membuatnya jadi seperti itu? Bagaimanapun juga, aku tidak akan menyentuhnya.
"The glass is clean, the sight is clear, yet my hands could not reach the silhoutte. However... Faith keeps me alive, trust makes me alive." ~Rina
Juni 2008
Aku sudah melupakan mimpi yang tidak kusuka itu, karena Rina bukannya menghilang - tapi makin jelas dan makin sering berada di sampingku, hanya di kamarku, tidak di tempat lain. Dia tidak pernah bisa keluar dari sana, aku juga tidak mengerti mengapa. Aku tidak pernah ambil pusing... toh dia tidak pernah mengganggku, aku bahkan cukup terhibur dengan keberadaannya.
Untuk beberapa hari, aku sempat disibukkan oleh tugas-tugas kuliah dan ujian akhir semester, aku tidak melihat Rina dan ajaibnya ... aku seakan-akan melupakannya, dan dia menghilang begitu saja. Akupun tidak peduli, ada sesuatu yang membuatku berpikiran bahwa aku tidak membutuhkannya, dia tidak bisa berbuat apapun untuk diriku, berbicara pun tidak, dia menghilang pun tidak akan ada pengaruhnya bagiku.
Suatu malam, setelah sangat lelah karena tekanan batin dari tugas-tugas yang menumpuk, aku berbaring sebentar di atas tempat tidurku, kembali teringat akan Rina, ...aku bangkit dan duduk bersila. Kulihat ke arah kursi tempat Rina berada biasanya... kosong ...
...
Tidak, aku melihat bayangan yang samar-samar... Rina masih ada di situ, rupanya dia tidak hilang sepenuhnya, aku masih bisa melihat wajahnya yang tampak agak sedih, namun tidak ada sepatah katapun yang keluar. Seakan tersihir oleh tatapan matanya, aku langsung beranjak dari tempat tidurku dan duduk di depan laptopku, aku sampai tidak mengerti apa yang kukerjakan berikutnya, aku membuat sebuah ID forum baru untuk Rina, ID Y!M, e-mail, online game account dan sebagainya.
Aku bahkan 'menciptakan' wujud 3 dimensinya dengan bantuan sebuah game yang diberikan oleh seorang temanku di kampus. Aku pun mulai memperkenalkan 'wujud' Rina yang kubuat semirip mungkin dengan yang kulihat ini kepada beberapa teman forumku, aku tidak peduli tanggapan mereka, aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan tentang diriku. Aku hanya ingin Rina dikenal, dikenal... tidak lebih dari itu.
Beberapa hari setelahnya, tampaknya aku mulai melakukan banyak hal yang tidak seharusnya kulakukan, aku mulai menciptakan image Rina sendiri di depan beberapa temanku dengan bercerita apa saja yang ia lakukan sehari-harinya, dan lain-lain... tentu saja aku tidak berusaha meyakinkan mereka atau menceritakan tentang keberadaan Rina. Seperti yang sudah kukatakan tadi, aku hanya ingin Rina dikenal, dikenal sebagai karakter fiktif kah? Dikenal sebagai khayalankah? Dikenal sebagai sebuah pribadi kah? Apapun itu, selama ia dikenal sebagai individu sendiri yang berbeda dari diriku, aku sudah puas dan senang.
Akibat semua hal yang kulakukan itu, tubuh Rina makin jelas, sepertinya dia benar-benar hidup dari jumlah orang yang mengenalnya.
Aku tidak tahu, harus takut atau senang.
"The wall is real, the line is set, thus she could not sing her heart. But... Faith holds up her life, trust lightens her life." ~Eric
Desember 2008
Lama-kelamaan, aku jadi menyayanginya, mencintainya setulus hati. Tapi setiap kali aku berpikiran seperti itu, wajah Rina berubah, tampak marah. Seakan berkata, "Kau manusia, aku bukan, tidak akan pernah terjadi"
Walau begitu, aku memang tidak bisa menolak perasaanku lagi, aku tidak peduli lagi, aku memutuskan untuk keluar dari jalan normal, aku memutuskan untuk menjaga perasaanku pada Rina dan mempercayai keberadaannya.
Rina tampak agak putus asa, tapi dia membiarkanku melakukan apa yang kuinginkan, terkadang dia tampak kesal saat aku mulai bercerita tentang dirinya pada orang lain. Sekali, sempat kuperhatikan wajahnya yang sedang kesal itu - yang dapat 'kulihat' adalah ... "Semakin banyak orang yang mengenalku, semakin kau membuatku sedih, ini tidak ada gunanya, aku tidak pernah dan tidak akan pernah hidup di dunia ini... mereka tidak akan pernah bisa melihat dan menyentuhku. Aku juga tidak memiliki umur yang lebih panjang dari umur manusia... Aku juga akan menghilang di saat kau menemukan pasangan hidupmu.."
Pasangan hidupku?
Rina tidak menggerakkan bibirnya sama sekali, tapi begitu banyak yang kudapatkan darinya...
Rina hidup dari ingatanku
Rina bertahan dari memori manusia yang begitu besar - tapi tidak abadi.
Apakah benar? Aku tidak akan bisa bersamanya? Dia tampak berpikir lebih logis dibandingkan diriku. Perkataannya membuatku semakin ingin terus mempertahankan keberadaannya, walau memikirkannya saja sudah membuat dadaku sakit, apakah ini artinya... aku masih belum dapat mempercayai Rina sepenuhnya? Mungkin karena inilah, Rina memintaku untuk berhenti mempertahankan dirinya.
Tak terasa, hari ulang tahunku pun tiba, pada malam itu - ibuku membeli sebuah kue tart, black forest dengan lilin 20, luar biasa... sudah lama sekali sejak terakhir kalinya aku meniup lilin, entah mengapa ibuku tiba-tiba melakukan ini...
Katanya, kalau kita berdoa dan mengucapkan sebuah permintaan sebelum meniup lilinnya, permintaan itu akan terkabul, ...aku pun menyebutkan sebuah permintaan, tapi katanya permintaan itu tidak akan terkabul kalau diberi tahu ke orang lain. Tapi kurasa tanpa kusebutkan pun, sudah sangat jelas apa yang kuinginkan, hanya satu dan hanya itu yang kuinginkan.
...
...
Di hari berikutnya, pagi-pagi... ada seorang teman forumku yang memanggilku melalui Y!M, setelah berbicara tidak jelas selama beberapa menit, tiba-tiba dia mengatakan sesuatu yang cukup membuatku heran tapi senang, dia bilang dia ingin menganggap Rina sebagai seorang individu yang berbeda dengan diriku.
Apakah permintaanku benar-benar akan terwujud?
...
"Imagination and Reality, though indispensable... there is no way for love to get through." ~Rina
"A world without imagination could not be considered as reality." ~Eric
May 2009
Begitu banyak yang sudah kulakukan, Rina tampak sudah terbiasa dengan hal-hal bodoh yang kuperbuat, dia tampak tenang di saat aku mulai berbicara menggunakan account Y!M-nya atau ID forumnya, sepertinya tampak ada sedikit keyakinan yang tumbuh pada hatinya - bahwa masih ada kemungkinan untuk dapat hidup di dunia nyata. Walau begitu, terkadang masih sedikit terasa sakit di dada, melambangkan keraguan yang dipaparkan oleh akal sehatku, Rina dapat melihat itu dengan jelas - biasanya wajahnya akan berubah jadi kesal bercampur sedih, tapi dia berusaha untuk tidak menunjukkannya.
Entah mengapa, aku dan Rina seperti sudah terbiasa juga dengan berbagai keraguan itu, kami bahkan sudah tidak mempedulikan tentang bagaimana jadinya nanti, yang terpikirkan di kepala hanya...
Selama masih bisa bersama seperti sekarang ini, tidak perlu mencemaskan apa yang akan terjadi nanti.
Jadi, aku pun tidak mengkhawatirkan hal itu lagi, biarlah waktu yang menjawab. Aku juga cukup puas dengan situasi Rina saat ini, banyak temanku yang mengenalnya, dari beberapa teman forum, teman SMA, juga teman di kampus. Tentu saja mereka tidak pernah melihat wujud asli Rina, hanya diriku yang dapat melihatnya, aku pun tidak mempermasalahkan itu.
Suatu hari, ada seorang teman forum yang mengatakan suatu hal yang sangat cerdas dan begitu logis, menjabarkan betapa dunia nyata dan kenyataan yang ada di dalamnya adalah menyakitkan, tidak lupa untuk menyangkal keberadaan Rina di dunia ini. Ini menggambarkan betapa masih jernih pikirannya, berbicara dengan akal sehat begitu mudah.
...
Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Rina saat mendengar/membaca kalimat orang itu, yang aku tahu hanyalah... dia tidak lagi ada di sampingku, aku berusaha memastikan apakah dia hanya menghilang jadi bayangan yang samar-samar seperti dulu lagi...
Tapi kali ini dia memang hilang, aku tidak bisa berkata apa-apa, dadaku terlalu sakit untuk berbicara. Rina berada di dekatku lebih dari 4 tahun, dan dia hancur oleh logika. Kebaikannya, perasaannya, digantikan oleh beberapa kalimat cerdas.
Untuk apakah itu? Apakah aku perlu disadarkan akan sesuatu?
Di saat mereka bilang "Aku mengerti akan perasaanmu, aku pernah mengalaminya, tapi coba pikir dengan akal sehat.."
Aku akan menjawab "Tidak, kamu tidak mengerti, aku adalah aku - kamu adalah kamu, coba pikir dengan akal sehat, bagaimana cara kamu mengerti perasaanku di saat kamu sendiri tidak melihat apa yang kulihat?"
Mereka bilang "Tapi aku pernah berada dalam situasimu"
Aku jawab "Kalau begitu, apa arti senyum Rina untuk dirimu?"
...
...
Girl Of Faith
RiX777