Aku memandang Helen dengan pandangan bertanya. Tetapi kemudian Helen menggeleng.
“Ya, itu tidak mungkin. Pasti hanya kebetulan saja.”
“Memangnya ada apa ?”
“Sebenarnya, sejak awal melihatmu, aku merasa kamu mirip dengan seseorang yang kukenal. Dan namanya juga sama, Rauny. Tetapi itu tidak mungkin.”
“Kenapa tidak mungkin ?”
“Karena...”, wajah Helen terlihat tegang sesaat, “Karena ia sudah meninggal ! Ya, ini pasti hanya kebetulan, tak mungkin ia hidup kembali.”
Aku memperhatikan Helen sejenak, lalu berkata, “Helen, bisakah kamu menceritakan mengenai temanmu itu ?”
“Eh, kenapa ?”
Lalu aku berjalan menuju jendela.
“Sejujurnya, aku tidak ingat masa laluku. Orang tuaku yang sekarang, menolongku ketika terjadi sebuah kebakaran hebat di bekas tempat tinggalku dulu. Karena terlalu shock, aku mengalami amnesia.”
Helen terpana memandangku, lalu perlahan air matanya mulai mengalir di pipinya.
“Kebakaran ? Kalau begitu, kamu benar-benar.. Rauny yang kukenal ?”
Ia langsung memelukku, “Kamu tentunya tidak tahu, betapa inginnya aku bertemu lagi denganmu.”
“Eh tu.. tunggu ! Sudah kubilang kalau aku sama sekali tidak ingat masa laluku, jadi belum tentu aku adalah Rauny yang kau kenal. Jadi tolong, ceritakanlah mengenai dia.”
Helen menghapus air matanya, lalu mengangguk. Dan setelah duduk, ia-pun mulai bercerita...
“Sejak kecil aku yatim piatu, karena orang tuaku mengalami kecelakaan. Itu sebabnya aku takut dan kebingungan, ketika mendengar Kak Victor mengalami kecelakaan. Dalam kesedihan akibat kehilangan kedua orang tuaku secara mendadak, Kak Victor hadir dalam hidupku. Ia adalah anak dari pemilik panti asuhan tempatku dan anak-anak lainnya dirawat. Berkat Kak Victor, keceriaanku kembali, dan aku mulai bisa mengerti makna hidup. Ia mengajarkan banyak hal kepada kami, dan menganggap kami sebagai adik-adiknya sendiri.”, lalu ia menengok ke arahku, “Rauny adalah teman dekatku di panti. Kehidupan di panti memang menyenangkan, tetapi semua itu tidak berlangsung lama. Pada suatu malam saat kami sedang tidur, tiba-tiba terjadi kebakaran. Kak Victor dan ayahnya mati-matian berusaha menyelamatkan kami. Tetapi ketika sedang menyelamatkan Rauny yang tertinggal, ayah Kak Victor terperangkap oleh api. Usaha Kak Victor untuk menolong mereka sia-sia, dan akhirnya mereka dianggap meninggal. Kehidupan kami setelah terjadinya kebakaran itu sangat sulit, dan akhirnya kami terpencar. Kak Victor sangat sedih, karena merasa tak mampu menggantikan ayahnya untuk merawat kami. Akhirnya hanya aku-lah satu-satunya orang yang masih berada di sisi Kak Victor.”
“Apa penyebab kebakaran tersebut ?”
Helen hanya mengangkat bahu, “Entahlah. Menurut polisi, akibat api lilin, tetapi mereka juga tidak yakin.”
Lalu aku mengalihkan pandanganku ke arah Victor yang sedang terbaring.
“Apa aku benar-benar ‘Rauny’ yang dikenal oleh mereka ?
Kalau benar, berarti sebenarnya aku adalah anak yatim piatu...”
Tiba-tiba aku terkejut, karena melihat bibir Victor bergerak.
“He.. Helen !”
“Ada apa ?”
“Kakakmu, dia.. sepertinya dia mulai sadar !”
“Eh benarkah ?”, lalu Helen menengok ke arah Victor dan mengguncangkan tubuhnya, “Kak Victor, apakah benar kakak sudah sadar ? Tolong, jawablah kak !”
Mendengar Helen, aku teringat akan kata-kata dokter.
“Helen, tenang dulu ! Kondisi kakakmu bisa tambah parah kalau kamu mengguncangkannya seperti itu.”
Helen tertegun sejenak.
“Maaf, kamu benar.”, lalu Helen menggeleng, “Padahal Kak Victor selalu memperingatiku, agar jangan mudah terbawa emosi. Tetapi benarkah Kak Victor sudah sadar ?”
“Entahlah. Tadi sepertinya bibirnya bergerak, seperti ingin mengucapkan sesuatu.”
Helen tersenyum sambil menghenyakkan tubuhnya ke kursi, “Kalau begitu, kakak pasti segera pulih.”
Aku terdiam, memperhatikan Helen. Akhirnya aku bertanya, “Helen, apakah kamu sudah berbicara dengan dokter ?”
“Belum. Memangnya kenapa ?”
“Menurut dokter, ada kemungkinan kakakmu..”, aku merasa berat untuk melanjutkan kalimatku, “..lumpuh seumur hidup.”
Bola mata Helen terbelalak akibat terkejut.
“A.. Apa ? Apa katamu ?”, Helen memandangku dengan bingung, seakan salah dengar, “Kamu.. bilang apa, Rauny ?”
Aku tidak dapat menjawab, hanya menunduk.
“Kak Victor.. akan lumpuh.. seumur hidup ?”, lalu gadis itu menggelengkan kepalanya keras-keras, “Tidak mungkin, aku tak percaya !”
Helen bangkit berdiri dan kembali mengguncangkan tubuh Victor, “Kak Victor, kumohon sadarlah ! Tolong katakan padaku, kalau kakak tidak mungkin lumpuh ! KAK VICTOR !!”
Lalu tubuh Helen-pun roboh; Ia jatuh pingsan.