Spoiler untuk Bagian Pertama :Suara keras para anak muda di bawah pohon yang rimbun ribut sedang membicarakan seorang perempuan yang sangat cantik lagi menawan, mereka selalu menggudannya, setiap dia pergi menuju musholla seberang rumahnya, dia selalu di ganggu oleh para lelaki itu, mereka Arda, Umar dan Fajar.
Sedangkan perempuan yang sering di godain atau di ganggu itu, dia bernama Widya, dia sering di panggil widy oleh kedua orang tuanya, dan dia orang yang termasuk orang yang terjaga. Yang lebih menakjubkan lagi dia lahir dari keturunan campuran arab dan indonesia, maka dari itu bapknya sangat tegas(perhatian) terhadapnya.
Dengan kecntikanya, setiap orang selalu terpesona ketika melihatnya, aduhaaaai cantiknya dia, apakah dia bidadari yang selalu di inginkan oleh setip lelaki?.
“Jar, coba kamu lihat, perempuan itu cantik sekali”, pintas keluar dari mulut Arda, saking terpesonanya melihat Widy, dia tidak tahan untuk mengeluarkan sesuatu dari mulutnya, “wajahnya yang manis, lembut bahkan bodenya sexi, alama....!”,
“alaaaah, itu biasa.., jangan ngigo kamu da!”sahut Fajar sambil memukul pundaknya.
“daasar, tidak bisa menilai mana yang cantik dan tidak“.
Tidak lama kemudian Umar datang menghampiri mereka.
”Waaah, pada rame, lagi ngapain nih?”
”eh Mar, coba kamu lihat perempuan yang di sana, cantik tidak, mau tahu tidak namanya?”,
“ya’ iyalaah, siapa namanya?”jawab Umar
“namaya widy” jawab Arda
“waah, ya Da, cantik banget Da”,
“kau suka?”, tannya Arda
“yaaa, kalau ia kenapa ?”jawab Umar,
“hahaha, kalau suka bersaing dulu sama aku, hahaha?” katanya, sambila tertawa, “tapi dengan sportif”, jawab Arda
“ok siapa takut, ha...”, umar pun menantang balasanya dengan tertawa
”eeh malah tertatawa, belum tau siapa aku?” Arda menyangkalnya sambil memukul dadanya.
“Jangan kira, aku tau siapa kamu, kamu itu orang yang tidak bisa melihat perempuan cantik, matamu selalu berjalan ha, ha, ha...” jawab Umar.
Arda pun tidak mau kalah dengan Umar dia membalas dengan kata-kata yang kasar sambil tertawa.
“Itu mending mar, sedang kamu apa?, nama Umar, nama saja yang bagus tapi tidak sama dengan kelakuan, ha..ha..ha.. Mana mungkin Widy suka sama kamu Mar ngaca woy”, mereka ribut adu mulut hanya dengan membicarakan masalah perempuan.
“alah kalin berdua, sukanya membicarakan Widy, hasilnya apa, coba lihat, eh malah bertengkar, kalian berdua dengarkan aku, yang pasti dapat dia itu aku, bukan kalian”, sambil tersenyum Fajar ikut angkat suara.
Arda sudah tidak bisa menjaga emosinya lagi semua tidak bisa di kendalikannya, maka dia membalas pembicaraan Fajar,
“kamu Fajar, jangan ikut-iktan, tadi kamu bilang Widya tidak cantik, tapi sekarang eh malah kamu juga mau sama dia”kata Arda
“Da, kamu itu bodoh, masa aku mau jujur kepadamu Da, hahaha”, Fajar tertawa.
Suasana yang pada awalnya rame dengan canda dan tawa, ternyata menjadi pertengkaran, lama pertengkaran itu berlalu, waktu itu seruan oarng separuh baya, namanya Pak Rusdi, beliau seorang penjaga pos kampling, setiap harinya hanya di pos menjaga keamanan, itu adalah sudah kewajibannya sebagai petugas keamanan, dari kejauhan dia berlari mendekati Arda, Fajar dan Umar, dia menegur mereka agar tidak bartengkar.
”hei, sambil mendekati mereka, ada apa kalian malah bertengkar?, hari gini anak muda masih saja bertengkar, aah paling masalah perempuan, coba kalian berfikir, tangan Pak Rusdi menunjok kearah kepala mereka bertiga. Aduuh, pusing saya dengan perkembangan anak muda sekarang, bukanya lebih baik malah sebaliknya, sekarang lebih baik bubar, kalu yang di bicarakan tidak ada hasilnya”.
“benar juga Da, apa kata Pak Rusdi”, Umar berbisik ketelinganya,
”eeh kamu Mar, kamu sudah terpengaruh sama bapak itu, aaah masa bodoh mikirin itu, yang penting selama bapakku masih banyak uang, aku enjoy! hehehe”sahut arda tertawa.
Umar mencoba menasehati temannya Arda“Da, cobalah kamu berfikir dari tadi kita bertengkat, lihat wajah Fajar, wajahku, dan wajahmu, semua penuh bengkak padahal semua tidak ada hasilnya, mending kita beli minuman, kan enak”,
”eeh, kalian mau kemana?”, Pak Rusdi menyapa Umar dan Arda dengan suara tegas,
”eee!, ini pak, kami mau beli The,”
“ya benar pak kami mau membeli the”sahut Arda
“ya biasa pak, biarkan saja, paling, merika membeli minuman”, pertegas Fajar.
“Astagafirullah, anak muda sekarang itu sungguh sangat bebeda dengan yang dulu” Jawab Rusdi
“emangya bagaimana orang seperti dulu Pak?".
____***____
Waktu demi waktu terus berlalu, matahari yang mulai tenggelam ke arah barat, sangat indah di pandang dari kejauhan. Sebuah suasana yang tidak diinginkan oleh Arda, Fajar dan Amir ternyata terjadi pertengkaran, di sebabkan seorang wanita. Sedangkan Widy hanya bisa terdiam tercengang, atas kejadiana yang dia lihat waktu itu.
“Nak Widy, kok kamu kayak orang kebingungan, ada masalah apa?”ibu mendekati anaknya,
“tidak ada Bu, aku hanya ingin merenung sejenak” sahut widy,
“anakku, kamu sudah besar, tidak usah kamu simpan semua permasalahnmu, selagi ada kami, cobalah kamu bicara akan sama kami, mungkin kami bisa memberi solusinya” sahut ayahnya dari ruang tamu.
“Iya Yah, Bu, sebenarnya, ada beberapa masalah yang Widya rasakan, kenapa ya setiap aku berjalan selalu ada yang menegur, hei Widy kamu cantik ya, Widya kamu sexi banget, dia begerak sambil memberi contoh kepada kedua orang tuanya, aku malu Pa, Bu!.”.
“Nak, sebenarnya kamu malah harus bersyukur kepada Allah, tinggal bagaimana sikap kamu menghadapinya”, jawab Ibunya tersenyum
“nak, itu benar apa kata Ibumu” lanjut ayahnya,
“iya, Yah,” sahut widy sambil tersenyum manis,
“Ya sudah, ini sudah larut malam, nati tidak bisa bangun pagi”, jawab ayahnya,
“iya” Widy menjawab sambil meranjak ke kamarnya.
Sepinya malam di iringi suara hewan-hewan malam, angin yang berhembus di iringi tarian dedaunan, sungguh sangat menyenangkan, alam bahagia karena cerahnya malam ini bebeda seperti biasanya rembulam yang bersinar, menerangi ke dasar permukaan bumi. Suara adzan yang merdu berkumandang membangunkan orang-orang.
“Nak, bangun, kamu dengar suara adzan yang sangat merdu” seru Ibunya,
“Bu, Widy masih ngantuk” sahutnya sambil meggelitkan badanya.
Lalu Ibunya menegaskan kepadanya
“Anakku, cepatlah bangun ambil air wudhu, bapakmu sudah siap berangkat ke mesjid”, sambil mengusapkan tanganya ke badan anaknya.
Karena dia sangat patuh dengan orang tuanya bahkan dia tidak berani sama ayahnya,
“iya Bu, tunggu ya Bu?”, dia bersegera mengambil air wudhu, selesai ngambil air wudhu mereka bersegera berangkat ke mesjid, shollat subuh berjema’ah pun telah selesai, kedua orang tua serta Widy berkumpul berbicara membicarakan suatu
“Nak, kemari nak, apa kamu dengar suara adzan tadi?”, panggil ayahnya dengan wajah yang ceria,
“ya, Yah, ada apa emangnya?”
“aku ingin sekali, punya minantu yang suaranya merdu bahkan taat pada Tuhan Yang Maha Esa, umur kami sudah tua, siapa lagi kalau bukan orang seperti mereka yang bisa menyembahyangkan kami” terlihat rautan sedih dari wajah ayahnya.
“Yah, jangan bicara begitu, widya jadi sedih” widy pun terharu, air matanya menetesi pipinya,
“oh ya Ayah, Ibu, widya mau lari pagi dulu ya?” ia mengalihkan pembicaraan, biar semua akan hilang,
“ iya, hati-hati nak” jawab ibunya,
“iya bu, assalamu’alaikum” dia memulai dengan lari-lari kecilnya.
Saat lari pagi, dia bertemu dengan fajar, arda dan Umar yang sedang lari pagi iri mengelilingi bundaran di kampong mereka.
“Eh, widy lari pagi juga, yo bareng sama-sama kita” arda menyerunya, “makasih mas”
Tidak lama kemudian, dia berhenti sejenak menarik nafas sambil duduk di pinggir jalan, Umar, fajar dan arda pun menghampirinya.
“eem widy, bolehkah aku menanya sesuatu kepadamu?” wajah arda memerah malu, sedangkan fajar hanya diam tidak banyak komentar,
“ya, boleh kalau bisa kujawab aku jawab, yah kalau ga bisa ya maaf ya? Fajar juga ingin menanya ya ? jawab widy sambil tersenyum melihat fajar, sedangkan fajar hanya membalas dengan senyumanya,
“alaaah, fajar itu dia ga bisa ngomong, dia pemalu” arda sambil tertawa menertawakan fajar, hahaha.
“Apa benar mas fajar?” tanya widy kepada fajar dengan senyumannya yang manis,
” karena fajar hanya orang yang biasa dia tidak mungkin bisa mengalahkan arda.
“Ennnng iya widy, aku pemalu” jawab dengan tenang dengan sikap berdiri sambil menggerakkan badannya,
“oh begitu mas, maaf, oh ya kayaknya mas arda ingin menanyakan sesuatu apa Arda?”
“yaaaa widy, aku boleh minta nomer Hp kamu ga?” lama arda ingin mengucapkanya, sambil berfikir,
“eem gimana ya, emangnya buat apa?” widy pun terkaget-kaget,
“yah biasa, ya buat SMS kamu widy” jawab arda
“bolehkan” sambil tersenyum,
”ya deh tulis ya?” widy menyuruhnya menulis,
“ok!”, jawab arda, hatinya kayak mau meletus ketika baru dapet nomer hp widy, Umar pun tidak mau kalah dia pun berbicara.
“Widya aku minta juga ya?” sikap malunya sangat nampak terlihat,
“ya, di tulis 0813335xxxx” sambung widy.
Setelah mengasih nomer Hp widy segera pulang
”oh ya mas arda, mas Umar dan mas fajar widy mau pulang dulu ya?”.
Fajar pun memanggil Widy saat mau beranjak pergi, widy pun menoleh fajar dan menanya
“Widy….”
“ada apa ?”,
“hati-hati ya?” matanya terkedip denagn wajah tersenyum,
“iya” dia tersenyum balik kepada fajar.
Sesampai di rumah, belum sempat duduk beristirahat, Hp widya berbunyi kring.....3x, dia pun mengankatnya
“Ass, wa’alaikumussalam, maaf ini siapa ya?”,
”Assalamu’alaikum, maasa lupa sama aku?”,
“siapa ya, arda, Umar atauu fajar ya?” widy mencoba menebak,
“naaah, yang pertama kau bilang tadi apa?, hehehe, dia tertawanya,
“ini Arda, masa sudah lupa, hehehe”
“oooh, arda, ada apa da?” widy tersenyum,
“eeem, begini widy, ada yang ingin aku bicarakan sama kamu?” arda bicara, wajah sangat serius,
“waah, kayaknya serius banget, masalah apa da?”jawab widy,
“hehehe, iya widy, ketika kumelihat wajahmu, hatiku bergetar seakan kamu selalu ada dalam hatiku widy, maukah kamu menjadi pacarku?”.
Ketika widy mendengar kata-kata gombal dari arda, dia terdiam karena kaget.
“Bagaimana widy, apa kamu menerimaku?, aku berharap kamu mau menerimaku, karena aku sudah terlanjur mencintaimu widy” lintas dari ucapanya.
“Maafkan aku arda, kayaknya aku belum bisa menjawab sekarang, masih banyak yang cantik selain diriku, sekali lagi maafkan aku?” jawab widy,
“ya ga papa, maafkan aku juga kalu menggangumu” arda menjawab walau hatinya sakit karena di tolak,
“maksih ya arda, sudah memperhatikan aku, kuberharap kamu tidak marah atas sikapku” kata widy, belum sempat dia menjawab salam, arda langsung mematikan Hp nya.
Widya besegera mengambil peralatan mandinya, tidak lama selesai mandi dan berdandan, tidak lama kemudian datanglah Umar menjamu widy kerumahnya, pada waktu itu yang menerima kebetulan ayahnya widy sedang berada di ruang tamu yang sedang membaca koran,
“assalamu’alaikum....” suara Umar di luar,
“wa’alaikumussalam, eh, nak Umar, ada apa tomben kerumah?” sahut ayah widy,
“eem, widy ada pak?” Umar menanya, wajah pun memerah malu,
“ooh, ada, silahkan masuk mar” jawab ayahnya widy singkat,
“makasih pak, di luar aja” Umar menjawab dengan sopan,
“begitu, ibuu...., tolong bikinin air ada tamu” teriak ayah kepada istrinya,
”iya, tunggu sebentar” jawab istrinya.
Taklama kemudian air minum serta makanan datang,
“makasih pak, bu, ga usah repot pak”sahut Umar, ayah widy pun menyahut,
”hehehe, justru kamu yang bikin repot”, Umar terkage-kaget,
”biasa saja mar, anggap saja rumah ini seperti rumahmu sendiri, bagimana tadi mau apa?”, ternyata ayahnya widy hanya bercanda,
“ah bapak, aku jadi tidak enak, begini pak, ada yang aku ingin bicarakan pada widya, apa boleh bicara sama anak bapak.?” Umar mencoba memberanikan diri untuk bicara tetang widy dengan sikap sopan,
“wah, tidak ada yang melarang, widya, widya..., kemari nak, ini ada tamu” ayahnya teriak, memanggil anaknya ,
“ia Yah, sebentar...” jawabnya.
Sesampai widy di ruang tamu, ia menanya kepada ayahnya ada apa sebenarnya yang ingin di bicarakan ayahnya kaepadanya.
“Ada apa pa?.., ko manggil widya, kayak terburu-buru gitu” katanya sambil memeluk pundak ayahnya dari belakang,
“kesini nak duduk di sampingku, ini ada yang ingin umar bicarakan sama kamu” jawab ayahnya,
“ada apa mar?” Tanya widy tersunyum yang menebar aura,
“eeng, eeng,” umar kebingungan mau bicara apa, dia terlihat gugub,
“ada ap ko bengong, cepetan?” widy pun memaksa karena tidak sabar mendengar, dia mendesak umar dengan lembut.
“Begini widy, mungkin ini bukan waktunya aku bicarakan sama kamu, karenaaaa?” amir semakin gugub.
“karena apa mas?” tanya widy tersenyum melihat amir yang gemetaran,
“karena, karena aku malu sama ayahmu widy” jawb umar, ayahnya langsung menyelutuk marah,
“ooh begitu, aku sebagai orang tua harus mengetahui tentang anakku sama selain mukhrimnya, umar...., ada apa?”,
“ya pak, maaf, aku mau pamit dulu, dah siang mau bantu bapak di rumah” dia mengalihkan pembicaraan karena malu mengucapkan cinta kepada widya, karena didampingi ayahnya.
“Ya sudah hati-hati” sahut ayahnya kepada umar, widy juga bicara sambil tersenyum“ hati-hati ya?”,
“iya pa, widy, assalamu’alaikum?”, merekapun menjawan bersamaan“ wa’alaikumussalam..”.
“Ayah, apa ayah tidak kelewatan kepada mas umar?” tanya kepada ayahnya dengan tenangan, setelah hilangnya umar dari halaman rumahnya,
“tidak”
“lantas, kenapa ayah marah sama umar?, diakan baik, silaturrahim kerumah kita” wajahnya cemberut,
“iya dia baik, pasti ada maunya terhadap kamu nak, hati-hati ya, aku kawatir terhadap kamu nak?” panjang lebar ayahnya menerangkan kepada anaknya sambil menangis....,
“iya yah, widy tau, maafkan widy ya ayah?”dia sambil memeluk ayahnya, sambil terharu.
____***____
Sinar matahari yang menyangat tubuh, para pekerja, petani, buruh, nelayan dan lain-lain, bekerja membanting tulang hanya untuk mencari sesuap nasi untuk keluarga mereka. Burung-burung bernyanyi, dedaunan menari-nari mengiringi hembusan angin yang berlari-lari menyejukan tubuh ini, apa semua akan seperti ini setip hari. Faja yang duduk di bawah pohon yang rindang merenung, akan dua orang tuanya,
“duuh, panasnya hari ini (dalam hatinya menyangkal), andai kedua orang tuaku masih hidup, aku pasti enak seperti kedua temanku arda dan umar(dia menangis atas kerindunya kepada orang tuanya), yaah tapi aku yakin semua ini pasti ada maksud dari-Nya”. Air mata yang menagalir di pipinya adalah sebagai saksi hidupnya, dia ambila sehelai kertas buat core-coret). Semua dia kisahkan di atas kertas yang tak bias bebicara, hnaya hati yang berkata.
Rinduku padamu Ibu
Bulan terus menerangi bumi
tak ada yang menerangiku
selain dirimu, Ibu.
Ketika malam datang
kau datang dengan
tubuhmu yang penuh dengan
aura yang penuh kasih.
Tapi, di saat awan menutupi
sudut pandang dirimu
kau sungguh terlihat sedih
karena tertutupnya dengan awan.
Ibu...
kuyakin itu dirimu
yang menerangiku sepanjang malam
dalam tidurku.
Senyummu, tawamu
membuatku selalu ingin bersamamu.
Di kala aku melihat
tangismu dan sedihmu
membuatku tak sanggup melihat dirimu
Ibu...
terangilah diriku dengan aura kasih sayangmu
yang tak pernah hilang
dalam lamunan rindu.
Lembutmu menyejukan jiwa
Tawamu selembut hujan
yang merintik ke dasar laut
tangismu selembut api
yang membara di pegunungan
kalu semua menyatu akan berubah menjadi salju
salju yang bersih
salju yang cerah
dan salju yang menyejukkan jiwa
Lalu terdengarlah seruan seorang petani yang lagi bekerja memanggilnya sebutlah namanya Pak Midi.
”Anak muda, sudah sering kuliha dirimu menyendidir di bawah pohon yang rindang samping sawah ini, tapi tidak seperti sekarang kau menangis. Buku-buku yang kau baca berserakkan dan kertas yang penuh dengan tulisan penamu rusak karena air matamu, apa yang sedang kamu pikirkan anak muda?”,
“tidak pak!,(dia menggelengkan kepalanya) aku hanya teringat kepada orang tuaku, ketika kumeliha teman-teman duduk bersama orang tua mereka, hatiku tersentak sakit, sedih karena aku tidak mungkin seperti mereka” sahutnya.
Lalu petani itu membujuknya sambil tersenyum, dia berusaha membahagiakan fajar
“bersabarlah, semua itu pasti ada maksud dari yang maha kuasa, mari ikut aku kerumah kita duduk nyantai minum kopi”,
“makasih pak, ini sudah jam 04.00, aku harus pulang, siap-siap menanak nasi buat nanti malam.” fajar pun brusaha tersenyum,
“baiklah, ingat, tidak semua orang yang bisa merubah nasib, kecuali dia sendiri yang ingi merubah nasibnya, perbanyaklah meminta kepada-Nya(Allah)”,
“makasih pak, aku akan selalu mengingat apa kata-katamu, sampai nanti pak?” jawabnya dengan tersenyum.
____***____
Sore yang indah sambil menunggu terbenamnya matahari ke arah barat, biasanya arda, umar dan fajar. Sering menananti-nanti tenggelamnya, tapi sekarang fajar tidak nampak kelihatan ada apakah dengan dia?
“mir, apa kamu hari ini melihat fajar?” dia kebingungan,
“kayaknya aku tidak ada melihatnya, ada apa da?” jawab amir sambil menolehnya,
“ya tidak biasanya dia tidak ada, ketika kita menanti tenggelamnya matahari, pasti dia yang paling banyak berkomentar, apalagi saat kita membicarakan cewe-cewe cantik seperti widy tuuh.(dia memikir sejenak) apaaa, jangan-jangan dia sakit ya?” tebaknya dengan wajah yang khawatir.
“Ya mungkin juga, giman kalu kita kerumahnya da?” jawab umar, sekalugus memberi usulan, arda bicar sambil memukul pundak umar
“e’e’e’ aku just oke, kapan?”,
“yaaah, sekarang, kapan lagi, masa nunggu hari kiyamat hahahaha.” Umar ngoceh sambil tertawa,
“aaayo”,
“eeeh tunggu, aku kebelet nih, tunggu ya bentar” kata Umar, hehehe,
“dasar umar, mar, mar, makanya jangan terlalu banyak makan. hehehe, buruan, hehehe..”
“kamu menghina aku da?,
“tidak, kucuma bercanda” dia tertawa
“ya, tunggu dulu aku mau buang dulu” sambil memukul perutnya yang sakit,
” aduuh itu gampang, nati bisa di rumah fajar”sahut arda,
“yoooooooo!”umar mengikuti saran arda.
Sesampai di rumah fajar, fajar sibuk sedang menanak nasi buat persiapan makan malamnya, sedangkan karya-karya puisinya berserakkan di atas meja belajarnya. Lampu-lampu rumahnya yang biasa meneranginya, sebagian menyala dan sebagian tidak. Arda dan umar pun datang mengetuk pitu, tuk, tuk, tuk,
“jar apa kamu ada di rumah?” sahut arda, Umir pun berterian karena tidak bisa lagi menahan rasa sakit perutnya
”jar, cepat buka pintunya, aku sudah tidak tahan lagi”,
”eeeh kalin, ayo masuk, maaf rumahku biasa, berantaka” fajar membuka pintu rumahnya, sikapnya yang ramah sangat dingin di depan temanya, umar berlari-lari ke kamar mandi, membuang hajatnya,
“jar, kenapa kamu tidak hadir disaat menanti matahari tenggelam, masa kamu tega sama kami berdua, dia sambil memeagang pundak fajar, wah berantakan sekali meja belajarmu” arda bertanya kepadanya,
“ya, maaf da, sebenarnyaaaa, aku rasanya tidak mungkin lagi sama kalian berdua, aku bersama kalian hanya sebagai benalu, benalu yang selalu menyusahkan orang yang kuanggap seperti saudara kandungku sendiri, sekarang aku bekerja..... Da, Mar, yaaah coba ngumpulin uang buat memperbanyak tulisanku” jawab fajar, umar datang langsung merangkula fajar
“waaaah, cuma itu jar yang sekarang kamu pikirkan, kalau masalah itu coba kamu bicarakan sama temanmu ini, buat apa punya teman di dunia kalau bukan tempat curhat dan pertolongan, apa jadinya?... dia mengangkat tangannya, kan arda bisa bantul tidak da?... sambil menoleh ke arda, saaangat cepat, jar prosesnya bapknya seorang bangsawan kaya raya jar, hehehe..., apa lagi yang kamu pikirkan sahabatku?”,
”jar, benar kata umar, apa lagi yang kamu pikirkan?”katanya,
“arda, umar, aku sangat beruntung punya teman seperti kalian, sambil tersenyum, tapi tidak seberuntung kalian setiap hari bisa melihat, bicara, bahkan bisa menciun tangan kedua orang tua kalian, aku berharap kalian bisa memehami diriku, dari masalah penensial maupun kebahagiaan, aku tidak seberuntung kalian, kalian sungguh sangat beruntung masih mempunyai kedua orang tua, sedang aku semua telah tiada meninggalkan aku”, fajar menangis,
”sudahlah jar, kamu mesti harus banyak bersabar, tenangkanlah dulu hatimu, arda berusaha mencoba menghiburnya, kayaknya kami harus pulang dulu, ooh ya jar, kalu kamu butuh bantua masalah uang jangn segan-segan bicara sama kami berdua ok!” kata arda,
“ya jar, aku emang benar seorang makan terus hehehe, tapi sekarang tidak lagi hehehe..., aku sudah berusaha menguranginya, perbanyaklah berdo’a buat kedua orang tuamu.” umar pun membenarkan perkataan arda, sambil bercanda,
“makasih ya da, mar, kalin adalah sahabatku yang tidak bisa aku lupakan, dan kalian adalah sahabatku yang paling sejati. Hati-hati di jalan” jawabnya.
Spoiler untuk Bagian kedua :Seiring bergantinya hari, minggu, bulan dan tahun, masing-masing dari mereka berpisah. Arda, pergi jauh ke amereka, amir pergi ke mesir, sedang fajar hanya tetap di kampunya bekerja sebagai petani yang ikut bekerja besama seorang pemilik sawah.
“Anak muda, apa yang kamu pikirkan ?, kamu selalu merenung di bawah pohon ini sehabis bekerja, apa ada sebuah kenangan indah terhadap pada pohon ini?”kata seorang petani, sebutlah namanya Subhan.
“iya pak, pohon ini sangat berarti bagiku, disinilah aku menunggu terbenamnya matahari, karena itu yang selalu kulakukan saat bersama teman-temanku, hanya ini yang bisa kukenang selagi bersama mereka”jawab fajar,
“emang sebenarnya semua temanmu pada keman?, ko kamu seperti kehilangan?”tanya petani itu,
“ya, mereka telah hilang dari penglihatan bola mataku, temanku Arda dia melanjutkan sekolahnya ke Amereka dan yang satunya Amir dia juga melanjutkan sekolahnya ke Mesir sekarang hanya aku yang tidak melanjutkan, dia merasa sedih tidak seperti temanya, bahwasanya masih ingin seperti temanya, dengan karyanya, cita-citanya ingin menjadi seorang penulis, tapi mungkin belum waktunya dia merasakanya kenikmatan itu, agar bisa di nikmat oleh orang banyak, atas karyanya, aku Cuma bisa berdo’a semoga mereka (temannya) sukses di sana, Amin”jawab fajar,
“Amin, alah malah sedih, mari nak, kita pulang sebentarlagi sholat magrib.” Sahut petani itu, merekan pulang bersama jalan kaki menuju rumah, sambil berjalan fajar curhat,
“hanya merekalah yang selalu menghiburku dalam kesedihan, kesepian bahkan kegelisahanku, tidak hany itu mereka ku anggap sebagai saudara kandungku sendiri”.
Merekapun sholat berjema’at bersama di mesjid terdekat dekat rumah mereka, sehabis sholat selesai, fajar pulang kerumahnya, dia mencoba mengumpulkan karya-karyanya yang sudah lama terpendam di sebuah lemari, setelah semua terkumpul dia belajar menjild walau hanya denagan lem nasi yang tersisa, maka jadilah beberapa tumpukan karyanya, puisi, cerpen dan novel.
Dia bekerja dari waktu pagi sampai siang hari, diawaktu yang kosong itulah dia mulai mengunakan waktu yang sangat berharga, dia pergi dari tempat-ketempat yang lain mencari orang yang bisa membantunya untuk memberikan ke penerbit mungkin bisa di terima, tapi apa yang dia dapatkan tidak ada yang bisa membantu, karana merka juga di sibiukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing, semua itu bukanlah hal yang membuat fajar putus asa, dia pun mencoba dengan sendirinya, awal beranjak dia pergi sendiri ke penerbit pertama
”permisi pak, apa saya bisa ikut berpartitisipasi denagan kantor penerbitan buku?”katanya, lalu seorang karyawan dari penerbit itu menanya,
”ada berapa karya yang di bawa mas?”.
“Saya ada beberapa karya puisi, cerpen dan novel, ini saya buat dari tahun 2006 sejak saya duduk di bangku kelas 3 SMA, dan ini sebuah awal mula saya mengantar ke penerbit”jawabnya, terus karyawan itu menghadap bosnya dia memberi tahu bosnya
”permisi pak, ada tamu yang mau mengajukan karyanya”,
”oh ya, tolong kau panggil dia” jawwab bos itu, setelah lama menunggu karyawan itu menghadap bosnya, tidak lama fajar di panggil oleh karyawan itu, dan mempersilahkan dia menghadap bosnya,
”saudara fajar, anda di minta untuk menghadap bos saya”kata karyawan itu,
“termakasih pak”jawab fajar dengan rasa senang.
Fajar pun masuk menemui bos itu sambil menyapa,
”permisi pak, apa benar bapak memanggil saya”tanya fajar,
“ya, silahkan masuk, saya dengar cerita dari karyawan saya, apa benar anda mau mengajukan beberapa karya?”tanya bos itu kepada fajar dengan tegas,
“ya pak, saya mencoba ingin memasukkan ini, sambil memperlihatkan karya tulisnya dari kumpulan kertas-kertas yang di susun menjadi satu, semoga bapak mau menerimanya”jawab fajar dengan tenang.
Dari sekian karya fajar hanya dua, karnya yang di ambil oleh bos itu”yah, dari sekian karyamu saya hanya bisa mengambil dua yaitu cerpen dan novel kamu, silahkan kamu isi formolir di bawah ini dengan lengkap, nanti akan kami kirim surat ke rumah kamu, terima kasih”kata bos itu,
“ya pak, terima kasih”fajarpun pulang dengan hati yang legah walau karyanya tidak semua yang di ambil.
Sesampai di depan rumah dengan sepeda ontelnya, keringat yang membasahi tubuh sangat menarik kesungguhanya, dia duduk di depan rumahnya sambil menik mati hembusan angin dia bergumam sendiri.
“Aku ingin taebang dan melayang, layaknya seekor burung elang yang melayang menjulang di angkasa, tapi aku tidak bias, karena aku tidak memiliki sayap epertinya. Andai aku memiliki sayap, aku akan pergi jauh dan tiggi untuk memuaskan hati ini”dia tediam dngan pejaman mata yang merasakan betapa lelahnya untuk menjadi orang sukses, dia terlelap di depan rumahnya karena capek, sampai-sampai dia tidak terbangu sampai adzan magrib menyerunya, kebetulan, waktu itu widy yang sedang berjalan lewat depan rumahnya dari tempat temanya melihat fajar yang sedang terlelap tidur.
”mas bangun sudah adzan”katanya membangunkanya, tidak lama dia langsung pulang, fajar terkaget sambil ber’istigfar
”astagafirullah..., ya Allah”makasih ya widy”, dari sinilah dia lebih mengenal sosok widy yang perhatianya sangat kepadanya, tapi dia belum memikirkan tentang widy, dia hanya orng biasa, yang dia pikirkan bagai mana kelanjutanya masa depannya. Tiga hari kaemudian dia menerima surat dari pak pos, dia berharap dari penerbit ternyarta dari temanya arda yang di amereka, dia menanya kepada pak pos
”pos, pos, pos”,
“dari siapa pak?”tanyanya,
“dari mas arda”jawab pak pos itu,
”terima kasih pak”jawab fajar, dia langsung beranjak dari tempat duduk rumahnya masuk ke dalam, iya mmbuka surat itu dia baca perlahan lahan ternyata arda memberi kabar gembira buatnya.
Kpd : Saudaraku Fajar Kusuma
Di : penghujung dunia yang selalu berkarya
Assalamu’alaikum........
Saudaraku yang sedang berada di seberang, sambutlah salamku dengan kelembutan senyummu, tawamu. bagaimana kabarmu di sana?, semoga kau sehat selalu. Aku di sini, alhamdullilah baik dan sehat, ketika aku pergi meninggalkanmu dan Amir, aku sangat sedih, ketika aku menunggu terbenamnya matahari, sungguh sangat sepi tanpa bersama kalian. Hanya kalianlah yang bisa menenagkanku, oh ya Jar, ini ada beberapa uang di dalam amplop ini, semoga bermamfaat buatmu, itu semua dari hasil karyamu. Maafkan aku, dulu beberapa karyamu kubawa sebelum, tanpa sepengatahuanmu. Sekarang aku meminta kepadamu agar semua karyamu di kirimkan ke aku, mungkin itu yang bisa aku bantumu. Jangan lupa kirim sebanyak-banyaknya karyamu. Terima kasih.....
Wasalm
M.Arda Ilyasa
____***____
Setelah dia memabaca isi surat dari arda, ia sangat terharu membacanya, dan dia pun tidak menyangka bahwa arda sesempat itu membawa karyanya sebelum pergi meninggalkan kampung halamanya, dia langsung membuka amplop yang berisi uang, dia terkejut setelah melihat uang yang banyak, dia langsung sujud syukur
”ya Allah, inikah rizkimu yang kau berikan kepadaku melalui sahabatku”dia menangis atas kebahagian yang dia terima, besok harinya dia pergi bekerja dengan wajah yang ceria, lalu petani yang biasa bersamanya bekerja menyapanya
”anak muda, hari ini kau sangat bahagia, ada apakah gerangan yang kamu dapatkan?”sambil tersenyum,
“begini pak......”, saking senangnya dia menceritakan semuanya dengan rasa bahaginya, seltelah petani itu mendengarkan cerita dari fajar, dengan rasa terharu mendengarnya, lalu petani itu menanya
”Alhamdulillah, mungkin itu maksud Allah, dari yang kamu alami sampai sekarang, lantas mau kamu apakan uang sebanyak itu nak?”dia menanya fajar, pajar menyeritakanya tentang cita-citanya, bahwasanya dia ingin menjadi seorang penulis.
Petani pun mendukungnya
”ya kalau itu sudah menjad jalanmu, jangan kamu lewakan waktu yang sia-sia ini, selama kamu masih memiliki penglihatan yang masih jernih dan tenagamu, otakmu juga masih encer”kata petani itu,
”iya pak, aku minta do’a ”jawab fajar,
“iya, do’aku selalu untukmu nak”pintas dari mulut petani itu, ketika fajar mendengar sepatah dua patah kata dari petani itu, hatinya bergetar dia langsung bicara berhadapan petani yang tua itu
” pak?”serunya,
“ada apa lagi nak”jawab petani itu,
“eem, maukah bapak menjadi orang tua angkatku, berikan aku waktu untuk mengsihimu, layaknya aku mencintai kedua orang tuaku”kata fajar,orang tua itu melluhat ke arah matanya yang berkaca-kaca, dia pun memeluk fajar dengan rasa terharu,
“aku menerimamu menjadi orang tua angkatmu, bukan hanya di dunia tapi dunia akhirat kamu kuangkat jadi anakku”, setelah semua tenang fajar membawanya kerumahnya yang sederhana.
Beberapa mingggu kemudian dia mulai merenung apa yang dia lakukan selain menulis, sedangkan surat dari penerbit belu juga datang-datang, dia mulai meminta usulan dari ayah angkatnya
”bapak bagai mana baiknya aku sekarang, apa yang harus kulakukan?”, katanya kepada ayah angkatnya, apa aku melanjutkan kuliah atau tetap bekerja?”
”alangkah baiknya kamu tabung buat kamu melanjutkan kuliah, beli mesin ketik buat kamu meneruskan tulisan karyamu” tuturnya memberi nasehat ayah angkatnya,
“yah aku mau kuliah dulu, dekat kampung sebelah sambil kerja, bagaimana menurut bapak”lanjutnya dengan tegas.
“aku malah setuju, kalau itu kemauanmu” diapun masuk kuliah pada di tahun depan.
Di awal tahun baru, dia muali memasuki prkuliahan, kebetulan saat dia kiliah, dia menjadi adik kelasn widy di sebuah univesitas itu, tapi sayangnya mereka berbeda jurusan, widy mengambil jurusan Tafsir hadist sedangkan fajar mengambil Sasta bahasa.
Keseharianya hanya di temani dengan buku dan sebatang pena di tangannya, sehabis pulang dari kampus dia pergi kesawah membantu orang tuanya, begitu setiap harinya. Saat jam mata kuliah kosong dia pergi ke perpus mencari buku-buku buat di baca, pada suatu ketika widy sedang mencari bahan buat makalah di kampus tentang pelajaran filsapat ilmu di perpus, merekapun bertemu tanpa di sengaja fajar menyapanya
”eh widy, lgi cari apa?”katanya,
“ini mas lagi mencari buku tentang filsafat ilmu”,
“kalu mas lagi ngapain?”tanya balik widy ke fajar,
”yah ini, kebetulan jam mata kuliah kosong jadi ku sempatkan kesini mencari buku buat baca-baca”jawabnya sambil tersenyum,
“buku apaan mas?, kalu tidak keberatan boleh widy bantu cari bukunya?”dia mulai tertarik kepada fajar, karena fajar orangnya santai, asik dia aja ngomong nyambung,
“yah boleh aja, tapi ingat ya aku tidak maksa lo ya?, tapi bagaimana dengan punya kamu, sudah ketemu?”mereka tersenyum dan tertawa.
“yam as, punyaku sudah ketemu”,canda gurau di ruang baca buku, sampai-sampai mereka di tegur dari pengawa,
”maaf, mas, embak, tolong jangan ribut di ruangan, tempat ini untuk membaca bukan tempat bercanda dan bercinta”kata seorang petugas perpus itu,
”iya pak, maafkan kami pak?”, merekapun bingung, mata sama-sama memandang, lalu pergi dari tempat itu menuju ke fakultas masing-masing, fajar mengucap terima kasih kepada widy yang bersedia membantunya mencari buku
“makasi ya widy, atas bantuanya”katanya,
“ya biasa aja kali mas, oh ya mas, kapan-kapan main kerumah ya?”widy menjawab, sambil tersenyum manis,
“insya Allah”jawab balik dari fajar, ketika fajar mau beranjak pergi, widy memanggil fajar
”mas fajar, tunggu mas?”,
”ya widy, ada apa?”, widy hanya mau nanya,
”tantang apa?”jawab fajar,
“masa punya No Hp ga?, kalu ada widy boleh minta nomernya!”katanya,
”ga ada widy, maaf ya?”, sambil menggelengkan kepalanya,
“ya udah mas, makasih ya, daaah”dia melambaikan tanganya,
“ya, hati-hati”sahut fajar dengan melambaikan tangannya.
Satibanya fajar di rumah, dia melihat ayah angkatnya tergeletak di kasur, badanya yang kurus tidak berdaya, dia tidak sanggup untuk melihatnya, dia berlari-lari sambil berteriak,
“bapak sakit?”tanyanya kepada ayahnya,
“tidak, aku tidak apa-apa”jawab ayahnya,
“tidak bapak harus dibawa kerumah sakit”dia pergi kerumah tetagganya minta bantuan,
”paaak, buuuu, tolong bapak”kata fajar sambil menangis,
“ada apa jaf?”tanya mereka,
“di, dia sakit pak, bu”jawab fajar,
“mari bawa kita dia ke rumah sakit”kata tetangganya, mereka pun pergi kerumah sakit terdekat, setelah sampai dia meminta dokter mengoabatinya, tetangganya itu berkatapada fajar,
”jar aku mau pulang duluan soalnya masih banyak yang aku kerjakan di rumah sama istriku, bersabarlah bapakmu pasti sembuh”katanya sambil menyalamin tangan fajar,
“ya pak, terima kasih atas bantuanya”jawab fajar.
Fajar diam di ruanng tunggu, selama ayahnya masih di periksa, selama satu jam belum juga ada pemberi tahuan kabar tentang ayahnya, iya semakin sok menunggu, tidak lama kemudian doktet pun keluar, ia menemui dokter itu sambil menanyakan tentang ayahnya
”bagai mana pak dokter, keadaan orang tua saya?”katanya mendesak,
”beliau tida apa-apa, cuman kelelahan, beliau harus banyak istirahat” dokter itu menjawab, ia langsung mengusap dadanya, detak jantungnya bedetak cepat berubah darastis lambat, karena mendengar berita dari pak dokter.
“pak apa saya bias menenguk beliau?”
“silahkan, tapi untuk saat ini beliau jangan terlalu banyak di ganggu, karena masih dalam perlu masa istirahat yang cukup untuknya”
“iya pak?”.
Ia mulai memasuki ruangan yang di mana ayahnya di obati, air matanya menyelinang berjatuhan, ia memelukayahnya dengan pelukan kasih sayangnya,
“pak, maafkan fajar pak, dengan kesibukanku dengan pekerjaan, aku lupa dengan dirimu”
“nak fajar, tidak papa, bapak masih sehat, ayo kita pulang”tangan ayahnya membelaiy rambut anaknya,
“iya pak, nanti kita pulang setelah bapak sembuh, kta jalan-jalan melihat suasana yang cerah di tempat yang penuh dengan suasana alam, kata doter bapak harus banyak istirahat yang banyak, harus ikutin kata dokter”fajar mencoba menghibur ayahnya yang sedang sakit, walau hatinya sedih tersedu-sedu.
“baiklah kalau itu yang terbaik untukku, aku kan selalu mengikutinya”fajar tersenyum melihat ayahnya mau menuruti saran dari dokter.
Setengah jam sudah fajar dalam ruangan, maka datanglah suster mengetuk pintu.
“tuk…tuk…tuk…, permisi mas, selamat siang, maaf mengganggu, kami beritahukan kepada mas fajar, bahwasanya waktu bertemu sudah habis, soalnya bapak sufri harus memerlukan waktu yang cukup”katanya dengan sopan santun yang baik
“oh begitu!, jawab fajar, bapak, fajar pamit dulu ya, semuga cepat sembuh ya pak?, terimakasih ya mbak, tolong bapak saya di jaga ya?, berikan dia perawatan yang baik?”katanya kepada suster itu,
“iya mas, untuk perawatan kami, selalu kami lakukan yang terbaik kepada para pasyen kami?”jawab suster itu dengan tersenyum.
Fajar pun pulang menuju rumahnya, setibanya di rumah dia melihat kotak kecil yang terbungkus rapi, setelah di bukanya ternyata berisikan hadiaya jam tangan dan selembar kartu ucapan.
“Selamat ulang tahun mas fajar, semoga tahun ini lebih baik dari tahun yang kemaren”, setelah dia membacanya, dia merasa kebingungan karena dapat kartu ucapan itu.
“Masa aku hari ini ulang tahun?, dia bertanya-tanya pada dirinya, dia masuk kedalam rumah mencari akte kelahiranya mencoba memeriksa, benar atau salah bahwa dia hari ini ulang tahun, setelah di periksa ternyata benar bahwasanya dia hari ini ulang tahun, dia tersenyum halus, ko bias widy tahu bahwa aku hari ini ulang tahun dari siapa ya dia tahu”dalam benak fajar selalu bertanya.
Keesokan harinya dia pergi ke kampus masuk kuliah, dia bingung apa yang harus dia lakukan, pak dosen tidak masuk, apa lagi teman-temanya tidak banyak yang datang”waah, kayaknya aku kekampus sungguh sangat sia-sia kalau begini terus”lalu dia memutuskan untuk pergi ke perpus, tapi sebelum menuju perpus, dia menyempatkan dirinya ke Fakultas Usuluddin tempat widy kuliah, dia mencari widy, di lihatnya ruangan-per ruangan, widy tidak ada, dia kebingungan mencarinya, karena dia tidak menemui widy, dia putuskan untuk pergi ke perpus.
Ketika di perpus dia asik sedang mencari buku untuk di baca, semua orang-orang asik sedang berdiskusi tentang pelajaran, bukan hanya itu ada yang membicarakan tentang penulisan seperti puisi, cerpen dan novel, tapi pada saat dia lewat ternyata ada yang menyebut namanya. Namannya Ella, temanya Wulan, Hany dan Ani
“hai teman-teman, coba kamu lihat cowok itu, kalian tahu tidak, dia seorang pembuat puisi yang sering di sebarkan di setiap fakultas kita lho, bahkan kalu aku tidak salah denger-dengar neeh, sekarang dia juga penulis novel, gimana tampankan dia?”kata ella sambil tertawa, melihat temannya
“waah iya, dia tampan sekali, sudah pinter penuls lagi, aku ingin sekali seperti dia!”jawab wulan, lalu hany dan ani bicara secara bersamaan,
“eeeh, jangan salah”, mereka terdiam, sambil tertwa, “ ayo kamu han duluan bicaranya”kata ani,
“apa kamu bilang tadi Lan?, dia tertawa, jangan salah dia itu rajin baca buku, sering ke perpus, ngaca dong, mana bisa kamu bisa seperti dia”sambung hany
“bener itu kata hany lan, seharusnya kamu ngaca dulu, bagaiman mau seperti dia, sedang kamunya pemalas,hehehe....”sahut ani,
“ eh kalian belum tau siapa aku ya, nanti deh akan aku buktikan”jawab wulan menyangkalnya,
“eeh kalian, bukanya sama-sama mendukung, malah membuat teman putus asa, tadi itu, kenapa aku beri tahu dia, supaya kita harus lebih dari dia, ya nanti kapan-kapan kita jalan-jalan kerumahnya, bagaima?, kita mempelajari bagai mana dia bisa seperti itu, kita harus lebih dari pada dia, setuju?” panjang lebar ella menjelaskan tentang fajar, agar teman-temannya tidak bertengkar, setelah mereka mendengarkan penjelasan dari ella, mereka menjawab dengan serentak,
“setujuuu!”.
Walau dia tidak bisa menemui widy, dia tetap berisi keras ingin mengabulkan cita-citanya agar tercapai kelak. Pada waktu itu dia asik membaca buku yang di pinjamnya dari perpus, seharian dia membaca buku yang berkisahkan tentang cinta, dalam benaknya pun berkata, “tapi kenapa, setiap aku membaca buku, kuselalu terbayang pada sosok seorang yang telah memberiku hadiayah yaitu kamu widy, apa sekarang aku sangat jatuh cinta sama kamu, tapi kemana harusku cari dirimu, aku sungguh kagum padamu, betapa besar perhatianmu padaku, aku sangat tidak menduga kalau kemaren aku ulang tahun”, dia mencoba berjalan keseberang desannya, yang dimana tempat dia dan temannya dulu berkumpul, dia mencoba menglang masalalunnya, karena disanalah awal mula dia bertemu dengan widy.
Saat dia tiba di sana, dia bingung “apa aku harus begini aja, sedang widy belum nongol-nongol juga?”katannya berbicara sendiri, setengah jam dia menunggu ternnyata tidak ada juga widy menonimbulkan wajahnya, dia pun mulai beranjak dari tempat tersebut, tiba-tiba datanglah Pak Rusdi menemuinya,
“nak fajar ada apa!, tomben kamu main kesini, ada yang bisa bapak bantu?”kata bapak penjaga pos bertanya kepadanya,
“enng, iya pak, kebetulan, begini pak, dulu bapak masih ingat tidak watu aku, arda dan amir bertengkar karena seorang perempuan dia bernama widy, bapak masih ingat tidak?”dia mulai menceritakan kepada bapak penjaga pos itu,
“ooh itu, ya bapak ingat, sebentar, kalu widy, apa benar anaknya pak Muhammad?” jawabnya, iya pun menannyakan tentang alamat rumah widy,
“iya benar sekali pak rusdia, kalu boleh tau di mana ya rumahnya?” bapak penjaga pos itu pun memberi tahukannya, setelah dia mendapatkan alamat yang lengkap dari pak rusdi, dia segera pamit pergi menuju rumah widy, dilihatnya di sekitar rumahnya, tidak ada seorang pun yang berada di sana, di pencetnya bel rumah widy, namun tidak ada seorang pun yang membukainya pagar halaman rumahnya,
“waah, sial deh aku hari ini, tapi tidak papa, yang penting aku sudah memiliki alamt rumahnya widy”katanya.
Dia pun pulang dengan hati yang tenang dan penuh kegembiraan. Sampai pulang kerumahnya dia membikin sebuah kado yang berisikan jelbab yang berwarna hitam dan putih serta selemabar kertas yang bertuliskan puisinya untuk widy,
Tatapan matamu
sangat melumpuhkan hatiku
rambutmu yang terurai
menggetarkan jantungku.
Tanganmu yang lembut
yang mengusap di badanku
itukah dirimu
yang selalu kurindu.
widy.....
Jangan kau tinggalkan aku
karena dirimu bagian dalam hidupku
widy.....
jangan kau pergi jauh dariku
karena dirimu adalah bidadariku
____***____
Dia pergi kembali ketempat widy, ternyata widy masih belum ada di rumah, maka terpaksalah dia meletakkan hadiah di depan pagar rumah widy. Dia pun pulang kembali menuju rumahnya. Tidak lama kemudian, widy dan kedua orang tuannya tiba di rumah mereka
“widy, coba kamu lihat, benda apa itu di depan pagar rumah?”kata ayahnya
“tunggu pak”,dia pun mengambilnya, ternyata sebuah kado dari fajar
“dari siapa nak widy?”tannya Ibunnya
“ini dari teman di kampus, ibu!”jawabnya,
“oh begitu!”, mereka pun memasukki rumah, widy yang sedang sakit, penasaran dengan isi kado itu
“apa ya ini isinnya?”, maka di bukannyalah kado tersebut, setelah dibuka ternnyata jelbab yang berwarna hitam dan putih serta selemabar kertas yang bertuliskan puisinya untuk widy, maka di bacannyalah puisi itu, betapa gembirannya hatinnya, bahkan dia tidak merasa bahwa dirinnya sedang sakit.
Maka datanglah ibunnya menghampirinnya
“nak widy, kamukan sakit, nanti kamu tambah sakit lagi!”, kata ibunnya, dia pun mnghampiri ibunnya,
“iya bu, hari ini widy sangat bahagia sekali bu!”jawabnya
“ada apa nak widy?”lanjut tanya ibunnya
“begini bu, ibu pasti melihatkan tadi ada kado di depan pagar rumah kita:”,
“iya, ada apa? “jawab ibunnya,
“nah itu hadiyah dari orang yang paling di gemari widy bu, bahkan aku mencintai dia bu?”
“oh begitu, kalau boleh ibu tahu siapa namannya?”tannya ibunnya
“namannya Fajar bu, dia menjelaskan kepada ibunnya, tapi ingat ya bu jangan beri tahu bapak, hanya ibu yang tahu ini rahasia”jawabnya
“ya sudah kamu istuirahat dulu, nanti lama sembuhnya?”kata ibunnya
“iya bu!, dia pun memanjat syukur, Alhamdulillah betapa beruntungnya aku mempunnyai orang tua yang sangat mennyayangiku”ucapnya.
Indahnya malam yang penuh bintang, berkelipan memancarkan cahayanya, cahaya bulam menyinari alam. Ayah Fajar yang sedang sakit mendekatinya, menceritrakan tentang dirinnya dahulu. ”Nak, kalauku boleh bercerita tentangku dahulu apakah kamu mau mendengarkannya?”, “ya pak, aku akan selalu mendengarkannya, apa yang bapak ingin ceritakan kepadaku?”, jawabnya, wajahnya serius, ”aku ingin kamu mengambil hikmah dari semua perjalananku ini, sebelumku meninggal”, dia pun bercerita, dulu aku adalah seorang anak bangsawan terkaya di desa kita ini, dengan kekayaan orang tuaku, aku bisa menginginkan semua yang aku mau, mobil, motor, baju yang mahal bahkan yang orang belum miliki aku sudah memilikinnya, tapi hannya satu yang aku rasa belum sempurna dalam perasaanku!”.
“apa itu pak?” tannya penasaran pada ayahnya, “yaitu Cinta, karena orang tuaku, sangat membenciku saat aku bersama istriku, dia orang yang tidak biasa tidak kaya, tapi hanya satu yang aku dapat melihat dari matanya, dia kaya hati, dia meninggal karena sakit, dari situlah, aku di di benci oleh orang tuaku, aku sangat mencintai dia, maka dari itu nak, sebelum aku pergi meninggalkanmu, cinta itu tidak akan pernah mati, karena cinta, hidup akan sejahtra, karena cinta, tidak ada yang bisa terpisah dari setiap manusia dan karena cinta, kita akan mendapatkan segalannya”, katannya, saat Fajar mendengar cerita ayahnya, dia menangis, lalu di peluknyalah orang tuannya.
Lama dia memeluk ayahnya, tidak lama setelah dia melepaskan pelukanya, ayahnya sudah tidak bernafas lagi, dia menangis dan berteriak, “bapak..., jangan tinggalkan aku, aku masih membutuhkanmu, bapak..., jangan tingagalkan aku”, tangisnya memeluk erat ayahnya. Lalu tetangga Fajar datang menghampirinya, “ada apa nak Fajar?” tannya mereka,
“bapak...!”jawabnya, menangis
“ada apa dengan bapakmu?”mereka bertannya sambil mendekati Faja.
setelah mereka sudah dekat di samping Fajar, Fajar membaringkan ayahnya, mereka terkejut melihat ayhnya sudah meninggal dunia, “inalillahi wa inalillahi raji’uun”, sahut mereka serempak, ” nak Fajar, ayo segera kita kita urus mayat beliau”, Fajar hanya menganggutkan kepalannya, dia sangat syok, dengan secepat itu ayahnya pergi meninggalkannya, setelah mayat ayahnya sudah di urus, dia meminta pada semua warga agar mau membacakan ayat suci Al-qu’ran di rumahnya untuk orang tuannya, warga pun berdatangan, masing-masing dari mereka membawa Al-qur’an.
Jarum jam trus berputar, sebagian orang yang sudah membaca, pulang kerumah mereka, dan sebagian dari mereka pun masih menetap di rumah Fajar. Kur kuruyuuk, kongkokan ayam menyeru, semua orang bangun, pertanda hari sudah mulai pagi, suara beduk di musholla pun berbunnyi seruan shollat subuh akan tiba, adzan pun berkumandangan menyeru untuk shollat. Semua orang pun melaksanakan sholat berjemaah di musholla mereka, setelah selesai shollat, berdirilah seorang pemimpin jemaah shollat mengumumkan tentang kabar keluarga Fajar.
”Assalmu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Bapak-bapak, Ibu-ibu, di pagi hari ini telah berpulang ke rahmatullah Bapak Subhan atau orang tua Fajar, saya harapkan kapada seluruh warga disini agar mau bepartisipasi atas meninggalnya beliau”kata seorang pemimpin jemaah itu. Merekapun langsung beranjak pergi ke rumah Fajar, membawa Al-qur’an, membaca tadarusan untuk menghadiahi orang tua Fajar.
____***____
Setela ayahnya di makamkan, Fajar menyendiri, dia kesepian, sedih karena di tinggal oleh ayahnya, dia memikirkan nasehat ayahnya yaitu tentang perasaan cinta, selalu di pikirkannya, “apa yang orang tuaku maksud?”dia bertannya pada dirinnya sendiri. Semua orang sudah bubar meninggalkan makam ayahnya, disamping itu pulah orang-orang pada ribut membicarakan tentang orang tuannya.
“Kalian tahu tidak betapa bahagiannya dia meninggal dengan posisi tersennyum, tidak merepotkan keluargannya, semoga dia mendapat surga yang setimpal dari Allah”kata tetanggal Fajar bercerita kepada teman-temannya
“iya, dia sungguh sangat baik, tidak memilih orang siapa pun, dia selalu bersikap ramah pada setiap orang, apa lagi ketika pekerjaannya sudah selesai, dia menyempatkan dirinnya untuk membantu menyelesaikan punnya tetangga di sebelah sawahnya, aku sangat tertarik dengan prilaku kesehariannya, dulu aku juga pernah dengar saat dia membantuku di sawah dia bercerita tentang cinta, katannya : hidup di dunia tanpa cinta kita tidak akan mendapatkan segalannya, di situ aku sempat berfikir, kemanakah cinta si Pak Subhan itu?, bahkan mulutnya tidak pernah berhenti, apa yang di sebutnya?”jawab seorang dari pojok memberi tahukan kepada tetangga Fajar.
Fajar yang sedang merenungkan sendirian, saat itu dia mendengar pembicaraan tetangganya yang sedang membicarakan orang tuannya, dia pun mendekati mereka yang sedang membicarakan orang tuannya
“Fajar ada apa kok kamu kelihatan sedih?, bersabarlah, banyak-banyak berdo’a, semoga bapk kamu masuk surga-Nya!”kata seorang di sebelah rumahnya, sambil menasehatinya,
“iya pak, aku sedih saat di tinggalkan oleh bapak, bagai mana aku tidak sedih kalau dia yang selalu menasehatiku”jawabnya menangis
“Fajar, kamu harus tetap tegar dengan semua ini, ikutilah jejak langkah orang tuamu, jangan sampai kamu lupa mendo’akannya, karena dia akan selalu dalam ingatanmu, hidup ini hanya sementara, jadi apa yang kita perbuat di dunia ini adalah untuk bekala di akhirat nanti, kamu paham Fajar?”kata tetangganya itu. Fajar menganggukan kepalannya, “iya pak aku paham, terimakasih”jawabnya, dia pun pulang kerumahnya membersihkan perabut rumah.
Widy yang sedang dirumah baru mendengar berita, bahwa orang tua Fajar telah meninggal, dia pergi menemui kedua orang tuanya, dia pun mengajak meraka kerumah Fajar, meraka pun mengikutinya. Saat Fajar bekerja tiba-tiba datnglah Widy bersama kedua orang tuannya menemuinya, tok, tok, tok, suara ketukan pintu dan seruan memanggil Faajar dari luar.
“Assalamu’alaikum?”kata Widy menyerunnya
“wa’alikumussalam, jawab Fajar dari dalam rumah, dia menuju pintu, dan membukakan pintu itu, eh Widy, Pa, Bu, mari silahkan masuk, maaf rumhku sangat berantakan.
“tidak pa-pa, Nak Fajar, oh ya, kami dengar bapak kamu meninggal, kalau boleh tahu gara-gara apa?”tanya mamanya Widy
“iya Bu, bapak, meninggal gara-gara sakit, kecape’an bekerja, ya, mungkin beliau juga sudah waktunnya kembali kepada yang Esa.
“kami ikut berduka cita, atas meninggalnya orang tuamu!, sahut ayahnya Widy, kamu harus banyak bersabar, kareana setiap orang pasti akan merasakannya, entah kapan?”katannya
“terimakasih Pak!”jawabnya
“oh ya Nak Fajar, kami dengar, kamu masih kuliah apa itu benar?” tanya ibunnya Widy
“iya Bu, aku masih kuliah!”jawabnya sambil menganggukkan kepalanya
“semoga kamu bisa menyelesaikan kuliahmua!”sahut ibunya Widy kemudian
“amin, terimakasih, Bu”fajar menjawab dengan senyuman menoleh ke arah semua terutama ke arah widy.
Lama mereka berbincang-bincang tidak tahu hari sudah mulai sore, tiba-tiba jam weker Fajar berbunyi, suara adzan dari jamnya, menandakan sudah waktunya sholat. Lalu fajar mengambil dan mematikannya, ”ada apa, kok kamu matikan jam itu?”kata ayahnya Widy menanyany, “aku tidak enak membiarkanya, menghormati tamu”jawabnya dengan sikap yang tenang, “oh begitu, nak Fajar, kebetulan kami juga mau pulang, lagi pula ini sudah sore!,”kata ayahnya sambil menyeru kepada istrinya serta Widy anaknya,
“iya Pak, Bu, Widy, terimakasih atas kunjunganya, hati-hati di jalan!”jawabnya, sebelum keluarga Widy meninggalkan rumah Fajar, ayahnya widy memberikan amplop yang berisikan uang kepada Fajar, “Nak Fajar ini ada sedikit sumbangan dari kami sekeluarga, semoga ini bisa bermamfa’at buat kamu, tolong di terima!”,
“terimakasih Pak, semoga Allah membalas berlipat ganda semua perbuatan seluruh keluarga Bapak!”jawabnya, “Amin!”jawab mereka serentak.
Mereka pun pulang menuju kerumah mereka, di dalm perjalana, mereka membicarakan tentang Fajar, “Bu, bagaimana pendapatmu dengan si Fajar!”,
“ya anaknya baik, ya tidak seperti, siapa ya yang dulu, datang kerumah kita menemui Widy?”,
“Arda dan Amir”jawab suaminya, “ya benar, kalu aku menilai dia sangat jauh berbeda sikapnya dengan mereka!”jawab istrinya. “kalu mnurutmu bagaimana Widy dengan Fajar?”tanya ayahnya kepada Widy, “ya, mungkin apa kata Ibu tadi sudah lengkap kok Pak, dia orangnya baik, ramah dan sopan”Widy menjawab denga tersipuh malu sambil melihat Ibunya.
Mereka pun sampai di rumah mereka, sedangkan Fajar, dia membuka amplop yang di beri oleh ayahnya Widy, setelah di bukanya ternyata amplop itu berisi uang, cukup buat menambah peralatan kerjanya di ruangan kamarnya. Tapi bukan hanya itu saja yang di butuhkannya, dia berfikir kembali, “semakin tahun tekhnologi semakin canggih, apa aku perlu mempunyai Hp, ah, masa bodoh, biarlah tanganku yang terus menulis di atas lembaran kertas, aku mengakui nafsu tidak bisa di ikuti sekehendaknya, seperti segampang membalikan telapak tangan, dalam sekejap bisa aku beli, biarlah untuk sekarang aku tidak memiliki, tapi aku pasti akan bisa memiliki apa yang aku inginkan, dengan jerit payahku sendiri” katanya berbicar dengan seluruh benda yang ada dalam kamarnya.
Terimalah permintaanku
Whai kekasih
yang tak pernah tenggelam dalam lamunan rindu,
tak seorang yang bisa merubah alam jagat raya
beserta isi-isinya selain engkau ya Allah.
Aku disini
tinggal seorang diri dengan sehelai kain
yang menggelut di tubuh yang lemah ini.
Sebenarnya aku sungkan menghadap-Mu
dikala kubahagia, kulupa pada-Mu
tapi ketika aku mendapat kesusahan,
kudatang pada-Mu untuk memohon pertolongan-Mu.
kuyakin, ini semua adalah sebuah peringatan-Mu untukku,
seandainya engkau tidak pedulipadaku
atau engkau melupakan aku
entah bagaimana?
aku akan terbawaarus kenikmatan dunia,
bahkan sampai akhir maut menjemputku.
Ya Allah...
ini malam aku sengaja datang kepada-Mu
untuk meminta ampun dari-Mu
air mata yang membasahi pipiku
semua kulakukan dengan penuh ikhlas berserah kepada-Mu
dan untuk mendapatkan ridho-Mu.
Ya Rabbi, ya Tuhanku...
engkaulah satu-satunya yang paling kuyakini dalam hatiku,
ya rabbi engkau maha pengasih lagi maha penyayang.
Dia mencium lantai rumahnya berseraya sujud syukur kepada Allah. Adzan magrib di mesjid pun berkumandang memanggilnya, air mata yang menyelinang bening membasahi pipin, seperti intan, berlian yang berhamburan di tanah. Dia pergi menuju kedapur mengambil wodhu, usapan air di sapukan dari wajah sampai akhir ujung kakinya, setelah itu dia pun memulai mengerjakan sholat magrib. Beberapa menit kemudian setelah dia melaksanakan sholat, tiba-tiba secara tidak sengaja air matanya menetes, teringat akan kepada orang tua angkatnya dan para sahabatnya yang telah meninggalkannya.
Dia memejamkan matanya menangkan perasaanya, kedua tangan di angkatnya memanjat mohonan kepada yang maha Esa. “Ya, Allah tenangkanlah hatiku, agar aku bisa menerima segala cobaan dari-Mu, masukkanlah orang tuaku kedalam surga-Mu dan sukseskanlah kedua temanku yang lagi menimba ilmu di seberang laut sana, aku sangat merindukan mereka, karena mekalah yang selalu membuatku tertawa, bahagia dan berkarya seperti saat ini engkau berikan aku rezeki hingga aku bisa melanjutkan sekolahku, Ya Allah kabulkanlah permintaanku, Amin”.
____***____
Dia atas meja belajar yang penuh kertas berserakan, adalah lembaran yang penuh coretan. Yang di ungkapkan dari seluruh isi perasaan hatinya, lewat kertas-kertas tersebut. Dari uang yang di berikan orang tua Widy kepadannya, di gunakannya untuk memperlanjut sekolahnya. Karena, tidak semua pihak para penerbit tidaklah segampang menerima karyannya walau hanya dengan titel lulusan SD,SMP,SMA atau lainnya. Dalam pikirnya, itu sangat berpengaruh buat pihak para penerbit. Maka dari itu dia akan segera akan menyelesaikan sekolahnya dan terus untuk melanjutkan sekolahnya.
Bila langit yang selalu cerah dan ceria
Bila matahari yang selalu memancarkan sinarnya
Bila bulan dan bintang selalu bersama
Dan semua isi alam semesta bisa di rubah-Nya
Maka aku akan selalu ceria
Maka aku akan selalu berusaha berbagi bahagia
Maka aku akan selalu bersama orang yang kucinta
Dan aku akan selalu mengapdikan diri hanya kepada-Nya
Spoiler untuk Bagian Tiga :
Sudah 5 tahun lamanya perpisahan yang mengharukan, kini tibalah menjadi kebahagiaan yang tidak di duga-duga antara fajar, arda dan amir. Di sebuah kafe mereka bertemu, masing-masing dari mereka membawa gandengan (istri) terkecuali fajar yang belum memiliki pasangan, karena dia belum siap memilih siapa yang ingin ia jadikan pendamping untuk memulai kehidupan berumah tangga.
“Jar, ini kenalkan istriku”arda mengenalkan istrinya kepada fajar,
“namaku fajar”sahutnya
“Marya”jawab istri arda
Suasana yang ramai sangat menyenagkan, canda, tawa tercurat disuasana itu, bahkan mereka saling berbagi pengalaman tentang keadaan mereka.
“bagaimana jar tentang pekerjaanmu?”tanya arda sambil tersenyum
“Alhamdulillah baik, itu pun berkat bantuanmu da”sambil memeluk arda dan tersenyum
“alaah, itu semua karena kehendak Allah, bersyukurlah kepada-Nya”shutnya
Fajar menganggutkan kepalanya, saat semua tenang, fajar menanyakan sesuatu.
“oh ya da, keja apa kamu sekarang?”
“yah biasa jar, sama halnya seperti kau, kau menulis cerpen, novel, puisi dengan bahasa Indonesia, sedangkan aku menerjemah bahasa indonesia ke bahasa inggris, yah begitulah jar”.
“wah kereen, dia takjub saat mendengar jawaban arda, jadi kita bisa kerja sama nih da!... hehehe,”sahutnya sambil tertawa
“hehehe, bukan hanya kerja sama jar, tapi kita akan selamanyabersama, selama darah masih mengalir dan hembusan nafas masih berjalan, kita akan bersama selamanya”jawab arda.
Dengan tawa yang ceria bersama sepasang istri arda, mereka menghabiskan waktu untuk membicarakan rencana-rencana untuk menghadapi masa depan,hari itu sangat menyenangkan, menggembirakan dan membahagiakan mereka nikmati. Tidak lama kemudian datinglah amir bersama istrinya yang keturunan arab itu, amir berteriak memanggil mereka.
“Hei, fajar, arda, bagaimana kabar kalian?”dia berlari menarik tangan istrinya menemui temanya.
“ya, alhamdulillah baik”jawab mereka serempak
“Subahanallah, mir cantik banget istri kau mir”kata arda sambil tersenyum
“oh ya, da, jar, kenalkan ini istriku”sahut amir sambil tersenyum bahagia, mereka pun berkenalan fajar, arda, serta istrinya menyebut nama mereka dan istri amirpun memperkenalkan dirinya
“nama saya, Aisyah” katanya dengan suara yang lembut
“Subahanallah, mir kamu sangat beruntung dapat istri kayak dia mir”kata fajar tersenyum, arda pun menanya amir,
“mir, apa kau masih suka ngamir tidak?”kata arda sambil tertawa
“ya, alhanmdulillah jar jawabnya, tapi da, kalau masalah ngamir aku tidak bisa lagi, kan sudah tobat bahkan karena tobatku, aku di beri Allah seorang istri yanjg tidak kalah cantiknya dengan widy hahaha.., dan aku dapat ngamir yang halal dari istriku tiap malam, hehehe”jawabnya sambil tertawa.
Semua menjadi ramai saat semua terkumpul bersama, tapi dari awal mereka bersama dengan dipenuhinya canda, tawa dan ceria amir dan arda beserta istri mereka tidak melihat kemunculan istri fajar, maka timbullah pertanyaan dari meraka.
“Jar, ngumung-ngumung di mana istrimu?” tanya amir , iya benar dari tadi kayaknya kita belunm di perkenalkan, mana jar istri kau?”tanya arda, dengan mendenganr itu fajar menggelingkan kepalanya,
Aku belum punya istri, ya mungkin belum waktunya siapa yang ingin mau menjadi pendampingku seumur hidup”katanya dengan wajahnya yang santai dan tersenyum.
Tidak lama, setelah fajar bercerita, lalu amir berbisik kepada arda,
“da, bagaimana kalau kamu telphon widy, coba kamu memintanya datang kesini, biar kita jodohkan si fajar daengan widy, kayaknya mereka serasi deh?, katanya sambil tertawa,
“ya juga, tomben kau punya ide bagus mis?, hehehe.....”, katanya mengarahkan pandanganya kepada fajar, sedangkan fajar bingung melihat temanya tertawa, apa yang mereka bicaraka, arda pergi menuju keluar.
“Jar, aku keluar dulu ya?” kata arda
“:kemana da?, aku ikut!”jawabnya, dengan wajah yang penuh bertanya-tanya,
“kau jar, tunggulah kau di sini, kasian amir di tinggal, aku cuma sebentar keluar!”
“iya benar, jar masa aku kamu tinggal di sini, ayolah kita ngobrol disini, biarlah arda pergi keluar!, mungkin dia ada bisnis”jawab amir kepada fajar.
Saat arda di luar, dia mengambil telepon genggamnya, di carinya nomor widy, dia mencoba menelepon, kriiing, kriiing, kriiing suara Hp widy berdering, ternya yang mengangkat ayahya.
“Assalamu’alaikum”arda membuka awla pembicaraan
“wa’alaikumussalam, ayahnya menjawab, maaf kalau boleh tahu saya bicara dengan siapa?”
“maaf pak, saya arda temannya widy, apa boleh saya bicara dengannya?”
“oh begitu, ya bisa, tunggu sebentar ya?”
“Iya pak!” jawabnya, ayahnya pun memanggil anaknya,
“widy, kesini, ini ada telepon,”kat ayahnya teriak memanggil anaknya, widy bersegeras mendatangi ayahnya,
“dari siapa pak?”
“ini dari arda, katanya teman kamu, apa benar?”jawab ayahnya sambil bertanya,
“oh mas arda, iya pak, benar dia teman widy”lalu widy mengangkat, dan mulai berbicara.
“Assalamu’alaikum”katanya, arda pun menjawabnaya,
“wa’alaikumussalam, maaf menggangu” kata arda
“ya ga papa mas?, ada apa ya, ko tomben nelepon, ada yang bisa aku bantu?”jawabnya
“begini Wid, apa kamu hari ini ada aktivitas?, soalnya ada yang ingin aku bicarakan sama kamu!”katanya,
“kapan mas?, kayaknya hari ini ga ada?”dia tenang menjawab pertanyaan arda
“hari ini wid, begini widy, hari ini kami ada perkumpulan di kafe, soalnya masalah ini sangat penting, please!!, dan tidak akan bisa kamu lalui selain kali ini?”katnya dengan rasa pengharapan,
“oh begitu!, ya sudah, kalu ini sangat penting buat aku, baiklah aku akan kesana, tapi iangat ya mas, aku tidak bisa lama-lama, karena ini suadah larut malam”jawab widy,
“ya tidak apa-apa, yang penting kamu bisa kesini dulu, terimakasih ya, atas kesediaan waktunya untukku, dan aku berharap dengan ini kamu bisa menikmatuinya dengan senang hati, wasalam”arda menutup teleponnaya, lalu dia masuk kedalam hotel menemui temanya amir dan fajar, tidak lama dia tiba amir menanya kepadanya,
“bagaimana da dengannya?”katanya
“alhamdulillah mir, insya Allah dia bisa datang”jawab arda, sedangkan fajar, dia semakin tambah bingung ketika melihat temanya berdua yang sedang senang melihatnya, fajar malah penasaran, melihat prilaku mereka terhadapnya dia pun bertanya,
“da, mir, ada masalah apa ini, ko aku tidak di beri tahu?”perasaannya mulai tidak enak, eh.., mereka malah tersenyum ketika melihat sikap tegangnya terhadap mereka.
Widy yang tertuntut untuk datang ke kafe, dia bersegera mengambil peralatan pakayannyadi kamar, waktu itu ayahnya menunggu di depan pintu,
“widy mau kemana?”tanya ayahnya padanya
“ini pa, mau menemui teman sebentar, soalnya ada yang harus di bicarakan pa?”jawabnya,
“ ya sudah, tapi jangan lama-lama”
“iya pa, widy pergi dulu ya?”.
Ia pun pergi ke kafe itu, menemui arda, di waktu dalam perjalanan berlangsung dia mendapat suatu pemasalah pada perjalanan, dia menemui sebuah kejadian tabrakan di depan mobilnya, jalanan menjadi macet dan orang-orang berteriak, suara kalakson berbunyi keras, lama itu terjadi karena kejadian itu, lama dia menunggu, baru perjalanan bisa normal kembali.
Sedang arda dan amir sangat menanti-nanti kedatangn widy,
“da, kapan dia akan datang, kamu bilang bilang sebentar lagi, mana?”tanya amir padanya,
“ya sabar mir, mungkin sebentar lagi dia pasti akan datang, jawabnya, bahkan hatinya bertanya-tanya, kok bisa ya dia belum datang, sudah jam segini kok belum muncu juga?”lama mereka menunggu di depan, tidak lama widy datang berlari-lari menemui mereka,
“maaf, aku terlambat?, bagai mana acaranya sudah selesai?”katnaya,
“wah kebetulan aranya barusan mau di mulai widy, mari kita masuk kedalam!”
Mereka pun masuk menemui kedua istri mereka dan fajar,
“nah mir, sekarang kamu lihat dia sudah tiba di dekat kita semua, makin lama, makin cantik aja widy?”kata arda,
“iya da, cantik sekali, tapi tidak kalah dengan istri kita berdua?”jawabnya sambil menaroh tangan kepundak arda, widy yang baru datang malah bingung ada maksud mereka mengundang aku menemui mereka,
“oh ya mas, tadi kamu bilang ada masalh penting, apa ya?”katanya
“oh itu, maaf widy, ini kenalkkan isti kami berdua, yang sebelah kanan istriku”, “dan yang sebelah kiri istriku”lanjut amir,
“begini widy, maksud kami mengundang kamu datang kasini, tau ga apa?”tanya arda,
“ga tau, emang apa?”jawabnya dengan penuh tanda tanya, apa gerangan maksud mereka berdua,
“maaf ya widy sebelumnya, kalu boleh kami tahu, apa kamu sudah punya pacar atau suami?”tanya amir sambil bercanda,
“emm,,, emang kenapa?, penting ya?, kayaknya aku belum mau mencari itu semua, biarlah Allah yang menentukan jodohku.
“waah, kebetulan nih Mir, Widy sebenarnya maksud kami mengundang kamu kesini, bagaimana kalau kamu menikah dengan Fajar?,”sahut Arda.
“ya Wid, begitu maksud kami!”sambung Amir, Widy tambah kaget pikirnya.
Setengah jam telah berlalu mereka berbincang-bincang, Fajar pun datang menghampiri mereka, “eh, kalian kok tidak ngasih kabar kalau Widy datang kesini, lalu dia pun menyapa Widy, kapan datang Wid?”
“barusan kok mas setenah jam yang lalu” jawabnya, sambil melihat jam tangannya.
Di saat Fajar dan Widy berbincang-bincang, Arda dan Amir sangat terlihat senang, karena mereka berhasil menemukan mereka berdua, lalu Amir pun mulai memancing dengan kata-kata.
“Da, coba kamu lihat mereka berdua, kayaknya mereka cocok menjadi sepasang suami-istri, yaah seperti sepasang merpati putih yang sedang terbang bersama mengelilingi samudra yang luas” kata Amir kepada Arda dengan suara yang keras sambil tertawa.
“iya Mir, aku juga bermaksud begitu”jawabnya sambil melirik ke arah teman mereka, lalu Fajar langsung menyenggulkan sikunya ke arah Arda
“ah, kalian bisa aja, aku tidak mungkin bisa memiliki orang seperti dia, lagi pula aku hanya orang biasa yang takkan mampu membahagiakannya”Widy yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka bertiga, tersenyum melihatnya “mas Fajar, kayaknya bisa aja kok, kalau mas mau datang ke rumahku dan temui kedua orang tuaku”sahut Widy dengan senyuman manisnya, lalu Arda memukul tangannya ke arah Amir
“Mir, kita berhasil............. yes!”
“iya, hebat juga kamu Da”jawabnya, Arda mengajak istrinya ke sebuah tempat minum
“my darling come here we go to the place for drinking”
“ok!,how are there?”jawab istrinya
“no fermain .......”jawabnya sambil tersenyum menoleh ke arah mereka, tapi Amir tidak mau kalah ketik melihat Arda bersama istrinya menuju ke sebuah tempat, dia pun mengajak istrinya
“ya habibati, ta’ali huna, hayya nazhab ila makanin lissyurbi al-ma”
“kaifa ashabukum?”jawab istrinya sambil bertanya
“ la ba’sa bih, hum masygulun fi ‘amalihim, ayyuah!”.
Waktu itu tinggallah mereka berdua, apa mau di kata Fajar pun mengajak Widy minum bersama, dan di saat waktu itu lah dia memberanikan dirinya untuk curhat kepada Widy, seluruh isi hatinya tercurahkan kepada Widy, sedang Widy hanya diam mendengarkannya setelah panjang lebar mereka berbicara, canda, tawa dan bahagia yang telah mengisi waktu mereka.
Tidak lama kemudian Hp Widy berbunyi, dan dia pun mengambilnya, lalu Fajar menanya dengan rasa curiga
“dari siapa Widy? “
“dari bapak, tunggu ya mas?”
“silahkan Widy”jawabnya, laluWidy mengangkat telepon itu.
“nak, dah larut malam, cepat pulang tidak bagus buat kesehatan”kata ayahnya lewat telepon genggamnya
“iya pak, kebetulan Widy sudah mau berangkat pulang”, setelaqh menutup telepon dari bapaknya, ia pun mohon pamit pulang kepada Fajar serta teman-temannya, sebelum dia beranajak pergi jauh dari mereka, Fajar memberanikan dirinya untuk mengatakan cinta kepada Widy
“Widy aku mencintaimu”katanya, sedangkan Widy hanya tersenyum sambil menjawab “ma’af mas aku belum mau pacaran, tapi yang aku mau menikah dahulu baru pacaran, datanglah kerumahku dan temui kedua orang tuaku”sambil menganggukkan kepelanya tanda setuju
“ya baiklah, kalau itu yang kamu mau, aku akan selalu marindukanmu”jawabnya sambil membalas senyuman balik untuk Widy.
Saat Widy tiba di rumah, dia di sambut dengan ramah oleh kedua orang tuanya dan seoarang pemuda yang tampan tidak kalah gagahnya dari Fajar
“hai Widy kenalkan namaku Iwan!”tegurnya sambil mengulurka tangannya, Widy yang lagi senang-senangnya dari tempat kafe bersama fajar,arda dan amir, dia berubah drastis pusing,
“ya, jawabnya, dia pun mendekati ibunya sambil menanyakan, Ibu, dia siapa?, kok malam-malam begini dia datang, emangnya dia ada perlu apa kesini?”
“dia anak dari teman bapak kamu, ayahnya seorang pengusaha besar di Jakarta, dan maksud kedatangannya kesini silaturrahmi, sekaligus ta’arruf sama kamu, dan katanya juga sekalian mau melamar kamu menjadi istrinya, ya!, itu sih semua terserah kamu nak?”jawab ibunya, saat dia mendengar penjelasan dari ibunya, dia berlari menuju kamarnya dan berteriak
“tidak, tidak mau, aku sudah ada yang punya”jawabnya teriak dan menangis.
Suasana pun menjadi kacau, Iwan yang mendatangi kerumahnya bingung bikan kepayang, fikirannya penuh dengan tanda tannya, siapakah orang yanmg sudah mengisi hati Widy, tidak lama ia pun mennanyakan kepada orang tua Widy,
“maaf pak , kalau boleh aku tahu siapa gerangan seseorang yang saat ini yang sering bersama Widy”katannya,
“maaf nak Iwan saya tidak tahu”jawab ayahnya, dan ibunnya pun mengelengkan kepalannya seolah-olah tidak mengetahuinnya, lalu dia pergi menjenguk anaknya.
“ya sudah kalu begitu pak, aku mohon pamit dulu?”dia mengambil jas dan tasnya mempersiapkan untuk pulang.
Setelah perginya Iwan dari rumah mereka, sang ayah pun duduk di kursinya, dia memencek kepalannya”aduuh pusingnya kepalaku, Bu.., Ibu.., tolong ambilim obat di lemari”teriknya memanggil istrinnya
“iya tunggu sebentar, sabar pak!, nak istirahat dulu, tenangkanlah hatimu, biar besok bisa kita bicarakan dengan bapakmu”kata ibunnya
“iya bu”jawabnya, dia pun mulai memejamkan matannya, sedangkan ibunnya pergi menemui suaminnya untuk memberikan obat tersebut,
“ini obatnya, ada paa pak, jarang-jarang kok bapak bisa sakit begini, kemana nak Iwan sudah pulang ya pak?”tannya istrinnya kepada suaminnya
“kamu lihat sendirikan, orangnya sudah tidak ada, ya berarti dia pulang Ibu, aduuh!”jawabnya sambil menjerit keskitan,
“ya sudah pak, kalau begitu lebih baik istirahat aja dulu, biar besok kta bicarakan lagi sama anak kita Widy, mungkin besok adalah hari yang paling tepat untuk membicarakan masalh ini”kata istrinnya sambil menasehatinnya
“baklah bu, tolong bapak kekamar bu?”jawab suaminnya, Widy yang sedangkepikiran sama Fajar pusing bukan keliling”Ya Allah tolonglah hamba-Mu ini, tenangakanlah hatiku, dan pilihkanlah aku jodoh antara Mas Fajar dan Mas Iwan, karenahannya satu di antara mereka yang akan menjadi pendampingku, hanya Engkaulah yang bisa membantuku ya Allah” dia berdo’a meminta pertolongan kepada tuhan, dengan mengeluarkan air matannya.
Matahari terbit di pagi hari yang indah, hembusan udara dingin yeng menyejukkan jiwa, silan burung mendayu-dayu menyanyi merdu, “betapa indahnya alam semesta ini yang penuh dengan ketentraman dan kesejahtraan seperti yang di alamu tumbu-tumbuhan dan hewan yang hidup liar di sini”kata arda sambil mendekati kedua temannya,
“sungguh sangat berbeda dari tempat yang dulu kita huni Da!”jawab Amir, sedangkan istr mereka sibuk memasak hidangan untuk mereka sarapan pagi hari,lalu Faar pergi menuju lemarinnya mengambil lembaran puisi yang di tulisnya beberapa tahun yang lalu, di bacannya kata demi kata, bait demi bait dan di resapinnya isi dari puisi itu.
“wah Mir coba kamu lihat teman kita, begitu seriusnya menghayati karyannya”kkata Arda
“ya Da, sudah seharusnnya dia begitu, semoga aja kita berhasil menyatukan Widy dengannya,”jawabnya sambil tersennyum, mereka pun tertrawa, lama mereka bercangkrama, lalu datang lah seruan dari istri mereka memanggil
“Mas, ayo makan, ini hidangannya sudah siap!”kata mereka dari belakang,
“waah kebetulan, perutku juga suda mulai berbunnyi,hehehe....!, Jar, mari kita santap makanan dari kedua istri kami”Amir mengajak Fajar yang sedang serius menghayati puisinnya, lalu dia pun menghentikannya.
“Iya” jawabnya.
Mereka pun beranjak ke eaja makan, untuk menyantap masakan kedua istri Amir dan Arda, “waah pagi ini sungguh sangat sepesial, masakan apa ini?, tanya Fajar, bahkan baru kali ini aku merasakan makanan yang selezat begini”katnnya,
“siapa dulu istri kami...!, jawab Arda, ini masakan ala Amereka”, “dan ini masakan ala Mesir “sahut Amir, sumua pun tertawa.
“sungguh betapa bahagiannya kalian berdua, sudah dapet istri yang cantik, taat bahkan mereka jago masak, lagi”sahut Fajar kepada mereka, tapi Arda mengelah, dia paham terhadap perasaan Fajar, ”iya Ja, kami sungguh sangat bahagia, tapi di sini ada satu masakan yang kurang, apa kamu tahu apa yang kurang?, tannya Arda padanya, Fajar pun menggelingkan kepalanya”lalu apa Da?”tannya balik darinnya, “kalau seandainya di sini juga ada masakan Widy, pasti akan lebih nikmat!”jawab Arda sambil tertawa.
Setelah lama mereka makan yang penuh canda dan tawa, lalu kedua istrinnya bicara, “ ya sudah Mas, nanti lagi di sambung bicarannya, nanti keselak”katannya.
Mereka pun diam, sambil menik mati kanan itu, setelah beberapa menit kemudian, merekapun selesai makan, mereka pergi ketempat semula. Suasana yang sudah tenag di nikmati, maka Arda menannyakan kepada Fajar tentanbg Widy,
“Jar bagaimana tentang W idy?”tannya Arda kepadanya
“ya, mengernai tentang dia,kemaren malam kita sudah membicarakan tentang itu, kelihatannya dia setuju, katnnya, datang aja kerumah dan temui kedua orang tuannya”
“waah, pas banget itu jar, bagai mana kalau sore nanti kita kerumahnnya?, sekalian membicarakan masalah ini, dan pulangnya kita bersam menikmati tenggelamnya matahari, untuk mengenang masa lalu kita dulu”jawab Arda tersennyum.
“wah aku setuju itu Jar, tapi tergantung kamu, bagaimana?”sahut Amir dari belakang.
Dengan berat hati Fajar bicara, karena dia belum siap untuk pergi kerumah Widy, karena Ayah angkatnnya sudah meninggal.
“maaf kawan, aku setuju dengan usulan Arda yang ke dua, untuk masalah kerumah widy,kayaknya aku belum sia, karenaku pikir siapa yang akan menjadi wali aku, sedang orang tua angkat aku sudah meninggal”,
“berarti cuman masalah itu, tidak usah kamu pikirkan lagi masalah itu, orang tuaku dan orang tua Amir kan bisa, bagai mana?”, jawab Arda tertawa
“pokoknya, aku masih belum siap kawan, maafkan aku!”katanya, lalu Amir memegang pundaknya
“Jar, cobalah kamu pikirkan lagi deangan matang, rejeki itu datang, tidak boleh kamu buang, ini kesempatan yang di berin oleh Allah kepada-Mu, ingat sebelum kamu terlambat”
“tarimakasih Da, Mir, kalian adalah orang yang paling perhatian terhadapku, ya sudah nanti kita bicarakan lagi, ayo kita berangkat!”jawab Fajar, memutar balikkan pembicaraannya.
Di siang hari dengan panasnya sengatan matahari, Widy duduk merenung di kursi empuk depan rumahnya, dia merasakan sejuknya, hembusan angin yang menabraknya, tidak lama kemudian datang lah ayahnya
“anakku,bolehkah bapak bicara sebentar sama kamu?”
“iya, ada apa pak?”raut matannya tercengang tertuju kepada ayahnya
“nak, kalau bpoleh bapak tahu siapakah geranngan , lelaki yang sekarang berada dalam benakmu, bapak ingin sekali mengenalinya llebih dekat!, oh ya nak, nanti jam 03.00 kamu tidak kemana-manakan?, soalnya, nanti Iwan mau kesini, mau bertemu denganmu”.
Widy yang sejak dari awal melihat ayahnya, dia sudah curiga. Dan ketika nama Iwan di sebut oleh ayahnya, dia pun mengelaknya, “Pak, Widy tidak mau di jodohkan sama Mas Iwan, bapak mau tahu siapa, lelaki yang sedang Widy tunggu?”jawabnya dengan marah, ayahnya menggelengkan kepalanya tidak tahu
“siapa dia?”
“dia, Mas Fajar, tetanga sebelah kampung kita pak!”.
Lalu ayhnya pun mulai menjelaskan tentang Iwan kepadannya, dengan panjang lebar ayahnya menerangkan, “Iwan orangnya baik, kaya, bahkan, orang tuannya seorang pengusaha besar, teman oleh bapak, lantas bagaimana kalau kamu tidak mau dengannya, bagai mana bapak menjelaskannya, nak widy, cobalah kamu berfikir lagi, apakah kamu ingin menyenangkan hati bapak?”kata sang ayah sambil merayun anaknya.
“pak, widy ingin sekali menyenangkan hati bapak, tapi bukan begini carannya, bukan atas dasar cinta, dengan cintak kami berdua bisa lebih menyenagkan hati bapak, bahjkan cintaku adalah segala-galanya milik Mas Fajar, bagaimana pun aku tidak mau menikah dengan Mas Iwan, anak teman bapak, itu adalah pemaksaan!” jawabnya,
ayahnya pun marah, “kamu sudah berani membantahbapak”, ayahnya pun menggamparkan tangannya ke arah pipi anaknya yang keras, karena tidak tahan lagi menahan amarahnya.
Lalu dia pergi menuju kamarnya, berteriak sambil menangis , “bapak jahat..., bapak jahat..., bapak jahat!”, sedangkan ayahnya terdiam, menundukkan kepalannya sedih.
Panasnya sengatan mata hari, seperti panasnya tamparan ke wajahnya, mukannya memerah, air mata keluar yang membasahiwajahnya, dia memejamkan matannya, untuk menenangkan dirinya, di ambilnya Hp yang terletak di atas meja belajarnya, nama demi nama dia carinnya, mencari nonor Arda, setelah dia damendapat nomor Arda, dia meneleponnya, ternyata yang mengangkat bukan Arda tapi istrinnya.
“hallo!”dia bicara dengan suara yang kurang jelas, penuh dengan kesedihan
“ya, maaf ini siapa?”, jawanb istrinnya
“aku Widy, teman Mas Arda, boleh aku bicara dengannya?”
“maaf Widy, suamiku kebetulan ergi bersama Amir dan Fajar, katannya ketempat nongkrong dulu, menunggu terbenamnya matahari, ada yanjg bisaku bantu, Widy?”, Widy terdiam...,
“halloWidy, ada apa?”tanya istri Arda(Marya), Widy pun terkaget
“tidak papa mbak!”
“ya sudah Widy, paling Mas Arda pulang kerumah, sekitar mau sholat magrib nanti, nanti SMS aja ya Widy?”kata Marya sambil tersennyum
“ya, mbak, terima kasih, Assalamu’alaikum?”
“Wa’alikumussalam”jawab Marya.
Dia mulai membaringkan badanya ke atas kasur, tidak lama kemudian datanglah Iwan bersam keluarhgannya. ”Permisi, apa ada orang di rumah?”katanya mengetuk pintu rumah Widy. Tiba-tiba ayah Widy membukakan pintu rumah,
“eh, nak Iwan, Pak Amin, mari silahkan masuk”kata ayah Widy,
“wah, kamu semakin sehat aja Mad?”sahut Pak Amin pada temannya, saat masuk kerumah Muhammad
“kamu juga Min, semakin sehat aja, oh ya bagaimana dengan perusahaan kumu?”dia menannyakannya,
“alhamdulillah Mad lancar, oh ya Mad kedatangan kami sekeluarga kesini, mau melamar anakmu Widy, di mana sekarang anakkmu Mad?”tannya Amin
“ada di dalam, tunggu sebenhtar ya Min?, Ibu..!, panggilin widy”teriaknya menyuruh istrinnya
“iya, tunggu sebentar, jawab istrinya pergi menuju kamar Widy, nak, tuh kamu di panggil ayahmu, untuk menemui Mas Iwan, serta keluargannya”katnnya
“Ibu, aku tidak cinta sama Mas Iwan, aku tidak mau menikah dengannya, tolong aku Ibu..!”jeritnnya meminta pertolongan kepada Ibundanya.
“ya sudah, kamu diam di kamar, jangan kemana-mana, tidur nak?”
“makasih bu”dia memeluk ibunnya dengan senang.
Suasana yang gembira, di luar yang lagi merancang acara pernikahan anak mereka, lalu istri Muhammad keluar sambil membawa minuman, untuk tamu istemewa
“mana Bu, Widy?”timbul pertanyaan suaminnya
“maaf ya, Mas Iwan, Pak Amin, Bu Nita, anak kami Widy sedang tidur, sekali lagi kami minta maaf?”jawabnya menerangkan kepada keluaraga Iwan
“kenapa tidak kamu bangunkan dia, Ibu mereka tamu istimewa kita Bu!..”
“sudah pak, mungkin dia sedang sakit”jawab istrinnya
“ya sudah Mad, tidak usah di permasalahkan, kira-kira kapan kita mulai acarannya?, bagaimana kalu minggu depan ini”katannya memeberikan usulan
“ya, aku setuju”jawab Muhammade, tanpa berfikir.
“silahkan di minum, minumannya?”kata istrinnya Muhammad
“terimakasih Bu,” jawab Iwan
Sambil membicarakan masalah anak, mereka meminum minuman yang sudah di sediakan, tidak lama mereka sudah mulai tenang, irtri Pak Muhammad bicara “maaf tadi aku dengar, acara pernikahan nak Widy akan dia langsungkan minggu depan, apa benar?”katannya
“iya bu, bagaimana pendapat Ibu?”jawab Pak Amin
“em, begini, bagai mana kalu kita tannyakan dulu kepada Widy, dia mau atau tidak, kan kita tidak bisa melakukan seenaknya kehendak kita, ya benar, yang mengadakan acaranya kita, tapi bagaimana dengan mereka berdua”dia memberi penjelasan kepada mereka.
“benar juga itu pak”sahut Iwan
“baiklah, aku setuju dengan usulan Ibu, jadi kita tinggal tannya anak bapak dan ibu”jawab Pak Iwan.
Istri Muhammad mengangutkan kepalannya, sedang suaminnya terdiam membisu tidak bisa berata-kata, apa yang mau dia katakan, karena semua sudah setuju dengan usulan istrinnya, “baiklah”, istrinnya tersennyum melihatnya.
Spoiler untuk Bagian Empat :Senja sunyi yang tak bertepi, matahari pun sedikit demi sedit mulai tenggelam di tutupi awan hitam. Orang-orang lalu lalang pulang bepergian menuju ke rumah dari pekerjaan. Fajar hanya diam di depan rumahnya, entah apa yang di pikirkan?. Tidak lama kemudian datanglah Arda menghampirinya membawa secangkir kopi, seraya bertanya ”Jar, apa yang kamu fikirkan?, tidak baguuuus hari gini masih ngelamun, coba kamu lihat orang asik dengan pekerjaan mereka, oh ya, bagaiman kalau kita minum kopi sambil merokok kayanya asikkan?, hehehe....” katanya sambil tertawa.
Fajar hanya membalasnya dengan senyuman, ”kenapa tersenyum?, ada yang lucu Jar”tanya Arda kembali, ”ya tidaklaaaah Da, ayo kita ngopi, mana rokomu Da?..)”jawab Fajar membalas temannya, ”sabar, tunggu sebentar”dia pun mengambil rokoknya. Mereka asik bercanda sampai adzan magrib berkumandang di seberang rumah mereka.
Ketika Fajar dan Arda asik bercanda gurau lalu danglaglah istri Ada menghampiri mereka”Maaas, cukup, sudah adzan, ayo kita sholat jama’at”tegurnya, ”astgafirullah, ayo Jar, mari kita shola, habis sholat kita sambung lagi”,sahut arda
”iya Da”, merekapun bersegera mengambil air whudu tuk melaksanakan sholat magrib berjama’at. Disaat di pertengahan sholat, Fajar terjatuh pingsan, kepalannya terasa pusing sepeti mau pecah, sedangkan Arda dan istrinya terus menyelesaikan sholat mereka. Fajar menyandarkan badannya ke dinding sambil memejamkan matannya, dia pun terlelap sampai temannya selesai sholat. ”Jar, ayo bangun, ada apa denganmu?, apa kamu sakit?”tannya Adrda kepdannya. Dia pun bangun sambil menggerakan badannya”tidak, ga apa-apa Da, aku hannya pusing”
”ys sudah, kamu istirahat saja, moga cepat sembuh”kata Arda
”amin...!”dia pun pergi meranjak kekamrnya. Pada saat Fajar sudah masuk kekamarnya, isatri Arda erbicara kepada suaminya, ”mas kita sudah lama tinggal di rumah Fajar, apakah dia tidak keberatan menerima kita numpang disini, perasaanku tidak enak, kita sudah berkeluarga, masa kita tidak punya rumah sendiri!, masa aku rela kita tinggal di gubuk kecil, asal ita tidak menyusahkan orang lain”kata isrinya, Arda diam tanpa kata melihat mata istrinya yang penuh berkaca, ”istriku, baiklah aku akan usahakan kita akan cari rumah untuk kita berdua, permintaanmu akan segera aku kabulkan, tapi beri aku waktu untuk mencari tempat, tidak jauh dari sini dan tidak jauh daridesa ini”jawabnya. Istrinya tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
Ke esokan harinya, di rumah Widy saaat itu, ada semacam perkumpulan para Ibu-ibu yang suda menjadi rutinan setiap seminggu sekali, hari juma’at acara pengajian. Dia pun di minta oleh para ibu-ibu untuk memimpin pengajian itu, dia sungguh terkaget-kaget “aku tidak pernah memimpin pengajian seperti ini, kok bisa aku yang di minta !” seraya kata berkata, lalu ibu sebaya tua yang duduk disampingnya menyentuhnya
”nak kamu bisa, buktikan kamu bisa, kamu harus bisa, bisa dan bisa” katanya
”iya Bu!”, dia memulai kalimat-kalimat awal yang asing terdengar dari kalngan para ibu-ibu. Rasa gugup yang menyelimuti dirinya di abaikanya seketika, detak jantung semakin cepat. Para ibu-ibu pun takjubnya melihat penampilan Widy, mereka tambah khusuk ketika mendengarkan bacaan kitab yang di bacakan oleh Widy. Lebih 1 jam acra itu berlangsung, mereka tetap duduk dengan tenang dalam acara itu, tidak lama kemudian Widy pun menutup dengan meminta Ibu yang biasa memimpin untuk memimpin do’a penutup, lalu ibu itu pun mengembalikan kepadanya,
” monggo..., kamu aja Nak Widy”katanya
”monggo...., Bu!”jawabnya
”ayo..., ngga papa” ibu itu menyerahkan kembali, beberapa kali mereka saling meminta, akhirnya Widy memulainya, dengan suaranya yang lantang dia membaca do’a, tanpa rasa ragu, dia semakin semangat meminta mun ajat kepada Allah. Sedangkan para ibu-ibu meng aminkan do’a Widy.
Waktu itu, saat mereka pulang kerumah, ada orang yang menghampirinya sambil menanya kepadanya,
”nak, kalau boleh tahu kamu dulu sekolah di mana?, aku sangat takjub saat melihatmua memimpin tadi!”kata orang tua yang berjalan bersamanya,
”Ibu biasa aja, aku dulu sekolah di pondok Ibu, tapi sayangnya aku tidak sampai akhir dari pondok itu, jadi ya beginilah jadinya, aku tidak menguasai betul dengan pelajaran di sana”. Ibu itu pun tambah penasaran deangan cerita Widi
”maaf nak, tadi kamu bilang kamu tidak sampai akhir di pondok itu, ada apa nak?”
”ya, itulah Bu, aku sangat menyesal, waktu dulu aku tidak memikirkan apapun bahwa semua pelajaran di pondok itu akan bermamfaat buatku sendiri untuk di masyarakat, di sana kami dia jarin menghafal kosa-kata Arab dan Inggrs, bahkan kami di wajibkan untuk bisa berkomonikasi dengan bahasa tersebut”, jawabnya.
”oooh begitu ya nak, aku sangat kagum denganmua, dan aku pun tadi sempat berdo’a, semoga anakku kelak akan menjadi sepertimu”
”amin”jawabnya.
”oh ya nak, Ibu sudah mau sampai di rumah duluan ya?”
”iya bu, hati-hati”. Diapun menuju rumahnya.
____***____
Di saat dia melangkah memasuki rumahnya, dia di sambut kedua orang tuanya denagan penuh kasih sayang, mereka pun memeluknya, dia kebingungan melihat riaksi kedua orang tuanya yang selama ini tidak pernah dia rasakan, betapa bahagianya hatinya di kasihi seperti ini. Dia menagis saat di peluk kedua orang tuanya
”Bapak, Ibu, ada apa?” tangisnya sambil bertanya
”tida ada apa-apa nak, kami hanya gembira saat mendengar cerita dari orang lain” jawab mereka
” apa kata orang-orang itu?, aku jadi sedih, teringat masa kecilku, aku seperti kembali lahir, bagi bayi yang kalian cium dan peluk, penuh kasih sayang.
”kami merasa bangga ketika mendengar berita dari orang lain, bahwa ada generasi muda yang berceramah di kampung kita ini, yaitu kamu nak, teruskan, terus nak, kami selalu mendukungmu, kalu kamu sangat membuat kami bahagiakan kami, kerjakanlah yang membuat hati kami senang” kata mereka
”Bapak, Ibu, aku akan selalu berusaha membuat kalian bahagia, biarkanlah anakmu ini mencintaintai kalian denagan caraku sendiri, dan aku akan berusaha untuk mengikuti apa kehendak Bapak dan Ibu. Di samping itu pula aku minta do’a dari Bapak dan Ibu, agar anakmu bisa sukses dan dapat mengabulkan apa yang menjadi kehendak Bapak dan Ibu”
”iya nak, kami selalu berdo’a untukmu, semoga apa yang sekarang menjadi angan-angankan dalam pikiranmu cepat terkabul terkabul, amin”.
”Bapak, Ibu, Widi mau kekamar dulu, widy mau istirahat dulu”
”ya sudah!....”.
Sedeangkan Ayah dan Ibunya berbincang di ruang tamu, mereka asik memperbincangkan tentang Iwan untuk di jodohkan sama anak mereka, tapi dalm perbincaraan itu mereka tidak mendapat solosi, karena Ibunya tidak setuju dengan ayahnya. Ayahnya mau dengan kehendaknya, sedangkan Ibunya mengikuti kehendak anaknya.
”bu bagaimana ini kalu begitu kita tidak akan mendapatkan solosi!”kata suaminya mengatakan kepada istrinya
”dapa kok yah, hanya sajaaa...,”jawab istrinya dengan nada yang lemah
”hanya saja apa, bu?, lama-lama aku jaji pusing kalu begini terus”kata suaminya
”ya, hanya saja ayah saja tidak mau mengalah, kan kasihan anak kita, kalau di tentukan begitu, coba ayah pikirkan kalu nantinya mereka hidup mereka tidak bahagia, bagaimana?..., siapa yang sedih dan repot?”sahut istrinya. Mereka tediam sejenak setelah lama perang mulut. Saat itu pun widy keluar dari kamarnya menghampiri kedua orang tuanya.
”ayah dan ibu ada apa?, koko ribut sekali”katanya. Ibunya tersenyum melihatnya saat menghampiri mereka. Lalu dia pun bertanya kepada ayahnya
”ayah kok diam, ada apakah gerangan yah?...”
”tidak ada apa-apa!”jawabnya
”tapi kok ayah sepertinya ada yang di pikirkan?”
”iya nak!”
”naah, apa itu yah?, bolehkah widy mengetahuinya?”katanya tersenyum. Ayahnya pun tersenyum
”naaaak, kemari duduklah di sampingku”
”ada apa yah?, kok kayaknya seris banget” jawabnya tersenyum. Sedangkan istrinya tambah takut bahkan cemas kalau suaminya mengatakan permasalahan mereka, takutnya widy tidak terfokus lagi dengan pelajaran kuliahnya. Tapi suaminya juga sangat memahami dengan masalah mereka tidak boleh sampai anaknya mengetahuinya.
”nak, kalu kamu tidak ada kesibukan tolonglah kami bikinin air di dapur ” katanya, sambil menatap mata istrinya, tersenyum.
”ooh, iya yah pasti widi bikinin sepesial khusus buat ayah dan ibu”jawabnya tersenyum, mereka pun tersenyum waktu itu. Widy pun bergagas berangkat kedapur
”yang enak ya nak?”teriak ayahnya
”iya, tenang saja!, itu sudah pasti enak, tunggu ya?”
”iya”jwabnya. Widy yang sedang sibuk membikinkan minumam di dapur. Ayah dan ibunya pun tersenyum bertatapan mata seakan-akan kembali kemasa yang muda mereka, merekapun asik becanda, tertawa seakan mengenang masalalu, walau permasalahn mereka belum terselesaikan. Tidak lama kemudian widy pun datang membawakan minuman untuk mereka, sambil tersenyum.
”waah, ayah dan ibu kayaknya makin lama bersama makin rumantis aja?, hehehe”katanya. Dia pu duduk di antaranya
Setelah dia duduk di tengah-tengah ayah dan ibunya widy menanyakan kepada mereka, mengenai dapur rumah yang sudah berlobang rusak gara-gara jatuhan ranting ke atap rumah mereka. Kedua orang tuanya pun tersenyum tatkala mendengarkan kata anaknya.
”ya anakku, nanti kita perbaiki, sekarang ayah dan ibumu lagi ngumpulkan uang untuk memperbaikinya, bukan hanya itu yang meu di perbaiki, tapi semua akan kita rehab nantinya untuk persiapan menerima calon menantu kami”jawab ayahnya sambil tersenyum
”wah ayah dan ibu bisa aja, widy sih tidak papa semuanya tidak di rehab, yang penting kita tenang, nyaman dan bahagia seperti begini, yah lagi pulakan widy masih lama untuk memikirkan untuki itu ” jawabnya tersenyum. Lalu ibunya pun menyaqhutnya
”ya benar nak, sekarang kamu fokuskan dulu kuliahmu, nanti setelah kuliah selesai, gampang kamu mau minta apa!”kata ibunya
”iya bu,”
”nak widy, kamu sudah tiga tahun kuliah, kira-kira berapa tahun lagi kamu selesai kuliah?”tanya ayahnya
”ya pak, widy minta do’anya dari ayah dan ibu, kalau tidak setahun setengah lagi, atau dua tahun lagi, widy selesai kulia!”jawabnya
”ya tidak papa, yang penting kamu benar aja!”jawab ayahnya. Ibunya pun bertanya mengenai fajar,
”nak, kalau fajar bagaimana kkapan dia selesai?”tanya ibunya kepadanya
”waah, kalau itu bu beda seperti ku bu, kemaren aku bertemu denganya waktu di perpus kampus waktu mencari buku, aku juga sempat menanyakan itu kepadanya, katanya insya Allah satu setengah tahun lagi dia sudah selesai bu, dia lebi cepat dari pada widy Yah, Bu” jawabnya denagan semangatnya, karena dia sangat mencintai fajar.
____***____
Keesokan harinya fajar berniat pergi mendatangi widy kerumahnya dengan niatan silaturrahmi kepada orang tuanya, tapi dia masih canggung, dan rasa gugup pun timbul dalam dirinya. Lalu dengan gerak-geriknya lucunya menghampirinya
”jar, ada apa dengan dirimu?”
”begini da, aku mau kerumah widy silaturrahmi kepada kedua orang tuanya, tapi entah kenapa, aku merasa gugup, canggung dan tidak percaya diri kerumahnya. Seakan-akan aku tidak pantas menemuinya”
”jar, jangan kamu katakan seperti itu” kata arda, dia pun menceritakan masalalunya kepada fajar ketika saat-saat awal dia mendekati istrinya, ”ingat jar, niatmu baik tidak untuk merusak rumah tangga mereka. Dan satu lagi jar, walau widy tidak menjadi seorang yang menjadi pendampingmu, tapi jadikanlah dia seorang yang menjadi motivator dalam hidupmu”. Setelah mendengarkan nasehat temanya_Arda, dirinya semakin tegar, keinginanya semakin memuncak ingin pergi ketempat widy untuk silaturrahmi. Dia pun pergi kerumah widy, saat di perjalanan panas, hujan menjadi pembatas waktunya sampai kerumah widy, tapi dia tetap saja mengayuh sepedanya, dia bernyanyi agar rasa lelah tak terasa. Ketika sasampainya di depan rumah widy, dia peliha t sebuah mobil mewah perkir di depan rumah widy, pikirnya lagi” apa aku harus masuk ataukah tidak, aku harus bebalik lagi ke rumahku”, tapi dia terpikir lagi kepada nasehat arda, dia pun memutuskan untuk masuk.
Saat dia mengetuk rumah widy, di rumah sana pun ramai dengan para tamu, mereka dari keluara iwan. Widy pun merasa senang tepatnya kedatangan fajar dirumahnya, berkumpul dengan keluarganya dan keluarga iwan. Lalu ayahnya widy pun bertanya kepada fajar dengan ramah”siapa namamu nak?, sama siapa kesini”
”namaku faja pak, aku datang kesini sendiri naik sepeda”katanya denngan rasa gugup, sedangakan ibunya widy tersenyum senang melihatnya.sedangkan keluarga iwan hanya diam di dalam, lalu ibunya widy pun mendekati suaminya ”yah, persilahkan dia masuk”katanya
”ibu, sekarang kita ada tamu, mereka dari kalangan yang sangat luar biasa seperti kita, bukan seperti dia, coba ibu lihat dia datang kesini naik apa, itu lihat sepedanya, beda dengan mobil mewah itu”jawabnya dengan suara yang lemah. Fajar hanya bisa diam dan tertunduk, karena benar apa yang dikatakan ayahnya widy. Ibunya widy melihat sorot mata fajar yang penuh tegar menerima kata-kata itu. Lalu ibunya pun bertanya kepadanya
”nak fajar, maaf kan ayahnya widy ya, oh ya kedatnganmu kesini menemui widy ya?, kebetulan itu widy sekarang ada di dalam menemani tamu”
”iya, bu, kedangan aku kesini ingin menemui anak ibu dan bapak, sekaligus ingin mengikat tali silaturrahmi kepada keluarga ibu” jawabnya dengan tenang. Lalu ayahnya widy pun mengatakan kepadanya,”nak, lebih baik kamu pulang, soalnya kami sekarang ada kedatangan tamu”
”iya, pak. Bu, kalau begitu aku pamit pulang dulu, maaf kalau aku telah menggangu bapak dan ibu, tolong sampikan salamku kepada widy dan buku ini buatnya”
”iya, salammu dan buku ini pasti kami sampaikan kepada widy, hati-hati ya nak?”
Fajar pun pergi mengayuh sepedanya pulang kembali kerumahnya, dan kedua orang tuanya widy pun masuk kembali menemui keluarga iwan, keluarga iwan pun bertanya kepada mereka”siapa yang datang tadi?”,
”itu fajar, temanya fajar”jawab ayahnya widy
”kenapa tidak di suruh masuk?”widy bertanya kepada ayahnya
”dia hanya menitipin barang buat kamu”, lalu ibunya mengasihkan kepadanya, ”kamu dapat salam juga dari faar”, setelah mendengarkan pesan dari ibuya, dia pergi keluar mencari fajar, tapi bagaimana setibanya di luar rumah dia tidak melihat apa-apa hanya setangkai bunga yang terjatuh di halaman pagar rumahnya, yang ingin fajar berikan kepadanya, dia menangis saat melihat setangkai bunga yang indah itu, dia ambil dan di bawanya kedalam rumahnya, lalu di tarohnya di dalam pot bunga di atas meja tersebut.
”sekarang aku ingi tahu apa maksud kedatangan keluarga mas iwan kemari”tanyanya rasa sedih itu mengelabui dirinya. Setelah itu orang tua iwan pun menjawabnya
”nak widy, maksud dan kedatangan kami kesini mau meminag kamu menjadi bagian dari keluarga kami, bagaimana, kami harap nak widy mau menerimanya?”. Dia pergi berlari keluar rumahnya mencari fajar, tapi fajar sudah menghilang jauh dari rumahnya yang ada hanya setangkai bunga yang terletak di depan pagar. Widy pun kembali masuk kerumah menangis menuju kamarnya. Ibunya mengikutinya masuk kekamarnya, lalu ibunay bertanya kepadanya
”nak, sabar nanti swuatu saat ayahmu pasti akan mengerti mengerti dengan masalah ini hanya kareana ayahmu tidak enak dengan sahabatnya”
”bu, widy paham tapi tidak segitunya ayah menyuruh fajar pulang, kan maksud kedatangan dia kemari dengan maksud yang baik”dia terus menangis
Sedangkan keluarga iwan hanya bisa diam dia ruang tamu. Tidak lama kemudian karena iwan merasa keluarga mereka tidak terlalu di perhatikan, lalu dia mengajak kedua orang tuanya pulang kerumah. ”ayah, ibu bagai mana kalau kita pamit pulang, kayaknya kedangan kita kemari hanya tidak tepat denagan waktunya, bagaimana kalau lain waktu kita bicarakan lagi masalah lamaran ini?”. Mereka pun menyetujui permintaan anaknya, lalu ayahnya iwan memohon pamit kepada temanya Muhammad.
Bagian Lima masih dalam perjalanan, sorry karena terbagi tugas dengan skrip gw harap maklum :D
GRP dan Thank's'na di tunggu :)