Perdagagan Indonesia Surplus 1,09 Miliar Dolar Pada September
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia mencatat surplus perdagangan pada September 2008 sebesar 1,09 miliar dolar AS.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada September 2008 sebesar 12,3 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 2,15 persen dibandingkan ekspor pada Agustus 2008.
Ekspor nonmigas mencapai 9,80 miliar dolar AS atau naik 2,45 persen dibanding pada bulan Agustus 2008. Dibandingkan dengan ekspor September 2007, terjadi kenaikan sebesar 31,72 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan, di Jakarta, Senin, mengatakan, turunnya ekspor disebabkan penurunan yang tajam pada ekspor migas.
Impor Indonesia pada September 2008 mencapai 11,21 miliar dolar AS atau turun 5,53 persen dibandingkan Agustus 2008 yang terdiri dari impor migas dan nonmigas. (*)
http://www.antara.co.id/arc/2008/11/...ada-september/
http://kompas.com/read/xml/2008/11/0....rp.10.triliun
Ekspor CPO Melesat Akibat Penurunan Pajak
Jakarta - Ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) kembali mencatat kenaikan. Penurunan pungutan ekspor CPO diyakini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kenaikan ekspor CPO.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan dalam jumpa pers di Gedung BPS, Jalan Dr Sutomo, Jakarta, Senin (3/11/2008).
"Ekspor terbesar di bulan September tetap CPO yang memainkan peranan. Jadi dalam 5 bulan terakhir, naik turunnya ekspor itu, karena CPO sebab kan terjadi fluktuasi harga CPO. Kemudian kebijakan penurunan pajak ekspor CPO juga berpengaruh terhadap kenaikan ekspor CPO pada bulan September," ujarnya.
Pada bulan September, pajak ekspor CPO diturunkan menjadi 10 persen, kemudian di bulan Oktober pajak ekspor ditetapkan sebesar 7,5 persen. Setelah itu di bulan November ini, pajak ekspor CPO ditetapkan sebesar 0 persen.
"Saya kira kalau CPO bisa diterapkan 0 persen bisa lebih kencang lagi ekspornya, jadi naik turunnya ekspor masih ditentukan oleh CPO sampai saat ini," ujarnya.
Pada bulan September, berdasarkan catatan BPS memang ekspor non migas khususnya untuk lemak dan minyak hewan nabati mengalami peningkatan terbesar US$ 303 juta.
Di sisi lain, penurunan harga minyak justru mengurangi ekspor produk minyak dan bahan bakar mineral. Penurunan terbesar terjadi pada ekspor bahan bakar mineral sebesar US$ 191,2 juta.
"Itu karena penurunan harga minyak dimana ekspor minyak mentah itu turun 14,5 persen menjadi US$ 1,011 miliar," ujarnya.
Eksopr hasil minyak juga turun 39,05 persen menjadi US$ 234,7 juta. Ekspor gas juga mengalami penurunan 13,23 persen menjadi US$ 1,187 miliar pada bulan September 2008.
"Hal ini dikarenakan harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia turun dari US$ 115,56 per barel di Agustus menjadi US$ 99,06 per barel di September 2008.
Sektor Industri Dapat Rp 10 Triliun
JAKARTA, SENIN- Sektor industri, seperti sektor padat karya, elektronika, industri angkut, dan makanan, akan menjadi prioritas sasaran alokasi dana Rp 10 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2009.
"Itu untuk pengalokasian PPn dan biaya masuk yang akan kita tanggung," kata Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Eddy Putra Irawady di gedung Bappenas, Jakarta, Senin (3/11).
Alokasi dana tersebut dilakukan secara konvensional, yakni sektor industri langsung mengajukan ke Menteri Keuangan (Menkeu). Nantinya, Menkeu akan mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang menyatakan bahwa biaya masuknya sektor ini di tanggung negara seperti tahun lalu.
"Kalau dulu bisa langsung pake SK 35, sekarang diusulkan Menkeu menerbitkan SK nya dan komoditi mana yang dapat," ujarnya. Setelah SK keluar, proses berlanjut ke ke kantor pajak.
Menurut Eddy, pembagian alokasi dana yang digunakan untuk insentif masing-masing sektor riil itu relatif kecil. Rata-rata, satu sektor akan mendapat Rp 1,5 triliun untuk berbagai programnya, termasuk program pangan murah.
Untuk sektor energi, khususnya BBM, menurut Eddy, ada alokasi khusus dan dibahas secara terpisah. "Dibahas secara khusus karena mandatori obligasinya 10 persen," ujarnya.
Hal ini menandakan bahwa APBN 2009 bersifat kharismatik karena dalam APBN 2009 karena pemerintah diberikan keleluasaan untuk membuat penjaminan pemerintah dan insentif. "Kita memiliki ruang gerak untuk penjaminan ketika dalam keadaan darurat," tutur Eddy.
http://www.detikfinance.com/read/200...enurunan-pajak
Ekspor RI Tembus US$ 107 Miliar
Jakarta - Nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari hingga September 2009 sudah menembus US$ 100 miliar, tepatnya US$ 107,65 miliar. Ekspor ke AS, yang kini sedang terkena krisis sejauh ini juga masih aman.
BPS mencatat, nilai ekspor kumulatif selama 9 bulan pertama 2008 itu berarti meningkat 29,69% dibandingkan periode yang sama tahun 2007.
"Secara kumulatif sudah mencapai US$ 107,65 miliar, untuk tahun ini dalam 9 bulan saja sudah tembus US$ 100 miliar, tahun lalu 10 bulan baru US$ 100 miliar," urai Kepala BPS Rusman Heriawan dalam konferensi pers di kantor pusat BPS, Jalan DR Sutomo, Jakarta, Senin (3/11/2008).
Sementara khusus untuk nilai ekspor selama September tercatat US$ 12,23 miliar atau turun 2,15% dibandingkan ekspor Agustus. Namun jika dibandingkan ekspor September 2007 berarti meningkat 28,53%.
"Ekspor turun tajam karena ekspor migas, bukan non migas. Jadi ekspor non migas walau komoditas yang berbasis sumber daya alam turun harganya, tapi ekspornya tetap naik. Jadi ekspor ini turun karena harganya turun. Memang kita tahu, disatu pihak dengan harga minyak yang turun, beban produksi turun tapi ekspor kita juga turun nilainya," jelasnya.
BPS juga mencatat ekspor RI ke AS selama September mencapai US$ 1,227 miliar, meningkat dibandingkan bulan Agustus sebesar US$ 1,085 miliar. Sementara secara kumulatif, ekspor RI ke AS dari Januari sampai September tercatat sebesar US$ 9,743 miliar, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2007yang sebesar US$ 8,379 miliar.
"Ekspor ke AS tetap terjadi kenaikan. Ini bisa jadi karena kontrak ekspor itu telah disepakati 2 atau 3 bulan sebelum puncak krisis terjadi," jelas Rusman.
"Tapi ekspor 2008 saya kira masih aman, karena kita tidak kena first round effect dari krisis global. Namun untuk 2009, target ekspor saya kira perlu direview karena dikhawatirkan ada second round effect dari krisis global yang terjadi," imbuhnya.
Neraca Perdagangan RI Surplus US$ 1,02 Miliar
Untuk nilai impor Indonesia selama September 2008 mencapai US$ 11,21 miliar atau menurun 5,53 persen dibanding Agustus 2008 yang terdiri dari impor migas sebesar US$ 2,52 miliar (22,49 persen) dan impor nonmigas sebesar US$ 8,69 miliar (77,51 persen).
Sedangkan selama Januari-September 2008 nilai impor Indonesia mencapai US$ 101,09 miliar dengan impor migas sebesar US$ 25,90 miliar (25,62 persen) dan impor nonmigas sebesar US$ 75,19 miliar (74,38 persen).
Dengan posisi tersebut, maka neraca perdagangan Indonesia untuk September mencatat surplus US$ 1,02 Miliar. Surplus ini lebih besar dari surplus perdagangan pada Agustus yang sebesar US$ 635 juta. (qom/ir)
http://www.detikfinance.com/read/2008/11/03/145051/1030428/4/ekspor-ri-tembus-us$-107-miliar
Indonesiaku hebat ya