Wanita memimpikan cowok yang Mampan. -=untuk yang mau Dewasa wajib dibaca=-
lucu juga ya kita kerja banting tulang demi dapet status kemapanan, dan akhirnya mendapat wanita "sempurna" yang menginginkan lelaki yang mapan.
dan akhirnya mendapat pasangan yang jelas2 dari awal kita sudah tau kalau dia suka kita karena kemapanan kita. yang meskipun nanti dihias hias dengan kata2 cinta.
Kalau saya pribadi sebagai lelaki saya tidak mau menikah dengan wanita yang dari awal bicara dengan saya tentang kemapanan, suka dengan esmud. bukan, saya bukan anti kemapanan. justru saya bekerja keras supaya mapan. tapi bukan karena "bisa dapet jodoh".
bayangkan. kita tau kalau objektif dia dari awal adalah kata2 "secure" dan bukan tidak mungkin kalau nanti kita tidak "secure" karena entah ditipu orang atau ada masalah.bisa saja dia akan meninggalkan kita untuk mencari kembali yang lebih membuat dia comfort, ini bukan teori tapi ini fakta.
dan bicara ini gak sembarangan tapi pengalaman hidup senior senior saya yang dengan ramah bercerita tentang pengalaman mereka.
kita semua juga tau kalau harta itu titipan.
gak ada yang last forever, wanita boleh bermimpi mendapatkan seorang cowok yang ganteng mukanya kayak edward, dengan body yang kayak serigala di film serigala yang di edward lagi, dan dengan kemapanan tingkat cowok di sinetron sinetron indonesia.
dengan mudahnya itu membuat mindset mereka menjadi cowok mapan itu keren, dan membuat serangkaian alibi dan memintal benang benang alasan lain seperti, gw gak mau anak gw susah atau gw gak mau hidup gw ribet soal uang.
Dan dengan santainya mereka membuat suatu kata sifat baru. bukan lagi matre sekarang, tapi realistis. sungguh kata yang apik dan kelihatannya lebih well educated daripada matre. tapi toh sama saja menurut gw pribadi.
Padahal rezeki itu datangnya dari Tuhan karena usaha kita, dan tidak ada sesuatu yang kekal selamanya.
dulu bapak gw gondrong, cuman bawa vespa butut yang kalau distarter malah jatoh businya.duit? haha gak ada, traktir ibu gw aja kagak pernah karena memang gak ada uang. tapi toh ibu gwyang sudah Lulus Airlangga serta diterima di Bank Indonesia mau sama bapak gw yang begitu.
meskipun banyak laki laki yang bisa disebut "Mapan" yang naskir sama ibu gw.
gw pernah tinggal di kontrakan berpetak dan orang tua gw berhenti makan diluar demi ngasih gw susu.
dan gak pernah sekalipun ibu gw mengeluh sama bapak gw soal uang karena meski kita dulu memang bukan orang yang bisa disebut mapan. orang tua gw bahagia, bahagia karena mereka dan bahagia karena bisa memberi anaknya susu. dan gw sekarang tau betapa sayangnya orang tua gw ke gw sampe gw kalau mikirin suka sedih sendiri.tapi orang tua gw happy2 saja.
Ibu gw mau dengan bapak gw
bukan karena Materialistis, tapi murni cinta.
dan gw tau itu karena itu yang sampe sekarang gw liat dari sorot mata ibu gw dari sorotan mata ke bapak gw. siapa yang sangka sekarang bapak gw Alhamdulillah sukses?
dan itu cuman cerita orang terdekat di hidup gw, masih ada puluhan kisah lain kalau cinta akan nemuin jalan buat orang yang ikhlas.dan gw juga punya puluhan cerita lain tentang wanita yang terlena dengan omongan mapan dan akhirnya malah diinjak injak harga dirinya oleh cowoknya atau dipandang sebelah mata.
gw gak mau ngomong loe berarti mau dibutakan oleh kata cinta.
sangat nggak sekali, yang gw mau ngomong ke loe semua adalah. jangan justru kepatok sama kata mapan = happy karena itu salah.
Cintailah seorang laki2 karena dia berkerja keras dan bertanggung jawab serta tulus dengan kalian.
bukan karena dia mapan dan kelihatannya baik serta manjain kalian.
lelaki yang tidak manja, ulet dan bekerja dengan ikhlas maka Insya Allah gak akan kesulitan secara finansial kok karen rejekia diatur oleh Tuhan.
Ingat setelah menikah ada banyak sekali yang akan berubah, akan banyak sekali yang berbeda dan akan banyak sekali problematika yang akan kalian hadapi. dan saya bisa bilang kalau harta dan kemapanan tidak bisa menyelesaikan itu, namun cinta yang tulus dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.
