Busway Jakarta Tak Lagi Nyaman
Busway Jakarta Tak Lagi Nyaman
By Republika Newsroom
Selasa, 24 November 2009 pukul 16:04:00
JAKARTA--Rahman Budi (25 tahun) tampak kesal. Tak henti dia memandang jam tangannya sambil bergerak-gerak gelisah. “ Ayo cepetan donk,” teriaknya. Seketika kerumunan di sekelilingnya, memandang pria gemuk itu dengan aneh. Sebenarnya, Rahman tidak berteriak pada orang-orang di depannya, tapi pada petugas halte busway Dukuh Atas tempat dia berada sekarang. ”Sabar mas, halte penuh dan busnya belum datang,” ujar si penjaga halte.
Rahman tak bisa berbuat apa-apa. Dia sudah kepalang tanggung mengantre di halte busway itu, hampir 20 menit. “Saya malas kalau harus pindah angkutan,” tuturnya. Menurutnya, untuk mencapai tempat perjanjiannya, tidak ada angkutan umum yang langsung mengantarnya ke sana. “Dari sini ke daerah Mampang, kalau tidak menggunakan busway, saya harus berganti bus hingga dua kali,” katanya.
Kesal juga dirasakan Ila Riani (23). “Mengapa pemprov tidak buat halte yang lebih besar sih,” katanya. Dia menyesalkan hal tersebut, karena halte busway Dukuh Atas adalah Halte Transit ke Pulo Gadung dan Ragunan. Halte tersebut memang sangat kecil, padahal jumlah pengguna jasa busway di halte itu sangat banyak.
“Kalau tidak membuat halte yang lebih besar, semestinya armadanya ditambah agar kami tidak menunggu lama,” katanya. Kalau tidak, usulnya lagi, pemprov seharusnya memisahkan halte ke Pulo Gadung dan Ragunan. “Jadi tidak menumpuk seperti ini,” ujarnya.
Tak hanya harus menunggu lama, perjuangan Ila dan calon penumpang busway lainnya belum berakhir hingga sampai ke tempat tujuan mereka. Mereka harus saling dorong dan besikut-sikutan agar bisa masuk ke dalam bus Transjakarta. Bila saat itu datang, usaha petugas bus Transjakarta untuk memperingatkan para penumpang agar hati-hati melangkah masuk melewati pintu bus, sia-sia.
Bila berhasil melewati 'lubang jarum' tersebut, para penumpang tetap harus bersesakan di bus dengan AC yang tak lagi dingin. Para penumpang yang tidak tahu jalan juga harus siap-siap untuk tersesat, karena informasi perberhentian halte selanjutnya jarang dihidupkan oleh pengemudi bus.
Kepala Pusat Pengendalian Operasional Gunarjo menerangkan, BLU sudah berupaya maksimal memberikan pelayanan kepada penumpang. Namun, sulit mengimbangi harapan masyarakat yang dinilai masih terlalu tinggi.
Misalnya soal AC busway sering dikeluhkan tidak dingin. “Kami telah mengondisikan suhu AC hingga 6 derajat di bawah suhu ruang,” katanya. Tetapi masalah muncul lantaran bus sering buka tutup. “Sehari bus buka tutup hingga 800 kali, sehingga suhu dalam bus tidak bisa lebih dingin dari luar,” katanya.
Sedangkan masalah lamanya headway, Gunardjo berkomentar, sulit memprediksi waktu tempuh bus antarhalte. “Jalur bus sering diserobot kendaraan lain, akibatnya jalur busway terjebak macet,” katanya.
Menurut Gunardjo, maraknya kendaraan yang memotong jalur busway merupakan tanggung jawab Dinas Perhubungan dan Polda Metro Jaya. “Oleh karena itu, semua instansi terkait harus kompak supaya pelayanan busway jadi lebih baik,” tuturnya. c09/ahi
http://www.republika.co.id/berita/91...ak_Lagi_Nyaman
Membangun jago, maintenance buruk.. Jakarta doesnt need subway nor monorail, fokus pada BRT dan buat senyaman mungkin, baru urus subway dan monorail.