-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Beberapa hari kemudian
Di taman rumah sakit tempat Victor dirawat, terlihat Helen sedang mendorong kursi roda dimana Victor sedang duduk, sementara Mira berjalan di samping mereka. Kicau burung membuat suasana taman itu terasa sangat nyaman. Sebuah tiupan angin menyebabkan Helen memalingkan wajahnya. Pada saat itulah terlihat olehnya, tak jauh dari mereka, ada seorang suster yang sedang memberikan sebuah balon berwarna hijau kepada seorang anak kecil yang sedang duduk di bangku taman. Melihat itu, Helen-pun tersenyum.
“Kak Victor, apa kakak masih ingat, dulu ketika kami masih kecil, kakak sering menyanyikan lagu
Balonku sebagai lagu pengantar tidur kami ?”
Victor juga melihat ke arah anak laki-laki yang sedang memegang balon tersebut. Lalu ia menghela nafas panjang.
“Ya, aku masih ingat. Mungkin kalian tidak tahu, tetapi lagu itu mempunyai arti penting bagiku.”
“Eh ?”, baik Helen maupun Mira sama-sama terkejut, “Maksud kakak ?”
“Apa kalian masih ingat, balon itu berwarna apa saja ?”
Sambil menaruh jarinya di bibir, Mira berusaha mengingat.
“Kalau tidak salah, warnanya antara lain merah, kuning, hijau, biru, ungu...”
Dengan cepat Helen protes, “Yang terakhir salah ! Itu kelabu.”
“Ya begitulah. Helen, kamu yang selalu penuh semangat, aktif dan suka berolahraga, sama seperti balon berwarna merah yang dinamis. Lalu Mira yang sabar dan penuh pengertian, seperti balon berwarna biru.”
Mendengar itu, Helen dan Mira saling berpandangan. Sementara Victor melanjutkan.
“Lukas yang aneh dan misterius, seperti balon berwarna abu-abu yang sulit ditebak. Rauny yang lincah, ceria dan penuh kehangatan, seperti balon berwarna kuning. Lalu terakhir...”, untuk sesaat, Victor terdiam.
Mira langsung bertanya, “Berarti, Rani dilambangkan dengan warna hijau ?”
Victor mengangguk.
“Benar. Rani yang penyendiri dan juga pencemburu, dilambangkan dengan balon hijau. Dan kalian pasti ingat, balon berwarna hijau-lah yang meletus.”
“I.. iya, sepertinya begitu.”