Perkenalkan, gue
Melon. Seorang pria sehat baik jasmani dan rohani, berusia 16 tahun, dan berprofesi ganda sebagai pelajar SMA dan tuna-asmara. Dan tentu saja, gue masih menyukai wanita layaknya pria-pria normal diluar sana.

Dan berkat itu pula, hari valentine menjadi…ah, baca aja sendiri gimana ceritanya.

Ngomong-ngomong soal hari valentine, gue harus balik ke beberapa hari sebelumnya.
Bagi seorang tuna-asmara kayak gue, hari valentine mempunyai dua kemungkinan. Bisa menjadi hari yang tepat buat melepaskan diri dari jeratan status tuna-asmara, atau malah mendapat status tuna-asmara abadi. Dan tentunya, gue pengen kemungkinan pertama yang terjadi pada gue.
Maka dari itu, demi mendapatkan
banner IDGS HEART WRITER seorang pacar.

Gue harus berusaha ekstra keras .
Rencana gue adalah, gue bakal "nembak" seorang cewe cantik pada hari valentine. Berhubung gue kebanyakan nonton telenovela taun 2002,

maka gue berpikiran kalo seorang cowo menyatakan cintanya pada seorang wanita, maka wanita itu pun pasti akan tersenyum lebar dan menerima cinta sang pria.
Fantastis.
Rencana gue udah keren abis, tapi ada tiga kelemahan fatal disana. Pertama, ini bukan taun 2002, dan sekarang telenovela udah basi. Kedua, gue bukan pria tampan dan macho seperti Brad Pitt, ataupun cowo bermuka unyu

dan pandai menari macam Siwon Choi. Ketiga, gue pernah melakukan hal yang sama sebelum ini, dan cewe itu menolak gue mentah-mentah.
Tapi, demi mendapatkan cita-cita gue, tak perduli apapun menghadang gue tetep melangkah maju kedepan. Rencana gue ngga tergoyahkan.
Valentine kali ini sebenernya berada di waktu yang kurang strategis buat gue. Kenapa? Soalnya gue harus ngejalanin retret bareng sekolah sejak tanggal 13-15 Februari. Bagus sih, gue bisa berada ditempat yang deket sama doi 24 jam
non-stop. Tapi namanya retret, acara sekolah pula, pasti pihak-pihak yang
sok bertanggung jawab itu udah bikin susunan acara sedemikian rupa. Gue ngga tau acaranya apa, tapi yang jelas, waktu senggangnya pasti sedikit. Payah.
Nasi pun telah menjadi bubur, acara udah ditetapkan sekolah, dan gue cuma bisa ikut. Jadilah tanggal 13 itu gue pergi retret. Walaupun gue ngga pernah berniat sedikitpun buat hal itu.
Dan tiba-tiba gue berada disebuah kamar yang asing, dan kalender menujukkan tanggal 14 Februari. Oh, rupanya gue berada di kamar peristirahatan gue. Gue lagi ikut acara retret bareng sekolah, dan itu sangat membosankan. Begitulah, dan dimulailah hari valentine gue yang bersejarah.

Pagi itu, gue disuruh bermeditasi. Lama abis, kaki gue sampe kesemutan dan gue ngga betah. Jadilah, pas gue disuruh bangun
“BLAM!” Gue pun terjatuh akibat kaki gue yang kesemutan berasa aneh dan ngga bisa menopang badan gue. Sungguh, ini sebuah awal yang buruk untuk memulai hari yang penting.
Siangnya, gue berpikir, susunan acara retret ini sebenernya sangat memungkinkan buat gue melakukan
ritual sakral tersebut. Gue pun berniat melancarkannya disaat sesi pentas seni malam nanti. Jadi ceritanya, disaat gue manggung nanti, ditengah lagu gue bakal menarik seorang cewe kepanggung, ngajak dia nyanyi bareng, dan ketika lagunya selesai gue bakal menuntaskan semuanya disana. Keren, ya?
Soal manggung, gue berencana nyanyiin lagu "Swear It Again" yang pernah dipopulerin sama Westlife. Selain liriknya yang romantis, lagu ini udah pernah gue nyanyiin buat pengambilan nilai tugas gue yang terdahulu. Otomatis, gue udah lumayan terlatih buat nyanyiin lagu ini. Alhasil, latian gue pun berlangsung lancar. Gue jadi ngerasa PD, gue siap naik ke panggung!
Malam pun tiba, latihan pun telah dilakukan, dan gue
over excited.
Acara bakal dilangsungkan seusai makan malam, gue makin ngga sabar buat manggung.

Tapi disaat itu, salah seorang temen gue bilang dia ngga bisa ngiringin penampilan gue dengan alesan senar gitar yang disediakan disana ngga bisa menghasilkan suara yang dia mau.
“Bi*ch, please.”
Gue panik.

Gue ngga bisa main gitar, dan temen-temen gue yang lain ngga ada yang tau lagu yang mau gue nyanyiin. Pertunjukkan gue pun dengan sangat terpaksa
DIBATALKAN.

Gue masih belom nyerah.

Tengah malan nanti masih ada waktu! Gue bakal ngajak doi ke sebuah tempat, hanya berdua. Dan disana gue bakal melakukan apa yang seharusnya.
Gue menunggu tengah malam dengan sabar, ditengah sesi
-yang seharusnya- mengharukan, dan gue malah merasakan kebosanan yang luar biasa.

Isak tangis memenuhi ruangan, tapi gue hanya terdiam, menghitung detik demi detik, menanti usainya sesi ini. Jam menujukkan waktu pukul 22:30 WIB, tapi hati gue udah berada satu setengah jam di masa depan.
Sesi haru telah selesai, namun masih ada sebuah acara lain yang harus gue lakukan. Jam kini menujukkan waktu pukul 23:00 WIB, gue harus berkumpul bersama anggota kelas untuk mendiskusikan hal-hal yang terjadi. Sebenernya acara ini bagus, jarang-jarang kelas gue berkumpul dan ngobrol satu topik yang sama. Tapi gue ngga bisa fokus. Konsentrasi gue berada ditempat lain.
Entah apa yang terjadi…Tuhan pun sepertinya tak mengijinkan gue buat melakukan hal itu.

Jarum pendek telah berhadap-hadapan dengan angka 12, dan jarum panjang telah menyentuh angka 2. Rencana gue resmi diganti menjadi acara ngobrol berjamaah.

Akirnya, gue keluar ruangan tangan kosong. Ya, bener-bener kosong, soalnya buku gue ditinggal di ruang pertemuan. Selesailah sudah, gue masih tetep jadi tuna-asmara. Sungguh, ini sebuah akhir yang menyedihkan.
Sesaat, gue ngeliat cewe yang tadinya mau gue “tembak” itu sebelom dia mau masuk kamar. Sungguh, gue masih terpesona dengannya. Gue…masih belom boleh menyerah. Pasti masih ada kesempatan lain! Saat ini mungkin bukan waktu yang tepat, tapi gue yakin Tuhan udah nyiapin semuanya dimasa depan. Yang perlu gue lakukan hanya menunggu, sedikit lebih lama, ciptakan kesempatan lainnya, dan saat itu semua akan terjadi sebagaimana mestinya.
Yah, mungkin konser gue batal. Tapi ngga ada salahnya buat nyanyi, 'kan?
“I'm never gonna say goodbye
'cause I never want to see you cry
I swore to you my love would remain
And I swear it all over again and I
I'm never gonna treat you bad
'Cause I never want to see you sad
I swore to share your joy and your pain
And I swear it all over again
All over again “
That's it, I will try all over again.
Share This Thread