Page 10 of 14 FirstFirst ... 67891011121314 LastLast
Results 136 to 150 of 200
http://idgs.in/569960
  1. #136
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    eh, udara termasuk fluida ya? selama ini gue taunya udara itu gas...
    tapi emang udara bisa jadi aer tinggal tambahin atom hidrogen sih...

    btw gue udah mikir ini bakal ehem2 sama Athena lagi... eh taunya begono
    oke lah...
    tapi buat gue agak sedikit aneh juga. si Da'ath bentar2 berkharisma, eh sebentar kemudian udah ketawa lagi. ini rujuk2 funky god model aaarr ye...
    tapi berasa itu si Athena nya galau abis... kisahnya emang rada2 sih...

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

  2. Hot Ad
  3. #137
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by MelonMelon View Post
    eh, udara termasuk fluida ya? selama ini gue taunya udara itu gas...
    tapi emang udara bisa jadi aer tinggal tambahin atom hidrogen sih...

    btw gue udah mikir ini bakal ehem2 sama Athena lagi... eh taunya begono
    oke lah...
    tapi buat gue agak sedikit aneh juga. si Da'ath bentar2 berkharisma, eh sebentar kemudian udah ketawa lagi. ini rujuk2 funky god model aaarr ye...
    tapi berasa itu si Athena nya galau abis... kisahnya emang rada2 sih...
    fluida BUKAN cairan, kedua term itu berbeda kalo dlm fisika/kimia

    klo cairan, dlm sains disebutnya LIQUID

    liquid = cairan
    fluida/fluids = segala sesuatu non-solid yg bisa ngalir, termasuk cairan, gas, sama plasma


    ga ehem" terus lah (kecuali "kecelakaan"),
    kan Da'ath imannya makin tegar (karena ingetan + karisma + wisdom nya sbg Crusader-Saint pelan" balik, gak gw kasih tau terus menerus secara ekplisit aja...makin ke ujung tar dikasih tau kok alesannya napa pelan" balik kadang ga ketauan),
    dan makin tak tergoncangkan oleh wanita



    hayo rada" apa Athena hayo


    #digampar


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  4. #138
    Dlucario's Avatar
    Join Date
    Nov 2012
    Posts
    431
    Points
    19,914.57
    Thanks: 7 / 25 / 23

    Default

    no komen lagi, ini orang2 avodah pinternya segimana sampe bisa buat kapal terbang cuma modal buku SMA..

    btw, w jg baru tau udara termasuk fluida

  5. #139
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    Bikin pesawat terbang masif dari referensi buku anak SMA. Kurang jenius apa coba ini orang Avodah.. di satu sisi keren, disisi lain keliatan absurd & gak masuk akal karena kurang penjelasan

    Anyway, terlalu fokus sama sayap (Gua agak bosen dari kelas 3 sampe semester 1 kuliah nemu fluida mulu wekekekek..). 4 cerobong knalpotnya itu bikin penasaran buat apa. kayaknya flashy banget kalo dibayangin fungsinya bisa mirip NOS gitu

    Valkyrie, asgard, mulai masuk ke nordic myth ini. Gak nyangka juga Athena uda pengalaman.. image innocentnya hancur deh, hiks

    Terkahir, penulisan suasana galaunya komplit men (pake ada bumbu suasana ilahi pulak), bikin gua gak nanya apa2 lagi

  6. #140
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    Oh iya dbiliang Penyot itu gue baru inget. Asgard nya kok bersalju, ya... bukannya Jotunheim yang dingin2 gajelas itu?
    referensi nya pelem Thor, sih

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

  7. #141
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by Dlucario View Post
    no komen lagi, ini orang2 avodah pinternya segimana sampe bisa buat kapal terbang cuma modal buku SMA..

    btw, w jg baru tau udara termasuk fluida
    yang diajarin juga bukan kalkulus tingkat dewa, anggep aja masih bisa lah

    Quote Originally Posted by -Pierrot- View Post
    Bikin pesawat terbang masif dari referensi buku anak SMA. Kurang jenius apa coba ini orang Avodah.. di satu sisi keren, disisi lain keliatan absurd & gak masuk akal karena kurang penjelasan

    Anyway, terlalu fokus sama sayap (Gua agak bosen dari kelas 3 sampe semester 1 kuliah nemu fluida mulu wekekekek..). 4 cerobong knalpotnya itu bikin penasaran buat apa. kayaknya flashy banget kalo dibayangin fungsinya bisa mirip NOS gitu

    Valkyrie, asgard, mulai masuk ke nordic myth ini. Gak nyangka juga Athena uda pengalaman.. image innocentnya hancur deh, hiks

    Terkahir, penulisan suasana galaunya komplit men (pake ada bumbu suasana ilahi pulak), bikin gua gak nanya apa2 lagi
    Spoiler untuk dor :

    Apakah penjelasannya harus di Tehillim itu juga? 1 arc kan minimal 5 chapter, maksimal 7


    Sengaja, soalnya gw gak tau mau masukin ilmu paan lagi yg cocok (sempet kepikir hukum" gas, tapi kok kayaknya simpel amat ),
    dan persamaan Bernoulli itu udah gw rencanain untuk dimasukin sejak tangan gw masih ngetik arc Green Angelocracy

    Bete gw galau romantis, sekali" divine galauism bole dong



    Quote Originally Posted by MelonMelon View Post
    Oh iya dbiliang Penyot itu gue baru inget. Asgard nya kok bersalju, ya... bukannya Jotunheim yang dingin2 gajelas itu?
    referensi nya pelem Thor, sih
    Nine worlds.

    Upper:
    - Asgard (gods of Aesir race realm)
    - Alfheim (elves home)

    Middle:
    - Midgard (middle enclosure)
    - Muspellheim (realm of flame)
    - Niflheim (realm of ice)
    - Jotunnheim (home of giants/Jotunn)
    - Vanaheim (home of gods of Vanir race)

    Lower:
    - Svartalfheim (black elves home)
    - Hel (underworld)

    Yang ice realm itu Niflheim kalo baca Prose/Poetic Edda, tapi emang suka kebolak balik sama Hel (namanya juga myth, ga ada dasar sistematis buat nyusunnya)

    Di sini gw bikin Asgard yang bersalju karena... coba keluarkan insting detektif anda



    =======================================

    TEMBUS 100K WORDS

    Spoiler untuk Tehillim 30 :


    ===============================================
    Tehillim 30: Ice, Iron, Intelligence Part III || This Is An Atom
    ===============================================



    Sembilan hari.

    Karya kolosal itu akhirnya selesai total dalam jangka waktu tersebut, terhitung sejak aku menginjakkan kaki di Avodah. Selama itu pula, selain menyampaikan saran-saran dari Plasma atau Biblos, kadang aku menunjukkan pada para pekerja tentang trik-trik tertentu dalam mengolah logam. Malah bisa dikatakan kalau aku bertukar ilmu dengan mereka yang juga menceritakan bagaimana cara menempa, ataupun mencetak sesuatu dari logam cair. Mungkin karena komposisi batuan di Ferrenium dan Avodah yang berbeda, maka perlu teknik mengolah yang berbeda pula.

    Ketika Plasma menyatakan bahwa kapal itu sudah siap diluncurkan, semua pekerja yang berada di gedung langsung bersorak. Teriakan mereka begitu menggema, menghiasi setiap sudut bangunan dengan keceriaan yang meluap. Kebahagiaan tak dapat lagi mereka tutupi, bahkan kulihat ada beberapa yang menangis terharu. Kerja keras mereka selama berbulan-bulan akhirnya menjadi kenyataan. Hari masih siang saat itu.

    Segera Tselemiel memerintahkan semua Angel-class yang bisa dia panggil saat itu juga untuk memberitahu kabarnya ke seluruh Avodah.

    “Kita akan berpesta malam ini!! Besok juga kunyatakan sebagai hari libur bagi seluruh Avodah!!”

    Begitulah titahnya, yang langsung dijalankan tanpa ditunda oleh seluruh makhluk bersayap itu.

    Tentu saja aku akan ikut dalam pesta nanti malam. Tapi untuk saat ini, aku ingin tidur sebentar. Beberapa hari ini jam tidurku memang berkurang sedikit. Sekarang tubuhku memaksa agar aku merebahkan diri di ranjang empuk istana Tselemiel.

    Seketika, aku masuk ke dalam lelapnya alam tidur.



    Hingga sebuah suara mengusik ketenanganku. Ketukan pintu.

    Sejenak kukumpulkan kesadaranku yang masih melayang. Selagi menuju ke pintu ---yang tepat bersebrangan dengan ranjang---, kuperhatikan ke arah jendela di sisi kanan…belum gelap. Entah sudah berapa lama aku tertidur, namun sepertinya belum terlambat untuk mengikuti pesta.

    “Raqia…?”

    Ternyata dia yang mengetuk.

    “A-Ah, maaf. Apa aku mengganggu tidurmu?”, dia terlihat sedikit kaget.

    Menggaruk-garuk kepala, kujawab dengan malas, “Oh-hoh. Masih mengantuk, sedikit.”

    “Mmm…begitu ya.”, responnya. Kudapati alisnya sedikit turun.

    Kedua tangannya memeluk erat sebuah buku, sedikit lebih tipis dari Biblos.

    “Ya sudah, maaf kalau mengganggu.”

    Aku sudah bisa menebak maksud kedatangannya. Baiklah, mungkin tidak jadi masalah untuk mengisi waktu hingga malam nanti.

    “Tunggulah di dalam. Aku mau cuci muka dulu.”

    Mendadak raut wajahnya berubah ceria. “Mmm! Aku tunggu.”



    Ketika aku kembali, kudapati dia sudah duduk di kursi kayu, berdampingan dengan meja di sudut ruangan yang tak jauh dari pintu masuk. Buku itu ditaruhnya di atas meja, tepat di depannya.

    “Introduction to Chemistry - Book I”

    Itulah yang terbaca di sampul hijaunya, tulisan berwarna putih kecoklatan ---mungkin karena umur bukunya sudah tua---. Maka kuambil kursi lainnya agar dapat duduk di sebelah Raqia.

    “Jadi, di mana kamu temukan buku ini?”

    “Di tempat Merkava Barzel. Ada gudang tempat banyak buku di sana. Aku merasa yang satu ini sepertinya menarik.”

    “Baiklah, kita mulai saja.”, tangankupun meraih buku itu, lalu membuka halaman terdepannya. Tentu aku harus hati-hati karena warna bukunya sudah kusam.

    Dan benar ucapan Raqia tadi. Begitu sampai di halaman daftar isi, ada satu frasa yang menarik perhatianku.

    “Atomic Structure”

    Sub-bab itu ada di awal. Yang artinya, aku harus memahaminya terlebih dahulu untuk meneruskan ke bagian-bagian selanjutnya. Lembar demi lembar yang tak penting kulewatkan, hingga berhenti pada bagian tersebut.

    “Struktur…atom?”, tanya Raqia dengan pose khasnya. Matanya tetap berfokus pada buku.

    “Apa kamu ingat? Sudah beberapa kali Plasma mengatakan ‘teori atom’. Mungkin ini yang dimaksud olehnya.”

    “Ah!”, dia memukulkan tinju kanannya ke telapak tangan kiri. “Mungkin juga ya. Ya sudah, apa yang ada di situ?”

    Yang terlihat di kalimat pertama adalah definisi mengenai apa itu atom. Tertulis bahwa atom adalah satuan dasar materi. Semua benda yang memiliki massa tersusun dari atom-atom. Atom-atom dikelompokkan dalam jenis-jenis unsur tertentu, sementara dua atau lebih unsur akan membentuk senyawa.

    “Unsur? Senyawa?”, gumam Raqia, memandang ke langit-langit.

    “Ah, di sini ada contohnya. Besi adalah unsur yang tersusun dari atom-atom Fe saja. Sementara udara yang kita hembuskan adalah senyawa, tersusun dari unsur karbon dan unsur oksigen, terdiri dari satu atom C dan dua atom O.”

    “Oh! Jadi persamaan reaksi fotosintesis yang dijabarkan Plasma sewaktu di Pardes, hampir semuanya adalah senyawa kecuali oksigen yang berdiri sendiri itu?”

    “Jika membaca definisinya, seharusnya sih begitu.”

    Kulanjutkan. Penjelasan mengenai unsur dan senyawa akan dibahas di…bab berikutnya. Bah.



    Yang selanjutnya kutemui adalah kalimat yang mengusik pikiranku.

    “Setiap atom tunggal terdiri dari inti dan dikelilingi oleh awan elektron bermuatan negatif di sekitarnya. Inti atom tersusun atas proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan. Kecuali pada atom hidrogen alami, dimana inti atom tidak memiliki neutron sama sekali.”

    Aku merasa amat sangat akrab dengan nama-nama tersebut. Mungkinkah pernah kupelajari di masa lalu?

    “Jadi sebenarnya ada lagi partikel-partikel yang menyusun atom? Yaitu ketiga jenis partikel itu?”

    “Uh-huh.”

    “Lalu yang dimaksud ‘bermuatan’ itu apa?”

    Muncul suara yang di pikiranku.

    “Maksudnya bermuatan listrik. Petir adalah contoh loncatan muatan listrik dalam skala besar.”

    “Ooo…begitu. Lalu kenapa banyak benda tidak menghasilkan lompatan listrik begitu?”

    Selanjutnya tertulis bahwa jumlah proton dan elektron pada atom-atom yang alami adalah sama, sehingga mereka saling menetralkan. Jadi itu alasannya. Archangel kecil di sebelahku inipun mengangguk-angguk mengerti begitu melihat kalimat tersebut.

    “Kalau begitu, seharusnya sifat-sifat sebuah atom pada jenis unsur tertentu bisa ditentukan dari jumlah tiga macam partikel itu ya…”, gumamnya.

    Kuperhatikan bagian selanjutnya, lalu menjawab, “Yap, kamu benar. Jika berbeda jumlah proton, yang artinya juga berbeda jumlah elektron, maka sifat atomnya juga akan berbeda.”

    Beberapa contoh tertulis di sini, dengan asumsi adalah unsur yang terbanyak ditemui secara alamiah.

    Hidrogen, dengan simbol H, memiliki proton dan elektron = 1
    Helium, dengan simbol He, memiliki proton dan elektron = 2
    Oksigen, dengan simbol O, memiliki proton dan elektron = 8
    Belerang, dengan simbol S (Sulfur), memiliki proton dan elektron = 16
    Besi, dengan simbol Fe (Ferrum), memiliki proton dan elektron = 26
    Emas, dengan simbol Au (Aurum), memiliki proton dan elektron = 79

    Hanya dengan berbeda jumlah partikel, banyak unsur berbeda sifat sama sekali. Oksigen, gas. Belerang, padat dan mudah hancur menjadi mirip pasir. Besi, logam keras mudah ditempa. Emas murni, logam tapi lunak. Entah bagaimana dengan hidrogen dan helium, tapi menurut tebakanku pastilah secara alamiah akan berwujud gas.

    Kubacakan lanjutannya. Para ahli sudah mengelompokkan unsur-unsur tersebut menjadi sebuah tabel khusus, dengan menomori unsur-unsur berdasarkan jumlah proton yang dimiliki. Unsur-unsur yang memiliki kemiripan sifat diletakkan pada satu kolom, disebut golongan. Sementara kenaikan nomor atom disusun dalam lajur horizontal, disebut periode.



    Tapi, baru saja aku ingin membuka halaman tempat tabel yang dimaksud berada…

    “Yah, robek…”, keluhnya.

    Hanya ada H dan He yang masih terlihat, keduanya terpisah cukup jauh. Namun benar, keduanya memiliki nomor atom 1 dan 2. Angkanya ditaruh tepat di atas singkatan nama unsurnya. Keduanya berada dalam baris yang sama, artinya mereka satu periode. Ada satu deretan angka lagi yang menarik perhatianku, yaitu yang berada di bawah singkatan nama unsur. Masing-masing 1,0079 dan 4,0026 untuk H dan He.

    “Hei, Da’ath, lanjutkan.”, Raqia menepuk bahuku.

    “A-Ah. Maaf, maaf.”

    “Ada yang mengganggu pikiranmu?”

    “Angka-angka ini…”, kutunjuk 1,0079 dan 4,0026.

    “Lanjutkan saja dulu. Siapa tahu akan dijelaskan di halaman setelahnya.”.

    Raqia benar. Ternyata penjelasan mengenai angka-angka itu ada pada bagian selanjutnya. Massa atom, itulah makna angka-angka desimal tersebut.

    Dari sini dapat kuketahui bahwa massa elektron nyaris tidak dianggap dalam penghitungan total massa atom, karena massanya yang 1840 kali lebih kecil dibanding proton. Massa 1 proton sendiri mendekati massa 1 atom hidrogen, sementara massa 1 atom helium mendekati jumlah 2 massa proton dengan 2 massa neutron. Kasihan sekali elektron diabaikan begini…

    Artinya, total neutron dalam atom dapat diketahui dengan mudah. Tinggal mengurangi massa atom dengan nomornya.

    N = Z – A

    Begitulah yang tertulis. N untuk jumlah neutron, Z untuk massa atom, dan A adalah nomor atom.

    “Sayang sekali tabelnya hilang ya. Kalau tidak, kita bisa tahu mengenai massa dan jumlah neutron unsur-unsur lainnya juga.”, ujarnya.

    “Yah, mau bagaimana lagi. Lanjut?”

    “Mmm, mmm.”, dia mengangguk cepat. “Sekarang lagi seru-serunya nih…”

    Aku tidak bisa menyangkalnya, karena aku juga merasakan hal yang sama. Sejak tadi ada yang berkobar dalam dadaku. Aku berpikir, akan banyak sekali misteri alam yang bisa dipecahkan dengan mengetahui perihal tentang atom ini.



    Akhirnya, ini dia, struktur atom.

    Penjelasan sebelumnya mengatakan bahwa atom terdiri dari inti ---tersusun atas proton dan neutron---, dan awan elektron yang menyelimuti namun tidak pernah menyentuh inti. Ternyata lapisan awan elektron ini disebut dengan ‘kulit’, mulai dari kulit terdekat sampai terjauh disimbolkan dengan: K, L, M, N, dan seterusnya. Kulit-kulit itu sendiri sebenarnya adalah tingkatan energi, yang harus dimiliki si elektron agar tetap berada di kulit tertentu. Kulit ke-1, alias K, maksimal berisi 2 elektron; kulit ke-2, L, 8 elektron; ke-3, M, 18 elektron; ke-4, N, 32 elektron; dan seterusnya, selalu mematuhi rumus 2x2 dengan x adalah jumlah elektron.

    “Mungkin analoginya mirip atmosfer Bumi yang kita lihat waktu itu ya?”, tanyanya.

    Sewaktu ke luar angkasa, memang kulihat ada bentuk lapisan udara yang menyelimuti Bumi.

    “Sepertinya begitu. Tapi…”

    “Tapi?”

    “Mungkin lebih mirip cintaku padamu. Selalu menyelimuti…selalu melindungi…tapi tidak bisa menyentuh hatimu…”

    Ew. Sepertinya aku sedikit tertular Tselemiel.

    “H-H-HAAAAAHHH????!!! J-Jangan bercanda!! Bukankah s-sudah kubilang kalau aku butuh waktu?!”

    “Wajahmu merah. Tersipu ya? Ataukah awan elektron sudah berhasil memeluk permukaan hati sang inti atom?”

    “H-Hentikan gombalan ilmiahmu dan teruskan penjelasannya!!”

    Keheningan tercipta seketika. Kali ini kelopak matanya sedikit melebar. Aku juga merasa ada pukulan sejenak di dadaku.

    “Hei…apa kita pernah melakukan hal ini sebelumnya?”, Raqia terdengar heran.

    “Aku juga merasa begitu. Mungkinkah…”, kata-kataku terhenti sedetik. “Dua ribu tahun yang lalu?”

    “Apa iya ya…”, tangan kanannya ditaruh di dagu. “Tapi aku tidak terima kalau dulu kamu juga menggombal dengan cara yang sama!! Gombal ilmiah itu terlalu…!! Terlalu… Uuuhh…”, pipinya menggembung.

    “Hahaha…maaf, maaf. Itu supaya tidak tegang saja. Lanjut atau tidak?”

    “Mmm. Lanjutkan.”



    Sayangnya, penjelasan berikutnya tidak lengkap karena halaman berikutnya yang lagi-lagi robek. Halaman berikutnya lagi, kusam total. Yang dapat kulihat pada halaman-halaman seterusnya adalah gambar bentuk-bentuk aneh mirip balon, beberapa kali kata ‘orbital’ disebut, kotak-kotak berisi panah ke atas dan ke bawah, serta huruf-huruf: s, p, d, f. Ada juga tulisan s = +½ atau s = –½ . Entah apa maksudnya.

    “Aaaahhh!! Kenapa harus robek lagi…!!”, gerutunya.

    “Kalau begini aku juga tidak bisa mengerti. Penjelasannya melompat cukup jauh.”

    “Huh…ya sudahlah, sebentar lagi juga mau gelap. Tidak baik membaca terlalu lama jika cahayanya tidak cukup. Toh yang tadi juga sudah kupahami dengan baik.”


    *BRAK*


    Tiba-tiba Biblos muncul dan jatuh ke atas meja. Mengisi halaman seperti prosedur biasa.

    “Eh…? He? Raqia? Da’ath? Aku…di mana?”, tanyanya kebingungan setelah beberapa halaman terisi.

    “Di istana, tepatnya di kamarku. Maaf ya kalau terlalu mendadak.”, jawabku.

    “Oh tidak apa-apa kok. Plasma kan punya sensor agar bisa tahu posisi diriku. Berarti, Raqia sudah berhasil mengerti sesuatu ya?”

    “Yap, gambaran mengenai struktur atom secara umum.”, jawab Raqia dengan bangga.

    “Hooo~ Hebat juga ya. Diajari Da’ath?”

    “Uh-huh.”, dia mengangguk sekali.

    “Sudah tahu mengenai prosedur mengisi jumlah elektron pada orbital-orbital tertentu?”

    “Itu…tidak. Bukunya tidak lengkap sih, ada yang robek dan kusam.”

    “Ya sudah, tidak apa-apa. Nanti akan ada waktunya kamu bisa mengerti.”

    “Sebentar.”, sahutku. “Sebenarnya masih ada yang mengganggu pikiranku.”

    “Mmm? Katakan saja~”

    “Jika atom adalah materi, maka elektron adalah materi. Kenapa elektron mengitari inti pada sesuatu yang bukan berbentuk lintasan? Bukankah materi bisa mengelilingi materi lainnya dengan lintasan tertentu selama ada sesuatu yang mengikat keduanya? Misalnya saja ketika aku mengikat sebuah batu kecil dan memutar talinya dengan tangan, batunya akan bergerak memutar mengitari tanganku.”

    Biblos berlagak batuk sejenak.

    “Begini. Sebenarnya semua partikel punya dualisme sifat, partikel dan gelombang. Sifat itu paling jelas dapat diamati pada partikel-partikel yang sangaaattt kecil, elektron misalnya. Untuk mengakomodasi sifatnya tersebut, maka model atom haruslah menggambarkan kedua-duanya sekaligus. Nah, sekarang aku mau tanya. Menurutmu gelombang itu sifatnya seperti apa? Aku beri contoh, misalnya ombak atau suara.”

    “Hmm…”, aku diam sejenak untuk berpikir. “Tidak…bergerak menurut garis tertentu?”

    “Ting tong! Benar sekali~ Begitu juga dengan elektron di dalam atom, perilaku gelombangnya akan muncul. Artinya elektron HARUS berada di sekitar inti, mengakomodasi sifat partikelnya; tapi TIDAK BOLEH bergerak menurut garis lintasan tertentu, mengakomodasi sifat gelombangnya. Satu-satunya yang memungkinkan hal itu adalah model atom dengan DAERAH yang memiliki bentuk tiga dimensi tertentu untuk menggambarkan letak elektron di dalam atom.”

    Daerah… Bentuk…

    “Orbital?”

    “Seratus! Orbital. Itu dia. Dan inilah keanehan elektron. Sebenarnya, orbital itu hanya menggambarkan kemungkinan elektron ditemukan pada daerah tersebut.”

    “Jadi itu alasannya kenapa definisi atom menggunakan istilah ‘awan elektron’?”

    “Fufufu~ Sudah pintar ya. Awan elektron yang dimaksud adalah daerah yang mungkin untuk menemukan elektron. Karena sifatnya yang juga merupakan gelombang, menentukan posisi elektron pun sebenarnya tidak bisa seratus persen dijamin. Kalau kamu melihat ada bentuk orbital yang mirip bentuk tertentu, itu sebenarnya hanya cakupan daerah terbesar untuk menemukan elektron, katakanlah di atas sembilan puluh persen. Bentuk-bentuk orbital untuk kulit yang makin menjauhi inti atom akan lebih rumit, tapi tetap indah~ Nah, sebagai konsekuensi sifatnya yang partikel sekaligus gelombang, maka akan mustahil menentukan posisi dan momentum elektron secara sekaligus.”

    “A-Anu… aku pusing…”

    Tutur kata Raqia terdengar lemah. Kepalanya juga sudah tergeletak lesu di atas meja.

    “Ahaha…sepertinya Raqia sudah overheat~ Ya sudah, sampai sini saja. Tadi aku sedang bersama Plasma dan Glaukos di tempat pesta yang di depan istana, sampai tiba-tiba pindah ke sini. Kalau begitu aku kembali dulu yaaa~”

    Diapun membuka pintu ---menjepit gagangnya, menariknya ke bawah---, lalu melesat dengan cepat keluar begitu terbuka.



    “Mmmhh…”, Raqia meluruskan kedua tangannya kuat-kuat ke atas. “Selesai juga.”

    Senyum puas terbentuk di bibir indahnya.

    Sekarang, saatnya aku bertanya padanya. Aku heran, kenapa dia tidak minta Plasma atau Biblos yang mengajari?

    “Raqia.”

    “Hmm?”

    “Ngomong-ngomong, kenapa minta aku yang mengajari? Aku yakin Plasma atau Biblos bisa menjelaskan semuanya dengan lebih baik.”

    “Kamu tidak senang?”, tanyanya ketus.

    “Bukannya begitu. Aku hanya heran saja. Mungkin…kamu menginginkan sesuatu dariku?”

    Sekarang gilirannya berperilaku seperti Athena malam itu. Tidak menatapku, dia mulai membuka mulutnya. Kaku.

    “Mmm… s-sebenarnya…iya. Itu…”

    “Itu?”

    “J-Janji tidak akan tertawa, apalagi berubah besar kepala duluan?”, suaranya terdengar ragu namun lembut. Rona merah membuat dirinya amat sangat menggemaskan saat ini.

    “Iya, iya.”

    “A-Aku hanya…ingin pergi…”

    Kata-katanya terhenti.

    “Hah? Pergi? Mau ke mana?”

    “Emm…i-itu…ke depan…”

    “Ke depan?”

    “D-Depan istana…”

    Pesta malam nanti memang akan diadakan di depan gerbang timur istana. Tidak hanya di sana, beberapa lokasi di Avodah juga akan digunakan sebagai tempat ajang kemeriahan berlangsung.

    “Haaahh…”, kutepuk dahiku. “Kenapa tidak bilang saja sih? ‘Da’ath, aku mau pergi denganmu ke pesta nanti’. Begitu saja repot.”

    “Aku m-mana bisa bilang terang-terangan begitu…”, dia membentur-benturkan kedua jari telunjuknya. “B-Bagaimana…?”

    “Tentu saja mau. Aku tidak akan melewatkan kencan pertama kita.”

    “I-I-INI BUKAN KENCAN, D-DASAR *****!!”, dia melempar buku kimia itu tepat ke wajahku.

    Hanya butuh dua detik untuk mendengar perubahan nada suara dan ekspresinya.

    “M-Maaf… bukan maksudku…”

    Sambil memegangi hidung aku berkata, “Aku sudah biasa dengan kelakuanmu itu. Selama tidak membunuhku atau mencederaiku secara permanen, aku tidak akan protes. Tapi gara-gara kamu, bukunya jadi lepas dua lembar begini…”

    Kuambil dua lembaran yang jatuh itu, kemudian menyelipkannya kembali ke buku.

    “Jadi, m-mau atau tidak?”

    Kutarik nafas panjang.

    Berdiri. Dan…

    …berlutut di depannya, bertumpu pada sebelah kaki.

    Kuraih tangan kanannya.


    “Of course, my adorable queen.”


    Kukecup sejenak tangannya itu.

    *POOFFFFF*

    Dia meledak.

    “Di antara para Archangel, kamu adalah yang paling menggemaskan.”

    “DA’AAAATH!! Sudah cukuuuppp!!!! Uhhhh…”

    Teriakannya itu dibarengi dengan pukulan dari kedua tangannya yang terus-menerus menghantam dadaku, namun dengan tenaga yang tidak ada apa-apanya dibandingkan seorang anak umur 8 tahun. Melihat itu, aku hanya tertawa sambil membelainya.



    Balutan gaun simpel biru muda berlengan panjang dengan bagian bahu atas yang tersingkap ---detached sleeves, maksudku---, itulah yang dikenakannya sekarang. Tidak kelewat mewah, mungkin agar tidak terlalu menarik perhatian banyak orang. Walau begitu, tak bisa kupungkiri kalau malam ini dirinya nampak 7 kali lipat lebih cantik dibanding biasanya. Dia juga memintaku agar tidak berpakaian terlalu mencolok namun tetap rapi.

    Beberapa puluh meter dari gerbang timur istana, di situlah tempat terdekat diadakannya perayaan selesainya Merkava Barzel. Areal lapangan hijau kini berubah menjadi pusat kegembiraan, lengkap dengan hiruk pikuk manusia yang memancarkan senyuman puas. Cahaya dari banyak lampu menghiasi, mengalahkan terangnya bulan di langit malam. Beberapa meja besar dan stand berdiri di beberapa titik. Ada juga sebuah panggung kayu cukup besar, sebagai tempat para pemain musik memainkan alunan melodi yang makin mewarnai kemeriahan malam ini.

    Meski sudah berusaha untuk tidak terlalu mencolok, keberadaanku dan Raqia tetaplah menarik mata banyak orang. Kamipun disambut dengan tepuk tangan meriah dan menggelora, layaknya pahlawan yang baru pulang dari medan perang. Tidak hanya itu, mereka juga berseru, “Salut!”, sambil mengangkat tinggi gelas-gelas besar di tangan. Beberapa di antara merekapun tak ragu untuk memberi selamat padaku secara langsung.

    Begitu musik yang dimainkan menjadi lebih lambat dan romantis, beberapa pasangan mulai berdansa tak jauh dari panggung.



    “E-Emm…mau…mencoba berdansa?”, ujarnya malu-malu.

    “Sayangnya aku tidak bisa. Belum pernah mencoba.”

    “Tidak masalah. B-Bisa kuajari. Nanti tinggal sesuaikan saja dengan gerakanku.”

    “Jika kamu memaksa, baiklah.”, kugenggam lembut tangan kanannya. “Mohon bantuannya.”

    Kami berdua mulai bergerak bersama, seirama, menyatu dalam alunan harmonis musik yang diperdengarkan. Keindahan suara violin, biola, cello, dan juga bass, berpadu dengan indah. Seakan memberi kehangatan bagi semuanya, menenggelamkan mereka dalam nada-nada cinta.

    Akupun ikut hanyut dalam suasana. Tubuhku bergerak dengan sendirinya, makin selaras dengan anggunnya gerakan Raqia.

    Benar apa katanya. Meski agak kaku di awal, namun tidak lagi setelah beberapa menit berlalu, karena jari-jemari dan suara lembutnya terus menuntun. Yah, meski jangan dibandingkan dengan gadis cantik di hadapanku ini. Setiap langkahnya begitu sempurna. Begitu gemulai. Aku hanya bisa menahan nafas setiap kali sudut-sudut tubuhnya melekuk indah, berpadu sempurna dengan kemilau rambut peraknya yang sesekali menari lembut di udara.

    Kedua pasang mata kami terus saling menatap, begitu dalam. Dua biru langit itu menimbulkan nafas baru di dalam diriku, seberkas pemikiran. Jauh dari sifat kekanak-kanakannya, Raqia memancarkan sesuatu yang berbeda malam ini. Kecantikan, keanggunan, dan kelembutan yang ditunjukkannya padaku, membuatku merasa kalau Raqia…

    …benar-benar Archangel sejati.

    *


    Jika kubandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya, perilaku Raqia kali ini memang berbeda. Namun itu terjadi bukan tanpa alasan.

    Sembilan hari itulah penyebabnya.

    Emm…bukan penyebab. Lebih tepatnya, dalam jangka waktu itulah Raqia perlahan menunjukkan perubahan. Selama jangka waktu itu, dia sering sekali memperhatikanku. Setiap harinya pastilah ada saat-saat dimana dia hanya diam dan memandangiku dari jauh, meski dia langsung pergi jika mataku menangkap keberadaannya. Tak jarang pula sorot matanya memancarkan kekaguman.

    “Jelas sekali, dia sudah jatuh ke dalam genggamanmu sepenuhnya.”

    Begitulah kata-kata Tselemiel 2 hari lalu. Ternyata dia juga memperhatikan kelakuan Raqia.

    Kalau boleh menebak, sepertinya pemicunya hanya satu, yaitu sifat kepemimpinanku yang terus kutunjukkan selama 9 hari itu. Jelas saja, karena proyek Merkava Barzel sudah kuambil alih. Meski agak kaku untuk hari pertama, namun seiring berjalannya waktu semua berjalan makin lancar. Setiap perkataan dan perintah yang kusampaikan keluar begitu saja secara alamiah. Akupun bukan asal perintah sana-sini seenaknya, namun benar-benar mempertimbangkan apa yang dibutuhkan saat itu.

    Senang? Tentu saja!! Meski aku tidak boleh terus-menerus menyudutkannya, namun kesempatanku sudah dapat dikatakan 99,99% untuk mendapatkan cintanya. Sabar saja Da’ath. Sabar. Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik bagi orang-orang yang sabar.

    *


    Setelah lagu berakhir ---dan disambut tepuk tangan banyak orang---, aku mengajaknya menyingkir dari pusat keramaian. Duduk di hamparan rumput, pada titik yang sedikit lebih tinggi dari lapangan. Raqia ada di sebelah kananku.

    “Tidak buruk untuk pemula.”, komentarnya.

    “Untung saja aku tidak terpeleset.”

    “Ahaha…bagaimana mau terpeleset? Melangkah saja kecil-kecil begitu.”

    “Heh, aku kan hanya mengikuti apa yang kamu suruh.”

    Dia tersenyum. Lengkap dengan sedikit darah naik ke pipinya.

    Kutaruh tanganku di kepalanya. Membelainya pelan, aku berkata, “Tapi aku tetap harus berterima kasih padamu untuk pelajaran dansanya.”

    “Tidak apa-apa. Anggap saja sebagai terima kasih sudah diajari tadi sore.”

    Entah kapan dia melakukannya, namun kali ini tangan kiriku sudah digenggamnya. Kedua pasang mata kami kembali bertemu. Sorot matanya seperti menginginkan sesuatu, sesuatu yang tidak jadi kulakukan waktu itu.

    Selama 5 detik aku dan dia sama-sama membisu, hanya mata yang saling bicara. Nyaris bersamaan, kami saling mempererat genggaman. Seakan ada kekuatan yang mendorong tubuhku. Tanpa kusadari wajahnya sudah kurang dari sejengkal dari wajahku. Kilau bibirnya yang kecil itu makin jelas. Matanya juga sudah terpejam, seakan siap untuk segala sesuatu yang akan terjadi. Momen ini sudah kutunggu sejak lama…

    …akhirnya---



    “Athena! Itu mereka!”

    Suara itu terdengar dari arah langit.

    Dua mata kuning. Bulat. Besar. Mengambang di udara.

    “Oh. Maaf mengganggu.”

    Kepakan sayap itupun membuat badannya berbalik. Glaukos.

    Raqiapun pingsan. Eh, bukan. Maksudku, langsung terkulai lemas dan jatuh ke dekapanku. Hanya butuh 2 detik hingga matanya terbuka, lalu mengambil batu terdekat. Dilemparnya ke arah Glaukos…

    *DHUG*

    Tepat sasaran.

    “BURUNG HANTU SIALAN!! KENAPA HARUS DATANG SEKARANG HAH?!”

    Burung hantu itupun langsung…bersujud?

    “M-M-Maaf. Aku tidak tahu. Aku hanya membantu Athena mencari kalian.”

    “Tapi waktumu benar-benar tidak tepaaaattt!!”

    Marah? Sepertinya bukan. Raqia hanya dihantam rasa malu yang luar biasa.

    “Da’ath!! Katakan sesuatu juga!!”

    Sebenarnya aku juga nyaris sama malunya. Tapi, suara Glaukos tadi seperti tergesa-gesa, membuatku sedikit curiga.

    Athenapun datang menghampiri, setelah sebelumnya mendarat tak jauh dari Glaukos.

    “Haaah…haaah…untunglah.”

    Dia nampak lelah. Anehnya lagi, dia mengenakan armor lengkap dan membawa tombak dengan ujung besar berbentuk mirip daun. Perasaan malu dalam dirikupun lenyap seketika, digantikan dengan khawatir.

    Akupun berdiri. “Athena, ada apa?”

    Dia mendekat sedikit lagi, lalu berkata pelan, “Bisa…kita menyingkir lebih jauh?”

    Kutengok Raqia, sepertinya sekarang dia sama bingungnya denganku.

    Melangkah agak ke jalanan yang sepi, Athenapun mulai mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

    “Aku…tidak bisa menemukan Yang Mulia Tselemiel.”

    “Eh? Apa dia tidak ada di salah satu lokasi pesta?”

    Raqia itu terdengar lebih tenang kali ini.

    Athena menggeleng. “Plasma dan Biblos juga sudah mencari hingga keluar batas kota dengan sesuatu yang mereka sebut dengan ‘sensor Divine Energy’, tapi…nihil.”

    “Oke, tenangkan dirimu dulu. Sekarang, di mana Plasma dan Biblos?”

    “Mereka ada di istana.”



    Kedua temanku itu menunggu di dalam, tak jauh dari pintu utama istana. Kondisinya sepi sekarang.

    “Akhirnya kalian datang juga…”, ujar Biblos.

    “Ada apa ini sebenarnya? Benarkah Tselemiel menghilang?”, tanyaku.

    “Begitulah.”, sahut Plasma. “Padahal satu jam yang lalu masih sempat kulihat. Karena itulah aku tidak menyalakan sensorku.”

    “Berarti dia belum lama pergi… tapi ke mana?”, gumam Raqia.

    “Apa tidak ada satupun yang melihat ke mana arah perginya Tselemiel?”

    “Sepertinya tidak ada, Da’ath. Beberapa penjaga gerbang istana sempat kutanyai, namun mereka mengaku tidak tahu. Angel-class lainnya pun sedang larut dalam suasana pesta, sehingga tidak kutanya supaya tidak merusak acara. Hanya saja… Glaukos menemukan sesuatu di ruangan Yang Mulia Tselemiel.”

    Athena membuka sebuah tas kulit di pinggang kanannya, lalu mengeluarkan sebuah gulungan kertas yang diberikan kepadaku. Maka kubukalah kertas itu.

    “Angka…?”, komentar Raqia. Yang lainnya juga ikut memperhatikan isi dari kertas itu.


    23 – 13 – 1 – 13 – 57


    “Hanya ini isinya?”

    “Begitulah. Tak ada benda baru lainnya yang kutemui di ruangannya.”, jawab Glaukos.

    Mungkin karena hal itu baru saja kupelajari bersama Raqia, maka yang pertama kali muncul di ingatan adalah…

    “Da’ath, apa mungkin…”

    “Bisa jadi, Raqia. Plasma, apa kamu punya tabel yang berisi daftar-daftar nama unsur di Bumi?”

    “Oh, tabel periodik unsur, maksudmu? Tentu saja ada. Sebentar…”

    Kali ini muncul kotak-kotak yang terisi huruf dan angka. Pojok kiri atas, hidrogen. Pojok kanan atas, helium. Berarti ini adalah tabel yang benar. Mulailah mataku menyusuri keseluruhan tabel aneh itu yang tidak berbentuk sempurna. Ada elemen-elemen yang memiliki nomor berurutan, namun jaraknya terpisah jauh pada tabel.

    23. V. Vanadium
    13. Al. Aluminium.
    1. H. Hidrogen.
    13. Al. Aluminium.
    57. La. Lanthanum.

    “Valhalla…”

    Athena terbelalak. Tatapannya kosong.

    “Athena, ada apa?”, tanya Plasma. “Apa kamu tahu tempat itu?”

    “Letaknya agak jauh di utara Asgard…”, jawabnya, dengan pandangan yang masih kosong.

    “Tunggu.”, potong Raqia. “Bukankah itu pusat kekuatan Valkyrie Corps?! Mau apa si gila itu ke sana?! Jangan-jangan…”

    Bahkan akupun bisa menebak.

    “Sudah pasti dia pergi menemui Brynhilde…”

    Aku punya firasat buruk tentang ini. Semua terlalu mendadak dan terlalu mulus, jika memang ini rencana untuk memancing Tselemiel keluar dari Avodah. Apa mungkin…Merkava Barzel?


    =======================================

    Spoiler untuk Trivia :

    • Dalam Norse myth, Valhalla (literally: hall of the slain) adalah tempat dikumpulkannya setengah dari jumlah roh para tentara yang mati dalam perang.
      Roh-roh tersebut dituntun oleh para Valkyrie untuk bisa mencapai Valhalla.

    Last edited by LunarCrusade; 05-03-13 at 13:52.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  8. #142
    Alaude~'s Avatar
    Join Date
    Oct 2012
    Location
    Between sacrifice and violence
    Posts
    1,838
    Points
    20,001.09
    Thanks: 20 / 23 / 19

    Default

    DAFUQ LUNLUN

    INI CERITANYA PELAJARAN GW di semester 1

    sekarnag di semester 2 lingkaran alah !!!!

    gw baru sempet baca sampe chapter 8, ada waktu lagi gw lanjutin + lanjutin cerita bikinan gw
    Dota 2 : Alaude~

  9. #143
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by Alaude~ View Post
    DAFUQ LUNLUN

    INI CERITANYA PELAJARAN GW di semester 1

    sekarnag di semester 2 lingkaran alah !!!!

    gw baru sempet baca sampe chapter 8, ada waktu lagi gw lanjutin + lanjutin cerita bikinan gw
    ada juga yg baca pas belom lama lewat pelajarannya

    yo wes sante aja, ini juga bakalan masih lama kok selesainya, mungkin lu naek kelas baru abis


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  10. #144
    Alaude~'s Avatar
    Join Date
    Oct 2012
    Location
    Between sacrifice and violence
    Posts
    1,838
    Points
    20,001.09
    Thanks: 20 / 23 / 19

    Default

    wah mayan lun

    gw kelas 3 smp, kalo ini masih ada untuk inget2 pelajaran kelas 8
    Dota 2 : Alaude~

  11. #145
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    bah udah rilis baru aja ini manusia

    pelajaran kelas...berapa ya gue dapetnya. kayaknya kelas 8 belom deh? tapi inget pernah dapet dasar itu, sampe kulit2 masih inget
    dan, beneran deh, paparan lu jauh lebih gampang dimengerti dibanding guru gue, tapi tetep aja gue gak ngerti plek. kebetulan baca nih pas bagian itu nya

    btw...
    Spoiler untuk asd :
    insting detektif gue gak jalan, jadi gak ketebak kenapa Asgard yang bersalju...
    terus... daritadi gue coba mikirin apa hubungannya Tselemiel ilang sama Merkava Barzel, juga gak ketebak. eh ketebak sih, dikit, tapi gak plek.


    selamat 100k words
    berarti 1 chapternya rata2 3300an kata, ya

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

  12. #146
    Alaude~'s Avatar
    Join Date
    Oct 2012
    Location
    Between sacrifice and violence
    Posts
    1,838
    Points
    20,001.09
    Thanks: 20 / 23 / 19

    Default

    ats gw salah

    tadi gw coba copy ke word sekalian nulis

    lun2 2 k word kurang

    ada yang lebih rasanya
    Dota 2 : Alaude~

  13. #147
    -Pierrot-'s Avatar
    Join Date
    Aug 2011
    Location
    CAGE
    Posts
    2,600
    Points
    15,814.97
    Thanks: 44 / 119 / 91

    Default

    Beh Kimia.. pelajaran IPA yang paling gua benci. Tapi sebenci2nya juga, gua masi inget si dikit2.

    Setau gua di buku Kimia anak SMA tu, sebelum ngebahas atom & tabel periodik, terlebih dahulu dikasi sejarah model atom dari ernest, bohr, thompson, dkk, itu diskip ya. Padahal malah bagian itu yang paling gua inget

    Lanjut ke 2 tokoh utama kita.. wtf Da'ath jadi tukang gombal cap culun gitu. Gua inget disekolah gua ada anak pinter banget fisika, ngegombal ilmiah gitu juga, yang ada cewenya mah ilfil. Beda kali ya kalo yang digombal seneng belajar.

    Raqia juga jadi Tsun-Tsun gitu.. cewe kasar tsundere udah mainstream coy. Tapi kalo malaikat yang kegitu kayaknya blom ada, wkwkwk

  14. #148
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Sorry for the late update

    Spoiler untuk Tehillim 31 :


    ================================================
    Tehillim 31: Ice, Iron, Intelligence Part IV ~ Wise as Serpent
    ================================================




    Langit. Di dalam kapal besi.

    Sejak meluncur dari Avodah, tidak ada keanehan yang terjadi. Begitu tenang tanpa adanya serangan dari arah manapun. Langit cerah dan awan tipis menyatu sempurna dengan gunung, lembah, dan hamparan hijau di bawahnya. Bahkan aku sempat tidur sebentar di salah satu pojok ruangan kokpit kapal ini. Hingga akhirnya Athena mengatakan sesuatu.

    “Salju…”

    Segera aku bangkit berdiri. Benar apa katanya. Langit biru telah berubah tertutup awan tebal, ditambah hujan salju ringan.

    “Sudah dekat.”

    Aku bisa menangkap nada keraguan dari ucapannya. Tapi biarlah, untuk saat ini tidak mau kuganggu dirinya lebih lanjut.

    “Raqia, Divine Barriermu sudah dipasang?”

    Archangel mini itu, yang sejak tadi ikut duduk di pojok ruangan, menjawab, “Uh-huh, sudah. Mau sampai ya?” Dia belum mengaktifkan armornya sejak tadi.

    “Begitulah, Yang Mulia.”, sahut Athena. “Saya sendiri memang belum pernah ke tempat ini. Namun menurut yang saya dengar, Valhalla selalu dikelilingi hujan salju bahkan di musim panas sekalipun. Artinya tempat itu sudah tak jauh lagi. Posisinya juga berada di antara gunung-gunung, cukup sulit dijangkau.”

    “Hmm…jika demikian, kita memang tidak boleh terlalu gegabah.”, gumam Raqia. “Biblos, bagaimana?”

    “Kita sudah ada di arah yang benar kok.”, jawab Biblos yang membuka diri dan memunculkan peta holografik di atasnya. “Dan menurut sensorku, Archangel Core milik Yang Mulia Tselemiel tidak bermasalah dan hanya di situ saja sejak tadi, tidak berpindah.”

    Buku hidup itupun memberitahu kalau yang berbentuk segitiga kuning di peta adalah kapal ini, sementara bulatan violet yang berkedip adalah Archangel Core Tselemiel.



    “Praktis sekali ya punya alat-alat seperti Biblos dan juga Plasma.”, komentar Athena.

    “Ya, wajar saja. Kurasa Crusader-Saint pantas mendapatkannya, jika kisahnya sesuai dengan apa yang kita dengar. Mungkin dikirimi langsung dari surga.”, Glaukos menimpali, bertengger di pundak kanan Angel-class berambut coklat itu.

    “Dikirimi langsung dari surga…eh? Sayangnya aku tidak ingat sama sekali hal itu.”, jawab Biblos. “Tapi satu hal, unified data storage yang aku dan Plasma miliki memang berada di sana.”

    “HAH?!”, mulut Raqia terbuka lebar, lengkap dengan raut wajah terkejut. “Yang benar?!”

    “Uh-huh. Memang saat ini tak ada data pasti mengenai asal-usul eksistensiku dan Plasma, tapi itu hanya pada memori internal kami berdua. Dan jelas sekali, ada saluran data lain yang keluar dari diri kami dan menuju ke satu tempat yang transenden, mengatasi lebih dari sebelas dimensi yang ada di dunia materi---“

    Penjelasannya terhenti sebentar. Lebih tepatnya dia seperti menyadari sesuatu.

    “Eh, kalian sudah mengerti kan kalau dunia yang bisa kalian diami sebenarnya terdiri dari empat dimensi? Tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu.”

    Kujawab, “Plasma pernah memberitahu hal itu, kalau tidak salah. Tiga dimensi ruang punya arti sederhana semua yang ada di dalamnya punya volume, sementara satu dimensi waktu artinya semua yang ada di dalamnya terus bergerak dalam alur waktu yang maju, tidak bisa mundur ke masa lalu.”

    “Yap, begitulah kira-kira. String theory dan M-theory dapat menjabarkan jumlah diensi berlebih itu secara lebih detail, tapi untuk sekarang kalian bisa muntah-muntah jika mendengarnya. Hihihi~”

    “Tapi kemampuanmu dalam menjelaskan makin baik saja. Padahal waktu itu kamu sempat bilang ‘tidak ahli menjelaskan seperti Plasma’.”

    “Da’ath, perlu kamu ketahui kalau unified data storage yang kumaksud tadi punya beberapa data layer. Setiap kali Raqia sukses memahami pengetahuan baru, satu layer akan terbuka. Kemampuan dan ingatanku serta Plasma kembali sedikit demi sedikit, tulisan dalam lembaran-lembarankupun bertambah. Karena itulah aku bisa mengajari kalian sama baiknya dengan Plasma.”

    Dia memberi analogi demikian. Unified data storage yang dimaksud dapat dibayangkan seperti ember-ember berbentuk serupa, berisi air, ditumpuk secara vertikal. Datanya adalah ‘air’, sementara data layer-nya adalah ‘ember’. Setiap kali Raqia mempelajari pengetahuan baru, ‘ember’ terbawah akan tumpah dan mencurahkan ‘air’ pada memori internal Biblos serta Plasma.

    “Dan apa yang akan terjadi kalau kamu sudah penuh?”, tanya Raqia.

    “Hmm…aku juga tidak tahu. Atau mungkin tidak ingat ya… Ya sudahlah, kita lihat saja nanti.”

    “Kalian ini kenapa senang belajar di manapun sih…”, Athena menghela nafas.

    “Sebenarnya hanya dia yang begitu.”, jempolku mengarah pada Raqia. “Tapi harus kuakui itu beberapa kali menyelamatkan kami semua dari kesulitan.”

    “Y-Ya, terima kasih banyak.”, sahut Raqia sambil memainkan tepi rambutnya. Ekspresinya nampak kesal, tetapi pipinya berubah serupa warna tomat.



    Ngomong-ngomong soal Archangel Core…

    “Biblos, apa kamu yakin yang terdeteksi hanya Archangel Core?”

    “Uh-huh, begitulah--- EH?! Berarti dia tidak membawa Divine Technology apapun untuk melindungi diri?!”

    “Sudah diberikan pada Erato dan Euterpe.”, jawab Raqia. “Sebenarnya dia punya dua.”

    Seingatku keduanya memang berasal dari Avodah.

    “Dan dua-duanya diberikan begitu saja?!”, suaraku agak naik.

    “Dia lebih suka menggunakan apa yang dibuat rakyatnya. Hampir seratus tahun berlalu sejak kedua senjata itu diberikan pada mereka, sebagai bekal untuk melindungi diri di perjalanan. Yang satu mirip palu besar, yang satu lagi mirip kapak bermata dua. Aku tahu kalau dua-duanya adalah Divine Technology karena bentuknya unik tak seperti senjata biasa.”

    “Ya, yang dikatakan Yang Mulia Raqia benar.”, sahut Athena. “Yang Mulia Tselemiel berpendapat bahwa menghargai hasil karya seseorang adalah bentuk apresiasi terbaik terhadap orang tersebut. Caranya, dia selalu menggunakan produksi rakyat Avodah. Dengan demikian para pendudukpun terus bekerja dengan senang hati dan makin mencintai Yang Mulia Tselemiel.”

    Taktik yang berbeda dengan Maoriel. Harus kuakui, Tselemiel lebih efektif dalam memanfaatkan sifat manusia untuk memerintah dengan baik.

    “Mudah-mudahan saja tidak ada yang punya senjata aneh di sana. Anti-Divine Technology, maksudku.”

    “Sayang sekali, Da’ath.”, sahut Biblos. “Cuaca ini…sudah pasti dibuat oleh Anti-Divine Technology. Aku dan Plasma memang tidak punya katalog detailnya, tapi kami masih bisa mengingat ciri dari beberapa alat, karena datanya aman di surga sana. Catastrophic Weatherphaser, sebuah mesin raksasa. Fungsinya untuk mengganti cuaca seenaknya, dan merupakan alat yang sangat merusak. Kestabilan iklim bisa kacau jika digunakan bertahun-tahun. Lagipula sekarang harusnya musim panas…”

    “Jadi tugas kita bertambah, eh?”, Raqia nampak senang. Jelas saja, karena berhubungan dengan salah satu hobinya: ‘menghancurkan’. Menghancurkan mesin itu dan menyelamatkan Tselemiel.



    Menit demi menit terus berlalu. Athena makin tegang, bahkan terus berusaha mengepal erat kedua tangannya. Entah apa yang dirasakannya sekarang. Mungkin perasaan marah, bercampur kecewa, juga takut.

    “Sepertinya kami harus turun sekarang.”, ujar buku itu ketika bayang pegunungan makin jelas terlihat. Yang akan turun satu lagi adalah Glaukos.

    “Mmm. Kalian hati-hati ya.”, balas Raqia.

    “Kalian juga jangan lama-lama. Hajar, sikat, ledakkan, hancurkan. Seketika.”, kata Glaukos, mengacungkan ujung sayap kanannya. Mirip sekali dengan seseorang yang mengacungkan jempol.

    “Tentu saja.” Disusul senyum mengerikan dari Raqia.

    Keduanyapun turun melalui pintu belakang kapal. Tubuh keduanya yang kecil sangat cocok untuk melakukan infiltrasi, sehingga kemarin kami semua memutuskan keduanyalah yang akan masuk terlebih dulu. Biblos akan menghubungi dari dalam nantinya. Berhubung kami semua masuk ke wilayah musuh, yang demikian haruslah dilakukan. Apalagi dengan deretan gunung-gunung seperti itu. Jika main asal hajar yang tidak perlu, bisa-bisa seluruh pegunungan akan runtuh.

    Beberapa menit berlalu, kapal ini dihantam sesuatu dari arah depan atas. Bentuknya mirip tombak. Lapisan energi dari Divine Barrier yang terpasang nampak bergejolak, makin memburamkan pandangan ke depan sejenak. Kapal inipun berhenti di udara.

    Sesosok bayangan makhluk bersayap tertangkap pandanganku. Tangannya memegang sebuah tombak besar yang bentuknya sama dengan yang dilempar tadi. Ternyata dia yang menyerang. Bola mata Athena terpaku beberapa saat pada sosok itu, yang artinya…

    “Aku keluar.”, ujar Raqia sembari berbalik arah menuju belakang. “Angel Knight form, release.”

    “Ya-Yang Mulia Raqia!! T-Tunggu---“, Athena hanya maju sedikit, tangan kanannya refleks terulur.

    Satu serangan lagi menghantam barrier.

    Raqia menoleh, tatapannya begitu serius. “Ikut, atau pulang saja ke Avodah.”

    Kutepuk pundak Athena. “Tenang saja. Raqia sudah janji takkan mencabut nyawa kakakmu jika benar kamu ingin bicara dengannya.”

    “Apa lagi yang kamu tunggu?”

    Athena mengangguk pelan. “Mmm. Baiklah…”

    Tombak keperakan kulihat muncul di genggaman kanannya, mungkin panjangnya sekitar 2 meter. Sementara tangan kirinya terlindung sebuah perisai perunggu dengan tinggi kira-kira 1,5 meter dan lebar 1 meter.

    Tak lama, besi terbang ini digempur dari bawah. Berhubung Raqia sudah keluar ---yang artinya Divine Barrier sudah lenyap---, maka serangan-serangan itu langsung mengenai badan kapal.

    “Sekarang giliran kita, eh?”

    Kutaruh tanganku di atas panel kokpit yang dihiasi beberapa tuas serta lingkaran-lingkaran bertutup kaca dan berjarum penunjuk, membentang dari kiri hingga kanan panel.

    “Plasma, Heavenly Saint.”

    *


    “HAH?! Kita berikan Merkava Barzel begitu saja? Plasma, jangan gila!!”

    Refleks kumarahi dia ketika diajukannya ide untuk menerbangkan Merkava Barzel langsung ke Asgard, ke Valhalla.

    “Tenang dulu, Da’ath. Kita akan memberikan Merkava Barzel. Tapi…bukan yang itu.”

    Di ruang pribadi Tselemiel ini, yang tidak bingung hanya Plasma dan Biblos.

    “Masih ingat Baikonur Cosmodrome, genius boy?”, tanya Plasma sambil menyandarkan diri ke tembok dan melipat kedua tangan di depan dada.

    “Uh-huh, itu kan belum lama. Apa hubungan---“

    Hei…

    “Kalian bisa?”

    “Tentu saja. Selama ada data ukurannya secara pasti, Sonic Glider dapat berubah menjadi kendaraan terbang apapun. Bukankah selama sembilan hari belakangan aku dan Biblos terus memeriksa kapal? Dengan demikian, ukuran seluruh komponen pada Merkava Barzel sudah ada di dalam memori internal kami berdua.”

    “Hihihi~ Betul sekali. Yah, memang ada batasnya sih. Dia tidak bisa berubah menjadi sesuatu yang terlalu besar.”, Biblos menambahkan.

    “Kalian ini makin gila saja.”, ujar Raqia, disusul senyum puas.

    Kutambahkan, “Dan makin kompak.”

    Sejenak, sampul depan Biblos mengarah ke wajah Plasma, bersamaan dengan arah pandangan Plasma yang menuju Biblos.

    Well, tak bisa dipungkiri lagi kalau kami memang punya hubungan yang sangat erat. Entah apa tepatnya, belum bisa kujabarkan.”, kata Plasma, menegakkan kembali posisi berdirinya.

    “Yap, benar apa katanya.”, ujar Biblos, terbang mendekati kepala Plasma. “Aku sendiri tak sabar apalagi yang akan kami berdua peroleh di waktu-waktu selanjutnya.”

    Raqia langsung melompat duduk di atas meja kerja Tselemiel. “Jadi, mari kita simpulkan rencananya.”

    Dan inilah yang menjadi kesepakatan. Merkava Barzel yang asli tetap di Avodah, sementara kami semua akan ke Valhalla untuk menyelamatkan Tselemiel dengan mengendarai ‘Merkava Barzel’ hasil transformasi diri Plasma. Kali ini Raqia berjanji tidak akan menghancurkan keseluruhan Valkyrie Corps yang berada di sana ---meski dia sanggup melakukannya sendirian---, demi menghormati domain kekuasan Tselemiel.



    “Boleh…aku ikut?”, tanya Athena, suaranya terdengar ragu.

    “Ingin bertemu kakakmu lagi?”, kutanya balik.

    “Mmm.”, dia mengangguk pelan, tatapannya lesu. “Aku tidak sempat mendengar penjelasan lengkap darinya mengenai waktu itu. Jadi…”

    “Jika Athena ikut, aku juga.”, sahut Glaukos.

    “Bagaimana?”, tanya Raqia padaku.

    “Kalau Athena aku bisa mengerti.” Kupindah arah pandanganku pada Glaukos dan kutunjuk dirinya. “Nah kalau kamu?”

    “Aku hanya tidak ingin meninggalkannya sendirian.”, sayapnya membelai rambut coklat Athena. “Dan siapa tahu nanti aku dibutuhkan.”

    “Hmm…sepertinya bisa.”, sahut Plasma. “Kamu dan Biblos, ada baiknya menyusup terlebih dahulu untuk mencari keberadaan Yang Mulia Tselemiel sebelum kita mendesak masuk. Kita harus bergerak dengan taktik yang licin untuk meminimalisir resiko, karena ini sama saja seperti masuk ke tengah-tengah kumpulan serigala.”

    “Hohoho…mata-mata, eh? Boleh saja. Aku yakin tak ada yang mencurigai burung hantu sepertiku.”, jawabnya. “Dan mohon bantuannya, Biblos.”

    “Okeee~ Tidak masalah kok. Kalau begitu, ada baiknya aku dan Plasma pergi ke bengkel tempat kapal itu berada. Pemeriksaan terakhir.”

    “Aku juga ikut.”, sahut Athena. “Para penjaga di sana perlu diberitahu untuk memperketat penjagaan.”

    Kedua partnerku itupun melangkah keluar ruangan, diikuti Athena dan Glaukos.



    Begitu tinggal aku dan Raqia saja, dia meraih sesuatu yang tergeletak atas meja. Sebuah buku bersampul hitam. Ketika masuk ke ruangan ini, kami semua berusaha mencari petunjuk tambahan yang ditinggalkan, khususnya menyangkut apa yang terjadi belakangan. Ternyata buku itulah yang menyimpan jawabannya. Yap, buku harian Tselemiel. Lima hari sebelum hari ini, Tselemiel menulis bahwa salah seorang bawahannya menerima sebuah surat dari seseorang yang dicintainya.

    “Aku…punya firasat buruk tentang ini.”, ujarnya sambil membuka buku itu, tepat pada halaman yang ditandai selembar kertas, berbeda dengan kertas-kertas yang menyusun buku.

    Lembaran kertas itu dilebarkannya. Sebuah surat. Sebelumnya Raqia sudah memberitahu bahwa itu bukanlah tulisan tangan Tselemiel. Athena juga mengatakan bahwa itu adalah tulisan tangan Brynhilde sendiri. Tetapi, bukan namanya yang menyebabkan Raqia khawatir melainkan apa yang ditulisnya di surat itu.

    “Bagaimana bisa dia tahu tentang Merkava Barzel…?”, gumamnya, menatap surat itu sambil mengepalkan erat-erat tangan kanannya.

    “Kabar burung, mungkin?”

    Dia menggeleng. “Kemungkinannya kecil. Dapat kukatakan kalau domain-domain Elilim-class adalah setengah terisolasi, bahkan penduduk yang ada di dalamnyapun dilarang keluar dari batas wilayahnya. Angel-class? Apalagi. Mereka takkan bergerak ke sana kecuali seorang Archangel yang memerintahkan.”

    “Indagator?”

    Sekali lagi, gelengan kepala. “Tidak ada satupun dari mereka yang mengunjungi Asgard selama sepuluh tahun terakhir. Polyhymnia sempat memberitahuku ketika di desa aneh itu. Sementara kita tahu kapal itu baru dibangun kurang dari setahun yang lalu.”

    Waktu serasa membeku. Mulutku terkunci, meski jawabannya sudah ada di ujung lidah.

    “Mereka…?”

    Tanpa sadar, aku telah menelan ludahku sendiri.

    “Mungkin Plasma juga sudah mengetahuinya, mengingat kemampuan berpikirnya yang luar biasa. Kurasa dia bungkam karena tidak ingin membuat Athena merasa takut lebih dari ini.”

    Dia menarik nafas dalam. Ini adalah satu dari segelintir kejadian dimana aku bisa melihat dan mendengar keseriusannya.

    “Ingat ketika Athena menyebut nama salah seorang dari mereka? Dari raut wajahnya yang gugup, jelas sekali sempat ada masalah antara para Elilim-class di Olympia dan mereka, tetapi bisa jadi bukan sesuatu yang besar karena tidak kudapati kehancuran atau semacamnya ketika aku menyerang ke sana. Namun tak bisa disangkal jika itu menimbulkan sedikit kepahitan di dalam dirinya.”

    Raqia menatap jauh ke arah langit malam, melalui jendela besar di sebelah kanan meja.

    “Jika nanti mereka muncul---“

    “Kita hentikan.”, kupotong ucapannya. “Tidak ada lagi yang dapat mengimbangi mereka kecuali kita. Yang satu mungkin akan ragu menyerang jika aku muncul, sementara yang satu lagi bisa jadi takkan muncul jika kondisi tubuhnya masih berantakan. Yang sangat perlu kita waspadai hanya…”

    “Mmm. Dia. Entah apakah dia juga yang memberitahu Brynhilde. Ketiganya juga bisa berpindah semaunya, melompati jarak. Artinya kota ini sudah dimata-matai sejak beberapa bulan lalu.”

    “Tapi ini aneh.”, kucoba menyanggah, menaruh tangan kanan di dagu. “Jika benar target mereka adalah Merkava Barzel dan memperalat Brynhilde untuk mendapatkannya, kenapa tidak langsung ambil saja? Tanpa meluluhlantakkan Avodahpun, mereka tetap bisa mengambil Merkava Barzel tanpa perlawanan berarti.”

    Kujelaskan pemikiranku itu sambil beberapa kali melangkah bolak-balik di depannya.

    “Hei…benar juga.”, kelopak matanya sedikit melebar. “Lagipula untuk apa Tselemiel pergi ke sana? Jika yang dibutuhkan hanya kapal itu, mereka bisa ambil sendiri dan memindahkannya ke Valhalla. Aku yakin tidak akan ada yang berani melawan.”

    Inspirasi ilahi seakan menyentil otak kami berdua secara harmonis. Kamipun berpandangan, saling menatap dengan serius.

    “Agh, kita lupa hal yang paling dasar…”, Raqia menaruh kepalan kanannya di dahi. “Tentu saja yang mereka incar adalah Archangel Core!!”

    “Tidak salah lagi, Raqia. Mereka memanfaatkan Brynhilde, mengetahui kalau hanya dialah yang mampu memancing Tselemiel keluar dari Avodah. Merkava Barzel hanya kamuflase saja. Kalau boleh berteori, kemungkinan mereka berjanji untuk membongkar teknik membuat Merkava Barzel pada para Elilim-class di Valhalla jika berhasil membawa Tselemiel ke sana.”

    “Uh-huh, aku juga berpikir demikian. Jika ceritamu benar mengenai suara yang didengar oleh segelintir ras malaikat seratus tahun yang lalu, kata-katamu itu bisa jadi akurat.”

    Akupun berucap, “Melihatmu serius begini tidak buruk juga rasanya.”

    “Meledek ya? Bagaimanapun juga, aku ini tetap Archangel.”

    Bersama-sama, kami tersenyum lebar, disusul tawa kecil darinya.

    “Jadi…kita pergi sekarang?”

    “Jangan. Jangan sekarang. Pesta masih berlangsung, dan kita tidak bisa membuat para penduduk panik dengan terbang malam-malam begini. Mereka akan mengira kalau kapal yang akan kita naiki itu sungguhan, padahal sebenarnya adalah Plasma yang berubah.”

    “Tapi kita tidak boleh meninggalkan Tselemiel terlalu lama…”

    “Aku akan menyusul yang lain.”, dia melompat turun dari meja. “Mudah-mudahan mereka bisa melacak keberadaan Archangel Core dan memantau kondisinya. Tenang saja, Tselemiel tidak akan mati semudah itu. Kita juga tidak mungkin pergi sebelum aku yakin kalau kapal yang asli dijaga benar-benar ketat. Lagipula…”

    Arah matanya beralih, tidak menatapku.

    “…kamu kan perlu istirahat.”

    “Makin perhatian saja kamu.”

    “Jangan bawel. Tidur sana.”, jawabnya ketus.

    “Jangan lupa good night kiss nya ya.”

    “I-Iya. Yang itu tidak pernah kulupakan kok…”, pipinya memerah.

    *


    “Hahaha!! Lega juga rasanya bisa bicara lagi.”, ucap Plasma.

    “Mau bagaimana lagi? Merkava Barzel tidak punya speaker seperti katamu.”

    Well, putting that aside, bagaimana kalau…”

    “Beres. Kita sikat yang di bawah.”

    Seketika kuperbesar Hypermassive Defenser hingga maksimal dan melemparkannya ke tanah. Serangan yang terakhir menggempur Plasma berasal dari sana, mungkin para pemanah.

    Selagi perhatianku teralih, tombak yang tadi menyerang Divine Barrier sekarang mengarah padaku. Lurus. Tak perlu diminta, Raqia langsung melesat ke arahku lalu menepisnya dengan pedang. Tombak itupun kembali ke genggaman pemiliknya yang melayang beberapa belas meter di depanku.

    “Jadi itu yang disebut ‘Merkava Barzel’, hah?!”

    Suara itu terdengar marah, suara perempuan. Athena segera menuju ke sisi kiriku.



    Seorang makhluk bersayap violet. Rambutnya lebih panjang dari Athena, kira-kira sepinggang, menyatu sempurna dengan corak hujan salju ringan yang turun ke Bumi. Satu hal yang membuatku yakin jika dia adalah Brynhilde, kakak Athena, adalah warna mata keduanya yang identik. Tinggi badan keduanya juga tidak berbeda jauh. Brynhilde sedikit lebih tinggi.

    Armornya didominasi warna putih, warna resmi Valkyrie Corps sejak pertama kali dibentuk. Potongan-potongan logam pada tubuh bagian atas didesain sedemikian rupa sehingga pemakainya terlihat kuat namun tetap anggun, bahkan bisa kubayangkan betapa idealnya tubuh Brynhilde di baliknya. Ditemani lapisan kain yang dijahit menyerupai rok selutut pada bagian bawah, sepatu boot logam, dan helm putih berornamen sepasang sayap kecil di kedua sisinya ---anehnya, hanya menutupi bagian depan-atas kepala---, membuat citra dirinya begitu cocok dengan gelarnya sebagai pimpinan Valkyrie Corps.

    Dan seperti yang sudah kuduga, yang paling menarik perhatian Plasma adalah…



    “Tombak itu…”

    “Ada apa dengan tombaknya?”

    “OS09-MDGR Gungnir. Sebenarnya itu bukan tombak, melainkan peluru kendali yang didesain seaerodinamis dan sesimpel mungkin. Benda itu juga bisa mengejar targetnya sendiri. Anti-Divine Technology, tentunya. Hati-hatilah dengan ujungnya.”

    Bentuknya memang aneh untuk sebuah tombak biasa. Gagang silindernya berwarna hitam dengan panjang sekitar 1,5 meter, memiliki mata tombak yang juga hitam berbentuk mirip limas segitiga ---entah logam entah bukan---, menambah panjangnya sekitar 60 sentimeter lagi. Mata tombaknya itu dihiasi garis-garis biru cerah menyerupai jalur-jalur, membuatnya terasa ‘tidak sesuai jaman’.

    “Sekarang jangan basa-basi. Di mana kapal yang Tselemiel janjikan?!”, teriaknya, seakan menggetarkan butir-butir salju yang turun.

    “Ya ini, yang sedang kupakai.”, jawabku, setengah meledek. Raqia nyaris tertawa karenanya.

    Plasma malah tertawa sungguhan. “Hahaha!! Anda pikir kami ini orang bodoh? Memberikan kerja keras jutaan rakyat Avodah untuk kepentingan yang tidak baik, apa hal itu bisa dibenarkan?!”

    “JANGAN BANYAK BICARA!!!!!”

    Menggenggam erat tombaknya dengan kedua tangan, dia melesat maju, mengarahkan ujung senjatanya itu tepat ke arah kami. Pada bagian ujung lain dari tombak, ada kobaran api kecil kebiruan menyembur ke belakang. Pendorong kah?

    Baru saja ingin kuposisikan Hypermassive Defenser untuk menangkisnya, Athena malah maju terlebih dahulu dan menahan serangan Brynhilde dengan perisai perunggunya.

    “Kamu…”, raut wajah Elilim-class itu makin membara.

    “Brynhilde, hentikan semua ini!!”

    “Aku takkan berhenti hingga seluruh pengetahuan dibagi sama rata kepada semua makhluk!!!!”

    Bibir wanita bersayap violet itu mengucapkan sesuatu yang tidak kedengaran, begitu cepat. Diapun menyeringai.


    *BLAAAAAAAARRRRR!!!!*


    Ujung tombaknya menimbulkan ledakan, menghempaskan Athena. Untunglah Raqia berhasil menahannya agar tidak terpental terlalu jauh. Ternyata ujung tombaknya memang berbahaya.

    “Sepertinya yang satu itu belum mengerti apa-apa, eh?”, ledek Plasma.

    “Apa maksudmu?!”, sahut Brynhilde.

    “Tak ada pengetahuan yang disegel. Satupun.”

    “Lantas kenapa semua berjalan begitu lambat?! Dia sempat memperlihatkan segala sesuatu yang ada lebih dari dua ribu tahun yang lalu, dan…jauh, sangat jauh dibanding dengan apa yang ada sekarang!! Bahkan tombak ini…”, dia menatap Gungnir pada genggamannya.

    Sepertinya bisa kutebak siapa dia.

    “Rasa ingin tahu seluruh manusialah yang ditekan seminimal mungkin. Entah apa penyebabnya, belum bisa kami temukan. Namun jika sudah, pasti akan kami matikan segelnya.”



    Tiba-tiba terdengar sebuah suara, entah dari mana.

    “Belum, atau tidak sama sekali…”

    Nada sinis itu…

    Tak jauh dari kanan Brynhilde, muncul sebuah lingkaran hitam dengan bintang segi delapan di tengahnya, dikelilingi tulisan-tulisan aneh pada tepi lingkaran. Seseorang perlahan muncul dari situ, begitu kontras dengan putihnya salju.

    “…wahai Crusader-Saint? Oh, dan juga si asisten karatan.”

    Sudah kuduga. Inferna!!

    “Mereka menawarkan sesuatu yang tidak pasti. Seperti main judi saja. Mana yang lebih kamu percaya, Brynhilde?” tanyanya dengan nada menggoda. “Yang baru menawarkan janji-janji manis, atau yang sudah memberikan sesuatu yang nyata padamu?”

    “Kumohon jangan dengarkan dirinya!!”, sahut Athena. “Yang Mulia Tselemiel sudah memberi bukti padaku dan juga seluruh rakyat Avodah!!”

    “Dan memberikan kalian kapal rongsokan yang bisa dilumat oleh kekuatannya sendiri dengan mudah? Ayolah, jangan bercanda.”, ledek Nephilim itu.

    Jemari tangan kiri Inferna mulai membelai dagu Brynhilde. Benar-benar seperti iblis betina yang menggoda mangsanya.

    “Tentu saja yang akan kuberikan jauh, JAUH lebih hebat. Dan akan memuaskan nafsu keingintahuanmu dan rekan-rekanmu, pastinya.”, ucapnya sambil memutari Elilim-class itu.

    Pimpinan Valkyrie Corps itu nampak ragu. Mungkin kata-kata Athena sedikit merasuk ke pikirannya.

    “Da’ath, aku minta ijin untuk menghajar si brengsek itu.”, kata Raqia.

    “Kita serang bersamaan, jangan maju sendiri. Athena, kami serahkan Brynhilde padamu.” Dijawabnya dengan mengangguk.



    Hampir bersamaan, Athena menyerang Brynhilde dengan tombaknya dan Raqia langsung menerjang ke arah Inferna. Kuaktifkan Warp Drive lalu berpindah ke belakang Nephilim-setengah-besi-tua itu.

    Kedua tangannya segera berubah menjadi dua bilah mata pedang, Ereshkigal Blade. Seranganku dan Raqia berhasil ditahannya. Tangan kanan untuk seranganku, tangan kiri untuk Raqia.

    Athena sendiri berhasil membuat Brynhilde menyingkir, menjauhi titik tempatku, Raqia, dan Inferna berada. Terlalu berbahaya jika Inferna dapat menyerang dirinya karena perbedaan kekuatan yang terlampau jauh.

    Secepat mungkin kulempar perisaiku ke arah Inferna. Namun, hanya sepersekian sentimeter sebelum menghantam tubuhnya, dia berhasil menendangku hingga tubuhku terpental beberapa meter. Perisaikupun berhasil dihantam balik dengan tangan-pedangnya. Dia melakukan gerakan mendorong dengan memanfaatkan titik temu antara Ereshkigal Blade dan pedang milik Raqia, mundur sedikit, lalu dalam sekejap mengubah tangan kanannya menjadi Phlegethon Bombard.


    *BHUUUUUMMMMMM*


    Ditembaknya Raqia. Untunglah Raqia sangat siaga, sehingga Magen berhasil diaktifkan sesaat sebelum ledakan menghampiri. Kurang dari sedetik, giliran diriku yang ditembak olehnya meski masih berhasil ditahan oleh perisai superberat milikku.

    Inferna menggeleng beberapa kali. “Ckckck…masih saja main keroyok begini. Tidak tahu malu.”

    Raqia memaki keras-keras, “Tidak dibutuhkan keadilan untuk menghancurkanmu!! Dasar ular beludak!!”

    “Ow…kasar sekali ucapanmu. Sakit hatiku.”, ledeknya.

    Uh? Mendadak dia menyeringai?

    “Da’ath, hati-hati!! Aku bisa merasakan satu---“

    Belum sempat Raqia selesai bicara, ada yang melilit tubuhku. Rantai. Ditambah mata sabit di ujungnya.



    Tanpa ampun, belitan rantai itu menyeretku di udara dan menghempaskan diriku ke permukaan tanah. Namun, lagi-lagi pertahanan sempurna dari Sacred Armor dapat diandalkan. Meski sedikit pusing, aku berusaha berdiri, bertumpu pada Energy Blade. Suatu bentuk bayangan menaungi dari atas.

    Dia ada di sana.

    Ya, dia, Atra Melancholia.

    Melayang tak jauh di atasku, membiarkan rantai sabit masuk kembali ke gagangnya.

    Tunggu. Kenapa sorot matanya nampak…

    …kosong?

    =========================================

    Spoiler untuk Trivia :

    • Setengah dari judul chapter diambil dari Matius 10:16 : "...be ye therefore wise as serpents..." (King James Version translation)
    • Plasma bilang, "...karena ini sama saja seperti masuk ke tengah-tengah kumpulan serigala."
      Dikutip dari ayat yang sama. "Behold, I send you forth as sheep in the midst of wolves..."
    • String theory dan M-theory adalah dua dari sekian banyak teori kandidat yang menawarkan solusi penyatuan antara mekanika kuantum dan relativitas. Yes, the candidate for Theory of Everything.
      • String theory mengatakan bahwa komponen terkecil di alam semesta (di bawah quark dan lepton) adalah sesuatu seperti "senar 1-dimensional" yang bergetar, bukan "point particle" berdimensi 0.
      • M-theory mengatakan bahwa alam semesta ini terdiri dari setidaknya 11 "membran" dimensi.
    • OS09-MDGR merupakan sebuah singkatan.
      • OS = Odin's Spear. Dalam Norse mythology, Gungnir merupakan tombak milik Odin.
      • 09 = angka 9 dianggap sakral dalam Norse myth, contohnya pada konsep Sembilan Dunia di mitologi tersebut.
      • MDGR = Midgard. Wait, why not Asgard? Ehem...ini clue sebenernya.




    Next kayaknya triple release, doakan supaya sanggup
    Last edited by LunarCrusade; 27-03-13 at 21:18.


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

  15. #149
    MelonMelon's Avatar
    Join Date
    Dec 2011
    Location
    Melon's Farm
    Posts
    3,010
    Points
    27,268.78
    Thanks: 73 / 47 / 33

    Default

    “Ya, wajar saja. Kurasa Crusader-Saint pantas mendapatkannya, jika kisahnya sesuai dengan apa yang kita dengar. Mungkin dikirimi langsung dari surga.”, Glaukos menimpali, bertengger di pundak kanan Angel-class berambut coklat itu.
    gue...udah tau... adoh, inilah sedihnya tau spoiler

    oke...gue jadi mulai nebak ini lagi ngapain si Tselemiel maen salju. tapi...tapi, ATRA NYA KENAPA BEGITU!?
    anjrit, kalo udah macam begini gue tau dah KENAPA KUDU ATRA

    sayton ah berasa baca NTR gue...

    FACEBOOK | TWITTER | Melon's Blog
    I am a melon - MelonMelon

  16. #150
    LunarCrusade's Avatar
    Join Date
    Jun 2008
    Location
    Unseen Horizon
    Posts
    8,965
    Points
    30,120.80
    Thanks: 298 / 586 / 409

    Default

    Quote Originally Posted by MelonMelon View Post
    gue...udah tau... adoh, inilah sedihnya tau spoiler

    oke...gue jadi mulai nebak ini lagi ngapain si Tselemiel maen salju. tapi...tapi, ATRA NYA KENAPA BEGITU!?
    anjrit, kalo udah macam begini gue tau dah KENAPA KUDU ATRA

    sayton ah berasa baca NTR gue...
    jadi mau ada NTR beneran nih? #digorok

    yah mau gimana lagi
    Inferna kan psycho ******* nya, Tenebria *ehem* lu udah tau kan pas gw ceritain di Bogor bakal ngapain, dan satu"nya yang bisa dikorbanin ya Atra

    diginiin biar tar endingnya merusuh imbalatos juga


    +Personal Corner | Lunatic Moe Anime Review
    +My Story INDEX
    +GRP/BRP Formula | IDGS Newbie Guide


    The moment you say a word of parting, you've already parted.
    So long as you and I are both somewhere in this world, we haven't parted.
    So long as you don't say it, you haven't parted.
    That is the way of the world:
    The Law of Linkage.

    Shichimiya Satone - Sophia Ring S.P. Saturn VII

Page 10 of 14 FirstFirst ... 67891011121314 LastLast

Posting Permissions

  • You may not post new threads
  • You may not post replies
  • You may not post attachments
  • You may not edit your posts
  •