Bagaimanakah rasanya membunuh orang ?
Pertanyaan tersebut sering muncul dalam benakku. Pernah sekali kulihat dalam berita, seorang pembunuh yang begitu menyesali perbuatannya, bahkan sampai jadi histeris. Tapi dalam kesempatan lain, aku melihat seorang pembunuh yang dengan bangga-nya mengakui dirinya sebagai pembunuh. Atau dalam cerita2 yang kubaca, beberapa pembunuh bahkan menganggap pembunuhan yang dilakukannya itu sebagai sebuah seni, sama seperti para seniman yang memahat, melukis, ataupun menciptakan lagu. Akibatnya, pertanyaan itu terus terngiang-ngiang dalam benakku : Jika aku membunuh seseorang, maka aku akan menjadi seperti orang yang mana ? Dengan pemikiran demikian, maka aku bertekad untuk membunuh seseorang !
Pertanyaan pertama yg muncul dengan tekad itu adalah, bagaimana caraku untuk membunuh ? Apa menusuk dengan pisau ? Tidak, itu terlalu biasa. Racun ? Hmm... lumayan menarik, tapi aku belum tahu banyak mengenai racun. Selain itu, sepertinya pembunuhan dgn racun mudah dilacak polisi. Benar juga, aku harus merancang pembunuhan, dimana polisi akan menjadi bingung. Kalau begitu, apakah pembunuhan yang dirancang seperti kecelakaan ? Tapi kecelakaan yg seperti apa ? Aku tak mahir dalam merancang kecelakaan. Pembunuhan terpendam ? Tapi dimana di kota besar seperti ini, tempat untuk menyembunyikan mayat sampai tak dapat ditemukan ? Kepalaku sampai pusing, hanya khusus memikirkan hal ini. Ternyata membunuh seseorang tidak semudah yang kuduga.
Akhirnya aku memutuskan, membuat pembunuhan tak biasa. Dimana aku membunuh, dan polisi bisa menemukan bukti-bukti bahwa itu adalah pembunuhan, tapi semua bukti-bukti itu akan mengarahkan polisi kepada semua orang ! Hmm, mungkin ini menarik.
Begitulah. Waktu yang tepat, adalah pas malam tahun baru. Kenapa ? Karena pada malam itu, justru banyak orang akan berkumpul. Ya, mungkin terdengar gila, tapi aku memang bermaksud membunuh seseorang di tengah keramaian. Aku benar-benar yakin dengan rencanaku, dan yakin akan menjadi salah seorang seperti yang kubayangkan di atas; Seseorang yang histeris, seseorang yang bangga, atau malah menjadi seniman pembunuh. Dengan penuh rasa penasaran, aku mengira2, akan menjadi seperti apakah aku setelah membunuh ?
Hari yang ditunggu-pun akhirnya tiba. Hari ini, aku memutuskan untuk mengubah seluruh jalan hidupku, dan menjadi seorang pembunuh. Hatiku berdebar-debar, seperti seorang pemain sinetron ketika hendak bermain dalam debut pertamanya. Semuanya berjalan sesuai rencana, dan di tengah keramaian, tiba-tiba seseorang terbunuh. Tapi aku terkejut, karena semua orang yang sedang sibuk berpesta, tak ada yang memperdulikan Sang korban ! Polisi memang datang, tapi setelah membawa jenasah, mereka pergi begitu saja. Kenapa ? Kenapa mereka tidak menyelidiki sebab-sebab kematian orang tersebut ?!
Dengan iseng, aku menanyakan kejadian itu pada salah seorang di dekatku.
"Hey, tadi kayaknya ada yang mati ya ? Kok kalian tenang-tenang saja sih ?"
"Oh itu. Tenang aja, itu sudah biasa kok. Tiap tahun dalam pesta tahun baru seperti ini, pasti selalu ada yang mati kok. Sudah, kamu ikut menikmati pesta saja."
Aku terkejut. Aku telah membunuh seseorang, tapi kejadian 'besar' dalam hidupku itu, seakan berlalu begitu saja. Aku tidak rela, tidak pernah terpikir dalam benakku, akan kejadian seperti ini. Tiba-tiba aku menyadari satu hal; Tanganku... telah ternoda darah. Lalu perasaanku ? Hampa. Aku tidak merasa histeris, panik, ataupun takut. Tapi aku juga tidak merasakan sedikit-pun kebanggaan, karena kejadian itu.. pembunuhan itu.. hanya dianggap sebagai 'kejadian biasa'. Lalu, untuk apa semua ini sebenarnya ?!
Pada hari-hari selanjutnya, hidupku kembali seperti biasa. Hanya kehampaan yang kudapat, dari suatu hal 'besar' dalam hidupku, yang disebut 'pembunuhan'. Sungguh menyedihkan. Lalu belakangan, aku jadi memikirkannya. Mengapa pada awalnya, aku begitu penasaran dengan perasaan seorang pembunuh ? Aneh, jawaban itu tak kudapat dimana-mana.
Cerita ketiga, dan lagi memikirkan bagaimana perasaan seseorang, apabila telah merenggut nyawa seseorang... yah, karena sy belum pernah mengalaminya, jd mungkin cerita ini lbh ke arah bayangan sy akan perasaan Sang pembunuh...
Share This Thread