Berhubung ga dinyatakan menang, gw post di sini aja lah
Mindsteal
Author: LunarCrusade
Copyright ©2013 - f399 IDGS Forum
Genre: Supranatural, Satire
_____________________________________
Aku mampu mencuri IQ orang lain, yang kemudian kutambahkan pada otakku sendiri. Nilai IQ-ku yang hanya 117 ini dapat melejit dengan kemampuanku itu. Namun, bukan berarti tanpa kelemahan. Setelah 1 minggu, kecerdasanku akan kembali ke poin tersebut. Temporer.
Bagaimana aku bisa memiliki kemampuan itu? Jangan tanya. Itu bawaan lahir.
Bagaimana menggunakannya? Sederhana saja. Pertama, tentukan target. Kedua, aku akan berkonsentrasi penuh membayangkan si target selama beberapa detik. Ketiga, akan muncul berkas cahaya putih menyilaukan dalam imajinasiku. Keempat, aku membayangkan tanganku sendiri meraihnya. Kelima, aku akan mematok angka, berapa nilai IQ yang akan kuambil. Dan… voila, IQ orang tersebut akan ditambahkan padaku. Memang, aku akan sakit kepala berat setelahnya selama beberapa menit. Tapi itu hanyalah harga murah untuk kecerdasan yang kudapat untuk seminggu ke depan.
Nasib orang itu? Jelaslah IQ-nya berkurang. Juga tidak bisa dikembalikan. Bahkan aku bisa membuat seseorang yang kubenci menjadi ***** permanen! Menyenangkan, bukan?
Berhubung ujian akhir dimulai 3 hari lagi, aku harus mencuri IQ orang lain agar segalanya berjalan mulus. Hmm… siapakah yang menjadi targetku kali ini…?
Ah! Dia! Ya, tidak salah lagi. Perempuan itu akan menjadi targetku untuk ujian akhir! Menurut apa yang kudengar, dia memiliki IQ senilai 170. Berkurang 70 poin tidak jadi masalah, kan? Maaf seribu maaf, ini mendesak. Biasanya aku tak pernah mencuri IQ lebih dari 30 poin. Masalahnya, nanti adalah ujian akhir. Aku ingin mengakhiri segalanya sesempurna mungkin.
Kelas terakhir dimulai. Aku harus melancarkan aksi sekarang juga. Begitu sampai di rumah, akan kulalap habis semua buku. Tiga hari setelahnya, ikut ujian. Tanpa beban. Dan akhirnya, lulus terbaik.
Kutengok ke arah tempat duduk gadis itu, selang dua baris di sebelah kananku. Dia duduk di sana. Menatap buku. Wajahnya nampak datar. Berpikirkah? Otak jenius sepertinya pastilah bergerak dalam pengetahuan tiap detiknya.
Tapi sayang sekali, nona cantik. Parasmu yang bagai mawar beku tak mampu menggoyahkan keinginanku. Tamat sudah kejeniusanmu. Habis!
Kuambil nafas. Perlahan. Kupejamkan mata. Konsentrasi… konsentrasi. Sosoknya terbayang. Tiga. Dua. Satu.
Cahaya itu muncul!
Bentuk tanganku nampak jelas dalam alam khayal. Kugerakkan. Maju. Meraih cahaya. Semakin dekat. Hingga semuanya diselimuti sinar terang. Kubayangkan angka 70.
Argh, kepalaku! Serangan ini datang juga. Tak tahan, kuletakkan kepalaku di atas meja. Sakit. Rasanya seperti dihantam palu dengan massa 7 ton. Tapi… ini artinya rencana berhasil. Kecerdasanku bertambah. Pasti.
Aku menoleh ke arah gadis itu. Perlahan. Wajahnya tak lagi datar. Dahinya berkerut. Matanya terbelalak. Kedua tangannya berada di sisi kepala. Tertunduk.
Aneh. Beberapa lama berselang, dia tersenyum. Menarik nafas panjang. Lega.
Apa maksud dari senyumannya? Bukankah dia bukan lagi manusia super cerdas? Kenapa tidak ada tanda-tanda penyesalan di matanya?
Aku pernah dengar kalau tersenyum dapat memberi stimulasi bagi diri sendiri. Mungkinkah dia sedang menghibur diri?
Sepertinya tidak. Senyumannya sangat alamiah. Malah dapat kukatakan dia nampak ceria. Ini benar-benar aneh. Akan kuamati dia sebentar.
Seperti dugaanku, penjelasan guru dapat kupahami dengan mudah. Padahal mataku masih mengamati si mantan jenius. Sekarang gadis itu menepuk bahu orang di depannya. Seorang perempuan lainnya yang menjadi penghuni kelasku.
Aku tak bisa mendengar apa yang dikatakan, namun aku dapat mengira-ngiranya. Melihat wajah terkejut orang yang ditepuk, jelaslah bahwa mantan jenius itu mengajukan sebuah pertanyaan. Tentu saja si target heran. Selama ini gadis dingin itu tidak pernah bersosialisasi dengan siapapun. Apalagi bertanya.
Kucoba membaca gerak bibir gadis itu. Sulit, namun kupaksakan.
“…terima kasih ya.”
Itu dia. Itu dia alasan di balik senyumnya!
Kehilangan kejeniusan berarti membutuhkan orang lain. Artinya, dia akan menjadi mudah berbaur dengan sekitarnya. Juga selalu ada timbal balik antar hubungan. Jika dia membutuhkan orang lain, maka ada saatnya gilirannya dibutuhkan. Hal itu sudah menjadi modal besar baginya untuk mengubah sistem dunia ke arah yang lebih baik. Awalnya mungkin hanya orang-orang terdekat. Namun hal itu bisa meluas… meluas… dan terus meluas.
Ya, butterfly effect! Hal kecil yang dilakukan saat ini akan berpengaruh besar ke depannya!
Sementara aku? AKU! Dengan IQ yang sekarang sudah 187 ini, apa artinya hal itu?! Menjadi jenius berarti tidak membutuhkan orang lain. Aku akan kehilangan ikatanku dengan sistem dunia. Aku akan menjadi eksistensi asing. Diacuhkan. Dianggap tidak ada. Sama sekali! Dan itu yang terjadi pada gadis itu sebelumnya! Maksud senyuman itu adalah tanda kelegaan, karena dia akan diterima lingkungan di waktu-waktu ke depan!
Aku tahu butterfly effect itu akan mengubah segalanya. Ketidakhadiran diriku dalam sistem dunia, meski hanya seminggu, pastilah punya efek besar! Bayangkan jika tidak kucuri intelegensianya. Mungkin aku akan bertemu lebih banyak orang dalam tempo seminggu itu. Lantas sekarang? Pupus. Jalinan hubungan yang seharusnya terjadi lenyap sudah! Aku akan kehilangan banyak kesempatan!
Mencoba berubah? Percuma. Aku akan menciptakan asumsi-asumsi ******* nan jenius yang mencegahku untuk bersosialisasi dengan orang lain. Segala macam alasan pastilah akan terlontar. Dan tanpa orang lain sama sekali, aku akan gila dalam waktu satu minggu!
Ya, gila! Setelah gila, lalu apa lagi?
Menjadi sampah. SAMPAH!
Hanya sampahlah yang tidak dibutuhkan! Jika aku tahu kalau diriku menuju ke arah sana, untuk apa lagi keberadaanku di dunia ini?
TIDAK ADA!
Akupun melompat keluar dari jendela kelasku di lantai 3 ini. Melayang sesaat. Menumbuk tanah. Nyawa? Lenyap.
---------
Spoiler untuk Trivia :
Share This Thread