*** bukan meleduk cuma BT lagi ngebet holy **** gw ::nono::
*** bukan meleduk cuma BT lagi ngebet holy **** gw ::nono::
YaQs ada yang baru ciuman gw bacanya telat sial........
Enjoy aja,
siapa yang ciuman mang ga liat tuh ???
hauhahu bisa"nya si febri aja tuh
Iri kau ???
Guwa kutip Sebagai Pedoman semangat Memajukan Persepakbolaan Tanah Air
by siska_imut
Mari Bangkit Bersama
Opini Oleh John Halmahera
Direktur Media PSSI
Email : [email protected]
--------------------------------------------------------------------------------
Sepakbola adalah prestasi lapangan. Seseorang, apakah dia pemain, pelatih atau pemilik klub, tak bisa berkelit dari apa yang diperlihatkan timnya di lapangan. Di banyak negara jika prestasi lapangan jeblok, pelatihnya langsung dipecat. Pernah di Saudi Arabia, kekalahan timnya membuat Federasi memecat pelatih berikut semua pemainnya. Di Vietnam, kegagalan timnasnya diusut tuntas berujung pada penemuan suap terhadap beberapa pemain nasionalnya.
Namun tak perlu disangkal bahwa korban pemecatan terbanyak adalah pelatih. Penampilan terbaik Indonesia di Piala Asia adalah di **** 2004 ketika “merah putih” yang ditukangi Ivan Kolev mengalahkan Qatar 2-1. Esok harinya, Federasi Qatar memecat pelatihnya Philippe Trousier, padahal pelatih tersebut kualitasnya tergolong kelas dunia.
Semua negara punya target yang jelas. Brasil, punya target juara dunia, gelar lain seperti piala Copa America, tak terlalu penting. Carlos Alberto Pareira, gagal juara di Germany 2006. Dia dipecat. Hanya lantaran berjasa memenangkan gelar dunia USA’94, suatu momentum kebangkitan sepakbola “jogo bonito” maka Pareira dipecat dengan halus, dia mundur diri.
Negara papan atas Asia, seperti Korea (Selatan), Iran, Saudi, Jepang dan sekarang ini Australia, targetnya jelas “juara Asia” dan lolos serta berprestasi di Piala Dunia. Jika gagal, dipecat.
Di negeri kita, tradisi memecat pelatih yang gagal mulai merebak di klub-klub Liga Indonesia, khususnya divisi utama. Satu per satu pelatih asing maupun lokal yang gagal, dipecat oleh klubnya. Jadi tidak perlu heran jika akhirnya PSSI memecat Peter Withe karena gagal di kejuaraan AFF 2007.
Di banyak negara, bahkan Eropa dan Amerika Latin, pemecatan pelatih lebih sering disuarakan oleh pers. Mereka, wartawan dan kolumnis memang punya kapasitas untuk menganalisa hasil kerja seorang pelatih. Jika pelatih membentuk kesebelasan sesuai visi dan maunya sampai dengan menentukan “line up” dalam pertandingan maka wartawan bekerja untuk menilai hasil kerja pelatih tersebut. Jika timnya bagus dan berprestasi, maka si pelatih dipuji dan dipuja. Jika buruk, maka dicaci dan diusulkan untuk dipecat. Ini memang resiko pekerjaan professional. Apalagi di atas pundak pelatih tersebut dipertaruhkan uang milyaran rupiah. Memang harga pembinaan suatu tim baik klub ataupun timnas, sangat mahal, milyaran rupiah.
Belakangan ini FIFA menerbitkan peringkat (ranking) FIFA edisi setiap bulan. Hitungan ini berdasar kriteria yang jelas dan professional, hampir mendekati akurasi dan kebenaran prestasi. Artinya posisi ranking hampir sama persis dengan kualitas team. Dari ukuran peringkat ini, khusus timnas, maka setiap Federasi bisa mengetahui hasil kerja bidang tim nasionalnya. Tentu saja ini menyangkut pada kejelian Federasi memilih pelatih kepala untuk timnasnya.
Sepakbola kita memang sedang paceklik prestasi, sejak juara SEA Games 1991, kita belum sekalipun bisa menjuarai kawasan ini. Itu baru di tingkat Asean saja, belum bicara di tingkat Asia. Dari pengamatan pada ranking FIFA, sepakbola kita memang semakin merosot.
Pada ranking FIFA edisi Oktober 2006 (terbit November) lalu, urutan tim-tim yang akan tampil di Piala Asia 2007 adalah Australia 37, Iran 43, Jepang 46, Korea Selatan 48 diikuti Qatar 53, Uzbekistan 59, Saudi Arabia 62, Oman 63, kemudian **** 87, Irak 89, Uni Emirat Arab 91, Bahrain 108, disusul empat tuan rumah Thailand 125, Indonesia 144 , Vietnam 151, Malaysia 153.
Dalam edisi terbaru, terbit Januari 2007, urutannya adalah Iran 37, Australia 39, Uzbekistan 45, Jepang 46, Korea Selatan 51, Qatar 59, Saudi Arabia 64, Irak 82, **** 83, Oman 84, Uni Emirat Arab 88, Bahrain 97, Thailand 124, Vietnam 134, Indonesia 149 dan terakhir Malaysia 157.
Kita sekarang ini di peringkat 149 sudah berada di bawah Vietnam (134). Tetapi yang lebih memprihatinkan lagi, kita bahkan sudah berada di bawah Srilanka dan Myanmar yang sama-sama di peringkat 145.
Sepakbola kita sedang prihatin untuk level internasional. Kemarin di piala AFF, merah-putih asuhan Peter Withe hanya menang tipis 3-1 atas Laos, tim yang selama ini selalu kita berondong dengan sedikitnya enam gol tanpa balas. Ternyata dalam ranking FIFA terbaru, kita hanya terpaut satu tingkat dengan Laos. Coba lihat, Indonesia peringkat 149 dengan nilai 111 , Laos peringkat 150 dengan nilai 109. Bersama tulisan ini saya mengajak kita semua untuk bersama-sama bangkit mengejar ketinggalan, jangan sampai tergeser oleh Laos. ***
wah buat artikel baca malem aja lage download CS gagal molo bosok ada yang tau linknya ga????
wah mending main CS lawan bot aja seru juga kok
Cerita Mistik di Situ Buleud Purwakarta
Konon, di Kabupaten Purwakarta banyak cerita mistik selama ini hidup berdampingan dengan sebagian masyarakatnya. Salah satunya adalah cerita-cerita mistik yang mewarnai lokasi Situ Buleud (Danau Bundar-red.), di "jantung" Kota Purwakarta. Dalam buku yang dikeluarkan Pemda Kab. Purwakarta, secara historis dapatlah diceritakan bahwa Purwakarta tidak terlepas dari sejarah perjuangan melawan pasukan VOC.
Sekira awal abad ke-17, Sultan Mataram mengirimkan sepasukan tentara yang dipimpin oleh Bupati Surabaya ke Jawa Barat dengan tujuan menundukkan Sultan Banten. Namun, dalam perjalanannya terbentur oleh pasukan VOC sehingga terpaksa mengundurkan diri.
Setelah itu dikirimkan kembali ekspedisi kedua pasukan Mataram di bawah pimpinan Dipati Ukur dan ternyata mengalami nasib yang sama.
Akhirnya, untuk menghambat perluasan wilayah kekuasaan Kompeni (VOC), Sultan Mataram mengutus Panembahan Galuh (Ciamis) bernama R.A.A. Wirasuta yang bergelar Adipati Panatayudha atau Adipati Kertabumi III guna menduduki Rangkas Sumedang (sebelah timur Citarum) dan mendirikan benteng pertahanan di Tanjungpura, Adiarsa, Parakan Sapi, dan Kuta Tandingan. Setelah mendirikan benteng tersebut, Adipati Kertabumi III kemudian kembali ke Galuh dan wafat.
Nama Rangkas Sumedang itu sendiri berubah menjadi Karawang karena kondisi daerahnya berawa-rawa (Sunda = karawaan). Sultan Agung Mataram kemudian mengangkat putra Adipati Kertabumi III, yakni Adipati Kertabumi IV menjadi Dalem (bupati) di Karawang pada tahun 1656. Adipati Kertabumi IV ini dikenal juga sebagai Panembahan Singaperbangsa atau Eyang Manggung dan tinggal di ibu kota Karawang, Udug-Udug.
Namun, antara tahun 1679-1721, ibu kota Karawang pindah dari Udug-Udug ke Karawang Kota pada masa pemerintahan R. Anom Wirasuta, putra Panembahan Singaperbangsa, dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah antara Cihoe (Cibarusah) dan Cipunagara dengan gelar R.A.A. Panatayudha I. Pemerintahan Kabupaten Karawang berakhir sekira tahun 1811 sampai 1816 sebagai akibat dari peralihan penguasaan Hindia Belanda dari pemerintahan Belanda kepada pemerintahan Inggris.
Kemudian, antara tahun 1819-1826, pemerintahan Belanda melepaskan diri dari pemerintahan Inggris. Hal itu ditandai dengan upaya pengembalian kewenangan para bupati oleh Gubernur Jenderal van Der Capellen. Untuk itu, Kabupaten Karawang dihidupkan kembali pada sekira tahun 1820 dengan wilayah meliputi tanah yang terletak di sebelah timur Sungai Citarum/Cibeet dan sebelah barat Sungai Cipunagara, kecuali Onder Distrik Gandasoli (sekarang Kecamatan Plered) yang waktu itu termasuk Kabupaten Bandung. Sebagai bupati pertama Kabupaten Karawang yang dihidupkan kembali diangkat R.A.A. Surianata dari Bogor dengan gelar Dalem Santri yang kemudian memilih ibu kota kabupaten di Wanayasa.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan Bupati R.A. Suriawinata atau Dalem Shalawat tahun 1830, ibu kota Kabupaten Karawang dipindahkan dari Wanayasa ke Sindang Kasih, yang selanjutnya diberi nama Purwakarta. Penetapan nama itu kalau dihitung jatuh pada tanggal 23 Agustus 1830 atau 4 Rabiul Awal 1250 Hijriah. Pembangunan dimulai antara lain dengan pengurugan rawa-rawa untuk pembuatan Situ Buleud, pembuatan gedung karesidenan, pendopo, masjid agung, tangsi tentara di Ceplak, termasuk membuat Selokan Gede, Sawah Lega, dan Situ Kamojing. Pembangunan berlanjut terus sampai pemerintah bupati berikutnya.
Namun, menurut sebuah cerita, Bupati Suriawinata yang sering melakukan selawatan pada suatu malam bermimpi ada petunjuk yang mengatakan kepadanya bila ditemukan sebuah danau dengan tiga buah pohon tanjung maka di situlah letak ibu kota Kabupaten Karawang. Selanjutnya, ketika menerjunkan orang ke lapangan ternyata ditemukan sebuah danau dengan tiga buah pohon tanjung yang sekarang berada di Situ Buleud. Akhirnya karena Bupati Suriawinata merasa cocok dan aman, disebutlah ibu kota Kabupaten Karawang itu sebagai Purwakarta yang artinya purwa = mulai dan karta = aman atau 'mulai aman dari banyaknya aksi perampokan'. Jadi nama kabupatennya tetap Karawang dengan ibu kotanya bernama Purwakarta. Sementara itu, orang yang menjadi bupatinya merupakan turunan dari kerajaan Galuh Ciamis, seperti turunan dari Prabu Singaperbangsa, Panatayudha, dan seterusnya.
Cerita mistik Situ Buleud
Seorang sesepuh Purwakarta yang juga Sekretaris Musyawarah Bersama Masyarakat Purwakarta dan anggota panitia penelusuran sejarah Purwakarta, R.H. Garsoebagdja Bratadidjaja, menjelaskan, pada zaman dahulu Situ Buleud merupakan tempat "pangguyangan" (berkubang) badak yang datang dari daerah Simpeureun dan Cikumpay serta dijadikan pula tempat minum bagi binatang lainnya. Situ Buleud terbentuk karena ada mata air ditambah air hujan. Kemudian, pada zaman Belanda diperbesar. Karena dikhawatirkan airnya terus surut, dibuatlah saluran irigasi dari daerah Pasawahan.
Selanjutnya, Gar menceritakan sebenarnya Situ Buleud sering dipergunakan untuk acara-acara keramaian besar, seperti memperingati hari ulang tahun Raja Belanda ataupun keramaian lain. Kemudian dibuat panggung besar di tengah-tengah danaunya dan diadakanlah pesta besar sehingga rerumputan yang ada di sekelilingnya juga terus dipelihara. "Ini terjadi sebelum Perang Dunia II, sedangkan sekarang tidak ada lagi acara tersebut yang biasanya diramaikan dengan acara wayang golek ataupun calung," ujarnya.
Pada zaman Belanda itulah, rakyat jelata tidak boleh menginjak rumput yang ada di sekeliling Situ Buleud karena merupakan tempat atau arena bermain para gegeden Belanda. Untuk menjaganya, dipercayakan kepada seorang upas bernama Sahro lengkap dengan pentungan karetnya. Ia seringkali berteriak-teriak untuk menakut-nakuti anak-anak yang bermain ke wilayah sekitar danau itu. Karena merasa takut dipentungi, anak-anak biasanya terus berlarian. Lebih dari itu, Situ Buleud dulu juga sering dijadikan tempat berenang. "Namun, sekarang tidak lagi bahkan sekarang suka ada jatuh korban anak-anak yang tenggelam, sedangkan dulu tidak pernah," ungkap Gar.
Sementara itu, menyangkut cerita berbau mistik, menurut Gar, berdasarkan penuturan orang-orang tua dulu pada setiap subuh anak-anak seringkali bermain di sekitar Situ Buleud. Namun, mereka biasanya langsung berlarian manakala terdengar teriakan bahwa di tengah-tengah Situ Buleud muncul secara tiba-tiba bayang-bayang hitam besar. "Awas! Aya ****** Bima. Aya ****** Bima!"
Bahkan, yang lebih seram lagi sempat pula ada cerita orang tua dulu bahwa di Situ Buleud itu ada "penunggu"-nya yang biasa disebut si Barong, yakni sesosok mahluk menyerupai bentuk kepala singa. Makhluk itu konon suka muncul secara tiba-tiba di tengah Situ Buleud. "Bila ada orang yang kawenehan (kebetulan melihat-red.), akan terlihat sosok kepala singa besar," ungkap Garsubagdja.
Istana megah
Sementara itu, seorang warga sekitar Situ Buleud bernama Andang (27), yang merupakan warga asli di sekitar danau tersebut, menceritakan, dulu sebagaimana diceritakan orang tuanya Situ Buleud memang merupakan tempat berkubang badak. Pada zaman Belanda diperbaiki dan dijadikan arena kegiatan hiburan. Ia juga mengetahui banyak cerita mistik di Situ Buleud. Menurutnya, bila kita punya "ilmu", ketika masuk dari pintu gerbang utama langsung terlihat berdirinya sebuah istana megah.
Pernah juga ada cerita bahwa suatu saat danau itu akan dikeringkan untuk diambil ikannya (bahasa Sunda = dibedahkeun-red.). Pada malam hari sebelum danau itu dikeringkan, secara kebetulan jatuh pada malam Jumat, menurut cerita banyak ikan besarnya yang berjalan menuju sungai di sekitarnya. "Katanya, ikan itu merupakan ikan kajajaden atau bukan sembarang ikan," ungkapnya.
Ada pula cerita, hampir setiap tahun selalu saja ada korban manusia yang menjadi wadal (tumbal-red.) karena ada cerita bahwa danau itu ditunggui oleh Mbah Jambrong. Pada beberapa bulan lalu sempat pula ada seseorang yang menangkap ikan menggunakan jala, lalu tersangkut dan tercebur ke dalam danau hingga meninggal. Bahkan sebelumnya, banyak cerita yang dihubung-hubungkan dengan mistik seperti meninggalnya seorang pengusaha yang menyewa danau itu untuk dijadikan tempat rekreasi. "Selain itu, ada juga cerita tentang rumah peninggalan Belanda di sekitar danau yang sempat disewa oleh produser film 'Rojali dan Juleha' selama dua bulan, namun baru sebulan langsung hengkang. Pasalnya, banyak artisnya yang tidak tahan banyak yang pingsan dan kerasukan," ujarnya.
Begitu banyak cerita mistik tentang Situ Buleud, namun semuanya tetap berpulang kepada kita. Yang jelas, pada tahun 1997 Pemda Purwakarta sempat merenovasi Situ Buleud hingga bisa dijadikan sarana lapangan olah raga berupa lari dan rekreasi. Lingkaran trek untuk lari setelah diukur panjangnya mencapai 920 meter, sedangkan panjang lingkaran trek luar pagar Situ Buleud 1.300 meter. Sementara itu, kedalaman Situ Buleud kini hanya sekira 3 meter dengan dasar tanah yang datar. Mata airnya sendiri sudah tidak ada lagi. Hal itu terlihat manakala terjadi musim kemarau yang panjang, di mana Situ Buleud kering hingga tanah dasarnya retak-retak. Menara lampu yang berada di tengah-tengah Situ Buleud sampai ada di dasar tanah karena air danau mengering. Selain itu, sempat pula dijadikan lapangan sepak bola oleh anak-anak. Yang tak kalah menariknya lagi, saat ini bila malam hari tiba, khususnya malam Minggu, ada juga sejumlah "rumput" Situ Buleud alias wanita nakal yang menjajakan cinta dengan pasaran mulai Rp 20 ribu hingga Rp 50 ribu. Adakalanya, kawasan tersebut juga diramaikan oleh kehadiran sekelompok banci.
boro ama bot instal biasa aja gagal mulu dah ngebrowse ama DL brp lama neh gw untung unlimted
ahhhh gw ga OL nih besok wkkwkwkw gara2 sekolah masuk bentar di ajakin maen laen syalyallalalal >.<
heya... kool pic... haha. memba wen we took it.. lolz... anyway da comments u sent me 4 ma pics came up finally.. lolz...
kya jgn cabut nyawa gw zzzzz , ternyata ga jadi ke sekolah gw bangke libur lage
disini sendiri dan tak ada yang menemani pula malangnya nasib ku
parah nih gw takut ga naek kelas wkkwkwkw tapi sih ulangan harian gw bagus smua @_@ kok pas ulangan umum hancur lah sudah T_T minta doanya hehueu
cabut dari neraka ih neraka panas kaya rumah gw di siang hari panas banget parah dah pasang AC ampe 2 biji ga mempan parah dah >.<
kayanya dah ratusan cowoq dia dapetin heuhueuhue ampe2 dia bikin sampe forum lalallala
mari mas itu bahasa apa sih heuhueuhueuhe maksud mu minta saran di thread mu ta?? Heuhe
BAGI LINK BUAT DL CS PLZZZZZZZZZZZZZZZ
Gw dah Dl malah gagal mulu zzz sial tulisannya Fatal Error W couldnot open gift ga tau lah apa itu
Share This Thread