Angka PDB dan Optimisme Perekonomian
Monday, 25 August 2008
KAMIS (14/8), Badan Pusat Statistik (BPS) merilis statistik makroekonomi yang paling penting,yaitu angka produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2008.
Angka ini sudah ditunggu lantaran banyak pihak ingin melihat dampak ketidakpastian global, yaitu krisis keuangan dunia maupun kenaikan harga minyak,terhadap perekonomian Indonesia. Angka yang dikeluarkan BPS mengagetkan banyak pihak yang semula skeptis terhadap masa depan perekonomian Indonesia.
Beberapa ekonom yang diwawancarai koran Seputar Indonesia (SINDO) menyatakan hal tersebut sehingga headline SINDO pada Jumat (15/8) mengambil judul ”Pertumbuhan Ekonomi Mengejutkan”. Sebelumnya bahkan Bank Indonesia (BI) memprediksi bahwa kuartal II/2008 hanya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi 6%, sama dengan prediksi mereka untuk kuartal sebelumnya. Sebagaimana diketahui, ternyata PDB kuartal I diumumkan oleh BPS sebesar 6,3%, sedangkan kuartal II 6,4%.
Angka ini persis berada di tengah-tengah prediksi saya beberapa waktu lalu yang mengindikasikan proyeksi pertumbuhan kuartal II antara 6,2–6,6%.Tampaknya peringatan Hari Kemerdekaan kita kali ini mendapat sambutan yang sangat positif dari angka-angka PDB tersebut.
Pertumbuhan Nonmigas
Pada Kamis (14/8), Prof Dr Boediono, Gubernur Bank Indonesia, di depan para anggota Perbanas di Hotel Shangri-La menyatakan bahwa perekonomian Indonesia memiliki daya tahan sehingga pertumbuhan ekonomi nonmigas mendekati 7%.
Pertumbuhan inilah yang akhirnya tecermin dari tingginya penjualan mobil dan sepeda motor,penjualan barang-barang konsumsi, baik yang durables seperti barang-barang elektronik dan se- bagainya maupun barang-barang keperluan rumah tangga seperti sabun,pasta gigi,makanan. Pertumbuhan penjualan mobil bahkan sudah mencapai 48% untuk semester I, sedangkan sepeda motor 44%.
Hingga Juli 2008, penjualan mobil sudah mencapai 350.000 unit sehingga prediksi penjualan sebesar 500.000 unit akan terealisasi sekitar 550.000 unit tahun ini.Pertumbuhan yang tinggi inilah yang mengakibatkan terjadinya antrean pembelian (indent) bukan hanya pada mobil, tetapi juga sepeda motor. Di Belitung, indent sepeda motor bahkan mencapai empat bulan.
Dengan melihat pertumbuhan yang sangat pesat di lapangan tersebut, terasa menyejukkan bahwa angka PDB dari BPS sudah mengarah pada laporan yang lebih realistis. Pertumbuhan PDB nonmigas mencapai 6,9%,sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya, 6,8%.
Angka inilah yang lebih banyak terkait dengan penduduk secara lebih luas, terutama masyarakat lapis bawah,sehingga rasanya tidak akan mengejutkan jika angka kemiskinan pun akan berkurang dengan perkembangan tersebut.Satu hal yang mungkin masih bisa diperdalam lagi adalah PDB untuk sektor industri pengolahan. Dalam hal ini pertumbuhan sektor tersebut dilaporkan sebesar 4,3%.
Dengan hanya melihat laporan dari beberapa industri semisal industri bahan makanan dan konsumen seperti Indofood, Garudafoods, Unilever, atau Wings Group,tampak pertumbuhan volume penjualan mereka yang lumayan tinggi. Sementara itu, untuk industri automotif (dengan dampak multiplier yang besar, baik upstream seperti industri komponen maupun downstream, yaitu distribusi dan pembiayaannya), pertumbuhan yang sangat tinggi di sektor ini jelas akan meningkatkan bobot industri pengolahan secara keseluruhan.
Demikian juga industri semen, industri plastik dan kertas, terutama untuk kemasan, dan bahkan industri baja, tampak sekali bahwa di sektor formal pun pertumbuhan industri pengolahan ini sangat tinggi. Angka-angka laporan mereka, terutama pada perusahaan- perusahaan terbuka, perlu direkonsiliasi dengan angka kontribusi mereka pada PDB.
Kalau perlu,BPS bisa melakukan reviu khusus untuk industri pengolahan ini sehingga memungkinkan diperolehnya gambaran yang lebih benar.Pertumbuhan industri pengolahan inilah yang pada akhirnya mengonsumsi tenaga listrik paling besar sehingga kesalahan di sektor ini akan bergulir pada kesalahan memprediksi kebutuhan listrik. Pertumbuhan yang tinggi pada sektor nonmigas akhirnya menjalar pada kebutuhan investasi yang lebih besar. Ini berarti timbul kebutuhan untuk pemupukan modal yang perlu disisihkan dari pendapatan nasional.
Kembali lagi, suatu hal yang membesarkan hati bahwa pertumbuhan investasi jauh melebihi pertumbuhan konsumsi.Pada kuartal II/2008,investasi tumbuh 12,8%. Adapun pertumbuhan konsumsi yang meskipun cukup besar, yaitu 5,3%, masih kalah dibandingkan pertumbuhan investasi. Ini jelas perkembangan makro yang sangat sehat.
Bangkitnya Perekonomian Daerah
Suatu hal yang menarik lainnya dari laporan BPS tersebut adalah kenaikan peran perekonomian daerah dibandingkan kuartal sebelumnya.
BPS menyatakan bahwa kontribusi terbesar dalam pembentukan PDB tersebut tetaplah di Jawa, yaitu sebesar 57,5%,kemudian diikuti Sumatera 24,2%, Kalimantan 9,9%, dan Sulawesi 4,1%. Penjelasan tersebut merupakan suatu ulasan statis,yaitu kontribusi untuk kuartal II/2008 saja.
Namun dengan melihat laporan kuartal-kuartal sebelumnya, terdapat dinamika menarik, yaitu meningkatnya kontribusi luar Jawa dalam pembentukan PDB. Bahkan dibandingkan kuartal I/2008 yang hanya berselisih tiga bulan, sudah terjadi pergeseran kontribusi dari Jawa ke luar Jawa. Pada kuartal I, kontribusi Jawa mencapai 58,1%, sedangkan Sumatera mencapai 23,8%.
Kalimantan menyumbang 9,8% dan Sulawesi 3,9%. Dengan demikian, pergeseran kontribusi PDBsebetulnya terjadidengan kecepatan lumayan tinggi. Perkembangan tersebut sejalan dengan pergeseran yang terjadi pada dana pihak ketiga perbankan (DPK). DPK di Pulau Jawa tumbuh 60% selama empat tahun, yaitu dari 2003 ke 2007. Sementara itu, Sumatera mengalami pertumbuhan 100%,yaitu dari Rp100 triliun pada 2003 menjadi Rp200 triliun pada akhir 2007.
Jika dibandingkan dengan pergeseran kontribusi PDB tersebut, Sumatera memang menunjukkan pergeseran yang cepat, yaitu peningkatan peranan kontribusi PDB dari 23,8% menjadi 24,2% hanya dalam hitungan satu kuartal. Rasanya akan menarik untuk melihat perkembangan yang terjadi pada bulanbulan mendatang.
Merupakan hal yang membesarkan hati pula bahwa pada running text CNBC tertulis bahwa pertumbuhan ekonomi 2009 diperkirakan sebesar 6,2% meskipun terjadi ketidakpastian perekonomian dunia. Saya sungguh berharap, kita akan melampaui prediksi tersebut.(*)
Hehehe, membaca prediksi doos dan post mimi di http://www.indogamers.com/f144/polit...o_ocean-68623/ membuat kucing lugu ini yakin visi 2030 akan terwujud.. i love Indonesia, kucing garong ini akan mengganyang garong yang mengganggu kita!
Share This Thread