Survei terbaru firma riset International Data Corp (IDC) mengungkap, gamer (pemain game) Asia ternyata merupakan sosok-sosok yang sensitif.
Para gamer suka bermain game secara online. Namun, mereka menjadi enggan bermain online setelah melihat perilaku kasar para pemain game yang lebih senior. Dalam game online, norma dan hukum yang berlaku di dunia nyata memang nyaris tidak berlaku.
Karena itu, 'kekerasan' dan 'pelecehan' kerap terjadi terhadap para pemain yunior (pemain yang baru bergabung) oleh para pemain senior (pemain yang sudah lama memainkan game itu). Proses itu sebenarnya alamiah. Sebab, pemain yunior memiliki pengalaman dan 'kesaktian' terbatas sehingga menjadi santapan empuk para senior, yang berambisi meningkatkan pamor dengan berbagai macam cara.
Jika pemain yunior tidak ingin menjadi korban para senior yang lalim, maka pemain yunior harus menggalang koalisi atau berlindung di bawah naungan senior. IDC menemukan, sistem sosial yang berlaku dalam dunia game online ternyata membuat para pemain Asia merasa tidak nyaman. Sebanyak 60 persen responden mengaku tidak lagi tertarik bermain game online karena kerap terjadi 'pelecehan' terhadap pemain baru atau pemain yang lebih lemah.
Pada saat yang sama, sebanyak 70 persen responden mengaku tidak lagi tertarik bermain game online karena mendapati para pemain senior di sana sangat kasar. IDC berpendapat, isu ini harus segera ditanggulangi agar tidak menghambat pertumbuhan industri game online di Asia.
"Para gamer Asia ingin bermain game online untuk berinteraksi dengan orang lain dan mencari teman baru. Ketika dunia game online ternyata terlalu kasar bagi mereka, maka mereka enggan memasuki dunia tersebut," ujar Principal Analyst Asia Pacific Emerging Technologies Research IDC Claus Mortensen. (sindo//srn)
sumber = okezone.com

Share This Thread